Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Modul Diklat Pendataan Bangunan Gedung ini dimaksudkan memberikan


pemahaman kepada peserta diklat tentang penyelenggaraan pendataan
bangunan gedung, klasifikasi data dan persyaratan pendataan bangunan
gedung, proses pelaksanaan pendataan bangunan gedung, pemetaan hasil
pendataan dan pemanfaatan hasil pendataan.

Modul ini disusun dalam 6 (enam) bab yang terdiri dari Pendahuluan,
Penyelenggaraan Pendataan Bangunan Gedung, Klasifikasi Data dan
Persyaratan Pendataan Bangunan Gedung, Proses Pelaksanaan Pendataan
Bangunan Gedung, Pemetaan dan Pemanfaatan Hasil Pendataan dan Penutup.
Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari
materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif
peserta diklat.

Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim


penyusun/penyempurna atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk
mewujudkan modul ini. Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa
mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan
perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi.
Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan
kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam bidang penyelenggaraan
bangunan gedung.

Semarang, Mei 2017


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Pendataan Bangunan Gedung i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. I
DAFTAR ISI............................................................................................................. II
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. IV
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................................................... V
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A.Latar Belakang................................................................................... 2
B.Deskripsi Singkat ............................................................................... 2
C. Tujuan Pembelajaran ......................................................................... 2
D.Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ................................................... 3
BAB 2 PENYELENGGARAAN PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG ......................... 5
A.Indikator Keberhasilan ....................................................................... 6
B.Sasaran dan Pemutakhiran Data Pendataan Bangunan Gedung ............ 6
C. Sistem Pendataan Bangunan Gedung.................................................. 7
D.Objek Pendataan Bangunan Gedung................................................. 10
E. Latihan............................................................................................ 11
F. Rangkuman ..................................................................................... 12
BAB 3 KLASIFIKASI DATA DAN PERSYARATAN PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG
............................................................................................................................ 13
A.Indikator Keberhasilan ..................................................................... 14
B.Tinjauan Umum ............................................................................... 14
C. Data Umum..................................................................................... 14
D.Data Terkait Proses.......................................................................... 15
E. Latihan............................................................................................ 16
F. Rangkuman ..................................................................................... 17
BAB 4 PROSES PELAKSANAAN PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG .................. 19
A.Indikator Keberhasilan ..................................................................... 20
B.Skema kegiatan pendataan bangunan gedung ................................... 20
C. Organisasi dan Tata Laksana ............................................................. 21
D.Prosedur Pendataan Bangunan Gedung ............................................ 22
E. Latihan............................................................................................ 29
F. Rangkuman ..................................................................................... 30
BAB 5 PEMETAAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENDATAAN BANGUNAN
GEDUNG .............................................................................................................. 31
A.Indikator Keberhasilan ..................................................................... 32

ii Pendataan Bangunan Gedung


B.Pemetaan Hasil Pendataan Berdasarkan Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung............................................................................................ 32
C. Pemanfaatan hasil pendataan ........................................................... 34
D.Latihan ............................................................................................ 35
E. Rangkuman...................................................................................... 35
BAB 6 PENUTUP................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 39
GLOSARIUM......................................................................................................... 40

Pendataan Bangunan Gedung iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tiga Tahapan Proses Pendataan Bangunan Gedung...................... 8


Gambar 2. Konsep Pendataan Bangunan Gedung dalam Kegiatan
Administrasi Bangunan Gedung ..................................................... 8
Gambar 3. Alur Pemasukan Data Berdasarkan Pentahapannya...................... 9
Gambar4 Skema Kedudukan Proses Pendataan Dalam Penyelenggaraan
Bangunan Gedung ........................................................................ 21
Gambar 5. Alur Pendataa Saat Proses Pengajuan IMB/PPIMB ...................... 23
Gambar 6. Alur Pendataan Bangunan saat Pengajuan SLF ............................ 23
Gambar 7. Alur Pendataan saat Proses Pembongkaran ................................ 24
Gambar 8. Alur Pendataan Bangunan Gedung Pemerintah yang telah
Terbangun .................................................................................... 25
Gambar 9. Alur Pendataan Bangunan Gedung yang diajukan oleh Masyarakat
...................................................................................................... 26
Gambar 10. Alur Pendataan Bangunan Gedung Fungsi Khusus saat IMB/ Re-
IMB ............................................................................................... 26
Gambar 11. Alur Pendataan Bangunan Gedung Fungsi Khusus saat SLF/ SLF
Perpanjangan ............................................................................... 27
Gambar 12. Alur Pendataan Banguan Gedung Fungsi Khusus yang telah
Terbangun .................................................................................... 28
Gambar 13. Alur Pendataan Bangunan Gedung Fungsi Khusus yang telah
Terbangun oleh Pemilik ............................................................... 29
Gambar 14. Klasifikasi Bangunan Gedung ....................................................... 33

iv Pendataan Bangunan Gedung


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Deskripsi
Modul Pendataan Bangunan Gedung ini terdiri dari 4 (empat) materi pokok
dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar terdiri dari penyelenggaraan
pendataan; klasifikasi data dan persyaratan pendataan; proses pelaksanaan
pendataan; pemetaan hasil pendataan dan pemanfaatan hasil pendataan.
Dasar dalam pengembangan modul berdasarkan kepada peraturan yang berlaku
sebagai dasar dalam pelaksanaan di lapangan secara berurutan dan dengan
berbagai contoh baik melalui pengetahuan di dalam kelas ataupu di luar kelas.
Modul ini terdiri dari 2 modul yang akan diterapkan di dalam 2 diklat
penyelenggaraan bangunan gedung tingkat dasar dan tingkat lanjutan. Ke dua
diklat ini berdasarkan pada sumber yang sama dengan pendekatan
permasalahan yang berbeda.

Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundangan yang terkait dengan materi dalam modul ini, yang terkait dengan
penyelenggaraan bangunan gedung. Banyaknya acuan dari undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri serta SNI sehingga tidak dicantumkan
di dalam tulisan ini.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara, adanya
kesempatan tanya jawab, diskusi interaktif serta latihan-latihan untuk
menciptakan pemahaman yang mendalam terhadap keleluasaan pengetahuan.

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan alat
bantu/media pembelajaran tertentu, yaitu:
1. Note book dan LCD
2. Papan tulis atau white board dengan penghapusnya
3. Flipchart

Pendataan Bangunan Gedung v


vi Pendataan Bangunan Gedung
BAB 1
PENDAHULUAN

Pendataan Bangunan Gedung 1


Pendahuluan

A. Latar Belakang
Amanat dari Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
dan Peraturan Pemerintah No 36 Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang no 28 tahun 2002, sebagai payung pengaturan
nasional Bangunan Gedung yang memerlukan Pedoman Teknis sebagai
peraturan pelaksanaan yang berlaku secara nasional.

Kondisi data bangunan di daerah yang belum tertata, memerlukan pedoman


teknis pendataan bangunan gedung. Pedoman teknis pendataan bangunan
gedung dimaksudkan menjadi acuan tertib adiministrasi dalam
penyelenggaraan bangunan gedung di kabupaten/kota.

B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini dimaksudkan memberikan pemahaman kepada peserta diklat
tentang penyelenggaraan pendataan bangunan gedung, klasifikasi data dan
persyaratan pendataan bangunan gedung, proses pelaksanaan pendataan
bangunan gedung, pemetaan hasil pendataan dan pemanfaatan hasil
pendataan melalui ceramah interaktif, diskusi dan latihan.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Pada akhir pembelajaran, peserta diklat mampu memahami dan
melaksanakan pendataan bangunan gedung sebagai dasar untuk
melaksanakan proses penyelenggaraan Bangunan Gedung.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta mampu
memahami dan melaksanakan pengelolaan:
a. Penyelenggaraan pendataan bangunan gedung
b. Klasifikasi data dan persyaratan pendataan bangunan gedung
c. Proses pelaksanaan pendataan bangunan gedung

2 Pendataan Bangunan Gedung


d. Pemetaan dan pemanfaatan hasil pendataan

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1. Materi Pokok
a. Penyelenggaraan pendataan bangunan gedung
b. Klasifikasi data dan persyaratan pendataan bangunan gedung
c. Proses pelaksanaan pendataan bangunan gedung
d. Pemetaan dan pemanfaatan hasil pendataan
2. Sub Materi Pokok
a. Penyelenggaraan pendataan bangunan gedung
1) Sasaran pendataan
2) Sistem pendataan
3) Objek pendataan
b. Klasifikasi data dan persyaratan pendataan bangunan gedung
1) Data umum
2) Data terkait proses
c. Proses pelaksanaan pendataan bangunan gedung
1) Skema Kegiatan Pendataan
2) Organisasi dan Tata Laksana
3) Prosedur Pendataan
d. Pemetaan dan pemanfaatan hasil pendataan.
1) Pemetaan hasil pendataan berdasar fungsi dan klasifikasi bangunan
gedung
2) Pemanfaatan hasil pendataan bangunan gedung

Pendataan Bangunan Gedung 3


4 Pendataan Bangunan Gedung
BAB 2
PENYELENGGARAAN PENDATAAN
BANGUNAN GEDUNG

Pendataan Bangunan Gedung 5


Penyelenggaraan Pendataan Bangunan Gedung

A. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan
penyelenggaraan pendataan bangunan gedung.

B. Sasaran dan Pemutakhiran Data Pendataan Bangunan Gedung


Pendataan bangunan gedung adalah kegiatan pengumpulan data suatu bangunan
gedung oleh pemerintah daerah. Pendataan tersebut dilaksanakan secara bersama
dengan proses izin mendirikan bangunan gedung, proses sertifikat layak fungsi
bangunan gedung, dan pembongkaran bangunan gedung. Disamping itu pendataan
bangunan gedung juga mendata dan mendaftarkan bangunan gedung yang telah
ada.

Penyelenggaraan pendataan bangunan gedung terdiri: sasaran pendataan dan


pemutakiran data, sistem pendataan, dan objek pendataan.

Sasaran pendataan bangunan gedung adalah seluruh bangunan gedung yang


berada di wilayah kabupaten atau kota di Indonesia. Untuk Provinsi Daerah Ibukota
Jakarta di wilayah provinsi.

Untuk mencapai sasaran pendataan yang jangkauannya cukup luas dan diperlukan
ketelitian, maka pendataan dan sekaligus juga kegiatan pendaftaran bangunan
gedung dilakukan sejak awal tahap penyelenggaraan bangunan gedung, yaitu pada
saat: permohonan izin mendirikan bangunan; permohonan perubahan izin
mendirikan bangunan; permohonan sertifikat layak fungsi dan perpanjangannya;
pembongkaran bangunan gedung

Pemutahiran data pendataan bangunan gedung dilaksanakan oleh pemerintah


daerah dengan pendataan secara periodik, yaitu: pemutakhiran data secara
berkala setiap lima tahun untuk bangunan gedung fungsi non hunian, sepuluh
tahun bangunan gedung untuk fungsi hunian; pendataan untuk pemutakhitan data
selama satu tahun sejak pada masa peralihan sejak Peraturan Menteri Pekerjaan
tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung diterapkan.

