Anda di halaman 1dari 60

Begitu banyaknya permintaan dari sahabat netters tentang materi baris berbaris

melalui email, saya terpanggil untuk merapikan kumpulan materi yang terlihat
berserakan di tumpukan rak buku koleksi pribadi. Kumpulan materi ini saya ambil
dari beragam sumber bacaan di tambah dengan pengalaman pribadi yang saya
alami sendiri semasa mengikuti pembinaan KEPASKIBRAAN/ KEPASKIBRAKAAN
(Capaska 99) hingga akhirnya sampai detik ini saya masih berusaha konsen
melakukan syiar syiar yang berbau 'HADAP KANAN

dan HADAP KIRI' heheheee... Berikut saya sajikan untuk para 'sahabat sekalian :

Baris berbaris memegang peranan penting dalam palaksanaan pengibaran Bendera


Sang Merah Putih. Derap langkah yang tegas dan kompak akan sangat
mempengaruhi jiwa dan semangat Paskibraka untuk melaksanakan tugas.
Kekompakan anggota Paskibraka tercermin dari sikap disiplin dalam melaksanakan
baris berbaris dan membentuk formasi.

Þ Peraturan Baris Berbaris.


Þ Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan
Baris Berbaris Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris Berbaris
Angkatan Bersenjata. Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan Pangab dan
peraturan yang terakhir adalah Skep Pangab nomor : Skep/611/X/1985 tanggal 8
Oktober, tetapi tahun 1992 ada perubahan pada Skep tersebut pada tempo langkah
biasa dan langkah tegap dari 96 langkah tiap menit menjadi 120 langkah tiap menit.

Þ Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan
menggunakan senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris
militer tersebut diterapkan disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam latihan
Paskibraka harus mengacu pada peraturan baris berbaris tanpa senjata yang
berlaku dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan sendiri.

Þ Pelatih.
Þ Karena yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka dengan
dasar itu pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena dianggap lebih
memahami peraturan tersebut dan dapat memberikan ilmu baris berbaris sesuai
peraturan yang berlaku. Didalam perkembangannya pelatih disekolah banyak yang
melibatkan para purna paskibraka untuk melatih baris berbaris, namun harus
dipahami bahwa siapapun yang memberikan latihan baris berbaris baik dari unsur
militer maupun sipil/purna paskibraka semuanya harus berpedoman pada
Peraturan Baris Berbaris yang berlaku.

Þ Kewajiban Pelatih.
Þ Keberhasilan latihan baris berbaris sangat tergantung pada kualitas dan
kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melatih hanya karena tugas tidak akan
bisa mencapai hasil yang sempurna. Pelatih baris berbaris harus mempunyai
kemampuan ilmu melatih sesuai peraturan peraturan yang berlaku dan kemampuan
psikologis untuk mengerti kemampuan anak didiknya. Pelatih yang berkualitas
harus mempunyai dasar-dasar melatih dan mempersiapkan segala sesuatunya
dengan sebaik-baiknya antara lain :

Þ Perasaan kasih sayang,


Þ Pelatih harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.

Þ Persiapan
Þ Persiapan yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus
mempersiapkan program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat –alat
yang diperlukan, tempat dan lain sebagainya.

Þ Mengenal tingkatan anak didik.


Þ Kemampuan setiap anak didik berbeda-beda dalam menyerap materi latihan
yang diberikan, oleh sebab itu pelatih harus dapat memahami kemampuan setiap
anak didiknya dan memberikan metode latihan sesuai yang dibutuhkan sehingga
pada akhirnya dapat dicapai suatu hasil yang optimal.

Þ Tidak sombong
Þ Keahlian dan kepandaian melatih bukanlah hal yang harus disombongkan atau
hanya dipamerkan, melainkan wajib diamalkan dan diberikan kepada anak didiknya
dengan kesabaran dan ketelatenan.

Þ Adil
Þ Pelatih harus dapat memberikan keseimbangan saat latihan dalam segala hal
dengan cara memberikan pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu
dengan lainnya.

Þ Teliti
Þ Pelatih harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu diperhatikan
sehingga dapat menerapkan gerakan sesuai dengan aturan yang benar.

Þ Sederhana
Þ Dalam memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan
bahasa dan kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak
didik.

Þ Teladan
Þ Pelatih sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan,
memberikan teladan dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka
dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih sebaiknya
tidak usah terlalu banyak bercerita atau memberikan pengarahan-pengarahan yang
tidak perlu sebab yang diperlukan adalah pengulangan latihan-latihan setiap
gerakan sehingga anak didik benar-benar memahami setiap gerakan dan dapat
melaksanan dengan benar.

Þ Perbandingan pelatih
Þ Untuk latihan baris berbaris maka kualitas dan kemampuan pelatih sangat
menentukan ratio pelatih dan anak didik. Untuk latihan baris berbaris maka ratio 1 :
15 atau 1 : 20 adalah ratio yang ideal, kalau terlalu banyak pelatih akan membuat
anak didik menjadi bingung. Dalam melatih harus ditunjuk 1 orang pelatih yang akan
mengatur pembagian-pembagian kelompok kecil, pemberian aba-aba gerakan dan
lain sebagainya.

Þ Program latihan
Þ Tahap latihan baris berbaris adalah sebagi berikut :

Þ Gerakan ditempat.
Þ Gerakan baris berbaris yang dilakukan ditempat misal : Sikap siap, istirahat,
hormat, lencang kanan, jalan ditempat dan lain sebagainya. Gerakan ditempat
adalah kunci sukses dalam latihan baris berabris. Dalam latihan awal ini ketegasan
pelatih mutlak diperlukan, karena jika anak didik sudah terbiasa dengan aba-aba dan
gerakan yang tegas serta kompak maka dalam latihan pindah tempat dan berjalan
akan menjadi mudah, karena secara emosi mereka sudah mulai terarah pada
gerakan-gerakan selanjutnya.

Þ Gerakan pindah tempat


Þ Gerakan baris berbaris dengan pindah tempat tanpa melakukan gerakan
berjalan, misal : 2 langkah kedepan/kebelakang, geser ke kekiri/kanan dan lain
sebagainya

Þ Gerakan berjalan.
Þ Dalam latihan berjalan maka tahap latihan sebaiknya dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil antar 10 – 15 orang per kelompok karena akan lebih mudah untuk
memperhatikan dan mengoreksi gerakan setiap anggota, setelah anggota pasukan
dianggap mampu baru digabung menjadi kelompok yang besar.

Þ Langkah Biasa
Þ Yaitu membiasakan peserta untuk melakukan gerakan-gerakan langkah biasa,
hal ini juga dimaksudkan agar dapat diberikan dasar-dasar penyeragaman langkah.

Þ Langkah Tegap
Þ Gerakan langkah tegap akan gerakan baris berbaris dengan sikap yang tegap
baik ayunan tangan dan kaki, termasuk hentakan kaki sehingga dapat menimbulkan
irama yang tegap, kompak dan mantap.
o Dalam langkah tegap kekompakan dan keseragaman ayunan tangan harus
benar-benar diperhatikan karena ayunan tangan akan menunjukkan keindahan
dalam dalam berbaris.
Þ Latihan tempo melangkah.
Þ Saat latihan baris berbaris yang harus diperhatikan adalah tempo langkah baris
berbaris dan kekompakan untuk melaksanakan sesuai peraturan tempo yang
berlaku.
Þ Untuk latihan tempo berjalan maka para pelatih dapat menggunakan tape
recorder dan memutar lagu-lagu mars sesuai dengan tempo yang berlaku. Saat ini
tempo langkah baris berbaris yang berlaku adalah 120 langkah per menit dengan
panjang langkah 65 cm.
Þ Berbaris sambil diiringi lagu-lagu mars akan membuat semua anggota pasukan
lebih mudah menyeragamkan langkah sesuai dengan tempo lagu yang diputar.

Þ Dalam latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-
masing kelompok bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan ditempat dan
langkah biasa atau langkah tegap. Dengan latihan kombinasi ini akan
mempermudah saat melakukan formasi pengibaran bendera, karena saat
melakukan formasi biasanya gerakan jalan ditempat dan langkah tegap akan saling
mengisi sehingga tempo langkah setiap anggota harus sama dan kompak

Þ Pujian dan Hukuman


Dalam latihan baris berbaris kadang-kadang ada anggota yang melakukan gerakan-
gerakan yang sangat kompak dan bagus dalam melakukan gerakan. Pelatih yang
baik akan selalu jeli terhadap semua gerakan anak didiknya,dan disaat istirahat
maka pelatih sebaiknya tidak segan-segan untuk memberikan pujian. Tetapi apabila
ada anggota pasukan yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan baris
berbaris maka pelatih dalam memberikan hukuman harus jelas arahnya agar
kejadian tersebut tidak terulang lagi. Hukuman sebaiknya tidak berupa hukuman
phisik yang dilakukan secara langsung misal push up, squat jam dan lain-lainnya,
karena :

Hukuman seperti ini tidak akan berdampak positip bagi anggota karena merugikan
kondisi phisik anggota yang terbuang tenaganya sebab harus menjalani hukuman
Membuang waktu karena ada anggota yang dihukum sehingga anggota yang lain
tidak dapat meneruskan latihan.
Hukuman yang dilakukan sebaiknya bersifat mendidik dan membuat anggota yang
melakukan kesalahan benar-benar merasakan bahwa akibat kesalahan yang
dilakukan akan merugikan anggota yang lain.

Jika ada anggota yang sering melakukan kesalahan maka anggota yang
bersangkutan dipisah dan secara individual diberikan arahan dan dikoreksi gerakan-
gerakannya. Jika kesalahan dilakukan saat melakukan gerakan ditempat maka
dapat diberi hukuman dengan melakukan gerakan-gerakan yang salah sebanyak 10
kali, dengan cara seperti ini selain akan meningkatkan kemampuan anak didik juga
sebagai bentuk latihan khusus sehingga anggota tersebut dapat lebih memahami
kekurangannya dan memperbaiki dengan cepat, sedang manfaat pelatih dengan
memberi hukuman seperti itu maka akan meningkatkan kemampuan anggotanya
secara cepat tanpa merugikan yang lain.

Jika kesalahan dilakukan saat latihan berjalan maka secara personal anggota
tersebut dapat diperintah untuk melakukan langkah tegap secara sendiri/ personal.
Dengan cara ini palatih dapat memperhatikan kemampuan secara individu, sedang
bagi anggota yang melakukan baris berbaris sendiri akan menimbulkan perasaan
malu karena telah melakukan kesalahan dan pasti dia akan berusaha untuk tidak
mengulanginya lagi.

Hukuman-hukuman yang berupa push up, squat jam atau hukuman phisik lainnya
sudah saatnya ditinggalkan karena hanya akan merugikan peserta latihan secara
keseluruhan dan bersifat kurang mendidik. Jika ada yang beralasan kalau hukuman
tersebut untuk meningkatkan kondisi phisik, maka pelatih yang mengatakan hal
tersebut harus meningkatkan pemahaman tentang latihan baris berbaris yang
benar,sebab saat sudah masuk latihan baris berbaris Paskibraka kondisi phisik
peserta harus baik dan peningkatan kondisi phisik secara instant akan membuat
peserta kurang sehat sehingga tidak dapat berprestasi dengan optimal.

