Dibuat Oleh :
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN MAHASISWA DALAM UPAYA
MEMERANGI BUDAYA KORUPSI DI INDONESIA” dengan harapan semoga makalah
ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehinga lebih mengenal tentang
apa itu KORUPSI dan lebih peduli untuk mencegah,mengawasi KORUPSI baik
dilingkungan Masyarakat maupun Instansi pemerintahan. Akhir kata semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi Para Mahasiswa, Pelajar, Umum dan semua yang membaca
makalah ini semoga bisa di pergunakan dengan semestinya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………..
i
Dafta Isi……………………………………………………………………….
ii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………......................
1
- Latar Belakang……………………………………………………….............................
1
- Maksud dan Tujuan………………………………………………….............................
2
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….......
21
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan politik,
juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan internasional,
kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi di tanah air kita ibarat
“warisan haram” tanpa surat wasiat.
Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor
penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri aspek
moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor eksternal dilacak dari aspek
ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum dan lemahnya
penegakkan hukum, serta aspek social yaitu lingkungan atau masyarakat kurang
mendukung perilaku anti korupsi. Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek
kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi
bangsa dan negara. Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat,
khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat.
Pada keadaan ini, inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih
banyak kebijakan namum disertai dengan maraknya praktek korupsi, bukannya
memberikan nilai positif yang semakin tertata, namun memberikan efek negative bagi
perekonomian secara umum. Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi
korupsi adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan
generasi muda sekarang khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena
mahasiswa adalah generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para
penjabat terdahulu. Juga karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi
muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu
dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.
II. Maksud dan Tujuan
A. Maksud
Maksud dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
perilaku korupsi di Indonesia yang sangat meprihatinkan, dan sebagai mahasiswa tentu
kami ingin memberikan kontribusi untuk mencegah terjadinya korupsi, karena
mahasiswa adalah lapisan masyarakat yang memepunyai ideologi tinggi dan mampu
memberikan pengawasan terhadap kinerja instansi pemerintahan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dapi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui pengertian dari korupsi.
b) Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.
c) Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.
d) Mengetahui peran serta Mahasiswa mencegah korupsi
e) Mengetahui dampak dari korupsi
f) Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
g) Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.
h) Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Faktor Politik
Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika terjadi instabilitas
politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Menurut Susanto (2002) korupsi level pemerintahan
adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan,
pencurian barang-barang publik untuk kepentingan pribadi, disebabkan suatu hal yang
disebut konstelasi politik. Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya perilaku
curang (politik uang) pada pemilihan anggota legislatif atau pejabat-pejabat eksekutif,
dana illegal untuk pembiayaan kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-
cara illegal dan teknik lobi yang menyimpang (De Asis: 2000). Dapat dikatakan bahwa
korupsi adalah hasil dari adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan
yang begitu besar tanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan
sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah
ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak
jelas-tegas sehingga menjadi multi tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan
lain, sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat
sasaran, dan sebagainya, memungkinkan peraturan tidak kompatibel dengan realitas di
masa mendatang akan mengalami resistensi. Banyak produk hukum menjadi ajang
perebutan legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan
mempertahankan dan mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009)
mengatakan lima hal yang dianggap berpotensi menjadi penyebab timbulnya korupsi.
Pertama, sistem politik; kedua, intensitas moral seseorang atau kelompok; ketiga,
remunerasi (pendapatan) yang minim; keempat, pengawasan baik bersifat internal-
eksternal; kelima, budaya taat aturan. Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib, dkk
(Basyaib: 2002) yang menyatakan bahwa lemahnya sistem peraturan perundang-
undangan memberikan peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi. Di samping itu,
praktik penegakan hukum juga masih dililiy berbagai permasalahan yang menjauhkan
hukum dari tujuannya.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini
tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya
dilakukan orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan hanya
dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup. Namun di
saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro:
2004). Pendapat lain menyatakan kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri
merupakan faktor paling menonjol menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia. Dari
keinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak adil, ketidakpercayaan sistem peradilan,
banyak faktor motivasi orang kekuasaan, anggota parlemen termasuk warga biasa,
terlibat dalam perilaku korup.
4. Faktor Organisasi
Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang
organisasi meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pimpinan, (b) tidak adanya kultur
organisasi yang benar, (c) system akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai,
(d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya. Melalui tujuan
organisasi para anggota dapat memiliki arah yang jelas tentang segala kegiatan dan
tentang apa saja yang tidak, serta apa yang dikerjakan dalam kerangka organisasi.
Tujuan organisasi dapat berfungsi menyediakan pedoman-pedoman praktis bagi
anggotanya. Tujuan organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara
dalam kelompok. Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur dalam
menilai bobot tindakan. Sebuah organisasi berfungsi baik, bila anggotanya bersedia
mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola tingkah laku (yang normatif), sehingga
dapat dikatakan kehidupan bersama mungkin apabila anggota-anggota bersedia
memenuhi aturan yang telah ditentukan.
E. Gerakan Anti Korupsi
Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum dapat menunjukkan
hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya angka Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) Indonesia. Berdasarkan UU No.30 Tahun 2002, Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dirumuskan sebagai rangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberanas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama,
yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat. Salah satu upaya
pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu Gerakan Anti-Korupsi di
masyarakat. Dengan tumbuhnya budaya anti-korupsi di masyarakat diharapkan dapat
mencegah munculnya perilaku koruptip. Gerakan anti-korupsi adalah suatu gerakan
jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait,
yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pada dasarnya korupsi yang terjadi jika ada
pertemuan antara tiga factor utama, yaitu: niat, kesempatan, dan kewenangan.
Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan
atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor tersebut. Karena, gerakan anti korupsi
adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu dan sistem untuk mencegah
terjadinya perilaku koruptif, sehingga dapat memperkecil peluang berkembang luasnya
korupsi di negeri ini. Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai
dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif.
Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kerja keras,
kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kesederhanaan, keberanian dan keadilan.
Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan
kepada mahasiswa.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari sudut pandang hukum, tindak pidaana orupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari lingkungan
keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang diawali
dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota keluarga
adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul, maka
pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di dalam keluarga
seringkali menjadi bias.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi
ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas
mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah
rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan kampus untuk
tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
Kesimpulan
1. Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan kasus korupsi
yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap kehidupan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mampu melaksanakan Undang-
Undang Dasar ’45 demi terwujudnya good goverment.
3. Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru terhadap
generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme).
4. Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang
madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah
satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti
korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi
mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam
perjalanan sejarah bangsa.
5. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting
dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan
bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen perubahan (agent
of change).
Saran-Saran
1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling awal
didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan anti
korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
3. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi
sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai salah satu
bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide inovatif,
kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen perubahan
pembelajaran kehidupan kebangsaan.
4. Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan pembelajaran
lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas sosial, masalah-
masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll. Sehingga termotivasi
untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya untuk
proaktif memberantas korupsi.
5. Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari
tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.
6. Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis untuk
dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di segala
aspek kehidupan.
7. Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Indah wahyu utami : http://library.stmikdb.ac.id/files/disk1/1/--indahwahyu-46-1--
indahw-i.pdf
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html (24/11/2014)
http://nurulayuislam.blogspot.com/2014/01/budaya-korupsi-di-indonesia.html
Razib, Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia;
Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara.
http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemuda-dalampemberantasan.html
http://ridwanmuslim.wordpress.com/2013/04/03/makalah-korupsi-indonesia/
http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di.html
(diakses tanggal 24 November 2014 )