MAKALAH
Oleh:
UNIVERSITAS WIRARAJA
2019
KATA PENGANTAR
Penulis merasa yakin dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kekeliruan, hal ini dikarenakan pengalaman yang kurang
memadai. Dari pengumpulan data sampai tersusunnya makalah ini penulis
berusaha sebaik-baiknya untuk mendapatkan petunjuk, bantuan, serta bimbingan
yang lebih dari cukup. Maka dari itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Simpulan ............................................................................................. 33
B. Saran .................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit dekompresi (Decompression sickness) atau juga biasa disebut
Caisson Disease merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
pembentukan dan peningkatan ukuran gelembung ketika tekanan parsial gas
inert dalam darah dan jaringan melebihi tekanan ambient (Lee and Ye, 2013,
Wahab et al., 2008). Pembentukan gelembung udara akan menyumbat aliran
darah serta sistem syaraf sehingga akan menimbulkan gejala seperti rasa sakit
di persendian, sakit kepala, gatal-gatal, mati rasa (numbness) kelumpuhan
(paralysis) bahkan dapat menyebabkan kematian.
Meskipun penyakit dekompresi bukan penyakit yang sering dijumpai
pada masyarakat umum, namun hal ini menjadi perhatian khususnya bagi
penyelam (militer, komersial dan rekreasi) (Howle et al., 2017). Pada abad
ke-19 penyakit dekompresi telah menjadi sumber utama morbiditas dengan
kejadian 24% pada pekerja Caisson dan hingga tahun 2014 terdapat kurang
dari 5 kasus per 10.000 penyelaman yang dilaporkan dalam penyelaman
rekreasi modern (Mahon and Regis, 2014).
Dari tahun 1998 sampai 2002, Divers Alert Network (DAN)
melaporkan bahwa pada penyelaman rekreasi tingkat kematian sekitar 10-20
kematian per 100.000 penyelaman (Xu et al., 2012). Kejadian penyakit
dekompresi pada penyelam gua diperkirakan lebih tinggi dibanding dengan
penyelam rekreasi. Insiden penyakit dekompresi pada penyelam gua di
Australia diperkirakan sebesar 2,8 per 10.000 penyelam (0,028%). Namun
ada kemungkinan insiden mencapai 0,05% atau lebih jika menyelam pada
kedalaman lebih dari 90 m (Harris et al., 2015).
Berdasarkan laporan Divers Alert Network (DAN), tingkat kejadian
penyakit dekompresi (DCS) dalam penyelaman komersial dilaporkan sebesar
35,3 per 10.000 penyelaman (Pollock and Buteau, 2017). Selain itu, di
Amerika Serikat insiden kejadian Caisson Disease (CD) untuk tipe II (berat)
sebesar 2,28 kasus per 10.000 penyelam. Sedangkan untuk tipe I (ringan)
tidak diketahui jumlah kasusnya dikarenakan banyak penyelam yang tidak
mencari pengobatan (Duke et al., 2017). Beban tahunan kejadian penyakit
dekompresi di Denmark diperoleh sebanyak 14 kasus. Gejala yang paling
sering terjadi adalah paesthesia (50%), nyeri (42%) dan vertigo (40%) (Juhl et
al., 2016).
Di Indonesia, penyakit dekompresi sering dialami oleh nelayan
penyelam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan data dari Sub
Direktur Jenderal Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra
hingga tahun 2008, dari 1026 nelayan penyelam di Indonesia ditemukan
93,9% penyelam pernah menderita gejala awal akibat penyelaman
diantaranya 29,8% menderita nyeri sendi, gangguan pendengaran sebesar
39,5% dan menderita kelumpuhan sebesar 10,3% (Prasetyo et al., 2012).
Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan
pada 251 responden penyelam di 9 provinsi di Indonesia, teknik menyelam
yang digunakan sebesar 56,6% penyelam tahan nafas, 33,9% penyelam
kompresor dan 9,6% penyelam dengan SCUBA. Sedangkan keluhan yang
sering dialami dari 251 responden tersebut antara lain 21,2% pusing atau sakit
kepala, 12,6% lelah, 12,5% pendengaran berkurang, 10,8% nyeri sendi,
10,2% pendarahan hidung, 9,7% sakit dada atau sesak, 6,4% penglihatan
berkurang, 6% bercak merah di kulit, 5,6% gigitan binatang, 3,2% lumpuh
dan 1,7% hilang kesadaran (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk
lebih memahami mengenai Penyakit Dekompresi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan:
K. Apa definisi penyakit dekompresi?
L. Apa saja faktor risiko penyakit dekompresi?
M. Apa saja tipe-tipe penyakit dekompresi?
N. Bagaimana tanda dan gejala penyakit dekompresi?
O. Bagaimana patofisiologi penyakit dekompresi?
P. Apa komplikasi penyakit dekompresi?
Q. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada penyakit dekompresi?
R. Bagaimana penatalaksanaan penyakit dekompresi?
S. Bagaimana pencegahan penyakit dekompresi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit dekompresi?
2. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit dekompresi?
3. Untuk mengetahui tipe-tipe penyakit dekompresi?
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit dekompresi?
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit dekompresi?
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit dekompresi?
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada penyakit dekompresi?
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit dekompresi?
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit dekompresi?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dekompresi
ILUSTRASI KASUS
Pasien datang ke rumah sakit di antar oleh rekannya dalam keadaan tidak
sadar. Rekan pasien yang mengantar mengatakan 30 menit yang lalu pasien
menyelam di pantai dan setelah dipermukaan tidak lama kemudian pasien
pingsan. Setelah sadar pasien mengeluh mengalami kelemahan ekstremitas bawah
setelah menyelam, sesak, nyeri pada persendian, dan nyeri kepala, dan mati rasa
pada ekstremitas bawah. Hasil tanda-tanda vital didapatkan, TD : 90/80mmHg,
RR: 28x/mnt, N: 100x/mnt, S : 35,50C. Hasil lab didapatkan, Leukosit 8.200/ul,
Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb: 16g/dL, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa test:
111mg/Dl. Tampak parapharese inferior, aktivitas pasien selalu dibantu keluarga,
napas cepat. Hasil radiologi, foto thorax terdapat emboli pada paru-paru. Hasil
MRI, terdapat nekrosis iskemik metafisis dan diafisis sum-sum tulang. Kekuatan
otot :
5555 5555
1111 1111
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : Nn. F
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Suku bangsa : Madura
Golongan Darah : -
Tanggal Masuk RS. : -
Tanggal Pengkajian :
No. Reg. : 0312230368
Dx. Medis : Dekompresi
Alamat : Jl. Nangka No 7 Desa Mengkudu
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru SD
Suku bangsa : Madura
Alamat : Jl. Nangka No 7 Desa Mengkudu
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Alasan masuk RS
Pasien datang ke rumah sakit di antar oleh rekannya dalam
keadaan tidak sadar. Rekan pasien yang mengantar mengatakan
30 menit yang lalu pasien menyelam di pantai dan setelah
dipermukaan tidak lama kemudian pasien pingsan.
2) Keluhan utama
Setelah sadar pasien mengeluh mengalami kelemahan
ekstremitas bawah setelah menyelam, sesak, nyeri pada
persendian, dan nyeri kepala, dan mati rasa pada ekstremitas
bawah.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di
RS. Dengan diagnosa penyakit seperti yang dirasakan saat ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit menular, keturunan dan penyakit serupa
dengan klien.
