Anda di halaman 1dari 5

Artikel Penelitian

Efek Inhalasi Debu Batubara


terhadap Stres Klorinatif dan
Kerusakan Endotel1

Bambang Setiawan,* Nia Kania,** Agus Yuwono,*** Dyah Paramita****

*Bagian Kimia Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru


**Bagian Patologi Anatomi, Rumah Sakit Umum Ulin, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
***Bagian Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Ulin, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
****Dokter Umum, Rumah Sakit Umum Banjarbaru, Banjarmasin

Abstrak: Debu batubara akan memicu makrofag fagositik membentuk H2O2. Selanjutnya, H2O2
akan dikatalisis oleh mieloperoksidase membentuk HOCl yang dapat memicu stres klorinatif
pada protein sel endotel berupa peningkatan Circulating Endothelial Cells (CEC). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efek paparan debu batubara akut dan sub kronik terhadap
stres klorinatif yang diukur melalui pembentukan Advanced Oxidation Protein Products (AOPP)
dan kerusakan sel endotel yang diukur dengan CEC. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental toksikologi dengan desain post-test only control group. Subjek penelitian adalah
tikus Wistar jantan yang diperoleh dari UGM Yogyakarta. Batubara diperoleh dari tambang di
daerah Karuh Asam-asam Kalimatan Selatan. Paparan debu batubara dilakukan dengan alat
paparan inhalasi model 2009 selama 1 jam per hari untuk paparan 1 hari (paparan akut) dan
paparan 28 hari (paparan sub kronik). AOPP diukur dengan metode Witko-Sarsat yang
dimodifikasi Cakatay. CEC diukur dengan metode dari Hladovec® yang dimofidikasi oleh
Widjajanto yang dikembangkan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universi-
tas Brawijaya Malang. Hasil penelitian menyatakan bahwa paparan akut menyebabkan
peningkatan AOPP dan CEC secara bermakna (p<0,05) yang tidak ditemukan pada paparan
subkronik. Dengan demikian, paparan debu batubara akut melalui inhalasi meningkatkan
stres klorinatif dan kerusakan endotel. Untuk paparan subkronik tidak didapatkan stres
klorinatif dan kerusakan endotel secara bermakna. J Indon Med Assoc. 2011;61: 253-7.
Kata kunci: debu batubara, inhalasi, stres klorinatif, kerusakan endotel

1 Telah dipresentasikan pada 8th Basic Molecular Biology Course


on Stem Cell, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 23-25
Juni 2010.

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011 253


Efek Inhalasi Debu Batubara terhadap Stres Klorinatif dan Kerusakan Endotel

Acute Inhalation of Coal Dust Increases Chlorinative Stress and


Endothelial Damage

Bambang Setiawan,* Nia Kania,** Agus Yuwono,*** Dyah Paramita****

*Department of Medical Chemistry, Lambung Mangkurat Medical School, Banjarbaru


**Department of Pathology Anatomy, Ulin General Hospital, Lambung Mangkurat
Medical School, Banjarmasin
***Department of Internal Medicine, Ulin General Hospital, Lambung Mangkurat
Medical School, Banjarmasin
****General Medical Practitioner, Banjarbaru General Hospital, Banjarbaru

Abstract: Coal dust induce phagocytic macrophage to produce H2O2. H2O2 would catalyzed by
myeloperoxidase yield HOCl then induce chlorinative stress and protein endothelial damage to
increase circulating endothelial cells. The present work aimed to investigate the effects of acute
and subchronic exposure to coal dust on chlronative stress determined by AOPP and endothelial
damage determined by CEC. This study was experimental toxicology research post test only
control group design. Subject of this study was male Wistar rat obtained from UGM Yogyakarta.
Coal was obtained from mining in Karuh Asam-asam South Kalimantan. Exposure of coal dust
was done by coal dust inhalation exposure equipment 2009 model for one hour a day for 1 day
(acute) and 28 days (subchronic). AOPP was measured by Cakatay modification method on
Witko-Sarsat. Circulating endothelial cell was measured by method from Hladovec modified by
Widjajanto which developed in Pharmacology Laboratory, Brawijaya Medical School. Result
showd increase of AOPP and CEC in acute exposure (p<0.05) but not subchronic. In conclusion,
acute inhalation exposure of coal dust increased chlorinative stress and endothelial damage.
However, in subchronic exposure there is no significant different in chlorinative stress and endot-
helial damage. J Indon Med Assoc. 2011;61: 253-7.
Keywords: coal dust, acute, sub chronic, inhalation, chlorinative stress, endothelial damage