Dikutip dari SK PANGAB 611/X/1985


Tretanggal 08 Oktober
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN

Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan


kebiasaan dalam tata cara hidup Angkatan Bersenjata/masyarakat yang diarahkan
kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN

1. Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan
kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga
menanamkan rasa tanggung jawab.

2. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas
adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok
tersebut dengan sempurna.
3. Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan
serta ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4. Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas
individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati
sendiri.
5. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak
yang mengandung risiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau
sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan.

Pasal 3
Ketentuan Khusus

1. Para pimpinan wajib mengetahui adanya, mengenal kegunaannya, serta


senantiasa menegakkan peraturan tersebut.
2. Para pembantu pimpinan (kader) wajib paham isinya, mau mengerjakannya, dan
mampu melatihnya.
3. Semua warga Angkatan Bersenjata baik Perwira, Bintara atau Tamtama wajib
melaksanakan secara tertib (tepat) serta dilarang mengubah, menambah atau
mengurangi apa yang tertera dalam peraturan baris-berbaris ini.

Pasal 4
KEWAJIBAN PELATIH
1. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantung
kepada mutu serta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya
hanya karena tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.
2. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok
sebagai berikut:

a. Rasa kasih sayang


Seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didik.
b. Persiapan
Persiapan yang baik adalah jaminan berhasilnya latihan yang dikehendaki,
oleh karena itu pelatih harus mengadakan persiapan terlebih dahulu
mengenai apa yang akan dilatih, pembagian waktu, alat-alat, tempat dan
sebagainya.
c. Mengenal tingkatan anak didik
Tiap tingkatan kemampuan seseorang/kelas membutuhkan metode melatih
tersendiri, oleh karena sebelum seorang pelatih memilih sesuau metode, ia terlebih
dahulu menilainya.
d. Tidak sombong
Keahlian dan kepandaian bukanlah hal-hal yang patut dipamerkan,
melainkan wajib diamalkan yang berarti dibimbingkan, dituntunkan,
sehingga dapat dimiliki oleh anak didik.
e. Adil
Selalu dapat memelihara adanya keseimbangan dalam segala hal dengan
cara memberikan pujian atau teguran pada tempatnya tanpa membeda-
bedakan satu dengan lainnya.
f. Teliti
Teliti mengandung arti selalu mengusahakan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan sesuai dengan semestinya, sebaliknya tidak puas dengan
pelaksanaan yang setengah-setengah.
g. Sederhana
Untuk tidak mempesulit anak didik perlu diusahakan kalimat maupun kata-
kata yang mudah dimengerti. Pelatih bertindak seperlunya sesuai dengan
apa yang dituntutnya.

3. Perhatian khusus bahwa dengan latihan (drill) dimaksud untuk mencapai


kebiasaan atau kepahaman bertindak bukan untuk mengetahui saja. Oleh
karenanya hendaklah selalu diperhatikan jangan terlalu bercerita, melainkan
teladan, mencoba, mengoreksi, mengulangi sehingga paham mengerjakannya.
catatan:
a. Guna mencegah terganggunya/rusaknya suasana pada saat-saat banyak
memberikan aba-aba dan untuk membiasakan suara yang diperlukan dalam
memberikan aba-aba, maka para komandan/pemimpin pasukan agar diberi
latihan teratur (tiap hari).

b. Khusus dalam melatih sikap sempurna, pelatih agar memberikan


perhatian/mengawasi ketentuan mengenai pandangan mata.
c. Banyak melatih barisan dalam bentuk saf maju jalan untuk membiasakan pada
waktu defile dan parade.

Pasal 5
ABA-ABA
1. Pengertian
Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan
pasukan kepada pasukan/barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara
serentak atau berturut-turut.
2. Macam aba-aba
Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan:
a. Aba-aba petunjuk
Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari
aba-aba peringatan/pelaksanaan.

contoh:
1. Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK
2. Untuk istirahat – Bubar = JALAN
3. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan
pasukan: Pleton II – Siap = GERAK
4. Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi
5. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian

penghormatan terhadap seseorang, cukup menyebutkan jabatan orang


yang diberi hormat tanpa menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi
contoh:
a. Kepada kepala sekolah – Hormat = GERAK
b. Kepada kepala kantor wilayah – Hormat = GERAK

b. Aba-aba peringatan
Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat
dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
1. Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN
2. Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT

Aba-aba pelaksanaan
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.
Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah:
1. GERAK
2. JALAN
3. MULAI
GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang
menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuhlain, baik
dalam keadaan berjalan maupun berhenti.

contoh: 1. Jalan di tempat = GERAK


2. Siap = GERAK
3. Hormat kanan = GERAK
4. Hormat = GERAK

JALAN : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan


meninggalkan tempat.

contoh: 1. Haluan kanan/kiri = JALAN


2. Dua langkah ke depan = JALAN
3. Tiga langkah ke kiri = JALAN
4. Satu langkah ke belakang = JALAN
catatan:
Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba
pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan: MAJU

contoh: 1. Maju = JALAN


2. Haluan kanan/kiri Maju = JALAN
3. Melintang kanan/kiri Maju = JALAN

MULAI: adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan
berturut-turut.

contoh: 1. Hitung = MULAI


2. Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI
3. Cara menulis aba-aba:
a. Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan
huruf kecil, atau semuanya huruf besar.
b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya
dengan huruf kecil yang satu dengan yang lainnya agak jarang, atau
semuanya huruf besar.
c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar.
d. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat.
e. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis
penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan
terdapat dua garis bersusun/koma.

4. Cara memberi aba-aba:

a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri


dalam keadaan sikap sempurna dan menghadap pasukan.
b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba,
makapadasaat memberikan aba-aba tidak menhadap pasukan.

contoh :Waktu pemimpin upacara memberi aba-aba penghormatan kepada


Pembina upacara : Hormat = GERAK. Pelaksanaan : Pada waktu memberi aba-aba
pemimpin upacara/Danup menghadap ke arah pembina upacara/Irup sambil
melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan. Setelah
penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh pembina upacara/Irup maka dalam
sikap “sedang memberi hormat” Pemimpin upacara/Danup memberikan aba-aba :
Tegak = GERAK dan setelah aba-aba itu pemimpin upacara/Danup bersama-sama
pasukan kembali ke sikap sempurna.

c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup memasuki


lapangan upacara dan setelah amanat pembina upacara/Irup selesai,Pemimpin
upacara/Danup tidak menghadap pasukan.
d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang
sedang berjalan atau berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan
bertepatan dengan jatuhnya salah satu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya
dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada waktu berjalan dan 3 langkah pada
waktu berlari.
e. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan
dengan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan
dengan tambahan 2 langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari,
kenudian berhenti atau maju dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan.
f. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat.
g. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan
dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada.
h. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama
dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut
besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan
cara yang di”hentakkan”.
i. Waktu pemberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan diperpanjang sesuai
besar-kecilnya pasukan dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi
pasukan). Dilarang memberi keterangan-keterangan lain di sela-sela aba-
aba pelaksanaan.
j. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah
“ulangi”

Contoh :
Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara – Hormat =GERAK.
Gerakan yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat
diberikan petunjuk-petunjuk sengan suara nyaring, tegas, dan
bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU,
IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS

Pasal 6
CARA MELATIH BERHIMPUN
1. Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya
secara bebas, maka pelatih/komandan/pemimpin memberi aba-aba:
Berhimpun = MULAI
2. Pelaksanaan:
a. Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan
menghadap kepada yang memberi aba-aba.
b. Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari,
selanjutnya lari menuju ke depan pelatih/komandan.pemimpin, di mana ia
berada dengan jarak 3 langkah.
c. Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, mengambil
sikap sempurna, kemudian mengambil sikap istirahat.
d. Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik
kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e. Pada saat datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, serta kembali,
tidak menyampaikan penghormatan.

3. Yang dimaksud dengan berhimpun adalah semua anggota datang si depan


komandan/pemimin dengan berdiri bebas, dengan jarak tiga langkah (lihat
gambar).
O
OOO
OOOO
OOOO
O+O
O
3 Langkah

Catatan: Bentuknya mengikat, hanya jumlah saf tidak mengikat

Pasal 7
CARA MELATIH BERKUMPUL

1. Komandan/pelatih/pemimpin menunjuk seorang anggota untuk berdiri kurang


lebih 4 langkah di depannya, orang ini dinamakan penjuru.
2. Komandan/pelatih/pemimpin memberikan perintah: Sdr. Hartono sebagai
penjuru (bila penjuru bernama Hartono).
3. Penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada yang
memberi perintah, selanjutnya mengulangi perintah sebagai berikut: “Siap
Hartono sebagai penjuru”.
4. Penjuru mengambil sikap untuk lari menuju tempat komandan /pelatih/
pemimpin yang memberi perintah.
5. Apabila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju
tempat komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, langsung pundak
kiri senjata.
6. Pada waktu aba-aba peringatan “Bersaf/Berbanjar Kumpul” maka anggota lain
mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh pada komandan/
pelatih/pemimpin.
7. Pada aba-aba pelaksanaan anggota lainnya dengan serentak mengambil sikap
lari, selanjutnya penjuru memberi isyarat “LURUSKAN”, anggota secara berturut-
turut meluruskan diri.
8. Bila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju di
samping kiri/belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri.
9. Cara meluruskan diri ke samping (bila bersaf) sebagai berikut: Meluruskan lengan
ke samping dengan tangan kanan digenggam, punggung tanganmenghadap ke
atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapat melihat dada
orang-orang yang di sebelah kanannya. Penjuru yang ditunjuk pada waktu
berkumpul melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus maka penjuru memberikan
isyarat dengan perkataan “LURUS”. Pada isyarat ini penjuru melihat ke depan serta
yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat ke depan dan kembali ke
sikap sempurna. Bila bersenjata, maka senjata di pundak kiri dan ditegakkan
serentak.
10. Cara meluruskan diri ke depan (bila berbanjar) sebagai berikut: Meluruskan
lengan kanannya ke depan, tangan digenggam, punggung tangan menghadap
keatas dan mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada di
depannya dan meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang banjar
kanan melihat barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat dengan
mengucapkan “LURUS”, pada isyarat ini serentak menurunka lengan kanan dan
kembali ke sikap sempurna.
11. Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian
dengan serentak tegak senjata.
Catatan : Bila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersaf tiga atau berbanjar
tiga, kalau kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar satu. Meluruskan ke depan
hanya digunakan dalam bentukberbanjar.
12. Penunjukkan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.

Pasal 8
CARA MELATIH MENINGGALKAN BARISAN

1. Apabila pelatih memberikan perintah kepada seseorang dari barisannya,terlebih


dahulu ia memanggil orang itu ke luar barisan dan memberikan perintahnya apabila
orang tersebut telah berdiri dalam sikap sempurna. Orang yang menerima perintah
ini harus mengulangi perintah tersebut sebelum melaksanakannya dan
mengerjakan perintah itu dengan bersemangat.