6 Pendataan Bangunan Gedung


C. Sistem Pendataan Bangunan Gedung
Sistem pendataan bangunan gedung menggunakan sistem komputerisasi yang tidak
terpisahkan dengan seluruh tahapan penyelenggaraan bangunan gedung. Dengan
demikian aplikasi yang dipergunakan diarahkan untuk dapat dimanfaatkan pada
seluruh alur kerja dalam tata kelola bangunan gedung, yaitu meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, serta pembongkaran.

Proses pendataan bangunan gedung merupakan kegiatan memasukan dan


mengolah data bangunan gedung oleh pemerintah daerah sebagai proses lanjutan
dari pemasukan dokumen atau pendaftaran bangunan gedung baik pada proses
IMB maupun pada proses SLF. Hasil pendataan bangunan gedung dapat menjadi
dasar pertimbangan diterbitkannya Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
(SBKBG), sebagai bukti telah terpenuhinya semua persyaratan kegiatan
penyelenggaraan bangunan gedung.

Tahapan pendataan bangunan gedung terdiri tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap perencanaan, pendataan dilaksanakan pada saat permohonan izin


mendirikan bangunan. Hasil akhir pendataan tahap perencanaan menjadi
dasar peneribitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
2. Tahap pelaksanaaan, pendataan dilaksankan pada akhir proses pelaksanaan
konstruksi yang menjadi dasar untuk menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF)
sebelum bangunan dimanfaatkan.
3. Tahap Pemanfaatan, pendataan dibagi menjadi dua tahap: pendataan saat
proses perpanjangan Sertifikat Layak Fungsi (saat masa berlaku SLF berakhir);
pendataan saat pembongkaran bangunan gedung (dibongkar akibat sudah
tidak layak fungsi: membahayakan lingkungan, tidak memliki IMB)

Pendataan Bangunan Gedung 7


Gambar 1. Tiga Tahapan Proses Pendataan Bangunan Gedung
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

Menggunakan “M’ kecil

Gambar 2. Konsep Pendataan Bangunan Gedung dalam Kegiatan Administrasi


Bangunan Gedung
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

Saat pendataan bangunan gedung tahap Permohonan Perpanjangan Izin


Mendirikan Bangunan, dan juga Sertifikat Layak Fungsi, proses updating database
atau pemutakhiran data sehingga diperoleh data yang baru suatu bangunan
gedung.

Pemasukan data, terdiri dari dua bagian:

8 Pendataan Bangunan Gedung


1. Data baru, pemasukan data pada saat bangunan gedung baru di tata disertai
lampiran-lampiran dokumen awal dari bangunan gedung, terdiri data
administrasi dan data teknis bangunan gedung (IMB).
2. Updating data, pemutakhiran data bangunan gedung yang sudah didata
sebelumnya, dan dilengkapi dengan dokumen-dokumen lampiran yang baru
(PPIMB).

Pembagian dua bagian tersebut dimaksudkan agar dokumen-dokumen yang sudah


dimasukan dapat dijadikan data yang lebih jelas pada setiap tahapnya, tahap satu:
pengajuan, tahap dua: proses, tahap tiga: akhir atau hasil. Disamping itu untuk
mempermudah pemilik atau pengelola bangunan mengetahui sampai sejauh mana
proses perizinan bangunan gedungnya.

Gambar 3. Alur Pemasukan Data Berdasarkan Pentahapannya


Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

Bagian utama sistem pendataan bangunan gedung meliputi:

3. Data base, fungsinya adalah sebagai tempat penyimpanan data yang


direncanakan dapat memberikan kemudahan pada saat dibutuhkan informasi
yang ada di dalamnya. Dalam sistem pendataan bangunan gedung akan
memiliki beberapa tabel data yang saling berhubungan satu dengan yang lain,
disebut “relational database”. Pembagian database tersebut terdiri:
a. Data umum, berisi tentang data kepemilikan, data bangunan serta data
tanah.
b. Data status, berisi mengenai riwayat bangunan gedung.
c. Data teknis, berisi tentang data-data yang sifatnya teknis bangunan
gedung seperti arsitektur, struktur dan utilitas.

Format file database menggunakan format yang dapat dengan mudah dialih-
bentukan ke format database lain. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
pengembangan sistem dan pemanfaatan data lebih lanjut.

Pendataan Bangunan Gedung 9


Untuk memudahkan identifikasi serta menjamin integritas data secara nasional,
menggunakan format identitas bangunan gedung yang standar. Format yang
dipergunakan dalam database dalam bentuk pp-kk-cc-ddd-xxxxxxx, dengan
penjelasan sebagai berikut:

1 pp Menunjukan provinsi tempat bangunan berada


2 kk Menunjukan kabupaten/kota tempat bangunan berada
3 cc Menunjukan kecamatan/distrik tempat bangunan berada
4 ddd Menunjukan kelurahan tempat bangunan berada
5 xxxxxxx Menunjukan nomor urut pendaftaran bangunan
4. Formulir data, pertanyaan, laporan, merupakan bagian lain dari database
dalam sistem pendataan, yang tidak terpisahkan, tetapi dihubungkan dengan
sistem pengkasesan untuk menjadi satu sistem yang saling berhubungan.
a. Formulir pendataan bangunan gedung (input), dipergunakan untuk
memasukan data yang belum ada sebelumnya dan updating data yang
telah ada.
b. Pertanyaan (queries), pendataan bangunan gedung berfungsi untuk
pengambila informasi dari data yang sudah tersimpan dalam database.
c. Format laporan (report) pendataan bangunan gedung (output)
dipergunakan pada saat diperlukan pembuatan laporan dari hasil
pendataan yang sudah terkumpul.
Hasil pendataan bangunan gedung dapat dipergunakan dan menjadi dasar
pertimbangan untuk menerbitkan Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
(SBKBG). SBKBG tersebut sebagai tanda bukti sudah dipenuhinya semua
persyaratan kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung.