Pendahuluan Debu batubara adalah campuran kompleks berbagai


Batubara adalah bahan bakar fosil berupa batuan proporsi mineral, trace metal, dan bahan organik dengan
organik bersedimen dan mudah terbakar yang terbentuk dari derajat yang berbeda dari partikulat batubara.3 Beberapa
perubahan tanaman melalui konsolidasi di antara strata penyakit akibat paparan debu batubara kronik meliputi simple
batuan yang dipengaruhi oleh tekanan dan panas.1 Ekspor coal workers pneumoconiosis (CWP), progressive massive
batubara dari Indonesia menempati urutan kesembilan di fibrosis (PMF), bronkitis kronik, dan emfisema.4,5 Penelitian
dunia, yaitu sebesar 18,75% dari keseluruhan ekspor batu- Mullolli et al6 mengungkapkan adanya peningkatan jumlah
bara dunia. Kalimantan Selatan merupakan penghasil batu- penderita asma pada anak yang tinggal di dekat atau jauh
bara terbesar dengan lokasi pertambangan yang tersebar di dari lokasi pertambangan batubara terbuka. Hal itu meng-
seluruh wilayah.2 Aktivitas batubara di Kalimantan Selatan indikasikan bahwa penyakit akibat debu batubara ber-
terjadi di daerah tambang terbuka maupun jalur transportasi hubungan dengan sifat debu yang mudah diterbangkan oleh
batubara menuju stockpile di pelabuhan sehingga terjadi angin.
akumulasi debu batubara yang akan disebarluaskan oleh Berbagai komponen aktif debu batubara diduga berperan
angin. Pada pertambangan batubara, debu batubara secara langsung pada patogenesis penyakit akibat debu
dihasilkan ketika batubara hancur oleh tubrukan, abrasi, batubara, antara lain silika, carbon centered radical, dan
peremukan, dan penggilasan. Di jalur transportasi batubara, besi.3 Carbon centered radical adalah radikal bebas dari
debu batubara ditimbulkan oleh pergerakan batubara di dalam komponen organik batubara. Senyawa itu bersifat stabil dan
bak truk pada berbagai kondisi jalan. terperangkap dalam struktur batubara, sehingga tidak terlibat

