Anda di halaman 1dari 18

MASA DEPAN

Luar Angkasa, 2XXX, Markas Musuh


Dua buah pesawat luar angkasa terbang menuju markas
musuh yang sedang dalam kekacauan perang.
“Komandan R kepada Admiral B, memulai misi untuk
menghancurkan Timenado.” Sesosok pria yang
mengendalikan pesawatnya dengan lincah menghindari
serangan laser dari musuh. Pesawat yang lebih besar
mengikuti gerakannya dan membalas serangan musuh.
“Tepat dibelakangmu Komandan R.” B membalas
pesannya.
Kedua pesawat itu berhasil memasuki markas musuh dan
terjadi serangan dimana-mana, dengan lihainya, R dan
kelompoknya berhasil menghabisi lawan yang cukup
banyak jika saja S tidak menyerang musuh dengan
granat berkekuatan besar. Dibandingkan dengan jumlah
musuh, kelompok R lebih sedikit.
Mereka berlari di dalam lorong menuju sebuah tempat.
Ketika di tempat itu, tampaklah kristal hijau raksasa
yang dikelilingi jalur-jalur yang menghubungkan
beberapa tempat. Namun, ruangan itu kosong dan tidak
ada tanda-tanda musuh yang siap menyerang.
“Itu Kristal Waktu,” ujar R “sekarang kita akan
menghancurkannya. S siapkan alat penghancurnya.”
Perintahnya kepada sosok tegap yang mengendarai
sejenis motor yang ternyata adalah mesin penghancur
kristal itu.
“Hm.” Balas S, ia turun dari kendaraannya dan
mengubah kendaraan itu menjadi sebuah pistol laser
raksasa, ia mengangkat pistol itu dan mengarahkannya
ke Kristal Waktu.
“Aww yeah...kerja bagus tim, misi hampir selesai, sekar-
UGH!” belum menyelesaikan kalimatnya, M tertembak
sebuah laser.
“M!” teriak seluruh tim. S yang lengah tidak menyadari
bahwa sebuah cahaya laser datang menuju arahnya, dia
pun roboh sebelum alat penghancur dinyalakan.
“Di sana!” kata P menunjuk arah pusat kristal.
R menyadari bahwa musuh sudah mengepung mereka, ia
dan anggotanya yang tersisa menembaki musuh yang
mengelilingi kristal raksasa. Namun musuh semakin
banyak dan mereka terkepung. P dan H sayangnya tidak
bisa menyelamatkan diri, hingga akhirnya hanya tersisa
R dan B. Mereka terpaksa bersembunyi di mesin
penghancur.
“Tahan tembakan!” terdengar suara perintah untuk
menghentikan tembakan.
R merasa mengenal suara itu, ia mengintip dari tempat
bersembunyinya, ternyata itu MD sahabatnya yang kini
menjadi musuhnya.
“R dan B kalian terkepung! Menyerahlah, kalian tidak
bisa melakukan ini.”
“Yo pengkhianat! Bagaimana keadaan tangan kirimu
masih bertahan?” balas R. MD mengangkat tangan kiri
yang telah diganti menjadi tangan mekanik,
mengepalkan tangannya dan menggeram marah.
Tiba-tiba, sebuah portal muncul dan keluarlah sosok
kejam yang berdiri di samping MD.
“Hahaha! Tidak kusangka akan ada reuni kecil yang
terjadi, mau katakan sesuatu sebelum kami
menghancurkan kalian?”
“Coba saja RS!” balas B.
“Ya, lupakan soal urusan rencana gilamu untuk
menghapus waktu!” sambung R.
RS, si kejam merasa tidak terima dengan perkataan R,
“Lupakan? Kau pikir kau tidak lupa ketika aku dipenjara
karena perbuatan bodohmu dengan MD ketika kalian
SMA?” Namun, ia menyeringai “Aku harus
berterimakasih karena berkat kalian yang menciptakan
senjata yang luar biasa ini.” Ia menunjuk ke arah Kristal
Waktu.
B mengernyit bingung, “Apa yang kau bicarakan?”
