Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gudang ialah suatu system logistic dari sebuah perusahaan yang berfungsi untuk
menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi material/produk
yang disimpan di gudang sehingga informasi tersebut selalu up-to-date dan mudah diakses oleh
oleh siapapun yang berkepentingan .
Alasan pentingnya gudang yaitu sebagai bufferstock antara supply dan demand, untuk
mendukung stock terhadap panjangnya waktu produksi, safety stock untuk melindungi interupsi
yang tidak direncanakan dalam supply, sebagai pelindung permintaan musiman yang
berfluktuasi, sebagai strategi pengaman selama produksi istirahat, pengurangan biaya transportasi
dan produksi, untuk memenuhi kebutuhan proses produksi.
Di mana dalam manajemen pergudangan diperlukan saluran distribusi yang baik dari
proses produksi sampai barang disimpan di dalam gudang. Untuk dapat menyimpan barang di
dalam gudang perusahaan harus dapat memilih tipe gudang yang digunakan, peralatan yang
digunakan dalam gudang, tata letak dan lokasi yang tepat dan sistem persediaan.

B. Rumusan Masalah
1) Apa itu gudang?
2) Apa saja tujuan dari audit persediaan?
3) Bagaimana program audit terhadap persediaan?
4) Bagaimana fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan pergudangan?
5) Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap persediaan?
6) Bagaiamana Sistem Pengendalian Intern terhadap persediaan?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu gudang.
2) Untuk memahami apa saja tujuan dari audit persediaan.
3) Untuk memahami bagaimana desain program audit terhadap persediaan.
4) Untuk memahami bagaimana fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan
pergudangan.
5) Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi terhadap persediaan.
6) Untuk mengetahui bagaiamana Sistem Pengendalian Intern terhadap
persediaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gudang
Istilah Gudang
Gudang adalah sebagai fasilitas khusus yang bersifat tetap, yang dirancang untuk
membantu mencapai target tingkat pelayanan yang baik dengan total biaya yang
paling rendah.Atau suatu system logistic dari sebuah perusahaan yang berfungsi
untuk menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status serta
kondisi material/produk yang disimpan dalam gudang sehingga informasi tersebut
selalu up-to-date dan mudah diakses oleh siapapun.

Tata Letak Gudang


Gudang yang baik harus memenuhi persyaratan tata letak tertentu untuk
menunjang kelancaran arus masuk dan keluar barang, serta keamanan
penyimpanan. Berikut ini adalah persyaratan tata letak gudang :
a. Letak gudang seharusnya dekat dengan arus keluar masuknya barang.
b. Gudang harus terletak di tempat yang aman dan mudah mendapat
pengawasan dari pihak pengelola.
c. Tidak mudah terkena gangguan bencana alam seperti banjir..
d. Pintu masuk dari barang dan pintu untuk mengeluarkan barang harus
seimbang, agar tiadak terjadi kemacetan proses produksi
e. Bangunan untuk gudang harus kokoh agar dapat menampung barang yang
banyak. .
f. Adanya pelataran yang cukup untuk menampung barang yang tidak perlu
disimpan dalam gudang dan juga ruangan yang cukup untuk jalannya
kendaraan.
g. Adanya ruangan untuk para petugas di dalam gudang serta ada ruangan
khusus untuk menyimpan barang berharga.
h. Adanya pintu darurat jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan di pabrik.

Fungsi Gudang
Dalam melakukan kegiatannya, pergudangan memiliki fungsi sebagai berikut :
a. (Receiving)
Penerimaan merupakan operasi menerima barang di gudang, biasanya dari
truk, kapal, atau kapal terbang yang kemudian dimasukkan ke dalam gudang
dengan tenaga mausia atau mekanik.
b. (Put away)
Penyimpanan barang pada tempatnya, pada rack yang sesuai dengan jenis
barangnya masing-masing.
c. (Storage)
Penyimpanan barang sampai barang iti diambil lagi dari rack masing-masing
dan siap untuk di kemas.
d. (Packing)
Pembungkusan merupakan kegiatan membungkus barang atau muatan, yang
bilamana barang tidak dibungkus akan mengalami kerusakan.
e. (Sortation)
Proses pemilihan barang sesuai dengan keinginan konsumen, atau proses
pemilihan barang sesai alamat yang dituju.
f. (Delivery)
Proses pengiriman barang yang telah dituju dengan menggunakan alat angkut
seperti mobil, truck, motor, dan lain-lain.