254 J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011


Efek Inhalasi Debu Batubara terhadap Stres Klorinatif dan Kerusakan Endotel

dalam reaksi biologis di dalam tubuh. Besi (Fe2+ dan Fe3+) Penelitian telah lolos uji etik dari komite etik penelitian
adalah komponen bioaktif yang dilepaskan oleh debu Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
batubara. Besi mampu mengkatalisis pembentukan senyawa
oksigen reaktif melalui reaksi dengan oksigen dan/atau Tahap Pembuatan Debu Batubara
hidrogen peroksida.7 Batubara yang berbentuk batuan dari tambang Karuh
Partikel debu batubara yang terdeposit di epitelium Asam-asam Kalimantan Selatan dipilih ukuran paling kecil
alveolar akan difagosit oleh makrofag alveolar yang selan- kemudian dihancurkan dengan martil menjadi butiran kecil.
jutnya akan melepaskan H2O2 dan ·O2.1,5 H2O2 yang terbentuk Selanjutnya butiran kecil diblender sampai berbentuk partikel
akan dikatalisis oleh myeloperoksidase membentuk anion halus. Partikel halus kemudian dikumpulkan dan digunakan
hipoklorit (HOCl-). Selanjutnya, anion hipoklorit akan bereaksi pada tahap pemaparan. Partikel kemudian disaring dengan
dengan gugus amino protein membentuk kloramin. Apabila Mesh MicroSieve® (BioDesign®, USA) sehingga didapatkan
kapasitas antioksidan endogen tidak mampu meredam debu batubara diameter <10 µm.
reaktivitas anion hipoklorit, akan terjadi stres klorinatif. Ad-
vanced Oxidation Protein Products (AOPPs) merupakan Tahap Pemaparan Debu Batubara
marker yang baik untuk stres klorinatif derivat fagosit.8 Debu batubara yang dihasilkan akan dipajankan pada
Peningkatan AOPP mencerminkan peningkatan pemben- tikus yang berada di dalam kotak pajanan yang terbuat dari
tukan H2O2 peningkatan aktivitas myeloperoksidase; dan kawat ram dengan ukuran 40 cm3 selama 1 jam per hari selama
peningkatan reaktivitas anion hipoklorit terhadap biomolekul 1 hari dan 28 hari. Paparan dengan alat paparan debu batubara
yang mengandung gugus amino, misalnya protein pada model 2009 yang didesain dan tersedia di Bagian Kimia
struktur sel. Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Endotelium adalah organ terbesar di dalam tubuh, terdiri Mangkurat. Rangkaian alat meliputi blender, blower, selang,
atas selapis sel yang melapisi bagian dalam sistem sirkulasi serta kandang pajanan. Debu batubara akan dimasukkan
(pembuluh darah).9,10 Sel endotel melapisi pohon vaskuler sebanyak 1 gram ke dalam blender yang kemudian dinyalakan
dan melekat pada membran basal. Pada kondisi sehat, sel ini sehingga terjadi proses penghancuran disertai pembentukan
akan melekat pada membran basal dan hanya sedikit yang debu yang beterbangan. Debu yang beterbangan tersebut
akan lepas ke dalam darah, lalu dibersihkan oleh sistem akan dihisap dengan blower dan diteruskan melalui selang
retikuloendotelial. Kerusakan endotelium akan menyebabkan menuju kandang paparan. Agar tercipta lingkungan di dalam
pengelupasan sel endotel sehingga menyebabkan pening- kandang paparan sebagai ambien debu batubara, kandang
katan jumlah circulating endothelial cells (CEC) di aliran ditutup dengan plastik berwarna hitam.
darah. Hanya sekitar <3 sel/mL CEC yang ditemukan pada
individu sehat. Mekanisme pengelupasan CEC bersifat Tahap Pemeriksaan Parameter
kompleks dan melibatkan berbagai faktor, meliputi cedera Setelah dilakukan pemajanan selama 1 hari dan 28 hari,
mekanik, faktor klasik atherosklerosis, perubahan molekul pada keesokan harinya dilakukan pembedahan pada tikus
adhesi sel endotel/sel subendotel, defek ikatan pada protein yang telah dimasukkan ke dalam bak plastik berisi kapas yang
matriks anchoring, dan apoptosis seluler dengan penurunan mengandung eter. Pembedahan dilakukan pada tikus yang
daya tahan protein sitoskeletal.11 Penelitian Lee et al12 mem- masih mem-punyai detak jantung dengan membuka abdo-
buktikan peningkatan CEC pada infark miokard dibandingkan men, memotong kosta, dan membuka rongga dada untuk
penyakit arteri koroner dan orang sehat. Dipikirkan pula menemukan jantung. Darah yang diperoleh dari jantung akan
bahwa kerusakan endotel dapat disebabkan oleh debu digunakan untuk pemeriksaan parameter. Pemeriksaan Ad-
batubara. vanced Oxidation Protein Products (AOPP) sebagai marker
Belum ada penelitian yang mengklarifikasi permasalahan stres klorinatif dilakukan dengan metode Cakatay yang
ini sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengukur stres memodifikasi metode Witko-Sarsat.13 Pemeriksaan Circulat-
klorinatif dan kerusakan endotel akibat paparan debu ing Endothelial Cells (CEC) dilakukan metode Hladovec14
batubara. yang dimodifikasi oleh Widjajanto et al15.

Metode Analisis Data


Penelitian eksperimetal dengan desain post-test only Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak
control group. Subjek penelitian ini adalah tikus Wistar berpasangan dan disimpulkan terdapat perbedaan secara
berjenis kelamin jantan, berat badan 200-250 gram dari UGM- bermakna apabila didapatkan apabila nilai p<0,05.
Yogyakarta. Kelompok penelitian meliputi kontrol, paparan
akut (1 hari), dan paparan subkronik (28 hari). Dengan rumus Hasil
Federer diperoleh jumlah tikus per kelompok 8 ekor tikus. Pajanan debu batubara akut menyebabkan peningkatan
Tahap penelitian meliputi pembuatan debu batubara, kadar AOPP secara bermakna dibandingkan kontrol (p=0,032),
pemaparan debu batubara, dan pemeriksaan parameter. namun pajanan subkronik tidak menunjukkan perbedaan

