Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian
Herpes zoster adalah nfeksi yang disebabkan oleh reaktivasi varicella zoster
virus (VZV),anggota kelompok dari virus DNA. Virus tersebut dapat menyerang
kulit dan mukosa dengan gejala nyeri hebat unilateral serta munculnya lesi
vesikuler.

1.2 Etiologi
Herpes zoster dapat disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster.
Penyerbaran infeksi virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organik,
detergen, enzim proteolitik, panas dan Ph yang tinggi. Masainkubasi virus ini
adalah 14 – 21 hari. Terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan herpes
zoster, diantaranya adalah:
a. Usia lebih dari 50 tahun. Infeksi yang sering terjadi pada usia ini akibat
olehdaya tahan tubuhnya melemah. Semakin bertambah tua usia, penderita
herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri
b. Seseorang yang mengalami penurunan kekebalan tubuh seperti HIV dan
leukimia.
c. Seseorang dengan terapi radiasi dan kemoterapi
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang

1.3 Patofisiologi
Infeksi primer dari VVZs ( Virus Varisella Zoster) yang menyebabkan herpes
zoster, pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Virus ini bereplikasi dan dilepas
ke darah sehingga terjadi awal infeksi virus yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES), kemudian melakukan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih
luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian
virus menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten di dalam neuron. Reaktivasi dari virus yang laten ini
dapat dinetralisir selama antibodi yang beredar di dalam darah masih tinggi, tetapi
pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka
terjadilah reaktivasi dari cirus zooster yang menyebabkan herpes zoster.
1.4 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
a. Herpes zoster oftalmikus
Merupakan infeksi virus herpes zoster terjadi di ganglion gasseri yang
menerima serabut saraf dari cabang ophtamilcus saraf trigeminus (N.V),
ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi awal ditandai
dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah yang disertai gejala seperti
lesu, dan demam ringan. Gejala prodromal terjadi 1 sampai 4 hari sebelum
kelainan kulit timbul seperti fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka
b. Herpes zoster fasialis
Infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang
merupakan penerima serabut saraf fasialis (N. VII), ditandai dengan erupsi
herpetik unilateral pada kulit
c. Herpeszoster brakialis
Infeksi virus herpes zoster yang terjadi di pleksus brakialis, ditandai dengan
erupsi herpetiuk unilateral pada kulit
d. Herpes zoster torakalis
Infeksi virus herpes zoster yang terjadi di pleksus torakalis, ditandai dengan
erupsi herpetik unilateral pada kulit.
e. Herpes zoster lumbalis
Infeksi virus herpes zoster yang terjadi di pleksus lumbalis, ditandai dengan
erupsi herpetik unilateral pada kulit.
f. Herpes zoster sakralis
Infeksi virus herpes zoster yang terjadi di pleksus lumbalis, ditandai dengan
erupsi herpetik unilateral pada kulit.

1.5 Manifestasi Klinis


a. Gejala prodomal
1. Keluhan yang diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung 1-4 hari
2. Muncul beberapa gejala yang mempengaruhi tubuh seperti: sakit kepala,
fatigue, demam, nausea, kemerahan, malaise, nyeri, gatal dan
kesemutan.Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
3. Muncul beberapa gejala yang mempengaruhi mata seperti: kemerahan,
pembengkakan pada kelopak mata, mata menjadi kering, pandangan
kabur, penurunan penglihatan, dan lain-lain.
b. Timbul erupsi kulit
1. Terkadang terjadi limfadenopati regional
2. Erupsi kulit dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang paling sering
adalah di daerah ganglion torakalis
3. Lesi diawali dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-
papul dan dalam kurun waktu 12-24 jam, lesi berkembang menjadi
vesikel.
4. Pada hari ketiga, vesikel berubah menjadi pastul yang akan mengering
menjadi krusta dalam 7-10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu
kemudian mengelupas.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk membedakan herpes zoster dari
impetigo, dan kontak dermatitis, dengan cara:
a. Tzank smear: untuk mengidentifikasi virus herpes, tetapi tidak dapat
digunakan untuk membedakan antara herpes zoster dan herpes simpleks
b. Kultur dan cairan vesikel serta tes antibody:untuk membedakan diagnosis
herpes virus
c. Immunofluororescent: mengidentifikasi varicella yang berada di sel kulit
d. Pemeriksaan hispatologik
e. Pemeriksaan mikroskop elektron
f. Kultur virus
g. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
1. Virologi
a) Mikroskop cahaya
b) Pemeriksaan antigen langsung
c) PCR
d) Kultur Virus
2. Serologi
a) ELISA
b) Western Blot Test
c) Biokit HSV-II