D. Objek Pendataan Bangunan Gedung


Seluruh bangunan gedung wajib didata dan pelaksanaan pendataan bangunan
gedung ini dikelompokan menjadi 6 berdasarkan fungsinya.

Bangunan gedung sebagai objek pendataan di kelompokan menurut: fungsi hunian,


merupakan bangunan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia,
meliputi: rumah tinggal tunggal; rumah tinggal deret; rumah tinggal susun; rumah
tinggal sementara.

10 Pendataan Bangunan Gedung


Fungsi keagamaan, bangunan dengan fungsi utama sebagai tempat melakukan
ibadah, meliputi: bangunan masjid dan musholla bangunan gereja dan kapel;
bangunan pura; bangunan vihara dan klenteng.

Fungsi usaha, merupakan bangunan dengan fungsi utama sebagai tempat


melakukan kegiatan usaha, terdiri: bangunan perkantoran (perkantoran
pemerintah, perkantoran niaga); bangunan perdagangan (pasar, pertokoan, pusat
perbelanjaan, mall); bangunan perindustrian (industri kecil, industri sedang,
industri besar/berat); bangunan perhotelan/penginapan (hotel, motel, hostel,
penginapan); bangunan wisata dan rekreasi (tempat rekreasi, bioskop); bangunan
terminal (stasiun kereta, terminal bus, terminal udara, halte bus, pelabuhan laut);
bangunan tempat penyimpanan (gudang, gedung parkir).

Fungsi sosial dan budaya, merupakan bangunan dengan fungsi utama sebagai
tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya, terdiri: bangunan pendidikan
(sekolah taman kanak-kanak; sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan
tinggi/universitas); bangunan pelayanan kesehatan (puskesmas, poliklinik, rumah
bersalin, rumah sakit klas A, B, dan C); bangunan kebudayaan (museum, gedung
kesenian).

Fungsi khusus, bangunan gedung dengan fungsi utama mempunyai tingkat


kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau penyelenggaraannya dapat membahayakan
masyarakat sekitarnya dan atau mempunyai risiko bahaya tinggi, meliputi:
bangunan gedung reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh Menteri.

Fungsi campuran, merupakan bangunan dalam satu persil, kaveling atau blok
peruntukan dimungkinkan adanya fungsi campuran (mixed use), sesuai dengan
peruntukan lokasinya dan atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

E. Latihan
Diskusikan dalam kelompok dengan menjawab pertanyaan diskusi berikut:

1. Jelaskan salah satu cara bagaimana mencapai sasaran dalam pemutakhiran


data bangunan gedung!
2. Berapa waktu periodik yang diperlukan dalam pemutahiran data bangunan
gedung?
3. Setiap bangunan gedung dalam pendataan akan diberikan nomor ID,
berdasarkan apakah nomor ID ini sehingga mudah ditelusuri?

Pendataan Bangunan Gedung 11


F. Rangkuman
Penyelenggaraan pendataan bangunan gedung adalah kegiatan pengumpulan data
suatu bangunan gedung oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. Kegiatan
pendataan bangunan gedung dilakukan secara bersama dengan kegiatan proses izin
mendirikan bangunan gedung, proses sertifikat layak fungsi bangunan gedung, dan
pembongkaran bangunan gedung. Selain mendata juga sekaligus mendaftarkan
bangunan gedung yang telah ada. Hasil pendataan bangunan gedung dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah atau masyarakat melalui suatu sistem
informasi bangunan gedung.

12 Pendataan Bangunan Gedung


BAB 3
KLASIFIKASI DATA DAN PERSYARATAN
PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG

Pendataan Bangunan Gedung 13


Klasifikasi Data dan Persyaratan Pendataan
Bangunan Gedung

A. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan
klasifikasi data dan persyaratan pendataan bangunan gedung.

B. Tinjauan Umum
Penyelenggaraan pendataan bangunan gedung adalah kegiatan pengumpulan data
suatu bangunan gedung. Kegiatan pengumpulan data bangunan gedung tersebut
perlu strategi yang terarah dan tepat, sehingga pelaksanaan pendataan dapat
berjalan efektif dan tepat sasaran. Untuk itu pelaksanaan pendataan gedung di
mulai dengan klasifikasi data dikaitkan dengan persyaratan yang harus dipenuhi
bangunan gedung sebagai objek pendataan.

Klasifikasi data dan persyaratan pendataan bangunan gedung meiliputi data umum
dan data terkait dengan proses.

1. Klasifikasi Data dan Persyaratan Pendataan Bangunan Gedung


Dalam kegiatan pendataan bangunan gedung diklasifikasi dalam tiga kategori data,
meliputi: data umum, data teknis dan data status.

C. Data Umum
Data umum terdiri dari: data kepemilikan bangunan gedung; data tanah; data
bangunan gedung.

1. Data kepemilikan bangunan gedung, terdiri dari:


a. Milik Perorangan, dengan persyaratan kelengkapan pendataan: nama
pemilik (sebagai perorangan atau wakil pemilik/pengguna); alamat (jalan,
kelurahan/desa dan kecamatan); Nomor KTP atau bukti identitas lainnya);
Telepon/Fax, alamat E-mail.
b. Milik Badan Usaha, dengan persyaratan kelengkapan pendataan: nama
perusahaan; alamat perusahaan; nomor akte pendirian; NPWP;
Telepon/Fax; alamat E-mail.