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011 255


Efek Inhalasi Debu Batubara terhadap Stres Klorinatif dan Kerusakan Endotel

Tabel 1. Kadar AOPP dan Jumlah CEC pada Berbagai Kelom- atau terdapat mekanisme lain dalam kerusakan oksidatif pada
pok protein. Makrofag dalam status jenuh memicu penurunan
Kontrol Akut Subkronik kemampuan respiratory burst yang ditandai penurunan
pembentukan H2O2. Hal itu sesuai dengan penelitian Armutcu
Kadar AOPP 0,0361±0,0988 0,0596±0,0209 0,0360±0,0016 et al5 bahwa paparan subkronik tidak ditemukan peningkatan
Jumlah CEC 2,6667±1,0328 4,8333±0,7527 3,0000±0,6324 aktivitas mieloperoksidase (MPO) secara bermakna di paru.
Selanjutnya rendahnya H2O2 menyebabkan perubahan H2O2
secara bermakna dibandingkan kontrol (p=0,968) (Tabel 1). menjadi HOCl juga rendah. Akibatnya reaksi antara HOCl
Pajanan debu batubara akut juga meningkatkan rerata dengan gugus amino protein membentuk AOPP akan me-
jumlah CEC secara bermakna dibandingkan kontrol (p=0,02), nurun. Meskipun demikian, penelitian Pinho et al20 membuk-
sedangkan pajanan subkronik tidak menunjukkan pening- tikan peningkatan protein karbonil sebagai marker kerusakan
katan secara bermakna dibandingkan kontrol (p=0,515). protein dibandingkan kontrol. Kondisi ini akan mendukung
kompensasi perbaikan endotel oleh Endothelial Progenitor
Diskusi Cells (EPC) sehingga kerusakan endotel menjadi rendah.
Inhalasi debu batubara akan membentuk senyawa Dengan demikian pajanan akut debu batubara memicu stres
oksigen reaktif melalui mekanisme secara langsung dan tidak klorinatif serta kerusakan endotel. Selanjutnya kerusakan
langsung. Mekanisme langsung melibatkan komponen endotel akan mendasari munculnya penyakit yang melibatkan
bioaktif yang dikandung oleh debu batubara. Sedangkan kerusakan endotel, misalnya aterosklerosis. Untuk meng-
mekanisme tidak langsung terjadi akibat respiratory burst hambat kejadian patologis ini dapat dilakukan dengan
hasil aktivasi makrofag dan leukosit polimorfonuklear ketika menghambat stres klorinatif atau meningkatkan kemampuan
terjadi fagositosis dan inflamasi yang menetap.5,16 regenerasi endotel oleh endothelial progenitor cell.
Kapasitas oksidatif debu batubara utamanya dise-
babkan oleh kandungan logam transisi, meliputi Fe, Cr, Mn, Kesimpulan
Co, Ni, Cu, Zn, dan silika. Beberapa logam tersebut dapat Paparan debu batubara akut memicu stres klorinatif dan
mengkatalis reaksi Fenton untuk menghasilkan senyawa kerusakan endotel secara bermakna. Untuk paparan subkronik
oksigen reaktif.5 Selama fagositosis partikel terinhalasi, akan tidak didapatkan stres klorinatif dan kerusakan endotel secara
dibentuk radikal superoksida yang akan mengalami dismutasi bermakna.
spontan membentuk hidrogen peroksida. Apabila terdapat
logam transisi, maka hidrogen peroksida akan dikonversi Daftar Pustaka
menjadi radikal hidroksil.17 1. Huang X, Finkelman RB. Understanding the chemical properties
of macerals and minerals in coal and its potential application for
Populasi yang terpapar debu batubara kronik berisiko
occupational lung disease prevention. J Toxicol Environ Health
lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskuler penyakit jantung Part B. 2008;11(1):45-67.
koroner dan serangan jantung yang sebanding antara pria 2. Furqan EBM. Fenomena pertambangan batubara di kalimantan
dan wanita.18 Pada penelitian ini, peningkatan stres klorinatif selatan: kebijakan kuras habis dan berorientasi pasar. [2007; Cited:
28 Jan. 2008]. Available from: http:www.walhi.or.id.
secara bermakna hanya ditemukan pada pajanan akut dan
3. Dalal NS, Newman J, Pack D, Leonard S, Valyathan V. Hydroxyl
tidak ditemukan pada pajanan subkronik. Pada pajanan akut, radical generation by coal mine dust: possible implication to coal
kapasitas oksidatif debu batubara memicu reaksi antara HOCl workers’pneumoconiosis. Free Rad Biol Med. 1995;18(5):1-20.
dengan gugus amin protein membentuk AOPP dan juga 4. Naidoo NR, Robins GT, Murray J, Green YHF, Vallyathan V.
Validation of autopsy data for epidemiologic studies of coal min-
ditemukan peningkatan jumlah CEC yang mencerminkan
ers. Am J Ind Med. 2005;47:83-90.
peningkatan kerusakan sel endotel. Hal ini mengindikasikan 5. Armutcu F, Gun BD, Altin R, Gurel A. Examination of lung tox-
adanya stres klorinatif pada kadar tinggi yang akan memicu icity, oxidant/antioxidant status and effect of erdosteine in rats
adanya apoptosis seluler. Bergantung kepada kadar kept in coal mine ambience. Environ Toxicol Pharmacol.
2007;24:106-13.
senyawa reaktif, berbagai faktor transkripsi sensitif redoks
6. Mulloli PT, Howel D, Prince H. Prevalence of asthma and other
diaktivasi dan akan mengkoordinasikan respons biologis respiratory symptoms in children living near and away from
tertentu. Stres klorinatif pada kadar rendah akan menginduksi opencast coal mining sites. Int J Epidemiol. 2001;30:556-63.
Nrf2, faktor transkripsi yang berimplikasi pada transaktivasi 7. Huang C, Li J, Zhang Q, Huang X. Role of bioavailable iron in
coal dust-induced activation of activator protein-1 and nuclear
gen yang menyandi aktivitas antioksidan enzimatik. Senyawa
factor of activated T cell. Am J Respir Cell Mol Biol. 2002;27:568-
reaktif pada kadar sedang akan memicu respon inflamasi 74.
melalui aktivasi NF-kB dan AP-1. Namun stres klorinatif pada 8. Boulanger E, Moranne O, Wautier M, Witko-Sarsat M, Descamps-
kadar tinggi akan mengacaukan pori mitokondria dan Latscha B, Kandoussi A, et al. Changes in glycation and oxidation
markers in patients starting peritoneal dialysis. a pilot study.
gangguan transfer elektron yang akhirnya menyebabkan
Peritoneal Dialysis Int. 2006;26:207-212.
nekrosis atau apoptosis.19 9. Segal MS, Bihorac A, Koc M. Circulating endothelial cells: tea
Pada pajanan subkronik, ketidakbermaknaan diduga leaves for renal disease. Am J Physiol Renal Physiol. 2002;283:11-
disebabkan oleh makrofag yang telah jenuh dalam fagositosis 9.