b. Data Biologis
Pola Kebiasaan Sehari-
No. Sebelum Sakit Selama Sakit
hari
1. Pola makan dan minum
a. Pola makan
1) Frekuensi 3x sehari 3x sehari
2) Jumlah Satu porsi habis ½ porsi habis
3) Gangguan Tidak ada keluhan Nafsu makan
berkurang
4) Jenis Makanan tinggi Makanan lunak
kolesterol (nasi, (Bubur, lauk, dan
lauk, sayur) sayur)
5) Makanan Ada Ada
tambahan
b. Pola minum
1) Frekuensi 6-8 gelas/hari 4-5 gelas/hari
2) Jumlah 1500-2000 cc 1000-1500 cc
3) Jenis Air putih, teh, susu Air putih
2. Eliminasi dan defekasi
a. BAB
1) Frekuensi 1x/hari 1x/hari
2) Konsistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
3) Warna Kuning tengguli Kuning tengguli
4) Gangguan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
b. BAK
1) Frekuensi 6-5x/hari 3-4x/hari
2) Warna Kuning jernih Kuning jernih
3) Gangguan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
3. Pola Aktivitas Dapat melakukan Tidak banyak
aktifitas sehari-hari melakukan
aktivitas, pasien
tidur terlentang
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Waktu
1) Tidur siang Tidak pernah 10.00-12.00 dan
13.00-15.00 WIB
2) Tidur malam 21.00-05.00 WIB 21.00-04.00
b. Kesulitan Tidur nyenyak Klien sering
terbangun
5. Pola kebersihan
a. Mandi 2x/hari 1x/hari
b. Gosok gigi 2x/hari 1x/hari
c. Potong kuku 1x/hari Tidak pernah
d. Cuci rambut 2x/hari Tidak pernah
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum :
a) Kesadaran : Stupor
b) Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 90/80 mmHg
Suhu : 35,5° C
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 28x/menit
c) Antrovomentri
TB : 165 cm
BB : 60 kg
2) Kepala
a) Rambut
Rambut berwarna hitam. Kulit kepala bersih, tidak ada
lesi, tidak ada nodul, tidak ada ketombe, rontok tidak ada,
distribusi rambut merata.
b) Mata
Konjungtiva : Anemis
Skelera : Ikterik
Reflek pupil : Normal (isokor apabila disinari cahaya)
Kornea : Berwarna bening, adanya pantulan cahaya
apabila disinari cahaya.
Lapang pandang : Dapat mengikuti 8 arah tatapan mata
Daya akomodasi : Bola mata bergerak sesuai dengan arah
benda
Fungsi penglihatan : Klien dapat membaca pada jarak 25
cm tanpa alat bantu.
c) Telinga
Serumen : Tidak ada
Pengeluaran : Otitis media perporasi (nanah, darah) tidak
ada.
Membran Thympani : Bening
Pendengaran : Klien dapat mendengar pada jarak
30 cm dengan menggunakan bisikan.
Tulang mastoid : Tidak ada nyeri tekan
d) Hidung
Cuping hidung : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Nafas : Sesak dengan RR: 28x/menit
Rambut hidung : Penyebaran merata
Sekret : Tidak ada
Epistaksis : Tidak ada
Mukosa : Merah muda, lembab
Pembengkakan : Tidak ada
Fungsi penciuman : Dapat membedakan bau
e) Mulut
Bibir : Simetris atas bawah, warna merah muda.
Gusi : Warna merah muda, gingivitis tidak ada, scorbut
tidak ada.
Gigi : Bersih, berwarna putih, caries dentis tidak ada.
Lidah : Merah muda, fisura tidak ada, bersih, dapat
merasakan rasa.
Rongga mulut : Bersih, palatum mole berwarna merah
muda, palatum durum berwarna pucat, tidak ada radang.
Faring : Tidak ada pembesaran tonsil, pergerakan
ovula ke atas sewaktu mengucapkan “a”
f) Leher
Bentuk : Simetris
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran, adanya pergerakan
sewaktu menelan.
Vena Jugalaris : Tidak ada peningkatan
Trachea : Simetris, ditengah-tengah.
3) Dada
Dada Anterior
a) Bentuk : Simetris
b) Retraksi dinding dada : Tidak ada
c) Expansi dada : Sama antara kanan dan kiri
Paru-paru :
a) Respirasi : 28x/menit
b) Bunyi nafas : vesikuler
c) Irama nafas : Irreguler
d) Bunyi perkusi : Resonan
Jantung :
a) Bunyi jantung : S1 dan S2
b) Irama jantung : Reguler
c) Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
4) Axila : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran.