Tata cara keluar barisan:


a. Bila keluar bersaf:
1) Untuk saf depan, tidak perlu balik, tetapi langsung menuju arah yang
memanggil.
2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling
belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang
memanggil.
3) Bagi orang yang berada di ujung kanan maupun kiri, tanpa balik kanan
langsung menuju arah yang memanggil (termasuk saf 2 dan 3).

b. Bila pasukan berbanjar:


1) Untuk saf depan tidak perlu balik kanan, langsung menuju arah yang
memanggil.
2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling
belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang
memanggil.

c. Cara menyampaikan laporan dan penghormatan apabila anggota dipanggil


sedang dalam barisan sebagai berikut:
1) Komandan/pelatih/pemimpin memanggil: “Ahmad tampil ke depan”
setelah selesai dipanggil orang yang dipanggil tersebut mengucapkan
kata-kata “Siap Ahmad Tampil ke depan”, kemudian keluar barisan
sesuai dengan tata cara keluar barisan.
2) KemudianmenghormatsesuaiPPM,setelahselesai
menghormatmengucapkan kata-kata: “Lapor, siap menghadap”.
Selanjutnya menunggu perintah.
3) Setelah mendapat perintah/petunjuk, mengulangi perintah tersebut.
Contoh:
“Berikan aba-aba di tempat”. Selanjutnya melaksanakan
perintahyangdiberikanolehkomandan/pelatih/pemimpin
(memberikan aba-aba di tempat).
4) Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk,kemudian menghadap
±6 langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dan
mengucapkan kata-kata: “Memberikan aba-aba di tempat telah
dilaksanakan, Laporan selesai”.
5) Setelah mendapat perintah “Kembali ke tempat”, anggota tersebut
mengulangi perintah kemudian menghormat, selanjutnya kembali ke
tempat.

2. Jika pada waktu dalam barisan salah seorang meninggalkan barisannya,


maka terlebih dahulu harus mengambil sikap sempurna dan minta ijin
kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dengan cara
mengangkat tangan kanannya ke atas (tangan dibuka, jari-jari dirapatkan).

Contoh: Anggota yang akan meninggalkan barisan mengangkat tangan.


komandan/pelatih/pemimpin bertanya: “Ada apa?”
Anggota menjawab: “ke belakang” komandan/pelatih/ pemimpin memutuskan:
“Baik, lima menit kembali” Anggota yang meninggalkan barisan mengulangi: “Lima
menit kembali”

3. Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisannya selanjutnya menuju tempat


sesuai keperluannya.
4. Bila keperluannya telah selesai, maka orang tersebut menghadap ±6
langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin, menghormat dan laporan
sebagai berikut: “Lapor, Ke belakang selesai Laporan selesai”. Setelah ada
perintah dari komandan/pelatih/pemimpin “Masuk barisan” maka orang
tersebut mengulangi perintah kemudian menghormat, balik kanan dan
kembali ke barisannya pada kedudukan semula.

Pasal 9
CARA MELATIH GERAKAN BERJALAN

1. Untuk melatih seseorang tentang gerakan berjalan, ia disuruh berjalan sesua


dengan petunjuk dari pelatih. Pelatih memperhatikan gayanya, diperbaiki dan
disesuaikan dengan gaya “Langkah Biasa”.
2. Mula-mula hanya diperhatikan gerakan kaki saja, dimulai dengan meletakkan kaki,
lalu tempo irama dan panjangnya langkah. Selanjutnya gerakan lengan dan badan.

Pasal 10
TATA CARA PENGHORMATAN

1. Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang
telahtercantum dalam pasal 5 PPM/AB.
2. Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakan
latihan-latihan sebagai berikut:
a. Penghormatan perorangan, bertutup kepala tanpa senjata dalam keadaan
berhenti/berdiri.
1) Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U.
2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat
antara samping paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala.
3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan
menunjuk dengan jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang
merupakan tempat ujung jari pada gerakan langsung melalui garis lurus
ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu tutup kepala.

4) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang menunjuk dan kembali bersikap


sempurna yang akhirnya menggantikan gerakan menunjuk itu dengan
seluruh telapak tangan terbuka.

b. Penghormatan sambil memalingkan kepala ke kanan/kiri


1) Sebelum melakukan gerakan gabungan, terlebih dahulu diperintahkan
untuk memalingkan kepala secara baik ke kiri dan ke kanan.
2) Kemudian memalingkan kepala disertai gerakan penghormatan.

c. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam


keadaan berjalan. Anggota-anggota pasukan diperhatikan berjalan dari arah
kanan ke kiri, atau sebaliknya melalui depan pelatih sambil memberi
hormat.
d. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata, satu dan
lainnya dalam keadaan berjalan.
1) Pasukan dibagi atas 2 pasukan yaitu pasukan A dan B. Misalnya pasukan
A di sebelah barat sebagai atasan dan pesukan B sebagai bawahan.
2) Masing-masing pasukan dimulai dengan nomor urut satu dan seterusnya berjalan
berpapasan dengan jarak sepuluh langkah tiap anggota.
3) Tiap-tiap anggota pasukan B yang berpapasan dengan anggota pasukan
A memberikan penghormatan dan pasukan A membalas penghormatan.
4) Demikian seterusnya sampai seluruh anggota pasukan berpapasan dan
pelatih memerintahkan bergantian pasukan B sebagai atasan.

e. Penghormatan pasukan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan


berjalan.
1) Pasukan disuruh membentuk formasi pleton berbanjar. Pelatih menjadi
atasan untuk diberi penghormatan oleh pasukan.
2) Seorang ditunjuk menjadi Danton/pemimpin pasukan.
3) Pasukan bergerak dengan langkah biasa dan pada jarak tertentu sebelum
memberikan penghormatan melakukan gerakan “Langkah
tegap”.
4) Pada aba-aba “Hormat kanan/kiri = GERAK” maka dilakukan gerakan-
gerakan sebagai berikut:
a) Danton/pemimpinpasukanbersamapasukanmemberi
penghormatan seperti hormat bertutup kepala tanpa senjata (pasal
5 ayat 2a PPM) pasukan memalingkan kepala dengan batas 45°
kepada pelatih.
b) Pelatih membalas penghormatan.
c. Kemudian Danton/pimpinan pasukan memberi aba-aba “Tegak =
GERAK”. Danton/pemimpin pasukan dan pasukannya memalingkan
kepala kembali serentak dan kedua tangan dilenggangkan dengan
tetap langkah tegap.
d) Dilanjutkan dengan aba-aba Langkah biasa = JALAN.

BAB II
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN DASAR

Pasal 11
SIKAP SEMPURNA

Aba-aba: Siap = GERAK


Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua
kaki merupakan sudut 45°, lutut lurus dan paha dirapatkan, berat badan dibagi atas
kedua kaki. Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke belakang
sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus,
jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha, punggung ibu
jari menghadap ke depan, mulut ditutup, mata memandang lurus ke
depan,bernapas sewajarnya.

Pasal 12
ISTIRAHAT

Aba-aba: Istirahat – di – tempat = GERAK


Pelaksanaan:
1. Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak
sepanjang telapak kaki (±30 cm).
2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di pinggang, punggung tangan kanan di
atas telapak tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan
kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta
kedua lengan dilemaskan, badan dapat bergerak.
Catatan:
a) Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapian
istirahat dilakukan atas aba-aba “Parade – Istirahat di tempat = GERAK.
Pelaksanaan sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik ke atas sedikit,
tidak boleh bergerak, tidak berbicara, dan pandangan tetap ke depan.
b) Dalam keadaan parade maupun bukan parade apabila akan diberikan suatu
amanat atau sambutan oleh atasan/pembina, maka istirahat dilakukan atas aba-aba:
“Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK”. Pelaksanaan sama dengan
tersebut dalam titik a, dan pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/
amanat/sambutan.

Pasal 13
PERIKSA KERAPIHAN

Aba-aba: Periksa kerapihan = MULAI


1. Tanpa senjata:
a) Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan yang dipakai
anggota pada saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat
(pasal 12).
b) Pelaksanaan:
1) Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak mengambil sikap sempurna.
2) Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan badan
masing-masing, mulai memeriksa atau membetulkan perlengkapannya dari bawah
(ujung kaki ke atas sampai ke tutup kepala).
3) Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota pasukan mengambil sikap
sempurna (pasal 11).
4) Setelah Pelatih/danpas/pemimpin pasukan melihat semua pasukannya sudah
selesai (sudah dalam keadaan sikap sempurna) maka Pelatih/danpas/pemimpin
pasukan memberi aba-aba = SELESAI.
5) Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat (pasal 12).

2. Bersenjata (khusus ABRI).

Pasal 14
BERKUMPUL

Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf, kecuali keadaan ruang
tidak memungkinkan.
1. Berkumpul bersaf. Aba-aba: Bersaf - Kumpul = MULAI.
Pelaksanaan:
a. Sebelum aba-aba peringatan, pelatih/komandan/ pemimpin pasukan
menunjuk salah seorang sebagai penjuru.
b. Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap
penuh komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, selanjutnya
mengucapkan: Siap Ahmad sebagai penjuru (bila nama penjuru Ahmad)

c. Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke depan


komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah pada jarak ±4 langkah di
depan komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah.
d. Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota lainnya mengambil sikap
sempurna dan menghadap penuh kepada komandan/pelatih/pemimpin
yang memberi perintah.
e. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara
serentak mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju samping kiri
penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan “Luruskan”.
f. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat
lengan kanan ke samping kanan, tangan kanan digenggam, punggung
tangan menghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan
diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah kanannya
sampai ke penjuru kanan, mata penjuru melihat ke kiri, setelah barisan
terlihat lurus maka penjuru mengucapkan “Lurus”. Pada isyarat ini penjuru
melihat ke depan yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat kedepan
dan kembali sikap sempurna.
2. Berkumpul berbanjar. Aba-aba: Banjar – Kumpul = MULAI.
Pelaksanaan:
a. Sama dengan pasal 14 sub a s.d. d
b. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak
mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke belakang
penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan “Luruskan”.
c. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat
lengan kanan ke depan, tangan kanan digenggam, punggung tangan
menghadap ke atas, mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang
yang ada di depannya dan meluruskan diri ke depan. setelah orang paling
belakang/banjar kanan paling belakang melihat barisannya lurus maka ia memberi
isyarat dengan mengucapkan “Lurus”. Pada isyarat ini seluruh anggota yang di
banjar kanan serentak menurunkan lengan kanan dan kembali sikap sempurna.