1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi:
a. Infeksi kulit
Lepuhan yang terinfeksi oleh bakteri menyebabkan kulit disekitarnya
meradang.
b. Neuralgia pasca herpe
Nyeri saraf (neuralgia) akibat herpes zoster, akan tetap bertahan setelah
lepuhan kulit menghilang
c. Masalah mata
Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam penglihaan.
d. Kelemahan otot
Saraf motorik dan sensorik yang terkena dampak dari herpes zoster,
dapat menyebabkan kelemahan pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
e. Komplikasi lain
Infeksi otak oleh virus varicella zoster atau penyebaran virus ke
seluruh tubuh.

1.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis pada Herpes zoster adalah sebagai berikut:
a. Pada stadium vesicular, diberikan bedak salicyl 2% atau bedak-bedak kelamin
untuk mencegah vesikel pecah
b. Bila vesikel pecah dan basah dapat di kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 kali sehari selama 20
menit
c. Berikan analgesik sesuai indikasi bila nyeri yang dirasakan sangat hebat
d. Berikan obat antivirus 72 jam setelah terbentuk ruam.
e. Penggunaan steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan, namun penggunaannya masih kontroversial.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas
Berisi identitas pasien, dan penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini, seperti: gata;-gatal, dan nyeri
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan saat dimulainya keluhan yang dirasakan seperti: kapan
mulai terjadinya herpes zoster,, muncul vesikulasi dan lesi serta demam
4. Riwayat Kesehatan Lalu
Menceritakan riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya,
seperti HT, DM, dan lain-lain.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi riwayat kesehatan keluarga apakah ada anggota keluarga
terdekat yang terinfeksi virus ini.
6. Riwayat Psikososial
Pasien yang mengalami penyakit ini, akan berdampak pada psikososialnya.
Lesi yang muncul pada tubuh akan menyebabkan perubahan citra tubuh,
ideal tubuh, ideal diri harga diri, dan identitas diri
B. Pemeriksaan Fisik pada Klien dengan Herpes Zooster
Keadaan umum pasien bergantung padaluas,lokasi timbulnya lesi, dan
daya tahan tubuh pasien. Pada kondisi pertama/saat proses peradangan, dapat
terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital
yang lain. Pada pengkajian integumen, akan ditemukan adanya vesikel-vesikel
berkelompok yang menyebabkan nyeri, timbulnya ulkus pada infeksi sekunder
dan edema disekitar lesi. Pada pemeriksaan genetalia wanita, daerah yang
perlu diperhatikan adalah labia mayor, labia minor, klitoris, introitus vagina,
dan serviks. Sedangkan pada genetalia pria daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Jika timbul
lesi, catat jenis, bentuk, ukuran/luas, warna, dan keadaan lesi. Lakukan palpasi
kelenjar limfe, periksa adanya pembesaran limfe.
Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien, kita dapat mengkaji respon
individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku.
Proses respon individu terhadap nyeri secara fisiologis akan terjadi diaforesis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernafasan, dan peningkatan tekanan
darah. Sedangkan secara respon perilaku dapat ditemukan: respon menangis,
merintih, atau marah. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian tingkat nyeri
menggunakan; Wong Baker FACES Pain Scale atau Numeric Pain Scale
untuk pasien dewasa, FLACCS untuk pasien anak usia 2-7 tahun, dan CRIES
untuk bayi 0-6 bulan.