Operasi Pergudangan
Operasi gudang adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh gudang dan lapangan
penumpukan. Kegiatan tersebut terdiri dari penerimaan muatan (receiving),
penumpukan/penyimpanan dan pengeluaran/penyerahan (delivery). Kegiatan ini
dilaksanakan untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap kapal dan
kelancaran arus barang.
a. Penerimaan barang di gudang.
Tujuannya mendapatkan barang sesuai dengan pesanan/kontrak
1. Pengadaan barang, dengan barang tiba di gudang.
2. Penerimaan di gudang dan lapangan, dengan melakukan pengecakan
barang tersebut.
3. Membuat berita acara pemeriksaan barang apakah disetujui apa tidak.
4. Persetujuan pembayaran dengan pihak supplier.
5. Penyimpanan
b. Kegiatan penyimpanan (storage)
Aspek – aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan penumpukan :
Tujuan penyimpanan ialah menghindarkan barang dari kerusakan dan kehilangan
sehingga siap diberikan kepada pemakainya jika diperlukan. Sementara itu tugas
pokok penyimpanan ialah:
1. Menerima barang dari pemasok sesuai prosedur dan
mengadministrasikannya.
2. Menyimpan barang sehingga terhindar dari kerusakan dan kehilangan.
3. Memberikan barang kepada pemakai dan mengaministrasikannya.
Untuk penumpukan barang-barang di gudang itu sendiri harus memperhatikan:
1. Aturan umum
2. Petugas
3. Ruangan penumpukan
4. Muatan
5. Rencana penumpukan
6. Cara penumpukan
7. Penyusunan penumpukan
8. Pengawasan operasi penumpukan.
c. Pengeluaran barang dari gudang
Tujuannya menjamin pengeluaran barang sesuai dengan permintaan pemakainya
(user) baik jenis maupun jumlahnya. Dengan mekanisme:
1. Nota permintaan barang dicocokan dengan status persediaan.
2. Kemudian transaksi pengeluaran barang.
3. Kemudian barang siap dikirimkan sesuai dengan pesanan.

B. Tujuan Audit Persediaan


Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan
bahwa :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
persediaan,
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada
dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi
Keuangan.
4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective),
bergerak lambat (s/ow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah
dibuatkan allowance yang cukup.
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai
pertanggungan yang cukup.
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan
(purchasel sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar
terhadap laporan keuangan,
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan
sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS).

C. Program Audit Persediaan


Program audit adalah suatu rencana audit yang terdiri atas prosedur-prosedur
yang di desain untuk mencapai tujuan audit. Prosedur pemeriksaan dibagi atas
prosedur compliance test, analytical review dan substantive test. Dalam
praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan
kondisi perusahaan yang diaudit.Prosedur pemeriksaan persediaan mencakup
pembelian, penyimpanan, pemakaian dan penjualan persediaan, karena berkaitan
dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus penjualan,
piutang dan penerimaan kas.
ü Prosedur pemeriksaan untuk compliance test.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.
a) Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control
questionnaires.
b) Lakukan test transaksi (compliance test) atas pembelian dengan
menggunakan purchase order sebagai sample. Untuk test transaksi atas
pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition
sebagai sample. Untuk test transaksi atas penjualan, bisa digunakan
faktur penjualan sebagai sample.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.
Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka
auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan
efektif. Karena itu substantive test atas persediaan bisa dipersempit.

ü Prosedur pemeriksaan untuk analytical review.