Pasal 15
LENCANG KANAN/KIRI

1. Lencang kanan/kiri (hanya dalam bentuk bersaf)


Aba-aba: Lencang kanan/kiri = GERAK.
Pelaksanaan:
Gerakan ini dijalankan dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan semua
mengangkat lengan kanan/kiri ke samping kanan/kiri, jari-jari tangan kanan/kiri
menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas. Bersamaan dengan ini
kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa kecuali penjuru kanan/kiri
tetap menghadap ke depan. Masing-masing meluruskan diri hingga dapat melihat
dada orang yang ada di sebelah kanan/kiri sampai kepada penjuru kanan/kirinya.
Jarak ke samping harus sedemikian rupa, hingga masing-masing jari menyentuh
bahu kiri orang yang ada di sebelah kanannya. Kalau lencang kiri maka masing-
masing tangan kirinya menyentuh bahu kanan orang yang berada di sebelah kirinya.
Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.
Catatan:

a. Kalau bersaf tiga mereka yang berada di saf tengah dan belakang kecuali
penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan pandangan mata, ikut pula
memalingkan muka ke samping kanan/kiri dengan tidak mengangkattangan.
Penjuru pada saf tengah dan belakang mengambil jarak ke depan sepanjang satu
lengan ditambah dua kepal dan setelah lurusmenurunkan tangan. Setelah masing-
masing anggota berdiri lurus dalam barisan, maka semuanya berdiri di tempatnya
dan kepala tetap dipalingkan ke kanan/kiri. Semua gerakan dikerjakan dengan
badan tegak seperti dalam sikapsempurna. Pada aba-aba “Tegak = GERAK” semua
anggota dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka kembali ke
depan dberdiri dalam sikap sempurna.
b. Pada waktu komandan/pelatih/pemimpin pasukan memberikan aba-aba
lencang kanan/kiri dan barisan sedang meluruskan safnya, komandan/
pelatih/pemimpin yang berada dalam barisan itu memeriksa kelurusan saf dari
sebelah kanan/kiri pasukan, dengan menitik beratkan kepada kelurusan tumit
(bukan ujung depan sepatu).

2. Setengah lencang kanan/kiri


Aba-aba: Setengah lengan lencang kanan = GERAK
Pelaksanaan:
Seperti lencang kanan/kiri, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang (bertolak pinggang)
dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelah kanan/kirinya,
pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rapat
satu sama lainnya di sebelah depan. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua serentak
menurunkan lengan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap
sempurna

3. Lencang depan (hanya dalam bentuk berbanjar)


Aba-aba: Lencang depan = GERAK
Pelaksanaan:

Penjuru tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua dan seterusnya
meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka saf
depan mengambil jarak satu/setengah lengan di samping kanan, setelah lurus
menurunkan tangan, serta menegakkan kepala kembali dengan serentak.Anggota-
anggota yang ada di banjar tengah dan kiri melaksanakannya tanpa mengangkat
tangan.

Pasal 16
BERHITUNG
Aba-aba: Hitung = MULAI
Pelaksanaan:
Jika bersaf, maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan,
sedangkan anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba-
aba pelaksanaan, berturut-turut tiap pasukan mulai dari penjuru kanan menyebut
nomornya sambil memalingkan muka kembali ke depan. Jika berbanjar, maka pada
aba-aba peringatan semua pasukan tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-aba
pelaksanaan tiap pasukan mulai dari penjuru kanan depan berturut-turut ke
belakang menyebutkan nomornya masing-masing, penyebutan nomor diucapkan
penuh.

Pasal 17
PERUBAHAN ARAH
1. Hadap Kanan/Kiri
Aba-aba: Hadap kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
a. Kaki kanan/kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan
berada di ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan.
b. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°.
c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti dalam keadaan sikap
sempurna.

2. Hadap serong kanan/kiri


Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
a. Kaki kanan/kiri diajukan ke muka berjajar dengan kaki kiri/kanan
b. Berputar arah 45° ke kanan/kiri
c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.

3. Balik kanan
Aba-aba: Balik kanan = GERAK
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap
kanan) di depan kaki kanan. Tumit kaki kanan beserta dengan badan diputar kek
kanan 180°. Kaki kiri dirapatkan pada kaki kanan.

Pasal 18
MEMBUKA ATAU MENUTUP BARISAN

1. Buka barisan
Aba-aba: Buka barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah ke kanan dan kiri, sedangkan regu tengah tetap di tempat.

2. Tutup barisan
Aba-aba: Tutup barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah kembali ke kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat.
Pasal 19
BUBAR

Aba-aba: Bubar = JALAN


Pelaksanaan:
Aba-aba tiap pasukan menyampaikan penghormatan kepada komandan, sesudah
dibalas kembali dalam sikap sempurna kemudian melakukan balik kanan dan
setelah menghitung dua hitungan dalam hati, melaksanakan gerakan seperti
langkah pertama dalam gerakan maju jalan, selanjutnya bubar menuju tempat
masing-masing.

BAB III
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN BERJALAN

Pasal 20
PANJANG, TEMPO, DAN MACAM LANGKAH
Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut:
No Macam langkah Panjang Tempo
1 Langkah biasa 65 cm 102 tiap menit
2 Langkah tegap 65 cm 102 tiap menit
3 Langkah perlahan 40 cm 30 tiap menit
4 Langkah ke kanan/kiri 40 cm 70 tiap menit
5 Langkah ke belakang 40 cm 70 tiap menit
6 Langkah ke depan 60 cm 70 tiap menit
7 Langkah di waktu lari 80 cm 165 tiap menit

Panjangnya suatu langkah diukur dari tumit ke tumit. Bila dalam peraturan disebut
satu langkah, maka panjangnya 70 cm.

Pasal 21
MAJU JALAN
Dari sikap sempurna
Aba-aba: Maju = JALAN
Pelaksanaan:
a. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak kaki
diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi ±20 cm, kemudian dihentakkan ke
tanah dengan jarak satu langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
b. Langkah pertama dilakukan dengan melangkah, lengan kanan ke depan 90°,
lengan kiri ke belakang 30° ke belakang dengan tangan menggenggam. Pada
langkah-langkah selanjutnya lengan kanan dan kiri lurus dilenggangkan ke
depan 45° dan ke belakang 30°, banjar kanan depan mengambil dua titik yang
terletak dalam satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan
barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher.
Dilarang keras:
- Berbicara
- Melihat ke kiri atau kanan
Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku.

Pasal 22
LANGKAH BIASA

1. Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna.
Waktu mengayunkan kaki ke depan lutut kaki dibengkokan sedikit (kaki tidak boleh
diseret). Kemudian diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan.
2. Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit
diletakkan di tanah selanjutnya seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan
sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, ke depan 45° dan ke
belakang 30°. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari
menghadap ke atas.
3. Bila berjalan dengan hubungan pasukan agar menggunakan hitungan irama
langkah (untuk kendali kesamaan langkah).

Pasal 23
LANGKAH TEGAP

1. Dari sikap sempurna


Aba-aba: Langkah tegap – maju = JALAN
Pelaksanaan:
Mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar satu langkah,
selanjutnya seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki
dihentakkan terus-menerus tetapi tidak berlebihan, telapak kaki rapat dan sejajar
dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh diangkat tinggi. Bersamaan dengan
langkah pertama tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke
samping luar, ibu jari tangan menghadap ke atas, lenggang lengan 90° ke depan dan
30° ke belakang.

2. Dari langkah biasa


Aba-aba: Langkah tegap = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu
langkah selanjutnya berjalan langkah tegap.

3. Kembali ke langkah biasa (sedang berjalan)


Aba-aba: Langkah biasa = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di
tanahditambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya
dengan langkah biasa, hanya langkah pertama dihentakkan selanjutnya berjalan
langkah biasa.
Catatan:
Dalam keadaan sedang berjalan cukup menggunakan aba-aba peringatan: Langkah
tegap atau Langkah biasa = JALAN pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata
maju).

Pasal 24
LANGKAH PERLAHAN

1. Untuk berkabung (mengantar jenazah).


Aba-aba: Langkah perlahan Maju = JALAN
Pelaksanaan:
a. Gerakan dilakukan dengan sikap sempurna
b. Pada aba-aba JALAN kaki kiri dilangkahkan ke depan, kaki kiri ditarik ke
depan dan ditahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan
ditapakkan di depan kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri
menapak segera disusul dengan kaki kanan ditari ke depan dan ditahan
sebentar di mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan di depan kaki kiri.
c. Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.

Catatan:
a. Dalam sedang berjalan, aba-aba adalah langkah perlahan = JALAN yang diberikan
pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian
mulai berjalan dengan langkah perlahan.
b. Tapak kaki pada saat melangkah (menginjak tanah) tidak dihentakkanrata-rata
untuk lebih khidmat.
2. Berhenti dari langkah perlahan
Aba-aba: Henti GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri dirapatkan pada
kaki kanan atau kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.

Pasal 25
LANGKAH KE SAMPING
Aba-aba: Langkah ke kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilangkahkan ke kanan/kiri sepanjang ±40
cm. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kiri/kanan, sikap akan tetap
seperti pada sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat
langkah.

Pasal 26
LANGKAH KE BELAKANG

Aba-aba: Langkah ke belakang = JALAN


Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke belakang mulai dengan kaki kiri menurut
panjangnya langkah dan sesuai tempo yang telah ditentukan (pasal 20),menurut
jumlah langkah yang diperintahkan. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap
badan seperti dalam sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya, hanya boleh dilakukan
empat langk

Pasal 27
LANGKAH KE DEPAN

Aba-aba: Langkah ke depan = JALAN


Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke depan mulai dengan kaki kiri menurut
panjangn langkah 60 cm dan tempo langkah 70 tiap menit, menurut jumlah langkah
yang diperintahkan. Gerakan kaki seperti kaki langkah tegap (pasal 23) dan
dihentakkan terus-menerus. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap seperti
sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya, boleh dilakukan empat langkah.
Pasal 28
LANGKAH DI WAKTU LARI

1. Dari sikap sempurna


Aba-aba: Lari Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba peringatan dua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan
dipinggang sebelah depan, dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua
siku sedikit ke belakang, badan agak condongkan ke depan. Pada aba-aba
pelaksanaan dimulai lari dengan panjang langkah 80 cm dan tempo langkah 165tiap
menit dengan cara kaki diangkat secukupnya, telapak kaki diletakkan dengan ujung
telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku.
2. Dari langkah biasa
Aba-aba: Lari = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba peringatan pelaksanaannya sama dengan aba-aba peringatan (pasal
28 ayat 1). Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ke tanah.
Kemudian ditambah satu langkah. selanjutnya berlari menurut ketentuan yang ada.

3. Kembali ke langkah biasa


Aba-aba: Langkah biasa = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah ditambah 3
langkah, kemudian berjalan dengan langkah biasa, dimulai dengan kaki kiri
dihentakkan, bersamaan dengan itu kedua lengan dilenggangkan.

Catatan:
Untuk berhenti dengan keadaan berlari, diberikan aba-aba: Henti = GERAK.
Aba=aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah
ditambah 3 langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepalan
tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.

Pasal 29
LANGKAH MERDEKA

1. Dari langkah biasa


Aba-aba: Langkah merdeka = JALAN
Pelaksanaan:
Anggota berjalan bebas tanpa terikat ketentuan panjang, macam, dan tempo
langkah. Ataas pertimbangn komandan, anggota dapat diizinkan untuk berbuat
sesuatu yang dalam keadaan lain terlarang (antara lain: berbicara, buka topi, dan
menghapus keringat).

