Anda di halaman 1dari 12

Kd,3.

6 MENGANALISIS PERILAKU HORMAT DAN PATUH


KEPADA ORANGTUA DAN GURU

Disusun oleh : MARTIN HIDAYATI


Kelas : XI TKJ 2
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang
diperintahkan dalam agama. Oleh karena itu bagi seorang
muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan
sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma
kesopanan, namun juga memenuhi norma agama, atau dengan
kata lain dalam rangka menaati perintah AllahTa ‟ ala dan
Rasul Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam birrul waalidain (berbakti
kepada kedua orang tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik)
kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai
tambah yang semakin „melejitkan‟ makna kebaikan tersebut,
sehingga menjadi sebuah „bakti ‟ . Dan sekali lagi, bakti itu
sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat
mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah
dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
Orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan
dan merasakan „budi baik ‟ seorang anak, dan lebih pantas
diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang orang lain. Ada
beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk
“mengejawantahkan‟ perbuatan baiknya kepada kedua orang
tuanya secara optimal
 Rumusan Masalah
o Apa definisi hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan
guru
o Apa saja dalil tentang hormat dan patuh kepada kedua
orangtua dan guru
o Mengtahui kisah teladan tentang hormat dan patuh
kepada kedua orangtua dan guru
o Hikmah tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua
dan guru
 Tujuan Makalah
o Pembaca dapat memahami tentang hormat dan patuh
kepada kedua orang tua
o Pendorong timbulnya perbuatan baik kepada kedua orang
tua
o Dapat mengambil hikmah dari kisah teladan kepada kedua
orangtua dan guru
PEMBAHASAN
 Pengertian Hormat Dan Patuh
 Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup
kita. Bagaimana cara membalas kebaikan orang tua? Salah satu
cara membalas kebaikan orang tua yaitu bersikap patuh kepada
orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap patuh
kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut pengertian
mengenai hormat dan patuh.
 Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang
lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga. Dalam
hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan
berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak
kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah
satu amal saleh yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua
terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an diantaranya QS.Al
Baqarah ayat : 83 yang artinya :
 “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim,
dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian
kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.
 Contoh Perilaku Hormat Dan Patuh
 Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik
dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku hormat
dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah
contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan
anggota keluarga.
o Hormat dan patuh kepada orang tua.
 Kita hendaknya patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah
orang tua selama tidak untuk maksiat atau berbuat musyrik. Bila
kita diperintahkan untuk berbuat maksiat atau kemusyrikan, kita
harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam keadaan apapun
kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.
 Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat baik
dalam tingkah laku maupun tutur kata terhadap
kedua orang tua
 Mengikuti keinginan dan saran orang tua selama
keinginan dan saran-saran itu tidak melanggar ajaran
agama
 Membantu kedua orang tua sesuai kemampuan
 Mendoakan orang tua semoga diberi umur panjang
oleh Allah SWT
 Menjaga dan merawat orang tua ketika orang tua
sakit
 Setelah orang tua meninggal dunia, kita
menghormati orang tua dengan mendoakannya
 Hormat dan patuh kepada guru
o Guru merupakan pengganti orang tua.
 Guru juga berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena
guru telah memberikan ilmu kepada siswa nya dengan tulus dan
ikhlas. Berikut beberapa contoh perilaku hormat dan patuh
kepada orang tua:
 Memuliakan dan tidak menghina kepada guru
 Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh
semangat
 Memperhatikan guru yang sedang menjelaskan
pelajaran
 Bertanya kepada guru apabila ada sesuatu yang
belum dimengerti dengan sikap sopan
 Menggunakan cara bahasa yang baik pada saat
berbicara dengan guru
 Berpakaian rapi dan sopan ketika belajar
o Hormat dan patuh kepada anggota keluarga
 Menghormati dan menghargai nasihat keluarga,
selama tidak untuk berbuat maksiat atau berbuat
musyrik
 Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat
terhadap anggota keluarga.
 Mendoakan anggota keluarga semoga diberi
kesehatan oleh Allah swt
 Membantu anggota keluarga yang kesulitan.
 Memohonkan ampun kepada Allah swt atas
kesalahan anggota keluarga
 Menghormati hak dan kewajiban anggota keluarga
yang lain.
 Dalil Tentang Hormat Dan Patuh Kepada Kedua Orang Tua
 Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru
sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam
al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus
berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk
beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-
Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada umat
Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
 Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti
kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam
mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti
dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua
orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana
yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada
umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang
perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra

 Artinya:
 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya,
dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)