Auditor melaksanaan prosedur analitis untuk memeriksa hubungan saldo akun
persediaan dengan akun lainnya. Selain itu, auditor seringkali juga menggunakan
informasi non-keuangan untuk menilai kelayakan saldo yang berkaitan dengan
persediaan. Setelah melaksanakan pengujian yang tepat atas catatan akuntansi
biaya prosedur analitis, auditor akan memiliki dasar untuk merancang serta
melaksanakan pengujian atas rincian saldo persediaan akhir. Adapun prosedur
analitik kemungkinan salah saji yaitu sebagai berikut:
a. Bandingkan persentase marjin kotor dengan tahun sebelumnya. Salah saji
atau kurang saji persediaan dan harga pokok penjualan.
b. Bandingkan perputaran persediaan (Harga Pokok Penjualan dibagi dengan
persediaan rata-rata) dengan tahun sebelumnya. Investasi keuangan
persediaan yang mempengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan. Salah
saji atau kurang saji persediaan
c. Bandingkan persediaan biaya perunit dengan tahun sebelumnya. Salah saji
atau kurang saji biaya perunit, yang mempengaruhi persediaan dan harga
pokok penjualan
d. Bandingkan nilai persediaan yang diperluas denan tahun sebelumnya. Salah
saji dalam kompilasi, biaya perunit, atau pengalian, yang mempengaruhi
persediaan dan harga pokok penjualan
e. Bandingkan biaya produksi tahun berjalan dengan tahun sebelumnya (biaya
variabel harus disesuaikan jika ada perubahan volumen). Salah saji biaya
perunit persediaan, khususnya biaya tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik, yang mempengaruhi persediaan dan HPP.

ü Prosedur pemeriksaan substantive atas persediaan.


1. Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan fisik) yang dilakukan
perusahaan (klien).
2. Minta Final Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur
pemeriksaan berikut ini:
· check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).
· cocokkan“quantity per book” dengan stock card.
· cocokkan “quantity per count dengan “count sheet kita (auditor)
· cocokkan“total value” dengan buku besar persediaan.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4. Periksa unit price dari raw material (bahan baku), work in process (barang
dalam proses), finished goods (barang jadi) dan supplies (bahan pembantu).
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum
atau sesudah tanggal neraca.
6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang
bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang
ketinggalan mode.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).
8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembehan.
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, loan agreement (perjanjian kredit),
notulen rapat,
10. Periksa apakah ada sates atau purchase commitment per tanggal neraca.
11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur
berikut ini:
· minta rincian goods in transit per tanggal neraca.
· periksa mathematical accuracy,
· periksasubsequent clearance.
12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan
adjustment jika diperlukan.
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.
Secara umum, berikut beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan
auditor dalam melakukan pemeriksaan atas akun persediaan diantaranya adalah :
1. Pemahaman Bisnis Klien
Kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan dasar terhadap
audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui
Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan
auditor pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha,
seperti faktor musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan
kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan baku dan
sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan
kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistem informasi
termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk
mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan yang
memadai.
2. Penilaian Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk meyakinkan bahwa:
a) adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan,
b) semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan
tepat,
c) penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan,
d) harga perolehan persediaan telah ditentukan dengan tepat,
e) penyesuaian atas persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang
dan rusak telah dilakukan dengan tepat.
3. Pengujian Substantif
Tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah untuk
memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini
meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian
ringkasan dan pengujian harga.
Prosedur analitis itu penting pada audit atas persediaan dan pergudangan dan
juga pada siklus-siklus lain. Tabel dibawah ini mencantumkan beberapa prosedur
analitik yang umum di pakai,dan kemungkinan salah saji yang diindikasikan jika
ada fluktuasi.

D. Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan dan Pergudangan


Berikut merupakan fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan pergudangan :
1. Memproses Order Pembelian
Permintaan pembelian digunakan untuk meminta bagian pembelian untuk
meng-order barang persediaan. Permintaan dapat diajukan pegawai gudang pada
saat persediaan mencapai tingkat tertentu, untuk material yang akan digunakan
memproduksi order tertentu pelanggan, atau dilakukan atas dasar perhitungan
periodik dari personil yang berwenang. Apapun metode yang digunakan,
pengendalian atas permintaan pembelian dan order pembelian yang terkait harus
dievaluasi dan diuji sebagai bagian dari siklus perolehan dan pembayaran.
2. Menerima Bahan Baku Baru
Penerimaan barang yang di order adalahbagian dari siklus perolehan dan
pembayaran. Barang diterima harus diperiksa kuantitas dan kualitasnya. Bagian
yang menerima membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian
daridokumentasi yang perlu sebelum pembayaran dilakukan setelah inspeksi,
barang dikirim ke gudang dan dokumen penerimaan dikirimkan kebagian
pembelian, gudang dan hutang usaha.
3. Menyimpan Bahan Baku
Setelah barang diterima, penyimpanan dilakukan di gudang sampai saatnya
dibutuhkan untuk proses produksi. Barang tersebut dikeluarkan gudang setelah
ada permintaan yang diotorisasi, perintah kerja, dan dokumen lain yang
menyebutkan jenis dan jumlah barang yang diminta.dokumen permintaan ini
dugunakan untuk manufaktur berkas induk persediaan perpetual dan membukukan
perpindahan dari akun bahan baku ke akun barang dalam proses.
4. Memproses Barang
Proses pengerjaan barang dalam siklus persediaan dan pergudangan sangat
bervariasi untuk masing-masing perusahaan. Besarnya jumlah barang yang akan
diproduksi secara umum dipengaruhi order pelanggan. Ramalan penjualan, tingkat
persediaan barang jadi yang telah ditetapkan, dan ekonomis tidaknya proses
produksi seringkali bagian pengandalian produksi, harus dibuat ketentuan yang
mengatur kuantitas produksi, pengendalian barang rusak, pengawasan kualitas dan
perlindungan fisik terhadap barang dalam proses. Bagian produksi harus
mengadakan laporanproduksi dan barang rusak sehingga catatan akuntansi dapat
mencerminkan pergerakan barang dan biaya produksi yang akurat.
Dalam perusahaan manufaktur struktur pengendalian intern akuntansi biaya
yang baik adalah bagian penting dari fungsi proses barang. Struktur pengendalian
intern diperlukan untuk menunjukkan profitabilitas relatif berbagai produk, untuk
perencanaan dan pengendalian, dan untuk menilai persediaan bagi tujuan
pelaporan keuangan. Ada dua jenis sistem biaya secaa umum, walaupun
banyakvariasi dan kombinasi dalam praktik: sistem job-order (pekerjaan order)
dan proces cost (biaya proses).Perbedaan utamanya adalah pada job-order biaya
yang timbul diakumulasikan pada suatu pekerjaan orde tertentu, dan pada proces-
cost biaya per unit produksi dialokasikan kepada tiap barang proses.
5. Menyimpan Barang Jadi
Setelah barang jadi selesai dikerjakan bagian produksi, penyimpanan
dilakukan digudang menunggu pengiriman. Dalam perusahaan dengan sisitem
pengendalian intern yang baik, dilakukan pengendalian fisik atas barang jadi
dengan memisahkannya dalam beberapa area dengan akses terbatas. Pengendalian
barang jadi biasanya dianggap bagian dari siklus penjualan dan penerimaan kas.
6. Mengirim Barang Jadi
Pengiriman barang jadi adalah bagian integral dari siklus penjualan dan
penerimaan kas. Tiap pengiriman atau pengeluaran barang jadi harus didukung
dokumen pengiriman yang diotorisasi dengan memadai.
7. Berkas Induk Persediaan Perpetual
Satu bentuk catatan yang merupakan berkas induk persediaan perpetual.
Catatan pepetual yang terpisah biasanya diadakan untuk pencatatan bahan baku
dan barang jadi. Kebanyakan perusahaan tidak menggunakannya untukbarang
dalam proses.
Berkas induk persediaan perpetual hanya memasukkan informasi mengenai
jumlah unit persediaan yang dibeli, dijual dan yang tersimpan atauinfomasi
mengenai biaya per unit. Untuk yang terakhir biasanya terdapat pada sisitem yang
terencana dan terkomputerisasi.
Untuk pembelian bahan baku, berkas induk persediaan perpetual diperbaharui
secara otomatis pada saat pembelian bahan diproses dalam sistem pencatatan
transaksi perolehan. Misalnya, saat sistem komputer memasukkan jumlah unit dan
biaya tiap pembelian bahan, informasi ini digunakan untuk memutakhirkan berkas
induk persediaan perpetual bersamadengan jurnal perolehan dan berkas induk
hutang usaha.
Berkas indukperpetual persediaan barang jadi mengikutkan informasi serupa
dengan bahan baku, tetapi dengan kompleksitas yang lebih besar jika catatan
biaya per unit juga diikutkan. Biaya-biaya barang jadi terdiri dari bahan baku ,
buruh langsung dan biaya overhead yang seringkali membutuhkan alokasi dan
pencatatanyang rinci jika catatan perpetual menyertakan biaya per unit, pencatatan
akuntansi biayanya harus diintigrasikan dalam suatu sistem komputer.
8. Ikhtisar Dokumentasi Persediaan
Pergerakan fisik dan dokumentasi yang terkait dalam siklus dasar persediaan
dan pegudangan. Ini menekankan suatu hal penting yaitu bahwa pencatatan biaya
dan penggerakan persediaan harus sejalan dengan arus penggerakan fisik
persediaan.