Catatan:
Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh atau di luar
kota atau lapangan yang tidak rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan
barisan.

2. Kembali ke langkah biasa


Untuk melakukan gerakan ini lebih dahulu harus diberikan petunjuk samakan
langkah. Setelah langkah sama, komandan dapat memberikan aba-aba
peringatan dan pelaksanaan.
Aba-aba: Langkah biasa = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah
kemudian di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa,
hanya langkah pertama dihentakkan.

Pasal 30
GANTI LANGKAH

Aba-aba: Ganti langkah = JALAN


Pelaksanaan:
Gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa/tegap. Aba-aba pelaksanaan
diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah. Sesudah
itu ujung kaki kanan atau kiri yang sedang di belakang dirapatkan kepada tumit kaki
sebelahnya. Bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan
pada badan. Untuk selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan.
Langkah pertama tetap sepanjang satu langkah. Kedua gerakan ini dilakukan dalam
satu hitungan.

Pasal 31
JALAN DI TEMPAT

1. Dari sikap sempurna


Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK
Pelaksanaan:
Gerakan dimulai dengan kaki kiri, lutut bergantian diangkat setinggi paha rata-
rata (horisontal), ujung kaki menuju bawah dan tempo langkah sesuai dengan
tempo langkah biasa. Badan tegak pandangan mata tetap ke depan, lengan
tetap lurus dirapatkan pada badan (tidak dilenggangkan).

2. Dari langkah biasa


Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di
tanah.kemudian ditambah satu langkah, selanjutnya di mulai dengan kaki
kanan/kiriberjalan di tempat, selanjutnya gerakan di tempat.

3. Dari jalan di tempat ke langkah biasa


Aba-aba: Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah, kemudian
ditambah satu langkah di tempat dan mulai berjalan dengan menghentakkan kaki
kiri satu langkah ke depan dan selanjutnya berjalan langkah biasa.

4. Dari jalan di tempat ke berhenti


Aba-aba: Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan.kiri jatuh di tanah lalu
ditambah satu langkah. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kanan
menurut irama langkah biasa mengambil sikap sempurna.

Pasal 32
BERHENTI

Aba-aba: Henti = GERAK


Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dibrikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah
ditambah satu langkah selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil
sikap sempurna.

Pasal 33
HORMAT KANAN/KIRI

1. Gerakan hormat kanan/kiri


Aba-aba: Hormat kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
Gerakan ini dilakukan pada waktu berjalan dengan langkah tegap. Aba-aba
pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, kemudian
ditambah satu langkah, langkah berikutnya kepala dipalingkan dan pandangan
mata diarahkan kepada yang diberi hormat sampai hingga ada aba-aba “Tegak =
GERAK”. Penjuru kanan/kiri tetap melihat ke depan untuk memelihara arah. Setelah
arah pandangan yang diberi hormat mencapai sudut 45° dari pada pandangan lurus
ke depan, maka kepala dan pandangan mata tetap pada arah tersebut hingga dapat
aba-aba “Tegak = GERAK”.
Catatan:
Pada saat penghormatan apabila bersenjata/pundak bersenjata, tangan kanan
tetap melenggang. Apabila tidak bersenjata, lengan kiri tidak melenggang tangan
kanan menyampaikan penghormatan.
2. Gerakan selesai menghormat
Aba-aba: Tegak = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah. Setelah
ditambah satu langkah, lengan dilenggangkan (kembali langkah tegap)

Pasal 34
PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN

1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Hadap kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Membuat gerakan hadap kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan
tidakdirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Membuat gerakan hadap serong kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki
kiri/kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

3. Ke balik kanan maju jalan


Aba-aba: Balik kanan – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Membuat gerakan Balik kanan. Gerakan selanjutnya pada hitungan ketiga mulai
melangkah dengan kaki kiri dan dilanjutkan dengan langkah biasa.

4. Ke belok kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Belok kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Penjuru depan merubah arah 90° ke kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah
Tertentu. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-gerakan ini setibanya pada tempat
belokan tersebut (tempat penjuru berbelok).
Catatan:
Aba-aba dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN dan tiap-tiap banjar dua kali
belok kanan/kiri maju = JALAN.

Pasal 35
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN

1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Hadap kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada
pasal 34 ayat 1.
2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan
Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada
pasal 34 ayat 2.

3. Ke balik kanan maju jalan


Aba-aba: Balik kanan – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri melintang ke
depan kaki kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan diputar kekanan
sebesar 180°, kaki kiri dihentakkan seperti langkah pertama, selanjutnyaberjalan
seperti langkah biasa.

4. Ke belok kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Belok kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu langkah, kemudian penjuru depan merubah arah 90° ke
kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah yang baru. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-
gerakan ini setibanya pada tempat belokan tersebut (tempat penjuruberbelok).

Catatan:
a. Aba-aba: dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas yang selanjutnya setelah dua langkah berjalan
kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri jalan lagi.
b. Aba-aba: tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN.

Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas tetapi tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali
belok kanan/kiri pada tempat di mana aba-aba pelaksanaan diberikan.
Perubahan arah kiri 180°. Tujuan gerakan dari catatan a dan b guna
membelokkan pasukan di ruang/lapangan yang sempit.

Pasal 36
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERHENTI

1. Ke hadap kanan/kiri berhenti


Aba-aba: Hadap kanan/kiri Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap
kanan/kiri

2. Ke hadap serong kanan/kiri berhenti


Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan
hadap serong kanan/kiri.

3. Ke balik kanan berhenti


Aba-aba: Balik kanan Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambahkan satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri
melintang ke depan kaki kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan
diputar ke kanan sebesar 180°, selanjutnya kaki kiri dirapatkan dengan kaki kanan
(sikap sempurna).

Pasal 37
PERUBAHAN ARAH PADA WAKTU BERLARI

Perubahan arah pada waktu berjalan yang ditentukan pada pasal 35 dan 36 dapat
dilakukan juga oleh pasukan dalam keadaan berlari dengan perbedaan bukan
ditambah satu langkah tetapi tiga langkah.

Pasal 38
HALUAN KANAN/KIRI

Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa
merubah bentuk.

1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan di tempat dengan
memutar arah secara perlahan hingga merubah sampai sebesar 90°. Bersamaan
dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak
melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90°,
kemudian berjalan di tempat. Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus
memberi isyarat: “Lurus”, kemudian komandan memberi aba-aba: “Henti =
GERAK”, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah
ditambahkan satu langkah kemudian seluruh pasukan berhenti.

2. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti kemudian setelah aba-aba “Maju
= JALAN”, pasukan maju jalan yang gerakannya sama dengan gerakan langkah
biasa.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan “Maju
=JALAN” (pasukan tidak berhenti dulu).

3. Berjalan ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian ditambah
satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari
berhenti ke berhenti.

4. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian
ditambah satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan
kanan/kiri dari berhenti ke berjalan.
Catatan:
Pada pelaksanaan haluan lengan tidak melenggang.

Pasal 39
MELINTANG KANAN/KIRI

Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk
pasukan menjadi bersaf dalam arah tetap.

1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan melakukan gerakan “Hadap kanan/kiri”, kemudian
barisan membuat gerakan “Haluan kiri/kanan” dari berhenti ke berhenti.
2. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, ditambah satu langkah, barisan melakukan
gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. Kemudian
setelah diberi aba-aba “Maju = JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju =
JALAN”.

Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba
maju = JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu).

3. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan seperti gerakan melintang
kanan/kiri berhenti ke berhenti. kemudian setelah diberi aba-aba “Maju =
JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.

Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba
maju = JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu)..

By’Miftahudin R”
Kabiro PSDM PPI JAWABARAT

SEJARAH PASKIBRAKA

Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama.


Presiden Soekamo memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar
untuk mempersiapkan upacara peringatanDetik-Detik Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1946, dihalaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta

Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila
persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang
kelak akan menggantikan para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa
menjadi simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah
yang harus mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk
kelompokkelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari lima orang pemuda -
pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.

Husein MutaharNamun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera


pusaka itu adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia.
Sekembalinya ibukota Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran
bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar
dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para
pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi belum mewakili apa yang ada
dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden
Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran bendera
pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti
ia bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda
dari seluruh Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi
kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968
didatangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk
mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya provinsi bisa
mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu
masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.

Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda
utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada
kurun waktu itu memang belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting
tujuan mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah
menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka,
Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak
dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs Idik
Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(dari Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas
Pengembangan dan Latihan. Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi
dan teliti, lalu mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam
bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep
Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Setelah
melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada
tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar.
”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya.
Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka
menganggukkan kepala.

Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak
sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah
PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.
”Pas” berasal dari kata pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan
”ka” dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung
(ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat sketsa.
Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang
Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda Pengukuhan (Lencana
Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai
sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan akronim Paskibraka
memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi
saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17
Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada
yang salah menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi
para anggota Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang
terlibat di dalamnya, kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh
kebanggaan.

Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun
akan dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia
dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam
akronim Paskibraka dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah,
dengan perjuangan keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah
Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka dapat dicegah.
Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan
Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: (1) BENDERA PUSAKA
adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi
Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. (2) BENDERA PUSAKA hanya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus. (3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak
berlaku bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam
keadaan sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu
harus dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila
Presiden ngotot mengubah nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40
Tahun 1958. Presiden akhirnya tidak jadi membubarkan Paskibraka, tapi meminta
namanya diganti menjadi ”Pasukan Pengibar Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-
iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa, nama pasukan
tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap
seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan.

LAMBANG PASKIBRA/KA (SETANGKAI BUNGA TERATAI)

Pada awal berdirinya lambang yang dipergunakan adalah bintang


Segi lima besar,untuk ciri pemuda.Pada tahun 1973 Bapak H.Idik Sulaeman
menetapkan lambang setangkai bunga teratai yang bermakna sebagai berikut :
*Setangkai bunga teratai yaitu :
Anggota Paskibra adalah pemuda yang
tumbuh dari bawah ( orang biasa ) dari tanah air yang sedang
berkembang dan membangun.
*Tiga helai bunga yang tumbuh ke atas yaitu :
Belajar – Bekerja – Bekerji
*Tiga helai daun yang tumbuh mendatar yaitu :
Aktif dan disiplin
*Jumlah mata Rantai mengelilingi ada 32 yang terdiri
1.Putri lambangnya lingkaran yang berjumlah 16 buah
2.Putra lambangnya belah ketupat yang berjumlah 16 buah
( keduanya melambangkan persatuan dari kesatuan )
*Warna hijau melambangkan Pemuda yang kreatif
*Bunga teratai dilingkari 16 lingkaran dan 16 buah belah ketupat yang
artinya anggota Paskibra dari 16 Penjuru arah mata angin tanpa
membeda – bedakan SARA ( Suku,Adat,Rasa,dan Agama ).
Makna Sang Merah Putih
Kata Sang pada Sang Merah Putih ,termasuk jenis kata sandang,digunakan untuk
menghormati sesuatu ( Sang Merah Putih,Sang Maha Kuasa).
Bendera Merah Putih mempunyai kedudukan yang tinggi menurut Pandangan
masyarakat indonesia,sehingga bergelar Sang Merah Putih yang
Berarti warisan yang di muliakan,yang merupakan lambang kemerdekaan dan
Kedaulatan negara.
Bendera Pusaka ialah Bendera Bebangsaan yang digunakan pada
Upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta 17 Agustus 1945. Bendera Pusaka
hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus, pada waktu Upacara Penaikan dan
Penurunan Bendera Kebangsaan, maka semua yang hadir tegap diam diri, sambil
menghadap kebendera, tangan mengangkat sampai upacara selesai.
Pada waktu di kibarkan atau di bawah, bendera kebangsaan tidak boleh menyentuh
tanah, air atau benda lainnya,pada bendera kebangsaan tidak boleh di taruh
lencana,huruf,kalimat,Angka,gambar,atau tanda-tanda lainnya.