2.2 Diagnosa
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet yang kurang
e. Resiko infeksi
f. Gangguan citra tubuh

2.3 Interverensi
a. Diagnosa I : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
keluhan pasien dapat berkurang:
- Peningkatan suhu kulit (5)
- Hipertermia (5)
- dehidrasi (4)
NIC :
1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital
2) Mandikan pasien dengan spons hangat dengan hati-hati
3) Beri obat atau cairan IV
4) Dorong konsumsi cairan
b. Diagnosa II : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
pigmentasi
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam,
kerusakan integritas kulit tidak terjadi:
- Suhu kulit (5)
- Sensasi (5)
- Integritas kulit (5)
NIC :
1)
c. Diagnosa III : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam
pasien dapat mengontrol gejala nyeri:
- Mengenali kapan terjadi nyeri 5)
- Menggambarkan faktor penyebab (4)
- Melakukan tindakan untuk mengurangi gejala (4)
- Menggunakan analgesik yang direkomendasikan (5)
- Mendapatkan perawatan kesehatan ketika gejala yang berbahaya muncul
(4)
- Melaporkan gejala yang dapat dikontrol (5)
NIC :
1) Lakukan pengkajian nyeri (PQRST)
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan teknik non farmakologi seperti relaksasi, hipnosys dan lain-lain
4) Beri informasi mengenai nyeri
5) Kolaborasi dalam pemberian analgesik
d. Diagnosa IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet yang kruang
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam,
status nutrisi pasien naik dengan:
- Asupan gizi (5)
- Asupan makanan (5)
- Asupan cairan (5)
- Energi (5)

NIC :
1)
e. Diagnosa V : Resiko infeksi
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam ,
resiko infeksi berkurang dengan:
- kemerahan (5)
- vesikel yang tidak mengeras permukaannya (5)
- demam (5)
- nyeri (4)

NIC :
1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan setiap pasien
2) Ganti peralatan per pasien sesuai SOP
3) Isolasi pasien yang terkena penyakit menular
4) Batasi jumlah pengunjung
5) Ajarkan pasien dan keluarga cuci tangan 6 langkah
6) Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
f. Diagnosa IV : Gangguan citra tubuh
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam,
NIC :
1) Kaji secara
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

3.1 Pengkajian
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn S
b. Umur : 61 th
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Dieng
e. Pekerjaan : Tani
f. Agama : Islam
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny D
b. Umur : 59 th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Dieng
e. Hubungan dengan pasien : Istri
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan muncul plenting-plenting kecil dan terasa
nyeri di dahi dan kelopak mata kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 hari yang lalu, muncul plenting-plenting di dahi dan
kelopak mata kanan. Awalnya muncul kemerahan dan plenting di dahi
kanan lalu bertambah banyak dan menyebar ke dahi kiri dan kelopak
mata kanan. Kelopak mata kanan terasa nyeri dan berat untuk
digerakan. Nyeri juga dirasakan di aerah dahi seperti ditusuk-tusuk.
Sehari sebelum muncul plenting, pasien mengeluh demam ringan dan
tidak enak badan . Pasien belum pernah berobat selama sakit dan
hanya membeli obat paracetamol untuk menurunkan demamnya.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah sakit dan tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya. Riwayat cacar air waktu kecil tidak diketahui. Pasien
mengatakan tidak punya alergi terhadap makanan maupun obat.
d. Riwayat penyakit keluarga
 Penyakit yang diderita keluarga
Pasien mengatakan ayahnya pernah sakit darah tinggi tapi tidak
sampai rawat inap. Untuk keluarga yang tinggal satu rumah tidak
ada yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien, dan dalam
kondisi sehat semua.
 Genogram
Keterangan :
Tinggal dalam 1 rumah Perempuan
Garis keturunan Laki-laki
Pasien Meninggal
Sakit HT