E. Perlakuan Akuntansi Persediaan


Ø Sistem Pencatatan Persediaan
Berikut ini ada dua metode pencatatan untuk persediaan, yaitu :
1. Sistem Perpetual/Metode Buku
Disebut sistem perpetual karena pencatatan akuntansinya dilakukan secara
kontinyu (perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau
harga pokoknya. Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat
diketahui setiap saat. Sistem ini seringkali diterapkan oleh perusahaan yang
menjual barang dagangan dengan harga per unit relatif mahal dan setiap unit
barang dimungkinkan memiliki variasi spesifikasi sesuai dengan keinginan
konsumen.
Contoh perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil, perusahaan
pesawat terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Sistem perpetual ini juga
bisa diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas dikarena
penggunaan wide-spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan
scanner untuk mengidentifikasi setiap item persediaan.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual adalah
sebagai berikut:
a. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan.
b. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan.
c. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
d. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold)
diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di
kredit.
f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar
pembantu untuk setiap jenis/item persediaan.

2. Sistem Periodik/Metode Fisik


Disebut sistem periodik karena penghitungan jumlah dan nilai persediaan
hanya akan diketahui pada akhir periode saja untuk penyiapan pembuatan laporan
keuangan. Setiap terjadi transaksi pembelian barang maupun penjualan barang
akun persediaan tidak pernah dimutasi atau tidak pernah di debit jika ada
pembelian atau dikredit jika ada penjualan. Akun persediaan akan diperbaharui
nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum penyusunan laporan keuangan
melalui penghitungan fisik persediaan (stock opname) di gudang. Saat ini sangat
sedikit perusahaan yang menerapkan sistem periodik kecuali untuk perusahaan
kecil yang menjual barang barang tertentu secara eceran dengan harga yang murah
missal permen, korek api, dan lain lain.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah
sebagai berikut:
a. Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun pembelian.
b. Tidak ada pencatatan pada akun persediaan.
c. Beban angkut pembelian akan didebit pada akun beban angkut pembelian.
d. Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan
pembelian.
e. Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai pembelian.
f. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold)
dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan
penilaian persediaan akhir.

Ø Metode Penilaian Persediaan


Menurut Kieso persediaan harus dinilai dengan menggunakan salah satu
metode arus biaya. Arus biaya disini diantara adalah First in first out (FIFO),
Biaya rata-rata (Average) dan Last in first out (LIFO):
2. First in first out (FIFO)
Metode FIFO menunjukan bahwa barang-barang yang digunakan sesuai
dengan urutan pembeliaannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang
pertama yang dibeli adalah barang pertama yang dijual. Oleh karena itu
persediaan yang tersisa merupakan barang yang dibeli paling akhir. Dengan
metode FIFO harga pokok yang dibeli pertama diakui sebagai harga pokok
penjualan yang pertama.
3. Biaya rata-rata (Average)
Metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam
persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama dalam satu periode.
Apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan secara
periodik, maka perhitungan menggunankan metode rata-rata tertimbang
(weight-average method). Untuk mendapat harga pokok per unit, maka
persediaan awal serta seluruh pembelian harus dijumlahkan dan jumlah harga
pokok secara keseluruhan dibagi dengan jumlah unit persediaan secara
keseluruh.
Sedangkan dalam metode pencatatan persediaan secara perpetual dikenal
dengan metode rata-rata bergerak (moving average method). Hal ini
dikarenakan, harga pokok per unit akan selalu berubah setiap terjadinya
pembelian persediaan.
Keuntungan dalam menggunakan metode rata-rata adalah mudah
untuk diterapkan objektif dan tidak dapat digunkan untuk memanipulasi laba.
Selain itu juga lebih banyak didasarkam pada pertimbangan praktis daripada
pertimbangan konsepsional. Sedangkan untuk kerugiaannya adalah hanya
bisa digunakan untuk persediaan yang bersifat realtif homogen dan nilai
persediaan terhadap harga yang ada dalam periode tersebut tertinggal secara
signifikan karena adanya kenaikan atau penurunan harga.
4. Last in First Out (LIFO)
Metode ini berdasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang
terjual. Metode LIFO ini sering dikritik, akan tetapi secara teoritis metode ini
adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan
pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau
harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah
laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan yang lebih rendah.
Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil
terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO
mengaitkan biaya yang saat ini dalam perolehan barang-brang denga harga
jual yang meningkat, dengan mengguakan LIFO, persediaan dilaporkan
dengan menggunkan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam
waktu lama, maka perbedaan antara lain persediaan saat ini dengan biaya
LIFO akan semakin besar.

F. Sistem Pengendalian Intern (SPI) Persediaan


Sistem Pengendalian Internal (SPI) adalah suatu proses atau usaha yang
sistematis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan
perusahaan, sistem informasi umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata
dengan perencanaan menentukan dan mengatur penyimpangan-penyimpangan
serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien.
Persediaan dalam perusahaan merupakan aktiva yang penting sehingga sistem
internal control terhadap persediaan, fungsi internal control atas persediaan ada
tiga yaitu :
a) Internal control terhadap fisik persediaan
Pentingnya internal control atas fisik persediaan karena persediaan mudah
dipindah tempatkan dari kerawanan lainnya.
b) Internal control terhadap pencatatan persediaan
Pengendalian timbul karena adanya jumlah persediaan dalam kartu
persediaan yang diambil dan laporan barang sebagai penambahan dan bukti
serta pemakaian sebagian pengurangan persediaan barang yang siap dijual
yang sementara masih ada dalam gudang.
c) Internal control atas jumlah persediaan
Setelah masuk dalam proses pemasangan produksi perluasan atau organisasi
seharusnya menyusun suatu budget produksi untuk pengolahan bahan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Audit atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan menghabiskan
waktu dalam audit, karena hal-hal berikut :
Persediaan adalah bagian utama dalam nerca, dan seringkali merupakan akun
terbesar yang melibatkan modal kerja.
Persediaan dapat terbesar di beberapa lokasi yang menyulitkan perhitungan
dan pengendalian fisik. Perusahaan menempatkan persediaannya sedemikiaa rupa
untuk efisiensi produksi dan penjualan, tetapi penyebaran ini sering menimbulkan
kesulitan auditor yang besar.
Bermacam ragam persediaan juga menyulitkan auditor. Barang-barang
seperti perhiasan bahan kimia, suku cadang elektronik sering menyulitkan
pengamatan dan penilaian.
Penilai persediaan juga dipersulit oleh faktor keuangan dan perlunya
mengalokasi biaya manufaktur ke persediaan.
Ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima, tapi klien
harus memakai metode tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun terlebih lagi
sering perusahaan menggunakan metode penilaian persediaan yang berada untuk
jenis persediaan yang berbeda.
MAKALAH
STOK GUDANG

Disusun Oleh :
NAMA : ANDI
KELAS : XI AP 3

SMK BISMILLAH BARUGBUG PADARINCANG


TAHUN AJARAN 2017 / 2018

Anda mungkin juga menyukai