SEJARAH SINGKAT BENDERA MERAH PUTIH

Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada
tahun 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan
Kertanegara dari Singosari (1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa
Jawa kuno yang memakai tahun 1216 Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang
perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.

Mpu Prapanca di dalam buku karangannya Negara Kertagama mencerirakan


tentang digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada
waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun
1350-1389 M. Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-
kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu bermacam-macam antara lain
kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan gambar buah meja yang berwarna merah.
Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan Majapahit warna merah dan putih
merupakan warna yang dimuliakan.

Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab
yang lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih
Hitam. Bendera ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu
Minangkabau dalam abad ke 14, ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-
1347). Warna Merah = warna hulubalang (yang menjalankan perintah) Warna Putih
= warna agama (alim ulama) Warna Hitam = warna adat Minangkabau (penghulu
adat) – Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan warna Gula Kelapa. Di
Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih peninggalan Kyai
Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.

Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan
bahwa Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung
di bawah bendera Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.

Di bagian kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah putih.


Antara lain, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai
warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna
putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah
bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso
gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera
perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang
diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa
ayat suci Al Quran.

Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera


Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone
itu dikenal dengan nama Woromporang.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambing keberanian, kewiraan
sedangkan warna Putih merupakan lambang kesucian.

MERAH PUTIH DALAM ABAD XX

Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang
kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia
mengibarkan bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng
ditengah-tengahnya. Tujuan perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga
digunakan untuk nama majalah yang diterbitkan.

Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923


untuk memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku
peringatan itu bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.

Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih
kepala banteng.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah
putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di
Jakarta. Sejak itu berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh
kepulauan Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


yang dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan
menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal
sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara
kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula
bahwa bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , sejak
ditetapkannya UUD 1945 , Sang Merah Putih merupakan bendera kebangsaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah
Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah
Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan
umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang
dikibarkan dalam setiap upacara bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun
1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera
tersebut adalah kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan
ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera
negara di dunia karena terkenal dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm.
Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada
setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah
dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat
sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung
berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena
jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena
terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya
memudar.

Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun
kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera
pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak
penyimpanannya.

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci.
Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa
manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.

Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih
mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula
aren dan warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan
utama dalam masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan
Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah
dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh
orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia
empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.

Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah
sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan
unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba. Dalam sejarah
perjuangan kemrdekaan Indonesia, Bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan
musuh, meskipun tentara kolonial Belanda menduduki Ibukota Negara Republik
Indonesia.

TATA ATURAN PENGGUNAAN BENDERA


Ketentuannya terdapat dalam UUD 1945 yang kemudian diatur dalam PP: 40
Tanggal 28 Juni 1945 (Lambang Negara “Indonesia”) 1958 – 1968 dan penjelasannya
terdapat dalam lembar 1033.

BENTUK, UKURAN & WARNA

Bentuk persegi panjang, yang lebarnya 2:3 panjangnya. Bendera juga dapat
digunakan pada mobil Presiden dan Wakil presiden dengan ukuran 36 – 54 cm, serta
mantan Presiden atau Wakil Presiden, Ketua MPR, DPR, MA, Menteri, Jaksa Agung
yang berukuran 34 – 45 cm dan digunakan siapa saja dengan ukuran 20 – 30 cm.
Warna bendera kebangsaan republik indonesia adalah Merah Putih (MP).

PENGGUNAAN BENDERA KEBANGSAAN


Syarat:
1.Bendera dikibarkan dari terbit fajar sampai matahari terbenam (pkl. 06.00 – 18.00)
2. Bendera di kibarkan pada saat peringatan hari Kemerdekan RI dan Upacara –
upacara resmi lainnya.
3. Bendera dikibarkan juga :
a. Digedung sekolah
b. Tiap hari di gedung kerja
c. Tiap hari di makam pahlawan
d. Tiap hari dirumah pejabat
4. Tempat pemasangan :
1. Bila Bendara dipasang sebagai lencana
Dipasang diatas sebelah kiri saku
2. Bila bersamaan bendera organisasi
Bendera Merah Putih ditaruh ditengah harus lebih tinggi
3. Dipasang disekolah tepat berada di tengah (simetris) gedung menghadap.
4. Bila diruangan pertemuan berada di belakang Ketua.
TATA TERTIB PENGGUNAAN BENDERA MERAH PUTIH
1. Bendera : Tiang : Seimbang
2. Pada saat bendera naik harus HORMAT
3. Menaikan dan menurunkan harus perlahan – lahan
4. Pemasangan bendera setengah tiang :
dilakukan penuh lalu diturunkan setengah tiang.

PENGGUNAAN BENDERA KEBANGSAAN DENGAN BENDERA BANGSA ASING


a. Jika terdapat berjumlah 2 bendera
Bendera negara harus disebelah kanan bendera lain.
b. Bendera silang
Bendera lain disebelah kanan, bendera negara sebelah kiri

PENGGUNAAN BENDERA KEBANGSAAN DENGAN BENDERA ORGANISASI.


a. Bendera Indonesia ditengah
b. Bendera Indonesia lebih tinggi
c. Bendera Indonesia tiangnya lebih tinggi dari bendera Lain
d. Bendera Indonesia tidak boleh dipasang silang dengan bendera lain

LARANGAN
1. Bendera tidak boleh menyentuh tanah
2. Bendera tidak boleh dikibarkan terbalik / melilit
3. Bendera harus disimpan dengan baik
4. Bendera harus bersih
5. Bendera harus utuh / tidak sobek
6. Bendera tidak boleh untuk alas
7. Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
8. Bendera tidak boleh ada tambalan
9. Bendera tidak boleh untuk bermain
10. Bendera tidak boleh untuk pembungkus
11. Bendera tidak boleh untuk pakaian
12. Bendera tidak boleh untuk selimut
13. Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
14. Tidak boleh digunakan sebagai atap
Ukuan bendera adalah 3:2,yang terbesar 3m x 2m dan paling kecil
3cm x 2cm.Ukuran standar adalah 17m (tiang).
Peraturan pemerintah no. 401.Tgl 26 juni 1958 tentang bendera kebangsaan
Republik Indonesia yang isinya : bahwa bendera Merah Putih boleh digunakan / di
pakai di mobil:

1.Mobil Presiden ( 36 cm x 54 cm )
2.Mobil Wakil Presiden ( 30 cm x 45 cm )
3.Mobil Ketua MPR ( 30 cm x 45 cm )
4.Mobil Ketua DPR ( 30 cm x 45 cm )
5.Mobil Ketua MA ( 30 cm x 45 cm )
6.Mobil Ketua BPK ( 30 cm x 45 cm )
7.Mobil Mentri ( 30 cm x 45 cm )

URUTAN LENCANA (LK) SESUAI WARNA DAN TINGKATANNYA

Warna putih untuk pemula (pelajar/paskibra SMP/SMA)


Warna Hijau untuk latihan perintis Pemuda (Anggota paskibraka tingkat
Kota/Kabupaten & Propinsi)
Warna Merah untuk latihan pemuka Pemuda (Paskibraka tingkat Nasional
Warna Kuning untuk latihan pendamping Pemuda (Para Pelatih Paskibraka)
Warna Ungu untuk latihan peñatas Pemuda (Dewan Penasehat Pemuda)
Warna Abu- abu untuk latihan penaya Pemuda (Pelindung)

PENJELASAN TAMBAHAN
a. LK putih dipakai oleh anggota paskibra kecamatan tingkat SMP maupun SMA
yang sudah mengikuti kegiatan pengibaran di masing-masing wilayah
b. LK hijau dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Perintis Pemuda
(DIKLAT) yang diadakan oleh paskibra sekolah dengan dinas pendidikan serta
anggota paskibraka tingkat kabupaten/kotamadya dari provinsi yang telah
bertugas
c. LK merah dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuka Pemuda
dan anggota paskibraka tingkat nasional yang telah bertugas
d. LK ungu dipakaii oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuda Madya
khusus para Pembina, eks danlat dan eks danki

TATA UPACARA BENDERA

TATA UPACARA BENDERA (TUB)

ARTI

Tata : mengatur, menata, menyusun


Upa : rangkaian
Cara : tindakan, gerakan
Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan
ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah
pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran
peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa
lain.

SEJARAH
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara,
upacara selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.

DASAR HUKUM

1. Pancasila
2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)

MAKSUD DAN TUJUAN


a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan
perhatian dari seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan
bagi para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya
kemampuan dan ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari
dalam maupun luar sekolah, yang akan dapat mengganggu kelancaran proses
belajar mengajar di sekolah.

PEJABAT UPACARA

1. Pembina Upacara
2. Pemimpin Upacara
3. Pengatur Upacara
4. Pembawa Upacara

PETUGAS UPACARA

a. Pembawa naskah Pancasila


b. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Pembaca Do’a
d. Pemimpin Lagu
e. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
f. Kelompok Pembawa Lagu
g. Cadangan tiap perangkat

PERLENGKAPAN UPACARA

1) Bendera Merah Putih


Ukuran perbandingan 2 : 3
Ukuran terbesar 2 X 3 meter
Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter
2) Tiang Bendera
Minimal 5 meter maksimal 17 meter
Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 5
3) Tali Bendera
Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar dan bukan tali plastik
4) Naskah-naskah
a. Pancasila
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Naskah Do’a
d. Naskah Acara

PENGERTIAN UPACARA
Terbagi menjadi dua bagian (yaitu upacara Umum dan Upacara Khusus)

1. Upacara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang di
instansi kantor pemerintah untuk memperingati sesuatu atau karena diadakan
acara tertentu. Contoh : Upacara peringatan HUT kemerdekaan Republik Indonesia,
Upacara hari ibu, Upacara serah terima jabatan, dan lain sebagainya.

2. Upacara khusus adalah upacara yang dilaksanakan secara khusus tanpa


membutuhkan kehadiran pejabat dan memiliki tata urutan upacara yang tidak harus
lengkap. Contoh : kegiatan apel, laporan serah terima jabatan, dll.