“R dan MD-lah yang menciptakan timenado.” Ujar RS
penuh kemenangan.
“Itu bohong!”
“Oh ya? Bukankah itu bagus? Bagaimana menurutmu?”
tanya RS pada MD. MD mendengus “Ya, lucu sekali.”
Ujarnya, “Aku tahu apa yang kau lakukan R, dan aku
tidak akan memaafkanmu!”
Seketika R merasa ditarik ke masa lalu, sekelebat
ingatannya muncul bergantian, poster kampus, surat
penerimaan, dan wajah MD yang kecewa, serta ingatan
lain yang berebut menghantuinya.
B meninju bahu R, “Apa yang kau lakukan?” geramnya.
“Aku tidak melakukannya! Sungguh! Itu sudah sangat
lama.” R membela diri, walau hatinya diliputi rasa
bersalah.
“Aku tidak memintamu mengatakan apa yang telah kau
lakukan, jika kita keluar dari sini, bisakah kau
memperbaiki segalanya?”
R mengangguk, ya dia harus memperbaikinya, ini satu-
satunya cara.
B tersenyum dan menepuk bahu R, “R, perbaiki
semuanya.” Sebuah kalimat terakhir sebelum ia
mengeluarkan senjatanya, dan ia menatap R untuk
terakhir kalinya, “Itu perintah.” Ia berlari menuju arah
musuh.
“Admiral jangan!”
“Lari! Sekarang!” perintah B pada R.
R segera berlari menjauhi markas dan menuju
pesawatnya. Bodoh! Bodoh! Kenapa segalanya berakhir
seperti ini? Batinnya ketika ia menyalakan mesin
pesawatnya tanpa disadari bahwa MD mengikutinya.
Sementara B menembak musuh dengan amarah,
sayangnya ia gugur bersama yang lain. Sekarang hanya
R sendirian yang berjuang.
R kini berada dalam pesawatnya dan dengan lihai
mengutak-atik kontrol pesawat itu.
“Sirkuit Waktu aktif.”
“Bawa aku kembali ke masa SMA.” Perintahnya pada
komputer.
“Mengkalkulasi lompatan waktu.”
Sayangnya sebuah pesawat lain terbang di sampingnya,
pintu pesawat bergesar ke atas dan tampaklah MD
sedang menodongkan senjata ke arah R.
“Hentikan pesawatnya, perintah mutlak dari Lord RS.”
R tahu bahwa ia harus bicara dari hati ke hati, bukannya
saling menodongkan senjata, ia mengambil pistol laser
dan membuka pintu pesawat.
“Ada apa denganmu kawan? Kenapa kau berkhianat?”
Sinis R.
“Aku tidak punya pilihan lain, aku tidak bisa bekerja di
taman selamanya. Aku juga memikirkan karir.” Ujar
MD.
“Bagaimana dengan temanmu?”
“Kita bukan teman,” kata MD dingin “kita sudah tidak
berteman sejak lama.”
Kata-kata itu mengiris hari R, ia hanya berharap bahwa
ia bisa memperbaiki ini semua.
“Lompatan Waktu telah siap.” Muncul sebuah tombol
oranye yang bertuliskan Time Warp.
“Kau tekan tombol itu, atau aku akan menembakmu.”
Ancam MD kepada R.
R melirik tombol itu dan berseru, “Hei MD. COBA
SAJA!” ia menekan tombol itu dan MD menembaknya,
sayangnya laser itu melukainya.
Pesawat R meluncur dengan kecepatan luar biasa dan
menghilang dalam sekejap mata.
SEKARANG
The Beans, 2019, 10 menit sebelum pukul 9
“Aaaaaaaaaa.......” dua orang pemuda saling berhadapan
yang tampaknya akan menyanyikan sebuah lagu ciptaan
mereka, agak aneh namun berima.
What’s up Eileen?
You’re the queen of the coffee beans
Fill them up, fill them up
Can’t start a day
Without the cup

Gadis itu, Eileen menatap mereka dengan geli, “Kalian


tahu, kalian bisa meminta kopi lagi dengan cara normal.”
Kedua pemuda itu hanya terkekeh, “Jadi, ada apa hari
ini? Tumben kalian bangun lebih awal.”