256 J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011


Efek Inhalasi Debu Batubara terhadap Stres Klorinatif dan Kerusakan Endotel

10. Lyall F, Greer IA. The vascular endothelium in normal preg- activity and exposure to environmental oxidative stimuli. Free
nancy and pre-eclampsia. Rev Reprod. 1996;1:107-16. Rad Res. 2005;39(12):1345-50.
11. Boos CK, Lip GYH, Blann AD. Circulating endothelial cells in 17. Altin R, Kart L, Tekin I, Armutcu F, Tor M, Ornek T. The
cardiovascular disease. J Am Coll Cardiol. 2006;48:1538-47. presence of promatrix mettaloproteinase-3 and its relation with
12. Lee KW, Lip GY, Tayebjee M, Foster W, Blaan AD. Circulating different categories of coal worker’s pneumoconiosis. Med
endothelial cells, von Willebrand factor, interleukin-6 and prog- Inflamm. 2004;13(2):105-9.
nosis in patients with acute coronary syndromes. Blood. 18. Hendryx M, Zullig KJ. Higher coronary artery disease and heart
2005;105:526-32. attack morbidity in Appalachian coal mining regions. Preven-
13. Cakatay U, Telcy A, Kayali R, Tekeli F, Akcay T, Silvas A. tive Med. 2009;49:355-9.
Relation of aging with oxidative protein damage parameters in 19. Glorie G, Legrand-Poels S, Piette J. NF-kB activation by reactive
the rat skeletal muscle. Clin Biochem. 2003;36:51-5. oxygen species: fifteen years later. Biochem Pharmacol.
14. Hladovec B, Rossman P. Circulating endothel cell isolated to- 2006;72:1493-505.
gether with platelets and experimental modification of their 20. Pinho RA, Silveira PCL, Silva LA, Steck EL, Dal-Pizzol F,
counts in rats. New York: Pergamon Press Inc; 1973. Moreira JCF. N-acetylsisteine and deferoxamine reduce pulmo-
15. Widjajanto E, Widodo MA, Rudiyanto A. Correlation between nary oxidative stress and inflammation in rats after coal dust
circulating endothel and profile lipid in diabetes mellitus patient exposure. Environ Res. 2005;99:355-60.
(preliminary study). Faculty Medicine Brawijaya, Malang, 1994.
16. Nadif R, Mintz M, Jedlicka A, Bertrand J, Kleeberger SR, YY/MH/FAS
Kauffmann F. Association of CAT polymorphisms with catalase

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011 257

Anda mungkin juga menyukai