B. Urut-Urutan / Langkah / Tahapan Upacara Umum (Ringkas)

1. Persiapan Upacara
- Atur peserta dalam kelompok barisan oleh pimpinan barisan
- Petuga upacara seperti petugas bendera, pembaca UUD '45, dll berada di posisi
masing-masing
- Pemimpin upacara masuk ke lapangan dan mengambil alih komando dan
merapikan barisan peserta.
- Pembawa acara membaca urutan upacara

2. Pelaksanaan Upacara
- Ketua pelaksana atau penanggung jawab lapor ke pembina upacara bahwa
upacara siap mulai.
- Pembawa upacara mengatakan upacara segera dimulai, pembina upacara
memasuki tempat upacara.
- Pemimpin menyiapkan barisan sebelum pembina tiba.
- Pembina memasuki lokasi upacara diantar penanggung jawab.
- Penghormatan umum kepada pembina upacara dipimpinoleh pemimpin upacara.
- Pemimpin upacara lapor kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai.
- Penaikan bendera merah-putih oleh petugas.
- Setelah bendera siap lakukan penghormatan kepada bendera.
- Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.
- Pembacaan teks pancasila
- Pembacaan UUD 1945
- Pembacaan teks lain sesuai acara
- Amanat pembina upacara, barisan diistirahatkan. Siapkan jika telah selesai
- Pembacaan Doa
- Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara telah selesai
- Penghormatan umum kepada pembina upacara oleh pemimpin upacara
- Pembina upacara meninggalkan tempat upacara dan diluar lokasi disambut
penanggungjawab / ketua panitia
- Pemimpin upacara mengembalikan komando ke pemimpin barisan lalu
menginggalkan tempat upacara
- Pemimpin barisan membubarkan barisan

KEWAJIBAN DAN HAL-HAL YANG MUNGKIN TERJADI SEWAKTU UPACARA


BENDERA DILAKSANAKAN

1. Kewajiban pada waktu dilaksanakan upacara bendera di sekolah semua guru,


siswa, staff yang berada dihalaman sekolah yang kebetulan tidak mengikuti upacara
pengibaran/penurunan bendera mereka diwajibkan mengambil sikap sempurna
mengarah kearah bendera dan memberikan penghormatan.
2. Gangguan pada saat upacara bendera

· Kerekan macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai kerekan dibetulkan.
· Tali kerekan putus Kelompok pengibar bendera berusaha menangkap bendera
tegak lurus sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan
untuk disimpan.
· Tiang bendera roboh Kelompok pengibar bendera berusaha
menegakkan/menangkap tiang bendera yang roboh bila tidak mungkin
dipertahankan laksanakan seperti pada sebelumnya.
· Cuaca buruk/hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan
maka upacara penaikan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan
upacara, cuaca buruk/hujan maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera
berada dipuncak dan lagu selesai dinyanyikan.

SEJARAH BURUNG GARUDA

Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?

Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang
hanya ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos
Ramayana dan cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang
negara kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan
lambang negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan
elang bondol sebagai lambang Kota Jakarta.

Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang
besar yang menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa,
dan ukurannya yang besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya
lebih kekar, dengan bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki
kekuatan yang luar biasa. Kalau sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan
sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-putar melingkar, lalu menukik pesat ke
arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke depan. Kehebatan inilah yang
mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih sebagai lambang
negara, hingga saat ini.

Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat
India. Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di
masa lalu. Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil
sebagai Resi Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia.
Menurut cerita, burung garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan
Batara Wisnu.

Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa


Anantawikrama Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa
Timur tahun 991-1016. Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka
berhasil membayangkan dan mengabadikannya dalam pahatan relief Candi
Kedaton dan Kidal.

Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata
sebagai arca Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi
kemerdekaan RI tahun 1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali
seutuhnya. Kepalanya pun menengok ke kanan seperti semua lambang elang
negara lain. Tapi, ia membawa perisai berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat
sudah tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17, bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai
19, dan bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat dengan hari lahir Republik
Indonesia. Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka Tunggal Ika", yang
berarti beraneka ragam tapi tetap satu…

Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa
hampir semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui
siapa penemunya dan bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan
negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara
Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden
Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang
negara.Dia lah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.

Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara


mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila
dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal
10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di
bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan
susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A
Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini
bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan
kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk
melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan
sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan
Hamid II dan karya M Yamin.

Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan
Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari
dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan
untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka
bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah
putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri
Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final
lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk
dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda
dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat
mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk
Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno
kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta
sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila”
terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang
negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang
Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih
“gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya
kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian
dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang


negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung
Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk
cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi
menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20
Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat
disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah,
untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri
Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini…

SEJARAH BURUNG GARUDA

Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?

Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang
hanya ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos
Ramayana dan cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang
negara kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan
lambang negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan
elang bondol sebagai lambang Kota Jakarta.

Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang
besar yang menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa,
dan ukurannya yang besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya
lebih kekar, dengan bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki
kekuatan yang luar biasa. Kalau sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan
sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-putar melingkar, lalu menukik pesat ke
arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke depan. Kehebatan inilah yang
mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih sebagai lambang
negara, hingga saat ini.

Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat
India. Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di
masa lalu. Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil
sebagai Resi Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia.
Menurut cerita, burung garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan
Batara Wisnu.

Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa


Anantawikrama Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa
Timur tahun 991-1016. Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka
berhasil membayangkan dan mengabadikannya dalam pahatan relief Candi
Kedaton dan Kidal.
Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata
sebagai arca Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi
kemerdekaan RI tahun 1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali
seutuhnya. Kepalanya pun menengok ke kanan seperti semua lambang elang
negara lain. Tapi, ia membawa perisai berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat
sudah tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17, bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai
19, dan bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat dengan hari lahir Republik
Indonesia. Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka Tunggal Ika", yang
berarti beraneka ragam tapi tetap satu…

Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa
hampir semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui
siapa penemunya dan bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan
negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara
Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden
Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang
negara.Dia lah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.

Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara


mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila
dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal
10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di
bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan
susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A
Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini
bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan
kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk
melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan
sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan
Hamid II dan karya M Yamin.

Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan
Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari
dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan
untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka
bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah
putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri
Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final
lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk
dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda
dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat
mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk
Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno
kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta
sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila”
terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang
negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang
Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih
“gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya
kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian
dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang


negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung
Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk
cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi
menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20
Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat
disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah,
untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri
Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini…

KUMPULAN LAGU-LAGU PASKIBRA/PASKIBRAKA

1. MARS PASKIBRAKA/PASKIBRAKA
Bila berbaris janganlah tengok kanan dan kiri
Ayunkan tangan biarlah tinggi
Badan ditegakkan pandangan lurus ke depan
Dengarlah aba-aba
Kami inilah putra dan putri PASKIBRA (lirik ini bisa di rubah sesuai nama PASKIBRA
masing-masing)
Berhati baja tak kenal lelah
Walaupun hidup kami sekarang sengsara
Tetaplah hati gembira
Majulah putra bangsa
Tegakkan kepalamu busungkanlah dadamu
Majulah putra bangsa
Tetaplah hati gembira

2. LANGKAH PASKIBRAKA
Tiada gunung terlalu tinggi
Buat kami daki di siang hari
Tiada jurang terlalu dalam
Buat kami turuni di malam kelam
Hutan rimba – hutan rimba
Sawah ladang – sawah ladang
Menyusuri jalan yang jauh
Panas terik hujan berangin
Ayolah ayo maju
Pantang mundur, hati kami , hati kami
Paskibra jalan menyerah
Tersapu lawan semua

3. BOB MARLEY MASUK PASKIBRA


Bob Bob Bob
Panggil Bob Marley
Di Atas Harley
Makannya Gule
Dicampur Sate
Siape Suke Silakan Aje
Janganlah Lupe Same Paskibre

4. LANGKAH LARI
Ayo lari tiap pagi
Agar kuat urat kaki
Badan payah tak mengapa
Karena kita sudah biasa
Satu ribu, dua ribu
Tiga ribu, empat ribu
Jangan bimbang jangan ragu
Pantang mundur terus maju

5. DI TIMUR MATAHARI
Di timur matahari mulai bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia
6. APEL MALAM
Bila apel malam telah tiba
Segera siapkan penerjunan
Hatiku dag….dig…dug tak karuan
Memikirkan nasib seseorang.
Biar payung tidak mengembang
Segera buka payung cadangan
Bila itu juga tidak mengembang
Serahkan nyawamu pada Tuhan
Bila payung sudah mengembang
Segera tengok kiri dan kanan
Pandangan tetap lurus ke depan
Sikap exit jangan dilupakan

7. DORE MI
Sol do sate kebo
Re mi fa sol iwak tongkol
Mire mire gule kare enak dewe
Merah putih benderaku
Putih-putih pakaianku
Lari-lari tiap pagi
Jangan jongkok setengah mati
PASKIBRA tetap jaya

8. HE…… PASKIBRA
HE…… PASKIBRA hari ini hari luar biasa
HE…… PASKIBRA suara kami melayang di udara
Mari semua kita berbaris dengan langkah yang tetap
Hidup PASKIBRA putra putri pilihan

13. MINGGIR DONG


Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRA………….. (isi nama paskibra masing-masing) … mau lewat
Jangan dilihat – lihat nanti kamu terpikat.
Karena anggota kami hebat – hebat
Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRA……… (isi nama paskibra masing-masing)… mau lewat
Jangan dilirik – lirik nanti kamu tertarik
Karena anggota kami cantik – cantik.

9. OTO BEMO
Oto emo, oto bemo
Beroda tiga, tiga beroda
Tempat berhenti, berhenti tempat
Di tengah-tengah kota, kota di tengah-tengah
Panggil nona, nona panggil
Naik segera, segera naik
Nona bilang, bilang nona
Tidak punya uang, uang tidak punya
Jalan kaki saja, jalan-jalan saja

10. PENYAMARAN
Kuambil rumput di ladang
Kujadikan penyamaran
Wajah cantik berubah menjadi setan
Agar tak mudah dikenal
Bermain berperang
Bermain penyamaran
Wajah cantik kini tidak kelihatan
Agar tak mudah dikenal

11. DON’T FORGET TO LOVE ME


Ingat-ingat itu remember
Jangan lupa itu don,t forget
Aku sayang kamu I love you
Hanya kamu PASKIBRA

12. WAKTU DULU


Waktu dulu aku masih kecil
Ku tak tahu apa yang mungil
Ku sentil – sentil (2x)
Tak tahunya eh eh itu pentil
Waktu dulu aku masih tolol
Ku tak tahu apa yang nongol
Ku senggol – senggol (2x)
Tak tahunya eh eh itu botol

13. TERIMA KASIH (1)


Terima kasih abang ( 2X )
Terima kasih kami ucapkan
Terima kasih mba ( 2X)
Terima kasih kami ucapkan
Terimakasih salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama
Terimalah salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama

14. TERIMA KASIH (2)


(lagu potong bebek angsa)
Terima kasih atas ceramahnya
Terima kasih ku tak akan lupa
Sungguh bermanfaat dan berguna pula
Lain waktu semoga jumpa lagi.

15. KAK GENDUT


Kak gendut masuk PASKIBRA ( 2X)
Lari lari tiap pagi
Jangan jongkok setengah mati
Kak gendut jadi kurus lagi

16. SATU DUA TIGA


Satu –satu aku kenal kamu
Dua-dua aku suka kamu
Tiga-tiga aku cinta kamu
Satu dua tiga ikut PASKIBRAKA

17. CINTA KILAT


(lagu anak ayam)
Malam senin mulai bertemu
Malam selasa mulai bertamu
Malam rabu mulai merayu
Malam kamis darling I Love You
Malam jumat terima surat
Yang isinya cinta ditolak
Malam sabtu sendiri lagi
Malam minggu mencari lagi
Cinta kilat cinta PASKIBRA
Patah satu tumbuh seribu
Patah hati hilang berganti
Patah hati mencari lagi

18. LANGKAH PASKIBRAKA


Tiada gunung terlalu tinggi
Buat kami daki di siang hari
Tiada jurang terlalu dalam
Buat kami turuni di malam kelam
Hutan rimba – hutan rimba
Sawah ladang – sawah ladang
Menyusuri jalan yang jauh
Panas terik hujan berangin
Ayolah ayo maju
Pantang mundur, hati kami , hati kami
Paskibra jalan menyerah
Tersapu lawan semua

19. LANGKAH TAPI NYATA


Di pagi hari botak sisir rambut
Melihat pincang lari pagi
Buta baca koran
Ompong gosok gigi
Bisu dan tuli main telepon.

20. KALAU SUKA


Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati petik jari
Kalau kau suka hati petik jari
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati petik jari
Kalau kau suka hati tepuk paha
Kalau kau suka hati tepuk paha
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati tepuk paha
Kalau kau suka hati injak bumi
Kalau kau suka hati injak bumi
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati injak bumi
Kalau kau suka hati semuanya
Kalau kau suka hati semuanya
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati semuanya

21. DI TIMUR MATAHARI


Di timur matahari mulai bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia

22. HE…… PASKIBRA


HE…… PASKIBRA hari ini hari luar biasa
HE…… PASKIBRA suara kami melayang di udara
Mari semua kita berbaris dengan langkah yang tetap
Hidup PASKIBRA putra putri pilihan

23. MINGGIR DONG


Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRAKA mau lewat
Jangan dilihat – lihat nanti kamu terpikat.
Karena anggota kami hebat – hebat
Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRAKA mau lewat
Jangan dilirik – lirik nanti kamu tertarik
Karena anggota kami cantik – cantik.

24. WAKTU DULU


Waktu dulu aku masih kecil
Ku tak tahu apa yang mungil
Ku sentil – sentil (2x)
Tak tahunya eh eh pentil
Waktu dulu aku masih tolol
Ku tak tahu apa yang nongol
Ku senggol – senggol (2x)
Tak tahunya eh eh itu botol

25. TERIMA KASIH (2)


Terima kasih kakak ( 2X )
Terima kasih kami ucapkan
Terima kasih kakak ( 2X)
Terima kasih kami ucapkan
Ya ya terimakasih salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama
Terimalah salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama

26. Forget to Me
Kini aku sedang ditempa
dalam candra kawah dimuka
lupa sanak lupa saudara
lupakan saja semuanya
aku tahan sakit sakit
sampai masuk rumah sakit
aku tahan menderita siang malam ku ditempa
walau diriku di tempa hati ku slalu gembira
gembira gembira selamanya
aku tunggu engkau
aku tunggu engkau
rupanya engkau forget to me
rambate rambat kayu tarik tambang .hu hah
disini aku jd tambah senang .hu hah
andaikan aku burung aku akan terbang
cita cita ku ingin jd paskibra
bangun pagi pagi menuju ke lapangan
untuk mengikuti latihan dasar paskibra
tak tahan rasanya ingin segera pulang
pelatihan belum usai
mau makan jalan jongkok habis makan lompat kodok
dicaci dimaki dan di bentak bentak
duhai pelatihku dikau kejam sekali
duhai pelatihku betapa jeli mata mu
tidak kah kau tau apa yang kurasakan
ku cinta padamu…aku cinta padamu

27. KAPAL SELAM

Kapal selam tangkinya bocor


Timbul tenggelam di perbatasan
Kapal selam tangkinya bocor
Timbul tenggelam di perbatasan

Buat apa susah hati,susah hati


Buat apa sedih hati,sedih hati
Paskibra/Paskibraka tak pernah sedih
Hanya dongkol dalam hati

28. GEMBIRA

Gembira-gembira paskibra gembira, ha…. Ha…


Gembira-gembira paskibra perkasa, ha … ha …
Siapa,siapa, siapa mau bersusah
Susah itu adalah bagi jiwa yang lemah
Gembira-gembiralah

29. MAKAN SIANG

Bila makan siang telah tiba


Segera menuju ruang makan
Tingkatkan semangat mu hai Paskibra
Siapkan perut untuk diisi
Jangan lupa habiskan nasi
Sayur mayur juga dimakan
Lauk-pauk juga disikat
Hindarkan bicara dengan teman

30. ANCOL

Pada hari minggu kuturut Ayah ke Ancol


Naik delman istimewa ku duduk di Ancol
Ku duduk samping pak kusir yang sedang berancol
Mengendarai kuda supaya ancol jalannya hey ….

31. AYAH-IBU

Tinggalkan ayah tinggalkan ibu ( Ayah.Ibu)


Relakan kami pergi berjuang ( Berjuang )
Dibawah kibaran Sang Merah Putih ( Merah,Putih )
Majulah ayo maju menyerbu ( Serbu )

Tidak kembali pulang ( Pasti pulang )


Sebelum kita yang menang ( pasti menang )
Wakau mayat terdampar di medan perang
Demi bangsa kurela berkorban

32. PALUBULU

Minggirlah,minggirlah,minggirlah
Minggirlah Paskibra mau lewat
Jalannya tegap-tegap langkahnya mantap-mantap
Karena tiap hari minum susu Buk Lurah makan telur Pak Lurah

33. SAI HORAS BAH


Potong bebek angsa masak di kuali ( Wek,wek,wek )
Nona minta dansa dansa empat kali ( Wek,wek,wek )
Sorong kanan sorong kiri
Sorong kanan sorong kiri
Sai horasbah sineger negeri

Balonku ada ada ada lima ( Dor,dor,dor,dor )


Rupa rupa rupa rupa warnanya ( Dor,dor,dor,dor )
Hijau kuning kelabu merah muda dan biru
Sai horas bah sineger negeri
Sai horas bah sineger negeri

Sai horas bah sibual buali


Torsipirok torsiantar padang panjang pardekok
Sai horas bah sineger negeri
Cubit sayang cubit cubit sayang duh sakit
Cubit sayang cubit cubit sayang duh sakit
Cubit sayang cubit cubit sayang duh enak
Sai horas bah sineger negeri

34. FORGET TO ME

Saya tunggu engkau saya tunggu engkau


Rupanya engkau forget to me
Saya tunggu engkau saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me

Saya tahan sakit sakit jungkir balik dilapangan


Rupanya engkau forget to me
Rambate ratahaya tarik tambang
Disini aku makin tambah senang

Andaikan aku burung aku akan terbang


Suatu hari nanti jadi Paskibraka
Bangun pagi-pagi menuju kelapangan
Untuk mengikuti latihan orientasi

Tak tahan rasanya ingin segera pulang


Latihan belum usai
Mau makan jalan jongkok
Habis makan lompat kodok

Dicaci , dimaki dan dibentak-bentak


Wahai seniorku betapa kejam dirimu
Wahai seniorku betapa tajam matamu
Wahai seniorku tak tahukah engkau
( Kusayang padamu_kusayang padamu )

35. DERAP LANGKAH

Derap langkah nan gagah perkasa


Seirama dan satu suara
Sambil bernyanyi lagu hura-hura
Itulah langkah Paskibra

Ayunkan kakimu kiri dan kanan ( Kiri,kanan )


Atur jarak jaga kerapihan ( Kerapihan )
Jangan sampai merusak barisan
Banjar dan sapnya harus diluruskan

36. WAR WAR WARONG

War war warong mekanomine


War war warong mekanomine
Ngantesong samalite – ngantesong samalite
Mangan telo gosong sama-sama kulite
Mangan telo gosong sama-sama kulite

37. JADI PASKIBRA

Bukan karena bajunya jadi paskibra


Bukan karena gantengnya jadi paskibra
Bukan karena cantiknya jadi paskibra
Tapi karena jiwanya jadi paskibra

Hai pemuda Hai pemudi calon paskibra


Hai pemuda Hai pemudi ayo ikut serta
Hai pemuda Hai pemudi mari bergembira
Kebanggaan bersama jadi paskibra
Kebanggaan Negara jadi paskibra

38. THE SENIOR

We following The senior, senior, senior


We following The senior
Where ever we will go
Senior, senior, senior can do no wrong, wrong, wrong
Senior can do no wrong

39. LANGKAH PANJANG

Hooo… langkah panjang [langkah panjang]


Hari ini hari luar biasa
Hooo… paskibra [o paskibra]
Suara kami melayang di udara
Hooo… marilah [o marilah]
Mari bernyanyi dengan riang gembira
Hidup paskibra jaya dengan semangat baru
Hidup paskibra jaya dengan semangat baru

40. MANG ATA


Mang Ata-mang ata
Mang Ata numpak kuda
Numpakna dina bujurna
Mangkaning kuda istrina
Heuy pikabitaeun
Heuy pikarsepeun

41. BUSARIJEM
Busarijem butuh hiburan
Duduk dibalkon…Tolak-tolakan
Kepengen-ngeeeeen… Totokin kepala
Bu sarijem… Butuh hiburan

42. 1 2 3 4
1 2 3 4 Olah raga sing sehat
Dua leungeun acungkeun
Sangsangkeun dina taktak
Sukuna di egangkeun
Saeutik di bengkokeun
Mun terus maju jalan
Siga entog kabeuheulan

43. HARI BAHAGIA


Hari ini terasa bahagia
Berkumpul bersama kawan semua
Kita satu dalam… (paskibra/paskibraka) silakan di isi sesuai nama paskibranya
Pasukan pengibar bendera pusaka.. (atau diisi dengan singkatan nama panjang
paskibranya)
Bersama bersatu
Dalam tugas
Dalam derap langkah
Saling berbagi dan bahu membahu
Kau.. Saudaraku
Kau.. Sahabatku
Tiada yang dapat memisahkan kita

44. LAGU MAKAN


Bila waktu makan telah tiba
Segera menuju ruang makan
Hatiku dag dig dug tak karuan
Memikirkan apa yang di makan
Jangan lupa habiskan nasi
Juga dengan lauk pauknya
Sayur mayur juga di sikat
Hindarkan bicara dengan teman
Aku mau makan I want to eat…eat eat…
I want to eat I want to eat I want to Eat…
Aku mau minum I want to Drink.. Drink drink drink
I Wan to drink I want to drink I want to Drink…..

Anda mungkin juga menyukai