َ‫سلَّ َم قَا َل اِ َّن ا َ َب َّر ا ْل ِب َّر ا‬


َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َلى ا هلل‬ َّ ‫ع ْن ُه َما ا َ َّن ا لنَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َ ُ‫ي ا هلل‬ َ ‫ض‬ َ 
ُ ‫ع ْن ا َ ب ِْن‬
ِ ‫ع َم َر َر‬
‫لر ُج ُل ُو دَّ اَبِ ْي ِه‬
َّ ‫ص َل ا‬ ِ َ‫ْن ي‬
 Artinya :
 Bahwa rasulullah bersabda: sesungguhnya kebaikan yang
paling utama adalah seseorang memelihara hubungan baik
dengan orang tuanya. (HR Muslim)
 Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang
tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena
restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti
kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh
Allah Swt.
 Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan
sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain
lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang
tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah
terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada
kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
 Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan
apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau
menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian
apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku
berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad
di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
 Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua,
perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang
tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik)
saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun
bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan
dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun
setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya
sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan,
“Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua,
bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang
menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-
teman mereka.”
 Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang
tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas
merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada
kedua orang tua dan guru.
 Kisah Teladan Hormat Dan Patuh Kepada Kedua Orang Tua Dan
Guru
 Dahulu dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai
anak kecil dan pedet ( anak lembu ). Kemudian pedet itu
dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,
 “Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku
hingga ia besar.”
 Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup
sendiri di dalam hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat
orang akan segera lari seperti seakan- akan liar.
 Singkat cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia
sangatlah berbakti kepada ibunya, sehingga ia membagi waktu
malam menjadi tiga bagian:
 Sepertiga untuk sembahyang
 Sepertiga untuk tidur
 Sepertiga untuk menjaga ibunya
 Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu,
kemudian dibawa kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya
pun dibagi menjadi tiga bagian:
 Sepertiga untuk sedekah
 Sepertiga untuk makan
 Sepertiga untuk ibunya
 Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan
untukmu seekor lembu yang dititipkan kepada Allah di hutan,
maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya
Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga
mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya
berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika
terkena oleh sinar matahari”
 Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu
seperti yang dimaksudkan ibunya ia berdo’ a,
 “Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail,
Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang kemari.”
 Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu
ia pegang lembu itu untuk dituntun menuju rumahnya, namun
tiba- tiba lembu itu berkata,
 “Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas
punggungku untuk memudahkanmu”
 Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia
berpesan agar aku memegang lehermu dan menuntunmu
pulang”
 Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika
engkau tidak dapat mengendaraiku maka berjalanlah. Hai
Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada bukit untuk
berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua
bukit itu karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”
 Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada
ibunya. Ibunya kemudian erkata, “Hai anakku, engkau miskin
dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat berat bagimu
mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena
itu lebih baik kamu jual saja lembu ini”
 Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan
harga berapakah, Ibu?”
 “Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu
sebelum bermusyawarah denganku”
 Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu
dibawalah lembu itu kepasar, dan tanpa sepengetahuannya
Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk menguji ketaatan
pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat (
yang menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda
tersebut dan bertanya kepadanya,
 “Dengan harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
 “Tiga dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
 “Bagaimana jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat
tanpa memberitahu ibumu?”
 Jawab pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat
lembu ini uang emas, maka aku tetap tidak akan menerimanya
jika tanpa ridha dari ibuku”
 Kemudian ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada
ibunya. Ibunya berkata, “Kini engkauBOLEH menjualnya
sebesar enam dinar dengar ridhaku”
 Maka kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang
telah menjelma menjadi manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila
aku menjualnya dengan harga enam dinar, dan tolong jangan
dikurangi dari harga itu”
 Jawab Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar
duabelas dinar dengan syarat tanpa memberitahu kepada
ibumu”
 Maka kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan
akan hal itu. Lalu ibunya berkata, “Yang datang kepadamu itu
adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu. Maka bila ia
datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu iniBOLEH
dijual atau tidak?’”
 Kemudian ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang
sama seperti yang diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal
itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda dan katakan
kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab
Nabi Musa bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli
lembu ini. Maka jangan dijual kecuali jika dengan harga uang
emas seberat lembu ini.”
 Maka ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi
perintah dari Allah kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih
lembu. Dan ketika dicari lembu yang memenuhi syarat, maka
tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu. Kemudian
akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat
badan lembu tersebut.
 Ini sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan
dan baktinya pemuda itu terhadap ibunya.
 Kisah Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya
 Dikisahkan, Imam Syafi’i yang sedang mengajar para santrinya di
kelas, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan
seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan tetapi Imam
Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget
dan heran melihat perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa
dia wahai Guru, sampai engkau memeluknya erat-erat. Padahal
ia seorang kumuh, kotor, dan menjijikkan?”

Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah


mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur
dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang
membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak
Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya,
meskipun dari masyarakat biasa.
 Hikmah Patuh Dan Hormat Kepada Kedua Orang Tua Dan Guru
 Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada
orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti
kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
 Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan
yang paling utama.
 Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita
perbuat, Allah Swt. pun ridha.
 Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan
kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara
bertawasul dengan amal saleh tersebut.
 Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan
diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
 Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan
kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
PENUTUP
 Kesimpulan
o Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada
orang lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga.
Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat
ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti
merupakan kewajiban anak kepada orang tua
o Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik
dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku
hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja.
Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada
orang tua, guru dan anggota keluarga
o Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan
perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia
untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah
Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra':
 Saran
Sesuai dengan Pembahasan dan kesimpulan di atas, Kami
menyarankan untuk dapat memahami konsep pemikiran atau
mindset yang baik akan sikap dan tindakan yang benar dalam
Menghormati dan Mematuhi kedua Orangtua dan Guru.

Anda mungkin juga menyukai