e. Status psikososial
Istri pasien mengatakan saat sebelum sakit pasien aktiv sosial
di lingkungan rumah dan sering mengikuti kegiatan di lingkungan
rumah. Selama sakit pasien lebih memilih berdiam diri dirumah.
4. Pola Kesehatan Fungsional
a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Pasien mengatakan kurang mengetahui tentang kondisi penyakit yang
dideritanya, dan jika sakit ringan hanya membeli obat di warung.
b. Pola aktivitas dan latihan
 Sebelum sakit : pasien aktif bekerja dan berjalan di lingkungan
Rumah.
 Selama di RS : pasien tetap bisa melakukan aktivitas ringan
secara mandiri.
c. Pola istirahat tidur
 Sebelum sakit : pasien biasanya tidur dirumah nyenyak dengan
durasi 5-6 jam di malam hari
 Selama di RS : pasien mengatakan tidur seperti biasa
d. Pola nutrisi - metabolic
 Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan menu nasi,
sayur, tahu dan tempe. Pada pagi hari pasien
biasa minum teh dan 8 gelas kecil air putih / hari
 Selama di RS : pasien makan dan minum yang disediakan oleh
rumah sakit
e. Pola eliminasi
Pasien mengatakan untuk BAK seperti biasa baik sebelum dan
selama di RS. Untuk BAB seperti biasa 1-2 hari sekali
f. Pola kognitif perceptual
Pasien mengatakan khawatir jika istrinya tertular dengan penyakit yang
dideritanya.
g. Pola konsep diri
Pasien mengatakan selama sakit malu untuk berinteraksi dengan orang
lain karena penyakit yang diderita.
h. Pola koping
Pasien mengatakan bahwa sakit yang diderita merupakan cobaan
dari tuhan dan pasti akan sembuh jika tuhan berkehendak.
i. Pola seksual – reproduksi
Pasien mengatakan sudah lama tidak berhubungan intim karena faktor
usia.
j. Pola peran hubungan
Pasien mengatakan hubungan dengan istrinya masih baik, tetapi
mengurangi untuk kontak fisik.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa sakit yang diderita merupakan cobaan dari
tuhan dan pasti akan sembuh jika tuhan berkehendak. Pasien juga taat
beribadah dan sering berdoa.
B. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 GCS : E4 M6 V5 = 15
 Kesadaran : composmentis
 TB/BB : 165 cm/ 61 kg
 Kepala : terdapat vesikel di area dahi
 Mata : simetris, terdapat vesikel di area kelopak mata
dextra
 Hidung : tidak ada sinusitis
 Mulut : mukosa bibir lembab, terdapat
 Telinga : pendengaran baik, tampak bersih
 Tengkuk : tidak ada cidera
 Dada : tidak ada kelainan
 Jantung : tidak ada pembesaran jantung, iktus cordis
tidak tampak, s1=s2,
 Paru-paru : pengembangan dada kiri dan kanan sama,
suara nafas vesikuler, bunyi perkusi timpani
 Perut : bising usus 12x/ menit
 Punggung : tidak ada kelainan
 Genetalia dan anus : normal, tidak ada kelainan
 Ekstermitas : tidak ada kelainan fungsi, kekuatan otot penuh
 Kulit : tidak ada lesi, tugor kulit kembali lambat
 Pemeriksaan neurologi : normal
 Tanda vital : TD : 138/78
RR : 22x/ menit
HR : 100x/menit
S : 37,0°C

C. Pemeriksaan Penunjang
3.2 Analisa data
Data Etiologi Problem
DS: Varicella zoster virus Nyeri
pasien mengatakan dahi
dan kelopak mata sebelah Inflamasi dan neuralgia
kanan terasa nyeri dan berat
berat untuk digerakan di
daerah yang muncul Virus aktif ikut serabut saraf
plenting sensorik

DO: Neuritis
Pasien tampak tidak
tenang, menahan nyeri Pelepasan mediator nyeri
serta mengipasi daerah Nyeri
yang terdapat vesikel
DS: Varicella zoster virus Kerusakan integritas
Pasien mengatakan sudah kulit
2 hari yang lalu muncul Meninggalkan lesi di kulit
plenting-plenting di dahi dan permukaan mukosa
dan kelopak mata kanan
Kerusakan integritas kulit
DO:
Terdapat vesikel
bergerombol di sekitar
kelopak mata kanan,
berwarna merah
DS: Varicella zoster virus Gangguan citra tubuh
Pasien mengatakan malu
berinteraksi dengan Meninggalkan lesi di kulit
orang lain. dan mukosa
DO:
Pasien tampak Kerusakan integritas kulit

Gangguan citra tubuh

3.3 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan; pasien
mengungkapkan intensitas nyerinya, tekanan darah meningkat dan ekspresi
wajah
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sekresi ditandai dengan nyeri
akut, dan kemerahan
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri ditandai
dengan perubahan keterlibatan sosial
3.4 Intervensi

3.5 Implementasi

3.6 Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai