Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Bahan Konstruksi Teknik Kimia


“Korosi ( jenis dan pencegahan )”

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia


Dosen pengampu Aprianto,. MT

Disusun oleh :
Uswatun Khasanah ( 18103021023 )

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2019
KOROSI ( Jenis dan Pencegahan )

1.1. Pendahuluan
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan
lingkungannya. Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada
bahan – bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion
pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
oksigen.
1.2. Mekanisme terjadinya korosi
Korosi merupakan proses elektrokimia, pada bagian tertentu logam
berperan sebagai anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi,
sedangkan katoda terjadi reduksi. Letak anoda dan katoda ini tergantung pada
berbagai faktor, termasuk diantaranya zat pengotor dan perbedaan rapatan
logam.

Gambar diatas merupakan skema proses korosi. Berikut penjelasannya


:

1. Pada bagian logam yang berperan sebagai anoda terjadi oksidasi pada
logam (besi) oleh oksigen (tetes air).

2. Ketika atom-atom Fe kehilangan elektron, terbentuklah cekungan di


bagian hilangnya besi tersebut. Selanjutnya, elektron-elektron yang
terlepas tersebut akan mengalir ke bagian dengan konsentrasi oksigen

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 1


tinggi yang umumnya terletak di tepi tetesan air tempat terbentuknya
cekungan. (daerah katoda).

3. Oksigen direduksi di katoda. Reaksinya :

O2(g) + 4H+(aq) + 4e- <--> 2H2O(l) E0 red = +1,23 V

atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e- <--> 4OH-(aq) E0 red = +0,40 V

Pada umumnya, reaksi reduksi yang terjadi adalah reaksi


reduksi oksigen dengan H+, sebagaimana medium terjadinya korosi
cenderung bersifat asam dan reaksi reduksi dalam suasana asam
cenderung lebih spontan, sebagaimana potensial reduksinya lebih
besar (+1,23 V). Ion H+ berasal dari asam H2CO3 yang terbentuk dari
reaksi pelarutan karbon dioksida dalam uap air di udara.

Jadi, keseluruhan reaksi hilangnya besi, tanpa reaksi pembentukan


karat, yaitu:

2Fe(s) + O2(g) + 4H+(aq) → 2Fe2+(aq) + 2H2O (l) E0red = +1,23 V

4. Fe2+ yang dihasilkan dari proses oksidasi di anoda kemudian


teroksidasi kembali menjadi Fe3+ yang kemudian membentuk senyawa
oksida terhidrasi, yaitu karat besi (Fe2O3).

Reaksinya :


4Fe2+(aq) + O2(g) + (4+2n)H2O(l) 2Fe2O3.nH2O + 8H+(aq)

Berdasarkan nilai potensial standard reduksinya, besi merupakan


logam yang mudah mengalami korosi. Logam-logam yang mempunyai nilai

E0red besar akan sulit mengalami korosi, sebab logam tersebut akan mudah

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 2


tereduksi sehingga susah teroksidasi. Sebaliknya, logam yang mempunyai

E0red kecil akan mudah mengalami oksidasi karena sukar tereduksi. Logam-
logam perak, platina, dan emas mempunyai potensial elektrode besar
sehingga sulit mengalami korosi.

1.3. Jenis – jenis korosi dan pencegahannya


1.3.1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)
Pada jenis korosi ni, seluru permukaan logam yang terekspose
dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini
mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total.
Mekanisme Uniform Corrosion yaitu dengan distribusi
seragam dari reaktan katodik atas seluruh permukaan logam yang
terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion
hidrogen dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7),
terjadi reduksi oksigen. Kedua berlangsung secara "seragam" dan tidak
ada lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik atau anodik.
Katoda dan anoda terletak secara acak dan bergantian dengan waktu.
Hasil akhirnya adalah hilangnya kurang lebih yang seragam dimensi.
Dampak yang terjadi yaitu :
1) Kekuatan/ ketangguhan Material/ benda kerja berkurang.
2) Material terdegradasi secara lambat (penuaan), hingga akhirnya
kembali menjadi bentuk bijih.
3) Menurunkan nilai estetika daripada benda kerja.
4) Produk korosi menimbulkan pencemaran lingkungan.
Upaya Pencegahannya yaitu :
1) Melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang
lebih anodic.
2) Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik
protection).
3) Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam
berpaduan tembaga 0,4% .
4) Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.
1.3.2. Galvanic Corrosion (Korosi Galvanik)
Galvanic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua
macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media
korosif. Terjadi karena proses elektrokimiawi dua macam metal yang

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 3


berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama.
Dimana electron mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju
metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia
berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion
positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam
elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan
anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur karat
(Surface Attack) atau serangan karat permukaan.
Metode pencegahannya yaitu :
1) Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti
reaksi anoda dan katoda.
2) Mengisolasi logam dari lingkungannya.
3) Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal
dengan mineralisasi.
4) Mengurangi oksigen yang larut dalam air.
5) Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis.
6) Memilih logam-logam yang memiliki unsur-unsur yang
berdekatan.
7) Mencegah celah atau menutup celah.
1.3.3. Selective Leaching Corrosion
Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih
komonen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan,
pelarutan selektif atau srangan selektif. Contoh dealloying umum
adalah dekarburisasi, decobaltification, denickelification,
dezincification, dan korosi graphitic. Mekanisme selective leaching
yaitu sebagai berikut :
1) Logam yang berbeda dan paduan memiliki potensial yang
berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama.
2) Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda
yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda.
3) Beda potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan
pendorong untuk serangan preferensial yang lebih "aktif" pada
elemen dalam paduan tersebut.

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 4


Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa
terlarut dari paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan
tembaga yang keropos dan rapuh.
Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah
dengan menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun.
1.3.4. Crevice Corrosio (Korosi Celah)
Definisi Crevice Corrosio adalah sel korosi yang diakibatkan
oleh perbedaan konsentrasi zat asam. Korosi lokal yang terjadi pada
celah diantara dua komponen baik logam dengan non-logam maupun
logam dengan logam.
Mekanisme dari korosi ini terjadinya korosi merata diluar dan
didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen.
Pada suatu saat oksigen (O2) didalam celah habis, sedangkan oksigen
(O2) didalam celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang
berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan
logam didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang
terkorosi.
Cara pengendalian dari korosi ini yaitu :
1) Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut,
gunakan sambungan las.
2) Gunakan gasket non absorbing.
3) Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.
4) Dikeringkan bagian yang basah.
5) Dibersihkan kotoran yang ada.
1.3.5. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran)
Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam
yang dibatasi pada satu titik atau area kecil, dan membentukn bentuk
rongga. Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang paling merusak
dari korosi.
Mekanisme Pitting Corrosion ini untuk material bebas cacat,
korosi sumuran disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin
berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat
merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada
dudukan oksida. Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 5


(tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai
di lokasi anodik (pusat tetesan air).
Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut:
1) Hindari permukaan logam dari goresan.
2) Perhalus permukaan logam.
3) Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.
4) Pilih bahan yang homogen diberikan inhibitor.
5) Diberikan coating dari zat agresif pitting corrosin.
1.3.6. Intergranular Corrosion
Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut
"intercrystalline korosi" atau "korosi interdendritik". Dengan adanya
tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis
korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan
(IGSCC)" atau hanya "intergranular stress corrosion cracking".
Korosi intergranular adalah korosi yang terjadi pada atau di
sepanjang batas butir dan batas butir bersifat anodik dan bagian tegah
butir bersifat katodik. Korosi ini terjadi akibat presipitasi dari pengotor
Seperti khromium di batas butir, yang menyebabkan batas butir
menjadi rentan terhadap serangan korosi. Dimana presipitat krom
karbida terbentuk karena karbon meningkat yang ada di sekitarnya,
sehingga krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi. Proses
terbentuknya presipitat karbon karbida disebut sentisiasi. Terjadi pada
temperatur 500-800 sehingga kekurangan krom yang memudahkan
terjadinya korosi.
Mekanisme intergranular corrosion ini jenis serangan ini
diawali dari beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti
“coring” biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada batas
butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan
mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

Cara pengendalian korosi batas butir ini yaitu :


1) Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.
2) Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
3) Pendinginan cepat dari temperatur tinggi
4) Pelarutan karbida melalui pemanasan.
5) Hindari pengelasan.

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 6


1.3.7. Stress Corrosion Cracking (SCC)
Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang
memerlukan aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan
berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan
bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga
termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat
menghancurkan paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan
sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan
penggetasan hidrogen. Mekanisme SCC ini terjadi akibat adanya
hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu :
1) Bahan rentan terhadap korosi.
2) Adanya larutan elektrolit (lingkungan)
3) Adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan
terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap larutan
alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.
Cara pengendalian korosi tegangan adalah:
1) Turunkan besarnya tegangan.
2) Turunkan tegangan sisa termal.
3) Kurangi beban luar atau perbesar area potongan.
4) Penggunaan inhibitor.
1.3.8. Erosion Corrosion
Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang
melibatkan erosi dan korosi di hadapan cairan korosif yang bergerak
atau komponen logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang
menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu logam. Mekanisme
erosion corrosionini yaitu adanya efek mekanik aliran atau kecepatan
fluida dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan
percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan
mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang
oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai
pelubangan komponen terjadi.
Cara pengendalian korosi erosi adalah:
1) Menghindari partikel abrasive pada fluida.
2) Mengurangi kecepatan aliran fluida
3) Pilih bahan yang homogen.

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 7


4) Diberi coating dari zat agresif.
5) Diberikan inhibotor.
1.3.9. Korosi Mikroba
Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di
lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni
yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang
memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang
panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor
sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.
Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain
bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab
terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju
korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan
permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam
bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.
Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga
membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan
menyeluruh di permukaan, Lapisan film berupa biodeposit biasanya
membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun
terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi
local. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar
dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau
logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.
Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1) Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya
oksigen.
2) Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
3) Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
4) Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen.
1.3.10. Fatigue Corrosion ( Korosi Lelah )
Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus
yang terus berulang sehingga semakin lama logam akan mengalami
patah karena terjadi kelelahan logam. Korosi ini biasanya terjadi pada

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 8


turbin uap, pengeboran minyak dan propeller kapal. Korosi jenis ini
dapat dicegah dengan cara :
1) Menggunakan inhibitor.
2) Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat
korosi.
3) Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat
korosi.
Pencegahan korosi
1. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-
kondisinya.
2. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari lingkungannya.
3. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif.
4. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.
5. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat korosif
lainnya.

Bahan Konstruksi Teknik Kimia| 9

Anda mungkin juga menyukai