Anda di halaman 1dari 2

F4.

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


“Gizi”

1. LATAR BELAKANG
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama
saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (stunting). Sekitar 1 dari 3 anak balita di
negara kita masih mengalami stunting.
Kekurangan gizi disebabkan berbagai faktor baik di dalam maupun di luar masalah
kesehatan. Hal ini telah diketahui sebagai determinan dari masalah gizi di negara kita. Mulai
dari asupan makanan yang tidak cukup, penyakit infeksi, sanitasi, hingga faktor ekonomi.
Untuk mengawal upaya perbaikan gizi masyarakat, sejak tahun 2014 telah dilaksanakan
surveilans gizi berupa Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 34 provinsi, sebagai alat untuk
monitoring dan evaluasi kegiatan dan dasar penentuan kebijakan dan perencanaan kegiatan
berbasis bukti yang spesifik wilayah. PSG sebagai upaya monitoring dan evaluasi
keberhasilan progam perbaikan gizi guna memberikan petunjuk apakah program yang
dijalankan sudah berdampak pada penurunan masalah gizi seperti yang diharapkan yaitu
menurunkan prevalensi stunting, underweight, dan wasting. Oleh karena itu, PSG perlu
dijalankan setiap tahun.
Diharapkan anak Indonesia yang bergizi baik menjadi aset dan investasi sumber daya
manusia (SDM) bangsa ke depan. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, diperlukan perhatian terusmenerus dan program yang berkesinambungan.
Pemerintah akan terus berkomitmen untuk menghadirkan gizi yang baik bagi anak-anak.

2. PERMASALAHAN
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekurangan gizi yang masih cukup
tinggi di Indonesia terutama masalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) pada balita serta
masalah anemia dan kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi
pada ibu hamil ini dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan kekurangan
gizi pada balita.

3. PEMILIHAN INTERVENSI
Demi terlaksananya perbaikan gizi di Indonesia, maka kami ikut serta dalam program
Dokter Kecil yang merupakan program rutin Puskesmas Birobuli setiap tahunnya untuk
melakukan penyuluhan sekaligus pelatihan dokter kecil membawakan materi tentang Gizi.
PELAKSANAAN
Penyuluhan sekaligus pelatihan dokter kecil ini dilasanakan di SDN 10 Birobuli, pada
hari senin tanggal 21 November 2019 dengan peserta dari SDN 10 Birobuli Palu berjumlah
30 orang siswa siswi. Materi dibawakan oleh dr. Nurjaya Martasari bersama dengan anggota
bidang promkes, kesling dan apoteker PKM Birobuli Palu. Materi yang dibawaan mengenai
Gizi meliputi pengertian, jenis makronutrien dan mikronutrien, manfaat tercukupinya
kebtuhan gizi, cara makan yang baik dan benar, hingga cara memilih jajanan yang sehat.

4. EVALUASI
Kesimpulan
Penyuluhan tentang Gizi merupakan hal yang sangat penting karena dengan tercukupinya gizi
dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkwalitas bagi bangsa. Selain itu
juga merupaan pencegahan masalah kesehatan mengenai gizi pada anak dan ibu hamil.

Saran
 Kegiatan penyuluhan tentang pentingnya Gizi sebaiknya dilakukan tidak hanya di
sekolah dasar saja, bila perlu dapat dilakukan dalam tingkatan lain seperti SMP dan
SMA bahkan di masyrakat luas agar tercipta kesadaran anak akan pentingnya
menjaga kesehatan.
 Adanya perencanaan program gizi yang menyentuh kelompok remaja putri pranikah
dalam penerapan kebijakan 1000 HPK agar dapat memutus mata rantai masalah gizi
stunting dengan menggunakan satu ukuran yang komprehensif (CIAF).
 Perlunya pendidikan dan pelatihan secara khusus bagi petugas kesehatan dan kader
posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri secara benar, sehingga
didapatkan prevalensi status gizi balita yang valid dan reliabel
 Diperlukan kerjasama dan dukungan dari stakeholder (lintas sektor) dalam
pemberdayaan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh dan upaya peningkatan
pengetahuan ibu tentang pola gizi seimbang serta peningkatan kunjungan ke posyandu
dan cakupan pemberian vitamin A pada balita dengan mengaktifkan kegiatan
posyandu

Anda mungkin juga menyukai