Dada posterior
a) Bentuk : Simetris
b) Vokal premitus : sama antara kiri dan kanan
c) Retraksi dinding dada : Tidak ada
d) Bunyi bronkus : Bronchovesikuler
5) Abdomen
a) Bentuk : Datar, superl, tidak ada lesi
b) Bising usus : Bunyi 18x/menit
c) Aorta : 2 jari diatas umbilikal, bunyi desiran air
d) Lambung : Tidak ada nyeri tekan, bunyi perkusi :
timpani.
e) Hepar : Tidak ada nyeri tekan
f) Limpa : Tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran.
g) Ginjal : Teraba tidak ada pembesaran, tidak ada
nyeri tekan.
6) Genetalia
a) Bentuk : Utuh
b) Radang : Tidak ada
c) Sekret : Tidak ada
d) Kelainan : Tidak ada
7) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Tangan kanan klien terpasang infus, oedema tidak ada,
klien dapat melakukan flexi, ekstensi, inversi, ekspersi,
pronasi, supinasi, abduksi, aduksi, rotasi, reflek bisep (+),
reflek trisep (+)
Tonus otot : 5 5
b) Ekstremitas bawah
Pada ektremitas bawah klien mengeluh nyeri pada persendian
dan mati rasa.
Tonus otot : 1 1
d. Data Psikososial
1) Keadaan emosional : Klien tampak stabil
2) Pola interaksi : Klien dapat berinteraksi dengan perawat
dan keluarga.
3) Gaya komunikasi : Klien dapat berkomunikasi secara verbal
Konsep diri
1) Peran diri : Klien selama di RS berperan sebagai anak
perempuan.
2) Ideal diri : Klien berharap segera sembuh dari penyakitnya.
e. Data Psikologis
1) Pendidikan : SMU
2) Hubungan sosial : Hubungan klien dengan pasien yang lain
cukup baik
3) Gaya hidup : Dilihat dari cara berpakaiannya klien tampak
hidup sederhana.
f. Data Spiritual
Klien selalu beribadah tepat waktu dan selalu berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.
g. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi
Hemoglobin 16 P: 12,5-18,0 gr/dL
W: 12-16
Eritrosit 5,10 P: 4,6-6,2 juta/ul
W: 4,2-5,4
Leukosit 8,2 P: 4-10 Rb/ul
W: 15,0-44,0
B. ANALISA DATA
Nama : Nn. F
Umur : 17 Tahun
No. Reg : 0312230368
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Gangguan Gangguan
- Pasien mengeluh Neuromuskuler mobilitas fisik
mengalami
kelemahan
ekstremitas bawah
setelah menyelam
- Klien mengeluh
nyeri pada
persendian
- Klien mengeluh
mati rasa pada
ekstremitas bawah
DO:
- TTV :
TD: 90/80 mmHg
N: 100x/menit
S: 35,5°C
RR: 28x/menit
- Hasil lab:
Leukosit: 8,2
ribu/ul,
Eritrosit: 5,10
juta/ul
Hb: 16 g/dL
Trombosit: 198.000
mcL
Glukosa test: 111
mg/Dl.
- Aktivitas pasien
selalu dibantu
keluarga
- Hasil MRI
Terdapat nekrosis
iskemik metafisis
dan diafisis sum-
sum tulang
- Kekuatan otot:
5555 5555
1111 1111
2. DS : Gangguan Pola nafas tidak
- Setelah di Neuromuskuler efektif
permukaan pantai
tidak lama
kemuadian pasien
pingsan
- Setelah sadar
pasien mengeluh
sesak
DO:
- Hasil TTV
TD: 90/80mmHg
N: 100x/mnt
S: 35,50C
Rr: 28x/mnt
- Nafas klien
tampak cepat
- Hasil radiologi
foto thorax
terdapat
emboli pada
paru-paru
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d gangguan neuromuskuler
2. Hipotermia b/d terpapar suhu lingkungan yang rendah
3. Gangguan mobilitas fisik b/d gannguan neuromuskuler
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Nn. F
Umur : 17 Tahun
No. Reg : 0312230368
DIAGNOSA PERENCANAAN
No.
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
efektif b/d asuhan keperawatan 2. Monitor respirasi dan status
gangguan 1x1 jam diharapkan O2
neuromuskuler pola nafas dapat 3. Pertahankan jalan nafas
efektif dengan kriteria yang paten
hasil: 4. Posisikan pasien untuk
1. Keluhan sesak memaksimalkan ventilasi.
berkurang 5. Lakukan fisioterapi dada
2. Hasil TTV jika perlu
dalam batas 6. Ajarkan keluarga
normal mempertahankan posisi
RR: 16- pasien untuk
24x/jam memaksimalkan ventilasi.
3. Hasil foto 7. Kolaborasi dengan tim
thorax, emboli terapi oksigen hiperbarik
tidak ada atau
berkurang
4. Tidak ada
penggunaan
otot bantu
pernafasan.
2. Hipotermia b/d Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh pasien
terpapar suhu asuhan keperawatan 2. Bebaskan pasien dari
lingkungan yang 1x30 menit hipotermi lingkungan dingin
rendah dapat teratasi dengan 3. Monitor adanya tanda
kriteria hasil: hipotermia (menggigil,
- Klien tidak dll)
kedinginan 4. Berikan pemanas pasif
(menggigil) (selimut, pakaian hangat,
- TTV dalam dll)
rentang normal 5. Ajarkan keluarga
Suhu: 36,50C- bagaimana kompres
37,50C hangat yang baik dan
benar
6. Kolaborasi dengan tim
terapi oksigen hiperbarik
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji keterbatasan gerak
mobilitas fisik b/d asuhan keperawatan sendi
gangguan 1x24jam diharapkan 2. Kaji kemampuan
neuromuskular masalah dapat teratasi mobilitas klien
dengan kriteria hasil: 3. Bantu klien membuat
1. Dapat jadwal latihan
menggerakkan 4. Dampingi klien saat
ekstremitas latihan mobilisasi
bawah 5. Edukasi kepada klien agar
2. Nyeri sendi tetap melakukan
berkurag atau mobilisasi semampunya
hilang 6. Kolaborasi dengan
3. Hasil MRI tidak fisioterapis dalam
terdapat pemberian terapi fisik
nekrosis 7. Kolaborasi dengan tim
iskemia terapi oksigen hiperbarik
4. Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Nn. F
Umur : 17 Tahun
No. Reg : 0312230368
PENUTUP
A. Simpulan
Decompression sickness atau penyakit dekompresi adalah penyakit
yang disebabkan oleh pengurangan tekanan lingkungan secara cepat yang
cukup untuk menyebabkan pembentukan gelembung dari gas-gas dalam
jaringan tubuh. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit
dekompresi adalah faktor lingkungan yaitu temperatur air laut, kedalaman
penyelaman, faktor penjamu yaitu usia, lama penyelaman, frekuensi
penyelaman, alat bantu yang digunakan, masa kerja sebagai penyelam,
penyakit asma, merokok, obesitas dan konsumsi alkohol.
Ada dua tipe pada penyakit dekompresi yaitu Penyakit Dekompresi
Tipe I dan Penyakit Dekompresi Tipe II. Tanda dan gejala pada penyakit ini
juga sesuai dengan masing-maing tipe penyakit dekompresi. Penyakit
dekompresi merupakan kondisi yang dapat dicegah bagi penyelam salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah gunakan dive computer atau alat khusus
yang dapat membantu penyelam mengukur kedalaman hingga durasi
penyelaman yang tersisa.
B. Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan penatalaksanaan pada
pasien yang mengalami penyakit dekompresi sesuai fase perawatan pada
penyakit dekompresi yang telah di uraikan dalam makalah ini. Serta dapat
melakukan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan
memprioritaskan diagnosa yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?id=X4-
IDwAAQBAJ&pg=PA280&dq=dekompresi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEw
juwp3cgcTlAhUYX30KHV5tBvwQ6AEILDAB#v=onepage&q=dekompre
si&f=false Di akses pada tanggal 29 Oktober 2019