“Sarapan di luar.” Ujar MD.

“Sarapan terbaik di pagi hari!” R berseru menunjukkan


kantong kertas yang bertuliskan ‘Sarapan Terbaik di Pagi
Hari’, “Itu memang nama produknya, tapi itu bagus.”
“Ah, aku tidak pernah membeli sarapan di luar, tidak
higienis.” ujar Eileen memandang aneh kantong yang
dipegang R. “Omong-omong, kapan jam masuk kerja
kalian?”

MD yang meminum kopinya melirik jam dinding yang


terpasang, hampir pukul 9 pagi.

“Oh astaga!” serunya, “Kita terlambat briefing kerja!”

MD dan R keluar dari kedai kopi dan berlari menuju


mobil, ketika mobil itu dinyalakan mesinnya sama sekali
tidak menyala.

“Tunggu bensinnya habis?” ujar MD “Bung, aku sudah


bilang padamu untuk mengisinya kemarin.”

“Ya, tapi itu masih ada sisa, jadi kuisi saja siang nanti.”
R mendapatkan tinju dari sahabatnya.

Tak ada pilihan lain, pikir MD, ia keluar mobil dan


berlari diikuti oleh R. “Tunggu, kita kesana dengan
berlari?” kata R.

“Itu salahmu karena tidak mengisi bensin!”

Jarak kedai kopi dengan tempat kerja mereka terbilang


cukup jauh, jika dengan kendaraan jaraknya sekitar 15
menit. Namun jika mereka berjalan kaki itu akan
memakan waktu yang sangat lama.

Tempat kerja mereka sangatlah ketat, bos mereka, B


bisa-bisa memecat mereka jika terlambat. Mereka tidak
mau kehilangan pekerjaan mereka.

R dan MD bekerja sebagai tukang kebun di sebuah


taman yang dikelola oleh seorang miliarder bernama P. P
adalah pria yang aneh dan eksentrik, meskipun begitu ia
sangat lah baik hati. Hampir 5 tahun mereka bekerja
disana.

Tapi mereka kurang menyukai manajer mereka, B. Si


temperamen yang perfeksionis, ia selalu melakukan
segalanya dengan sempurna, dan ia juga adalah sosok
yang rajin dan tepat waktu. Setiap melakukan apapun,
harus dimulai sesuai jadwal. Telat satu menit hadir saat
briefing, tamatlah riwayatmu.

Mereka terus berlari dengan harapan mereka tiba tepat


waktu. Sampai akhirnya terlihat gerbang putih di depan
mereka, mereka sudah dekat tanpa memperlambat lari
mereka, ketika mereka tiba di teras rumah, ternyata
seluruh penghuni sudah berkumpul untuk briefing.

B melihat mereka yang sedang lari memghampirinya,


amarah sudah terlukiskan di wajahnya. Ia benci orang
yang terlambat, tampaknya ia akan menyembur mereka
dengan kata-katanya.
“Hahhh... Kami sampai.”

“Kami tidak terlambat kan?”

Wajah B sudah memerah menahan marah, ia


menghentakan kakinya pada rumput yang tidak bersalah.

“Tidak! Rapat baru saya selesai dan seenaknya kalian


terlambat!”

Oh tidak, bos mereka marah. Itu artinya, mereka harus


memutar otak untuk mencari alasan yang logis agar
mereka bertahan di pekerjaan mereka.

“Dengar, kami minta maaf oke? Mobil nya mogok dan-“

“Aku tidak menerima alasan kalian terlambat!”

“Ayolah beri kami kesem-“

“KALIAN DIPECAT!”

Tiba-tiba R mengeluarkan kantong kertas yang berisi


sarapan, “Sebenarnya kami membelikanmu sarapan,
sebagai permintaan maaf kami.”

B hanya memandangi kantong kertas yang dipegang R.