14 Pendataan Bangunan Gedung


c. Milik Negara, dengan persyaratan kelengkapan pendataan: nama
departemen atau institusi; alamat departemen atau institusi; nomor
IKMN; nomor HDNO; Telpon/Fax; alamat E-mail.
2. Data tanah, terdiri: nama pemilik tanah; nomor identitas pemilik tanah; nomor
bukti kepemilikan tanah; jenis kepemilikan tanah; alamat tanah (jalan,
kelurahan/desa, dan kecamatan); luas tanah; data peruntukan resmi; data
intensitas pembangunan untuk lokasi terkait (KDB,KLB, KDH, dan KTB).
3. Data bangunan gedung, terdiri: nama bangunan; alamat bangunan; fungsi
bangunan; klasifikasi bangunan; jumlah lantai bangunan; ketinggian bangunan;
luas basement; jumlah lantai basement; posisi bangunan gedung berdasarkan
informasi GPS; tanggal mulai dari selesai konstruksi untuk bangunan baru.

a. Data Teknis, terdiri dari: data teknis struktur; data teknis arsitektur; data
teknis utilitas; data penyedia jasa,
b. Data teknis struktur, meliputi: jenis struktur pondasi; jenis struktur utama;
jenis struktur atap; dokumen perencanaan struktur.
c. Data teknis arsitektur, meliputi: data intensitas bangunan (KDB, KLB,
KDH); dokumen perencanaan arsitektur; luas ruang terbuka hijau dan
dokumen perencanaan ruang terbuka hijau; dokumen perencanaan
pencahayaan; dokumen perencanaan aksesibilitas.
d. Data teknis utilitas, meliputi: data kelistrikan; data sistem proteksi
kebakaran; data alat bantu transportasi yang dipergunakan dalam
bangunan; data instalasi komunikasi; data penghawaan buatan; data
instalasi air bersih; data instalasi air kotor.
e. Data penyedia jasa, meliputi: penyedia jasa perencanaan; penyedia jasa
pelaksanaan; penyedia jasa pengawasan.
f. Data status
g. Data status pemilik bangunan gedung terdahulu, meliputi: perorangan;
badan usaha; negara; data status administrasi bangunan.

D. Data Terkait Proses


Data terkait proses merupakan data yang terkait dengan proses kelengkapan
administrasi dan kemajuan proses IMB dan SLF, yang terdiri atas:

1. Data terkait kelengkapan administrasi permohonan IMB, sesuai dengan proses


IMB, terdiri: surat permohonan IMB; lampiran IMN terdahulu (untuk proses re-

Pendataan Bangunan Gedung 15


IMB); identitas pemohon; surat pajak; SIPPT; surat kuasa pengurusan IMB/re-
IMB; surat rekomendasi dari desa/kelurahan; surat rekomendasi dari
kecamatan; surat perjanjian sewa tanah (pemilik bangunan berbeda pemilik
tanah; dokumen teknis perencanaan; surat keterangan rencana kota; surat bukti
pembiayaan retribusi; berita acara pemeriksaan setelah dokumen tenis dikaji
oleh pemerintah daerah.
2. Data terkait kemajuan permohonan IMB, terdiri: dokumen permohonan IMB
telah diterima; dokumen permohonan IMB telah diperiksa; inspeksi lapangan;
IMB telah diterbitkan/ditolak serta alasannya jika ditolak.
3. Data terkait kelengkapan administrasi pemohonan SLF, terdiri: surat
permohonan SLF; IMB untuk SLF; IMB dan SLF sebelumnya jika SLF lanjutan;
identitas pemohon; surat kuasa pengurusan SLF, dokumen teknis; surat bukti
pembayaran retribusi; berita acara pemeriksaan setelah bangunan dikaji oleh
penilai kelayakan.
4. Data terkait kemajuan proses permohonan SLF, terdiri: dokumen permohonan
SLF telah diterima; dokumen permohonan SLF telah diperiksa; inspeksi
lapangan; SLF telah diterbitkan/ditolak serta alasan jika ditolak.
5. Data terkait proses kelengkapan administrasi permohonan pembongkaran,
terdiri: surat permohonan/ajuan pembongkaran/pelestarian; identitas
pemohon; dokumen teknis usulan pembongkaran; berita acara pemeriksaan
dokumen usulan pembongkaran atau kajian pelestarian.
6. Data terkait kemajuan proses permohonan pembongkaran/pelestarian, terdiri:
dokumen permohonan pembongkaran/pelestarian telah diterima; dokumen
permohonan pembongkaran/pelestarian telah diperiksa; inspeksi lapangan;
perintah pembongkaran telah diterbitkan/ditolak serta alasannya jika ditolak.

E. Latihan
Diskusikan dalam kelompok:

1. Sebutkan kewajiban pemerintah pusat terkait hasil kegiatan pendataan


bangunan?
2. Sesuai dengan Permen No.17/PRT/M/2010 tentang Pendataan Bangunan
Gedung, pendataan ini harus dilakukan secara terkomputerisasi, sistem
komputerisasi akan dikatakan gagal apabila?

16 Pendataan Bangunan Gedung


3. Instansi terkait mana saja yang berhubungan langsung diperlukannya data
bangunan gedung. Buatlah bagan struktur jejaringnya dan berikan keterangan
tugas pokok dan fungsinya.
4. Data apa saja yang perlu diperbaharui dalam pendataan ke N/periodik?

F. Rangkuman
Kelengkapan dokumen pendataan bangunan gedung meliputi data umum, data
teknis bangunan dan data status bangunan gedung yang juga merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi pendataan bangunan gedung.

