PERMASALAHAN
Angka kejadian TB di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di dunia setelah
India dan Cina. Diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian
sekitar 91.000 orang. Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000
penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif (15-50 tahun).
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992, tuberkulosismerupakan
penyebab kematian kedua tertinggi di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler (Surjanto,
Eddy dkk, 1997). Pada tahun 1995, WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap
tahunnya terjadi 500.000 kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 175.000.
Salah satu penderita TB Paru adalah Tn. Ridwan 28 tahun. Pasien telah menderita batuk
lebih dari 3 minggu disertai penuruna berat badan, keringat berlebih saat malam hari dan
demam yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Sudah berobat namun tidak ada perubahan.
Pasien telah melakuan pemeriksaan Gen Expert dan hasilnya menunjukn positif terinfeksi
bakteri TBC. Dari anamnesa, pasien tinggal bersama keluarganya yang berjumlah 6 orang.
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien memiliki
sepupu yang menderita batuk lama dan pernah tinggal sekamar di rumahnya saat sepupunya
datang berkunjung ke Palu. Pasien tinggal di perumahan padat penduduk di Perumahan
Palupi. Ukuran rumah tipe 45, kamar pasien tidak memiliki jendela dengan ukuran ruangan
3x3 meter persegi tanpa ventilasi dan menggunakan air conditioner.
PEMILIHAN INTERVENSI
Menyadari begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan TB Paru di Indonesia,
maka Depkes RI menetapkan suatu program penemuan kasus TB Paru BTA (+) dengan target
dalam pencapaian penemuan kasus BTA (+) yaitu sebesar 70 % dari perkiraan jumlah
penderita paru BTA (+).
Selain itu penilaian kesehatan lingkungan rumah yang merupakan salah satu faktor
terjadinya kasus TB perlu dilakukan. Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah,
sarana sanitasi dan perilaku penghuni.
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan
pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, saluran
pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka jendela
ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke
jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan.
PELAKSANAAN
Selain dalam upaya intervensi pengobatan, kami juga melakukan upaya Intervensi
secara edukatif terhadap pasien pada kunjungan kedua pasien tanggal 15 Januari 2020. Upaya
ini diharapakan agar pasien dapat memahami kondisi penyakitnya, dan mencegah agar tidak
menimbulkan komplikasi lanjut, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya untuk
berobat dengan patuh.
EVALUASI
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan angka kesakita TBC,
masih belum cukup. Karena selain untuk deteksi dini penderita TB dan edukasi secara
personal terhadap pasien, perlu adanya upaya dalam melakukan edukasi skala lebih besar
terhadap keluarga penderita, kunjungan dan penilaian rumah untuk menilai kelayakan
kesehatan lingkungan rumah pasien dan penyuluhan-penyuluhan rutin untuk meningkatkan
kesadaran pentingnya rumah sehat.