Ah ya, aku lupa R dan MD selalu punya seribu cara agar
tidak dipecat B, seperti sekarang. B tampaknya mulai
terpengaruh oleh ‘sogokan' mereka.

“Luar biasa kawan, kau berhasil membujuk B... Lagi.”


Puji MD.

R dan MD tidak jadi dipecat, mereka ditugaskan untuk


memangkas rumput taman. Perlu diingat mereka bekerja
di rumah orang kaya, kau bisa bayangkan betapa luasnya
halaman rumah, apalagi jika dikerjakan dua orang.

“Ah, dia hanya ingin sarapan gratis.”

“Omong-omong soal sarapan, aku lapar. Bisakah kita


menyelinap keluar untuk membeli makanan?” tanya R.

“Kurasa tidak, karena B mengawasi kita.” ujar MD.

R dan MD melirik ke arah jendela rumah, terlihat B


sedang mengawasi mereka berdua dibalik jendela.
Karena tidak ingin didamprat bos mereka lagi, mereka
memutuskan menyelesaikan tugas mereka.

“Kau tahu R,” MD tiba-tiba membuka obrolan “jika saja


kita kuliah, kita pasti mendapat pekerjaan yang bagus
bukan?”
“Yah kau benar, tapi kau ingat kan kejadian itu? Kita
tidak bisa masuk ke universitas manapun karena
kesalahan kita.”

“Tapi aku kan bilang andaikan saja,” dengus MD “Jika


saja aku kuliah, aku ingin bekerja di perusahaan besar
bukan di taman.”

R terkekeh, ia mendongkak ke atas langit matanya


membelalak ketika ada meteor jatuh. Sayangnya, meteor
mengarah ke arah mereka. Ia langsung lari tanpa
menghiraukan MD yang masih bermonolog.

MD yang melihat R yang tiba-tiba lari hanya berkata


“Bung, kau tidak bisa lari dari masa depan!”, kau benar
MD kau tidak bisa lari dari masa depan, tapi kau harus
lari dari meteor yang akan menghantammu.

“LARI MD!”

MD yang melihat meteor itu, akhirnya berlari menyusul


R. Entah kenapa, meteor itu seakan-akan mengejar
mereka. MD mendorong R menjauh dari meteor. Dan
meteor itu akhirnya mendarat, merusak taman Tuan P.

“Apa itu?”

3 mobil golf bergerak menuju tempat kejadian, ada B,


Tuan P, S, M, dan H. Wajah B menunjukkan kekesalan.
“Apa yang kalian lakukan?!” seru B.

“Kami tidak melakukan apa-apa, ada meteor tiba-tiba


hampir menghantam kami.” Bela MD.

“Whoa, apa itu?” S menyela.

Bola raksasa berasap itu perlahan memudar,


memperlihatkan sesuatu yang mustahil mereka lihat di
masa sekarang.

“Pesawat luar angkasa! Luar biasa!” seru R dan MD


berlari menuju pesawat itu tanpa menghiraukan seruan
B.

“MD! R! Menjauh dari situ! Kalian bisa terbunuh!”

“Tenanglah, kami cuma ingin mengecek.”

BRAK

Tiba-tiba pintu pesawat terbuka, dan terlihat sosok


bayangan yang berjalan tertatih, dan tidak disangka,
sosok itu adalah... R.

“Astaga, ia mirip denganmu.” MD menyikut bahu R.


“Kau tampak tua disitu.”

“Tapi R yang itu jauh lebih keren.”


Sosok ‘R tua'' roboh, untung ditahan oleh R dan MD,
hingga mereka membaringkannya di rumput. ‘R tua'
mencengkeram perutnya menahan sakit, ada bagian
berlubang di baju tempurnya.

“Oh tidak! Dia terluka! Ini buruk kan?! Beritahu ini


kejadian buruk!” B mulai panik.

“Siapa kau?” Tanya H pada ‘R tua'.

“Ini aku R,” Ujar ‘R tua' lemah sekali “aku dari masa
depan, menuju masa SMA untuk menghentikan
kesalahan kami.”

“Kesalahan apa?”