Pendataan Bangunan Gedung 17


18 Pendataan Bangunan Gedung
BAB 4
PROSES PELAKSANAAN PENDATAAN BANGUNAN
GEDUNG

Pendataan Bangunan Gedung 19


Proses Pelaksanaan Pendataan Bangunan Gedung

A. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan
proses pelaksanaan pendataan bangunan gedung.

B. Skema kegiatan pendataan bangunan gedung


Kegiatan pendataan bangunan gedung merupakan suatu proses yang berkelanjutan
yang dimulai sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan bangunan
gedung hingga pada saat bangunan gedung tersebut dibongkar.

Proses pelaksanaan pendataan bangunan gedung terdiri: skema kegiatan


pendataan; organisasi dan tata laksana; prosedur pendataan.

Kedudukan proses pendataan bangunan gedung dalam penyelenggaraan bangunan


gedung di mulai sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan
pembongkaran. Disamping itu proses pendataan bangunan gedung juga terkait
dengan peraturan tata bangunan (seperti RTRW, RDTR, RTBL) dan persetujuan
instansi lain.

20 Pendataan Bangunan Gedung


Gambar 4. Skema Kedudukan Proses Pendataan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Sumber: PerMen PU No. 17/PRT/M/2010)

C. Organisasi dan Tata Laksana


Pelaksanaan pendataan bangunan gedung dilakukan oleh instansi yang terkait
dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan dan Sertifikat Layak Fungsi dengan
susunan tenaga terdiri dari:

1. Penentu atau pengambil keputusan atau kebijakan pendataan bangunan


gedung:
a. Pejabat pemerintah daerah
b. Memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan strategis untuk
menentukan hasil keluaran dan indikator yang ingin didapat dari data
bangunan gedung
c. Mampu menentukan arah dan tujuan pengembangan kegiatan pendataan
bangunan gedung
2. Petugas pelaksana pendataan bangunan gedung:
a. Petugas pelaksana pendataan bangunan gedung
b. Petugas yang paling memegang peranan dalam pelaksanaan pendataan
bangunan gedung
3. Petugas pelaksana pendataan bangunan gedung terdiri dari:
a. Petugas Pelayanan Masyarakat, bertanggung jawab sebagai pelaksana
dalam kegiatan pendataan pembangunan gedung dan tidak memiliki
wewenang dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

Pendataan Bangunan Gedung 21


pendataan bangunan gedung ataupun keputusan yang sifatnya strategis.
Petugas ini berhubungan langsung dengan masyarakat selaku
pemilik/pengelola bangunan gedung pada saat permohonan perizinan
pada setiap proses penyelenggaraan bangunan gedung. Setelah
menerima dokumen persyaratan, petugas ini mencatat dan memasukan
data yang diserahkan tersebut untuk disimpan di dalam database.
b. Petugas Pemasukan Data, bertugas dalam instansi bangunan gedung
untuk mendata proses penyelenggaraan bangunan gedung. Petugas ini
tidak berhubungan secara langsung ke masyarakat atau pemohon
bangunan gedung, tetapi dengan petugas lain yang terkait dalam
penyelenggaraan bangunan gedung (IMB dsn SLF). Petugas ini akan
mendata semua hasil perkembangan dari proses penyelenggaraan
bangunan gedung dan akan memasukan data tersebut ke dalam
database.
c. Admnistrator system/programmer, bertugas dalam instansi bangunan
gedung untuk menyiapkan, memelihara serta mengevaluasi sistem
informasi yang digunakan dalam proses pendataan bangunan gedung.

D. Prosedur Pendataan Bangunan Gedung


Prosedur pendataan bangunan gedung terdiri: pendataan bangunan gedung saat
pengajuan IMB atau pengajuam perubahan IMB; pendataan bangunan gedung saat
pengajuan SLF dan perpanjangan SLF; pendataan bangunan gedung saat
pembongkaran; pendataan bangungan gedung pemerintah untuk bangunan
gedung yang telah terbangun; pendaftaran bangunan gedung yang telah terbangun
oleh masyarakat; pendataan bangunan gedung untuk bangunan gedung fungsi
khusus.

1. Pendataan bangunan gedung saat pengajuan Izin Mendirikan


Bangunan/Permohonan Perubahan Izin Mendirikan Bangunan

22 Pendataan Bangunan Gedung


Gambar 5. Alur Pendataa Saat Proses Pengajuan IMB/PPIMB
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

2. Pendataan bangunan gedung saat pengajuan Sertifikat Layak Fungsi dan


perpanjangan Sertifikat Layak Fungsi

Gambar 6. Alur Pendataan Bangunan saat Pengajuan SLF


Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

3. Pendataan bangunan gedung saat pembongkaran

Pendataan Bangunan Gedung 23


Gambar 7. Alur Pendataan saat Proses Pembongkaran
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

4. Pendataan Bangunan gedung Pemerintah untuk bangunan gedung yang telah


terbangun

24 Pendataan Bangunan Gedung


Gambar 8. Alur Pendataan Bangunan Gedung Pemerintah yang telah Terbangun
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

Pendataan Bangunan Gedung 25


5. Pendataan bangunan gedung yang telah terbangun oleh masyarakat

Gambar 9. Alur Pendataan Bangunan Gedung yang diajukan oleh Masyarakat


Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

6. Pendataan bangunan gedung untuk bangunan gedung fungsi khusus

a. Pendataan pada proses IMB/PPIM

Gambar 10. Alur Pendataan Bangunan Gedung Fungsi Khusus saat IMB/ Re-IMB
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

26 Pendataan Bangunan Gedung


b. Pendataan pada proses SLF / SLFn

Gambar 11. Alur Pendataan Bangunan Gedung Fungsi Khusus saat SLF/ SLF Perpanjangan
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

