Pengertian Kolestasis didefinisikan sebagai penurunan aliran empedu karena
(Definisi) gangguan sekresi oleh hepatosit atau terhambatnya aliran empedu yang mengalir melalui saluran empedu intra atau ekstra hepatik, gangguan ini salah satunya disebabkan karena adanya tahanan / obstruksi. Obstruksi empedu mengacu pada penyumbatan saluran yang membawa cairan empedu dari hati ke kantong empedu atau dari kantong empedu ke usus halus. Kelainan ini dapat terjadi di berbagai tempat pada PANDUAN PRAKTIK KLINIK
OBSTRUKSI DUKTUS BILIER
RS PANTI RAPIH Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta
Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
PPK RSPR/PPK/04/122 1 2 dari 5
berbagai tingkatan dalam sistem empedu. Tanda-tanda utama dan
gejala obstruksi bilier terjadi langsung dari akumulasi bilirubin, garam empedu dalam darah dan kegagalan empedu untuk mencapai tempat tujuannya. Anamnesis Keluhan bergantung pada proses perjalanan penyakitnya. 1. Pasien mengeluhkan nyeri diperut kanan atas (dapat juga absen) 2. Dapat terjadi demam, anoreksia, penurunan berat badan. 3. Mual muntah. 4. Adanya keluhan lemah, letih, lesu (gejala anemia) 5. Perubahan pada mata menjadi kuning / ikterik 6. Pasien dapat mengeluhkan perubahan warna urin menjadi lebih pekat (penyebabnya adalah karena peningkatan level bilirubin terkonjugasi). 7. Rasa gatal - gatal yang dikeluhkan akibat peningkatan asam empedu. Pada kasus berat di mana kosentrasi asam empedu di dalam darah sangat tinggi, sehingga menyebabkan pasien sulit beristirahat atau konsentrasisaat melakukan tugas. 8. Riwayat penyakit terdahulu:riwayat sakit batu empedu,hepatitis, perdarahaan gastrointestinal. Pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik pasien, didapatkan: 1. Inspeksi: Fisik Ikterik di sklera mata. Bagian kulit tubuh jaundice Tampak ada luka bekas garukan karena keluhan gatal-gatal pada pasien 2. Palpasi: Hepar dapat teraba apabila terjadi pembesaran hepar Dapat terabakadung empedu(Courvoisier sign) Dapat teraba pembesaran spleen (spleenomegali) Pada kasus hepatopati dapat terjadi ascites Demam >38C Pemeriksaan Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan diagnosa 1. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan Penunjang level bilirubin dan ditemukan disemua pasien dengan diagnosa kolestasis meskipun bermacam -macam penyebab nya. 2. Pemeriksaan SGPT dan SGOT. Pada kelainan intrahepatal, akan ditemukan peningkatan SGPT, namun bila kelainan terletak ekstrahepatal,dapat terjadi peningkatan SGPT. SGOTdan SGPT akan meningkat secara bersamaan terutama PANDUAN PRAKTIK KLINIK
OBSTRUKSI DUKTUS BILIER
RS PANTI RAPIH Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta
Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
PPK RSPR/PPK/04/122 1 3 dari 5
pada penyakit - penyakit seperti: hepatitis, drug-induced liver
disease 3. Pemeriksaan kolesterol juga dapat dilakukanuntuk menilai level HDL darah. Pada penyakit hepatoseluler, dapat ditemukan kadar HDL yang rendah hingga dalam batas normal 4. Pemeriksaan imaging juga dapat membantu menegakkan diagnosa. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan USG abdomen. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi penyebab anatomis dari adanya kecurigaan obstruksi (kista koledokus, sumbatan karena batu bilier) dan untuk menentukan penyebab kolestasis berasal dari hepatoseluler atau dari obstruksi ekstra hepatal 5. MRCP (Magnetic Resonance Cholangiopancreatography) digunakan untuk memvisualisasikan saluran bilier. Pada sumbatan, akan ditemukan cairan yang terbendung di saluran bilier dengan gambaran hiperintens Kriteria Anamnesis. Pemeriksaan fisik. Diagnosis Pemeriksaan penunjang Diagnosis Kolestasis / Obstruksi duktus bilier K40.0 Kerja & Kode ICD-10 Tatalaksana Terapi dapat terbagi menjadi terapi farmakologis, dan non farmakologis. Terapi farmakologis: Bila pasien menolak dilakukan operasi, maka dapat diberikan oral bile-salt selama 2 tahun. Untuk mengurangi sekresi bilier maka dapatdiberikan Ursodeoxychoicacid 10 mg/kg per hari. Tetapi rekurensi batu dapat terjadi dalam 5 tahun, bila terapi ini dihentikan. Antihistamin diberikan bila pasien mengeluhkan gatal - gatal Terapi non farmakologis: Terapi pembedahan menjadi salah satu pilihan dalam terapi non farmakologis. Pembedahan dilakukan sesuaidengan latar PANDUAN PRAKTIK KLINIK
OBSTRUKSI DUKTUS BILIER
RS PANTI RAPIH Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta
Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
PPK RSPR/PPK/04/122 1 4 dari 5
belakang penyakit yang menjadi penyebab terjadinya obstruksi.
Teknikyang digunakan antara lain:laparotomy cholecystectomy, laparoscopy cholecystectomy (sering menjadi pilihan karena masa pemulihan yang lebih singkat dan keluhan postoperatif lebih kecil). Dilakukan reseksi neoplasma apabila diketahui penyebabnya adalah neoplasma Diet dan aktivitas menjadi kegiatan yang harus dilakukan secara rutin. Diet yang disarankan adalah diet rendah lemakdan meningkatkan intake fiber, serta mengurangi konsumsi gula.Disarankan untuk mengurangi berat badan secara gradual dan tidak terlalu cepat Edukasi 1. Penjelasan tentang penyakit 2. Penjelasan tentang prosedur tindakan 3. Follow up rutin pasca operasi Prognosis Dubia ad bonam Tingkat Belum ada Evidens Tingkat Belum ada Rekomendasi Penelaah Kritis KSM Bedah Indikator Gejala klinis berkurang atau terkontrol Medis Nyeri pasca operasi (bila dilakukan operasi) berkurang Kepustakaan 1. Bektas M, Dokmeci A, Cinar K, et al. Endoscopic management of biliary parasitic diseases. Dig Dis Sci. 2010 May. 55(5):1472-8. 2. Center SA. Diseases of the gallbladder and biliary tree. Vet Clin North Am Small Anim Pract. 2009 May. 39(3):543-98. 3. Marrelli D, Caruso S, Pedrazzani C, et al. CA19-9 serum levels in obstructive jaundice: clinical value in benign and malignant conditions. Am J Surg. 2009 Sep. 198(3):333-9. 4. Sjamsuhidajat, R./ dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Bumi PANDUAN PRAKTIK KLINIK