“Kau tak ingat MD? Ketika kita membuat mesin waktu


untuk tugas akhir? Mesin itu berubah menjadi sesuatu
yang masif.”

‘R tua' menyalakan hologram dari tangannya. Di


hologram itu, tampaklah, tornado raksasa yang bergerak
di sebuah garis hijau, namun garis itu perlahan dilahap
oleh tornado itu.

“Ledakan mesin waktu kami membuat sesuatu yang


berbahaya. Kami menyebutnya Timenado.”

“Time-apa?”
“Timenado, tornado yang bisa mengacaukan alur waktu.
Yang benar saja B.” Jawab S yang sangat paham konsep
Timenado.

“Tornado itu tidak hanya mengacaukan waktu, alam


semesta perlahan akan hancur karena tidak adanya
waktu.”

“T-tapi siapa yang melakukan nya?” tanya R

R tua memutar hologram nya dan tampaklah sosok


kejam. “Guru Sains kalian, RS. Memanfaatkan
kekacauan ini untuk diri nya sendiri, entah apa yang
diinginkannya kami harus menghentikannya.”

“Lalu kenapa kau bisa kesini?”

“Aku sedang dalam perjalanan menuju masa SMA,


namun tertembak.”

“Tertembak? Siapa yang menembakmu?” tanya H.

Tangan R tua terangkat lemah, dan jari telunjuknya


menunjuk ke arah MD. “Dia.”

Seluruh penghuni terkejut, “Kau menembakku?” R


marah pada MD.

“A-aku tidak tahu.”


“Whoa, apa kalian berhenti berteman?” Tanya MM.
Sementara yang lain ikut bergumam, R tua dengan lirih
memanggil R. Ia pun menarik R dan berbisik.

“R, kau harus kembali ke masa lalu, entah apapun


caranya, kau harus mencegah kau dan MD di masa lalu
untuk membuat mesin waktu.”

“T-tapi kau harus berkata yang sebenarnya pada MD.


Karena itu satu-satunya yang bisa menyelamatkan...
Alam semesta.”

Cengkeraman bahu R tua pada R melemah, R tua


perlahan menutup matanya, ia tewas.

“D-dia m-mati?”

R dengan enggan mengangguk mengiyakan pertanyaan


Tuan P. Seluruh penghuni taman menundukan kepala
mereka, berduka cita atas kematian R tua.

.
.
.

“Ini tidak mungkin.”

B berjalan mondar-mandir di ruang keluarga, seluruh


anggota berkumpul. R tua sudah dimakamkan di taman
belakang.
“Ini pasti candaan, mungkin saja kita dijebak acara tv
yang menayangkan lelucon-lelucon tidak bermutu, dan
sosok yang kita kuburkan tadi, pasti cuma robot yang
digerakkan oleh mereka!”

“B berhentilah menonton sci-fi dan sejenisnya.” Tegur S


pada B yang masih menggumam.

“Ini cuma lelucon!” jerit B, “MD dan R kalian pasti


pelakunya!”

“Itu bukan kami,” MD membela diri “jika itu lelucon, itu


pasti lelucon mahal. Lihat pesawat itu! Kami bahkan
tidak mampu membeli propertinya.”

“Kawan-kawan lihat!”
Semua orang memandang MM yang mengangkat sebuah
senjata besar yang tampaknya berasal dari dalam
pesawat.
“Jatuhkan itu!” seru B.
MM tidak mempedulikan B, ia malah keluar rumah
menuju halaman depan diikuti dengan R dan MD.
“Keren bung!”
“Aku ingin mencobanya!”
“Aku dulu! Aku yang menemukannya.” MM
mengarahkan senjata ke arah mobil B, ia menekan
pelatuk senjata dan sinar merah meluncur arah mobil.
DUAR
Mobil itu hancur berkeping-keping tanpa menyisakan
apapun.
“M-mobilku...”
“Tak apa B, ada urusan waktu yang harus kita
selesaikan.”
“T-t-tapi aku baru melunasinya.”

Anda mungkin juga menyukai