Pendataan Bangunan Gedung 27


c. Pendataan pada bangunan gedung Fungsi khusus yang telah terbangun

Gambar 12. Alur Pendataan Banguan Gedung Fungsi Khusus yang telah Terbangun
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

28 Pendataan Bangunan Gedung


d. Pendataan pada Bangunan Gedung Fungsi Khusus ysg telah terbangun oleh
pemilik

Gambar 13. Alur Pendataan Bangunan Gedung Fungsi Khusus yang telah Terbangun oleh
Pemilik
Sumber: PerMen PU Nomor 17 /PRT/M/2010

E. Latihan
Diskusikan dalam kelompok dengan mempergunakan diagram-diagram yang
tersedia, dipilih sesuai pertanyaan diskusi

1. Jelaskan bagaimana kedudukan Pendataan Bangunan Gedung dalam proses


penyelenggaraan bangunan gedung!

Pendataan Bangunan Gedung 29


2. Strategi Inovasi dalam pendataan bangunan gedung untuk mendapatkan data
akurat dan terkini.
3. Sebutkan dan jelaskan alasannya terkait hasil pendataan yang dapat dibagi
instansi yang memerlukan data bangunan gedung.

F. Rangkuman
Proses pendataan bangunan gedung menjadi alat monitoring atau pengawasan
selama penyelenggaraan bangunan gedung berlangsung, sehingga setiap
perkembangan baru dalam penyelenggaraan bangunan gedung akan selalu terlihat
dalam hasil pendataan bangunan gedung. Data yang didapat dari proses pendataan
dijadikan sebagai informasi lanjutan atau acuan untuk pengambilan keputusan baik
secara khusus kepada bangunan gedung terkait atau secara umum terhadap
bangunan gedung sekitarnya.

30 Pendataan Bangunan Gedung


BAB 5
PEMETAAN DAN PEMANFAATAN HASIL
PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG

Pendataan Bangunan Gedung 31


Pemetaan dan Pemanfaatan Hasil Pendataan
Bangunan Gedung

A. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan
pemetaan dan pemanfaatan hasil pendataan bangunan gedung.

B. Pemetaan Hasil Pendataan Berdasarkan Fungsi dan Klasifikasi Bangunan


Gedung
Hasil pendataan bangunan gedung dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah
atau masyarakat melalui suatu sistem informasi bangunan gedung. Pemerintah
pusat terkait hasil kegiatan pendataan bekewajiban memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan pendataan; menyimpan dan mengelola hasil pendataan; dan
mempublikasikan hasil pendataan.

Pemetaan berdasarkan fungsi bangunan gedung: fungsi hunian (rumah tinggal


tunggal; rumah tinggal deret; rumah tinggal susun; rumah tinggal sementara);
fungsi keagamaan (bangunan masjid dan musholla’ bangunan gereja dan kapel;
bangunan pura; bangunan vihara dan klenteng); fungsi usaha (perkantoran
pemerintah, perkantoran niaga, pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, mall,
industri kecil, industri sedang, industri besar/berat, hotel, motel, hostel,
penginapan; tempat rekreasi, bioskop, stasiun kereta, terminal bus, terminal udara,
halte bus, pelabuhan laut gudang, gedung parkir); fungsi sosial dan budaya
(bangunan sekolah taman kanak-kanak; sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan
tinggi/universitas, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, rumah sakit , museum,
gedung kesenian); fungsi khusus (bangunan gedung reaktor nuklir; instalasi
pertahanan dan keamanan, bangunan sejenis yang ditetapkan oleh Menteri); fungsi
campuran (mixed use), sesuai dengan peruntukan lokasinya dan atau RTBL.

Bangunan gedung diklasifikasi berdasarkan: tingkat kompleksitas; tingkat


permanensi; tingkat risiko kebakaran; zonasi gempa; tingkat kepadatan lokasi;
ketinggian bangunan; kepemilikan; kesejarahan.

32 Pendataan Bangunan Gedung


Gambar 14. Klasifikasi Bangunan Gedung
Sumber: Lampiran SE Menteri PU, No 05 tahun 2012

1. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kompleksitas


Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitas, meliputi: bangunan gedung
sederhana (bangunan dengan karakter sederhana serta memilki kompleksitas
dan teknologi sederhana); bangunan gedung tidak sederhana (bangunan gedung
dengan karakter tidak sederhana serta memilki kompleksitas dan teknologi tidak
sederhana); bangunan gedung khusus (bangunan memiliki penggunaan dan
persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan
penyelesaian/teknologi khusus).

2. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Risiko Kebakaran


Klasifikasi berdasarkan tingkat risiko kebakaran, meliputi: tingkat risiko
kebakaran rendah (bangunan gedung yang karena fungsinya, didesain
penggunaan bahan, komponen unsur pembentuknya, kuantitas dan kualitasnya
bahan di dalamnya tingkat mudah terbakarnya sangat rendah); tingkat risiko
kebakaran sedang (bangunan gedung yang karena fungsinya, didesain
penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan
kualitasnya bahan di dalamnya tingkat mudah terbakarnya sedang); tingkat
risiko kebakaran tinggi (bangunan gedung yang karena fungsinya, didesain
penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan
kualitasnya bahan di dalamnya tingkat mudah terbakarnya sangat tinggi).

Pendataan Bangunan Gedung 33


3. Klasifikasi Berdasarkan Zonasi Gempa
Klafikasi berdasarkan zonasi gempa di Indonesia berdasarkan tingkat kerawanan
bahaya gempa sesuai peraturan/standar teknis yang terkait dengan zonasi atau
mikro zonasi gempa setempat yang berlaku.

4. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kepadatan Lokasi


Klasifikasi berdasarkan tingkat kepadatan lokasi, meliputi: bangunan gedung di
lokasi renggang; bangunan gedung di lokasi sedang; bangunan gedung di lokasi
padat.

5. Klasifikasi Berdasarkan Ketinggian Bangunan Gedung


Klasifikasi berdasarkan ketinggian bangunan gedung, meliputi: bangunan rendah
(bangunan gedung dengan jumlah lantai bangunan gedung sampai dengan 4
lantai); bangunan sedang (bangunan gedung dengan jumlah lantai bangunan
gedung 5 lantai sampai dengan 8 lantai); bangunan tinggi (bangunan gedung
dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai).

6. Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan


Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, meliputi: bangunan gedung milik negara,
yayasan; bangunan gedung milik perorangan; bangunan gedung milik badan
usaha.

7. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kesejarahannya


Klasifikasi berdasarkan tingkat kesejarahannya, bangunan gedung dan
lingkungannya sebagai benda cagar budaya dan atau bersejarah yang dilindungi
dan dilestarikan merupakan bangunan gedung berumur paling sedikit 50 (lima
puluh) tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan termasuk nilai arsitektur dan teknologinya yang ditetapkan oleh
bupati/walikota sesuai dengan peraturan.

C. Pemanfaatan hasil pendataan


1. Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Hasil Pendataan Bangunan Gedung
Oleh Pemerintah Daerah
Terkait dengan hasil pendataan, pemerintah pusat berkewajiban: memonitor
dan mengevaluasi pelaksanaan pendataan bangunan gedung, serta tertib
administrasinya; menyimpan dan mengelola data hasil kegiatan pendataan

34 Pendataan Bangunan Gedung


bangunan gedung di daerah sebagai informasi untuk pemograman,
perencanaan, pengendalian, dan evaluasi penyelenggaraan bangunan gedung;
mempublikasikan hasil pendataan secara umum untuk data-data yang dapat
dipublikasikan seperti data jumlah bangunan yang telah memiliki izin, jumlah
bangunan dengan struktur tertentu, dan sebagainya.

2. Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Hasil Pendataan Bangunan Gedung


Oleh Masyarakat
Hasil pendataan bangunan gedung dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah
maupun masyarakat melalui suatu sistem informasi bangunan gedung, yaitu:
menemukan fakta kepemilikan, penggunaan, pemanfaatan serta riwayat
bangunan gedung dan tanah termasuk kesesuaian antara penggunaan
bangunan gedung dengan rencana tata ruang wilayahnya; mengetahui
informasi/perkembangan mengenai proses penyelenggaraan bangunan gedung
yang sedang berjalan (seperti IMB, SLF atau perpanjangan SLF); mengetahui
kekayaan aset negara dan pendapatan pemerintah/pemerintah daerah;
keperluan perencanaan dan pengembangan tata ruang wilayah; mengetahui
batas waktu masa berlakunya suatu perizinan (IMB, SLF).

D. Latihan
1. Manfaat apa saja yang dapat diambil oleh pemerintah pusat dan daerah dari
hasil pendataan bangunan gedung?
2. Manfaat apa saja yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat umum
terhadap hasil pendataan yang telah dilakukan.

E. Rangkuman
Pemetaan hasil pendataan berdasarkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung,
untuk mempermudah pemanfaatan hasil pendataan bangunan gedung. Hasil
pendatanan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah melalui suatu sistem informasi
yang dapat diakses oleh masyarakat.

Pendataan Bangunan Gedung 35


36 Pendataan Bangunan Gedung
BAB 6
PENUTUP

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan


pemetaan dan pemanfaatan hasil pendataan bangunan gedung.

pendatanan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah melalui suatu sistem informasi


yang dapat diakses oleh masyarakat.

Pendataan Bangunan Gedung 37


Penutup

Dengan meningkatnya pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan di dalam


melaksanakan penyelenggaraan bangunan gedung di lapangan yang dilakukan oleh
pengelola teknis, maka penyelenggaraan bangunan gedung dapat mencapai
kualitas yang diharapkan. Kualitas tersebut sesuai dengan harapan tujuan dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yaitu lestari, serasi dan berhasil guna. Pada
akhirnya, bangunan dan lingkungan yang berkualitas tersebut memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi masyarakat secara umum.

Capaian kompetensi bagi pengelola teknis akan berdampak kepada pengendalian


terhadap vitalitas bangunan tersebut dari sisi fungsi dan persyaratan bangunan
gedung. Pengendalian tersebut akan berpengaruh terhadap kekuatan dan
keawetan bangunan gedung dengan proses pemeliharaan dan perawatan
bangunan tersebut maka bangunan tersebut akan mempunyai waktu hidup (life
time) yang panjang. Dengan demikian, nilai keawetan bangunan akan berdampak
kepada efisiensi pembangunan.

38 Pendataan Bangunan Gedung


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/-2010 tentang Pedoman


Teknis Pendataan Bangunan Gedung

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 05/PRT/M/2016


tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis


Pendataan Bangunan Gedung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman


Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UURI


28-2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang RI nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Pendataan Bangunan Gedung 39


GLOSARIUM
PerMen : Peraturan Menteri
Relational Database : Model database berbentuk tabel
IKMN : Inventarisasi Kekayaan Milik Negara
HDNO : Huruf Daftar Nomor
SLF : Sertifikat Laik Fungsi
SIPPT : Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah
IMB : Izin Mendirikan Bangunan
Mixed use : Fungsi Campuran
Zonasi : Fungsi dengan karakter spesifik

40 Pendataan Bangunan Gedung


BAHAN TAYANG

Pembinaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung 41


42 Pendataan Bangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai