Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah berkontribusi memberikan
ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
mengharapkan kritik setra saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Surabaya, 12 Desember 2019

penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 3
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
BAB 11 PEMBAHASAAN ........................................................................................................ 4
2.1 Pendahuluan .............................................................................................................. 4
2.2 Definisi ...................................................................................................................... 4
2.3 Ruang Lingkup.......................................................................................................... 5
2.4 Cara Kerja Imun Sebagai Suatu Sistem .................................................................... 7
2.5 Pembagaian/Macam Imunitas ................................................................................. 13
2.6 Fungsi Sistem Imun ................................................................................................ 19
2.7 Struktur Immunoglobulin........................................................................................ 19
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sitem Imun .................................................... 24
2.9 Penyakit yang disebabkan oleh Penyakit Sistem Imun........................................... 26
BAB 111 PENUTUP ................................................................................................................ 28
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap saat tubuh kita dikelilingi oleh berbagai bahan organik dan anorganik yang
dapat masuk kedalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit dan kerusakan
jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas,
merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan dari dalam tubuh. Itu
sebabnya seseorang harus mempunyai sistem imun yang baik untuk melindungi tubuh
dan mempertahankan keutuhan tubuh terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai bahan dalam lingkungan hidup maupun oleh tubuh itu sendiri. Berbagai cara
diusahakan orang untuk meningkatkan sistem imunnya, diantaranya dengan
mengkonsumsi berbagai vitamin dan suplemen kesehatan. I Made Budi (2004)
mengatakan bahwa masyarakat di Papua terutama di wilayah Pegunungan Jayawijaya,
memanfaatkan Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) sebagai sumber pangan sehari-
hari dan mereka memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik dibandingkan wilayah
lainnya. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, karena banyak faktor yang mempengaruhi
sistem imun seseorang, antara lain, faktor genetik, usia, dan faktor nutrisi.
Proses pengenalan antigen dilakukan oleh unsur utama sistem imun yaitu limfosit,
baru kemudian melibatkan berbagai jenis sel sistem imun. Limfosit dapat dipacu
menjadi aktif oleh antigen atau mitogen. Kemampuan sistem imun untuk melaksanakan
fungsi protektif secara optimal antara lain bergantung juga pada kecepatan sel limfosit
spesifik berproliferasi.

1.2 Tujuan
 Mengetahui definisi dan ruang lingkup sistem imun.
 Mengetahui cara kerja imun sebagai sistem.
 Mengetahui macam-macam imunitas.
 Mengetahui fungsi masing-masing sistem imun.
 Mngetahui struktur imunoglobin dan faktor yang memengaruhi sistem imun
 Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh kelainan sistem imun

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud sistem imun dan seberapa luas ruang lingkupnya?
2. Bagaimana sistem imun bekerja sebagai suatu sistem?
3. Berapa banyak jenis imunitas yang ada dalam tubuh manusia?
4. Bagaimana fungsi masing-masing sistem imun dalam tubuh manusia?
5. Bagaimana struktur imunoglobin?
6. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi sistem imun?
7. Kelainan apa saja yang terjadi pada sistem imun?

3
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan
Pada sudut pandang mikroba, tubuh manusia merupakan tempat sempurna
untuk hidup. Awalnya, asosiasi mikroba dan jaringan inang bersifat baik, tetapi jika
terdapat luka pada jaringan, maka mikroba dapat tersebar ke seluruh jaringan dan
organ inang, sehinga mikroba yang semula baik menjadi bersifat merugikan bagi
manusia. Untuk dapat menahan penyebaran mikroba, maka organisme tingkat
tinggi seperti manusia dan hewan mengembangkan sistem imun.
Bagian penting pada sistem imun adalah mampu membedakan antara benda diri
sendiri dan benda asing. Jika sistem imun gagal menjalankan fungsi ini, maka
kejadian buruk menimpa inang, termasuk penyakit autoimun bahkan kematian.
Pada tingkat individu sangat mudah membedakan antara hewan/manusia dengan
mikroba. Namun pada tingkat molekuler perbedaan itu tidak tampak jelas. Sistem
imun manusia terdiri atas populasi sel-sel limfosit yang secara kolektif mampu
merespons dan membedakan makromolekul-makromolekul yang berasal dari diri
sendiri maupun dari patogen. Respon imun terhadap mikroorganisme dibagi
menjadi dua sistem umum yaitu imunitas bawaan (alami) dan imunitas adaptif
(spesifik, diperoleh).

2.2 Definisi
Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan
mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.
Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah
menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit
menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel
serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan
terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.
Dalam pengertian yang paling luas, imunologi mengacu pada semua mekanisme
pertahanan yang dapat dimobilisasi tubuh untuk memerangi ancaman infasi asing.
Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak
berbagai benda asing yang masuk ke tubuh.
Fungsi sistem imun:
1. Pembentuk kekebalan tubuh.
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.

4
4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.

2.3 Ruang Lingkup

2.1.1 Sistem Kekebalan Tubuh pada Manusia


Sistem imun terdiri atas pertahanan-pertahanan yang bekerja sangat
spesifik. Gelanggangan pertarungan anatomis bagi sistem pertahanan itu
mencakup pembuluh-pembuluh limfe berspons, sel-sel darah putih, sumsum
tulang, dan kelenjar timus.
Respons imun itu seluruhnya diperantarai oleh dua sel limfosit: limfosit-T
dan limfosit-B. Kedua jenis sel tersebut berasal dari sel-sel limfositik di
sumsum tulang : sel-sel itu lalu diproses ( Limfosit T di timus dan limfosit B
di sumsum tulang) dan pada akhirnya menetap dalam jaringan-jaringan
limfoid.
Saat terjadi respon imun terhadap agen- agen asing, limfosit B terutama
terlibat dalam pembentukan protein-protein globular yang disebut antibodi :
proses tersebut disebut respon humoral. Pada tipe respon imun yang kedua,
respon yang diperantarai sel ( cell mediated response ), limfosit T menginisiasi
serangan oleh berbagai tipe sel terhadap sel-sel asing. Pada kedua tipe respon
tersebut, entitas penyerangan dikenali melalui antigennya. Setiap racun atau
organisme memiliki senyawa-senyawa kimiawi khusus yang tidak ditemukan
pada entitas-entitas lainnya : senyawa-senyawa itulah yang disebut antigen.
Antigen biasanya terdiri atas protein-protein, polisakarida–polisakaida
besar atau lipoprotein-ipoprotein besar. Antigen seringakali ditemukan
dipermukaan organisme uniseluluer. Di dalam tubuh, terdapat antibodi
spesifik bagi nyaris semua antigen.
Karakteristik Sistem Imun :

5
1. Spesifisitas, dapat membedakan berbagai zat asing dan responsnya
terutama jika dibutuhkan.
2. Memori dan amplifikasi, Kemampuan untuk mengingat kembali
kontak sebelumnya dengan agen asing tertentu, sehingga berikutnya
akan menimbulkan respons yang lebih cepat dan lebih besar.
3. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing),
Kemampuan untuk dapat membedakan agen-agen asing, sel-sel tubuh
sendiri dan protein.

2.2.1 Sistem Kkebalan Turunan (innate immune system)


Sistem kekebalan turunan (innate immune system) adalah mekanisme
suatu organisme mempertahankan diri dari infeksi oleh organisme lain, yang
dapat segera dipicu beberapa saat setelah terpapar patogen. Sistem kekebalan
ini merupakan sistem kekebalan pertama dan melengkapi manusia sejak saat
dilahirkan.
Pertahanan tubuh terhadap serangan (infeksi) oleh mikroorganisme telah
dilakukan sejak dari permukaan luar tubuh yaitu kulit dan pada permukaan
organ-organ dalam. Tubuh dapat melindungi diri tanpa harus terlebih dulu
mengenali atau menentukan identitas organisme penyerang sehingga juga
dikatakan sebagai imunitas nonspesifik.
Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut.
a) Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Organ Tubuh Tubuh
memiliki daerah-daerah yang rawan terinfeksi oleh kuman penyakit
berupa mikroorganisme, yaitu daerah saluran pernapasan dan
saluran pencernaan.
b) Pertahanan dengan Cara Menimbulkan Peradangan (Inflamatori)
c) Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung

2.3.1 Sistem Kekebalan Tiruan (adaptive immune system)

Sistem kekebalan tiruan (adaptive immune system) disebut juga


imunitas spesifik diperlukan untuk melawan antigen dari imunitas
nonspesifik. Antigen merupakan substansi berupa protein dan
polisakarida yang mampu merangsang munculnya sistem kekebalan
tubuh (antibodi). Mikroba yang sering menginfeksi tubuh juga
mempunyai antigen. Tubuh seringkali dapat membentuk sistem imun
(kekebalan) dengan sendirinya. Setelah mempunyai kekebalan, tubuh
akan kebal terhadap penyakit tersebut walaupun tubuh telah terinfeksi
beberapa kali.
Sebagai contoh campak atau cacar air, penyakit ini biasanya hanya
menjangkiti manusia sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh
telah membentuk kekebalan primer. Kekebalan primer diperoleh dari B

6
limfosit dan T limfosit. Adapun imunitas spesifik dapat di peroleh
melalui pembentukan antibodi.
penyakit dengan cara membuat antibodi. Jenis antigen pada setiap
kuman penyakit bersifat spesifik atau berbeda-beda untuk setiap jenis
kuman penyakit. Dengan demikian diperlukan antibodi yang berbeda
pula untuk jenis kuman yang berbeda. Tubuh memerlukan macam
antibodi yang banyak untuk melindungi tubuh dari berbagai macam
kuman Antibodi merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel
darah putih. Tubuh akan merespon ketika tubuh mendapatkan penyakit.

2.4.1 Infeksi
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap
organisme inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme
penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk
dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang
terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan
viroid.
Sistem kekebalan pada makhluk hidup berusaha mencegah terjadinya
fokus infeksi, pada saat pembentukan suatu fokus infeksi tidak dapat
dicegah, makhluk hidup tersebut dikatakan menderita penyakit yang bersifat
kronis. Terdapat hal yang terjadi saat terjadinya infeksi, yaitu :Imunosupresi,
adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penurunan
kemampuan untuk melawan infeksi dan penyakit.

2.5.1 Inflamasi
Respon inflamasi merupakan upaya oleh tubuh untuk memulihkan dan
mempertahankan homeostasis setelah cidera. Sebagian besar elemen
pertahanan tubuh berada dalam darah dan inflamasi merupakan sarana sel-sel
pertahanan tubuh dan molekul pertahanan meninggalkan darah dan
memasuki jaringan di sekitar tempat luka (atau yang terinfeksi). Inflamasi
pada dasarnya menguntungkan, namun inflamasi berlebihan atau
berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan.

2.4 Cara Kerja Imun Sebagai Suatu Sistem


Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan
melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan
zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya.
Sistem imun membentuk beberapa lapisan pertahanan tubuh.
Lapisan pertahanan tubuh terdiri dari

7
Komponen
Lapisan Pertahanan Respon Imun
Pertahanan
Innate Immunity
Kulit Non-Spesifik
Lapisan Pertama Membran Mukosa Non-Spesifik
Bakteri alami apatogen Non-Spesifik
Sel Fagosit Non-Spesifik
Inflamasi Non-Spesifik
Lapisan Kedua
Protein Antimikroba Non-Spesifik
Sel Natural Killer (NK) Non-Spesifik
Acquired Immunity
Kekebalan Humoral
Spesifik
(Limfosit B)
Lapisan Ketiga
Kekebalan diperantarai
Spesifik
sel (Limfosit T)

Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya
di lingkungannya yaitu:
1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat
melalui kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pengerakan silia,
sekresi air mata, air liur, urin, asam lambung serta lisososm dalam airmata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilius pada epitel organ.
3. Innahate immunity
4. Imunitas spesifik yang didapat.
Pada imunitas innate makrofag dan neutrofil memegang peranan penting sebagai pertahanan
pertama dalam melawan mikroorganisme patogen. Kedua sel tersebut langsung bisa bekerja dan
tidak mengenal spesifikasi. Makrofag akan memfagosit semua macam bakteri jika sel tersebut
dapat mengenalinya demikian juga neutrofil akan mengadakan serangan secara langsung tanpa
membedakan mikroorganisme yang masuk. Namun demikian, dalam hal tertentu kedua sel
imunokompten ini tidak berhasil mengeliminasi patogen yang masuk bahkan tidak dapat
mengenali patogen tersebut. Imunitas innate merupakan langkah awal untuk memulai terjadinya
imunitas adaptif. Adanya imunitas innate memberikan keuntungan yang besar bagi tubuh karena
pada tahap awal datangnya infeksi sesungguhnya tubuh belum siap dengan sistem pertahanan
imunitas adaptif. Imunitas adaptif pada umumnya bekerja 4-7 hari setelah terjadinya infeksi.

8
Pada saat imunitas adaptif mulai dipersiapkan maka imunitas innate merupakan satu-satunya
sistim pertahanan yang bertanggungjawab untuk mengontrol perkembangan patogen yang
masuk. Satu keuntungan yang sangat besar dari imunitas adaptif adalah adanya perkembangan
sel-sel memori. Sel-sel ini merupakan klon spesifik yang dipelihara tetap hidup dalam waktu
relatif lama. Jika dalam periode tertentu tubuh terpapar lagi oleh antigen yang sama, maka sel-sel
memori akan merespon dengan cepat dengan membentuk sel-sel plama atau efektor untuk
mengatasi patogen yang masuk. Hampir semua agen penginfeksi akan menimbulkan terjadinya
inflamasi yang diawali oleh aktifnya imunitas innate . Mikroorganisme seperti bakteri yang
berhasil menembus jaringan epitel segera bertemu dengan molekul pertahanan dan juga sel-sel
yang berperan pada imunitas innate.
Makrofag sebagai sel fagosit mengenali bakteri dengan reseptor yang ada pada permukaan
sel. Reseptor tersebut mengenal konstituen yang ada pada permukaan sel bakteri. Molekul yang
berada pada permukaan sel bakteri berikatan dengan reseptor yang ada pada makrofag dan
merangsang makrofag untuk memfagosit bakteri tersebut. Makrofag yang teraktifkan mampu
mensekresi sitokin. Sitokin merupakan protein yang disekresi suatu sel dan memiliki efek
mengubah tingkah laku sel lain yang mempunyai reseptor untuk sitokin tersebut. Makrofag yang
teraktifkan juga mensekresi protein yang dikenal dengan nama kemokin. Kemokin mempunyai
kemampuan merekrut sel-sel lain yang memiliki reseptor kemokin, seperti neutrofil dan monosit
dari sirkulasi darah. Sitokin dan kemokin yang dihasilkan makrofag sebagai respon terhadap
molekul yang terdapat pada bakteri akan mengawali proses inflamasi.
Infeksi bakteri memicu terjadinya inflamasi

.
Infeksi bakteri memicu terjadinya inflamasi

9
Makrofag yang bertemu dengan antigen pada suatu jaringan akan melepaskan sitokin yang
menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat. Keadaan ini memungkinkan cairan dan
protein menembus dan masuk dalam jaringan. Makrofag juga memproduksi kemokin yang dapat
menarik neutrofil bermigrasi ke arah infeksi.
Daya lekat ( stickiness ) sel endotel pembuluh darah juga berubah sehingga sel yang melekat
pada sel endotel dapat melekat kuat dan menembus keluar dari darah menuju jaringan. Yang
mula-mula melakukan penembusan pembuluh darah adalah neutrofil dan diikuti oleh monosit.
Akumulasi sel dan cairan pada sisi luka menyebabkan warna kemerahan, bengkak, panas, dan
sakit, yang secara keseluruhan disebut inflamasi. Neutrofil dan makrofag merupakan sel
inflamator paling penting. Limfosit yang teraktivasi pada respon imun dapat menyumbangkan
kejadian inflamasi.
Inflamasi dan fagositosis juga dipacu oleh aktivitas komplemen yang bekerja pada permukaan
sel bakteri. Komplemen merupakan protein dalam plasma yang mengaktifkan reaksi proteolisis
pada permukaan mikrobia tetapi tidak pada sel host. Komplemen bekerja dengan menempel pada
permukaan dinding sel mikrobia dengan fragmen yang dikenali oleh reseptor makrofag yang
selanjutnya difagosit oleh makrofag. Dalam proses ini makrofag juga mensekresikan peptida
yang menyumbangkan terjadinya inflamasi. Inflamasi secara umum dapat digambarkan sebagai
peradangan dengan ciri-ciri timbulnya panas, rasa sakit, timbul warna merah, dan swelling.
Kondisi demikian ini merupakan akibat kerja sitokin dan faktor inflamasi lain pada pembuluh
darah di suatu tempat. Terjadinya delatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah selama
inflamasi akan meningkatkan aliran darah pada daerah yang mengalami infeksi. Adanya
permeabilitas yang tinggi memungkinkan cairan dari darah akan menembus keluar pembuluh
darah menuju jaringan, dan menyebabkan panas, merah, dan swelling . Sitokin dan komplemen
juga memberi sumbangan penting pada perubahan fisiologi dari sel endotel. Sel endotel
mempunyai daya ikat yang tinggi atas pengaruh dua molekul tersebut di atas. Daya ikat tersebut
memungkinkan sel-sel leukosit yang sedang bersirkulasi untuk melekat pada sel-sel endotel pada
dinding pembuluh darah.
Setelah pelekatan tersebut sel-sel leukosit dengan mudah menembus di antara sel-sel endotel
menuju daerah infeksi dengan dipandu oleh gradien kemokin. Pindahnya leukosit dari pembuluh
darah menuju jaringan menimbulkan rasa sakit. Neutrofil merupakan sel terpenting di awal
terjadinya inflamasi. Neutrofil adalah sel yang paling cepat menuju daerah inflamasi.
Sebagaimana makrofag, neutrofil memiliki reseptor di permukaan sel yang secara umum mampu
mengenal molekul pada permukaan sel bakteri dan komplemen. Neutrofil merupakan sel penting
yang mampu menelan dan menghancurkan mikroorganisma penginfeksi.
Aktivitas neutrofil ini segera diikuti oleh berubahnya monosit menjadi makrofag, sehingga
makrofag dan neutrofil disebut sel inflamator. Selanjutnya peristiwa inflamasi ini juga
menimbulkan reaksi limfosit. Limfosit T akan bekerja setelah mengenal antigen yang
dipresentasikan oleh APC. Sedangkan limfosit B mempunyai kemampuan secara langsung untuk
merespon antigen dengan mensekresikan antibodi. Sebagian klon limfosit B ada yang memiliki
kemampuan untuk menelan bakteri dan berlaku sebagai APC.

10
Limfosit B semakin aktif jika memperoleh sitokin yang tepat yang disekresikan oleh limfosit
T. Imunitas innate memberi kontribusi penting bagi terjadinya imunitas adaptif. Inflamasi
meyebabkan meningkatnya aliran cairan lymph yang mengandung antigen dan sel yang
membawa antigen masuk jaringan limfoid. Makrofag yang telah memfagosit bakteri mempunyai
kemampuan mengaktifkan sel-sel limfosit. Namun demikian, sel yang secara khusus didesain
untuk mempresentasikan antigen kepada sel T adalah sel dendritik, dan inilah awal dari
terjadinya respon imunitas adaptif.
Aktivasi APC Menginduksi Imunitas Adaptif .
Induksi imunitas adaptif dimulai ketika patogen dicerna oleh sel dendritik immature pada
jaringan yang terinfeksi. Sel fagosit ini tersebar pada berbagai macam jaringan dan mengalami
pembaharuan pada kecepatan yang sangat rendah. Sel dendritik sebagaimana makrofag berasal
dari prekursor dalam sumsum tulang, dan bermigrasi dari sumsum tulang menuju jaringan
periperal tempat berhentinya, pada tempat yang baru ini sel dendritik berperan untuk menjaga
lingkungannya dari serangan patogen. Sel dendritik yang telah memperoleh antigen akan segera
memasuki pembuluh limfa dam masuk lymph node. Pada lymph node sel dendritik akan
mengenalkan antigen yang dibawa kepada sel T naive.
Sel dendritik immature mempunyai reseptor pada permukaan sel yang mengenali sifat umum
patogen, misalnya dinding sel bakteri yang berupa proteoglikan. Sebagaimana yang terjadi pada
makrofag dan neutrofil, bakteri yang berikatan dengan reseptor sel dendritik akan ditelan oleh sel
tersebut dan didegradasi intraselluler. Sel dendritik immature secara terus menerus mengambil
material ekstraselluler, termasuk virus dan bakteri yang ada pada lingkungan itu dengan
mekanisme makropinositosis yang tidak tergantung reseptornya. Fungsi utama sel dendritik
sebenarnya bukan untuk menghancurkan patogen tetapi untuk membawa antigen dari patogen itu
pada organ limfoid periferal dan mempresentasikan antigen itu pada sel limfosit T. Ketika sel
dendritik menelan patogen pada jaringan yang terinfeksi, sel dendritik teraktivasi dan bergerak
menuju lymph node yang terdekat. Karena aktivasi itu sel dendritik mengalami pemasakan
menjadi sel APC yang sangat efektif dan berubah sifat menjadi sel yang mampu mengaktifkan
sel limfosit spesifik yang berada pada lymph node. Sel dendritik yang teraktivasi mensekresi
sitokin yang berpengaruh terhadap imunitas innate maupun adaptif.

11
Sel dendritik menginiasiasi imunitas adaptif. Sel dendritik belum masak yang terletak pada
daerah luka akan menangkap patogen dengan reseptor yang memediasi fagositosis, sedangkan
antigennya akan ditangkap dengan makropinositosis. Sel dendritik ini terstimuli dan bermigrasi
ke lymph node terdekat melalui pembuluh limfatik. Pada LN sel dendritik telah masak sempurna
dan kehilangan kemampuan sebagai sel fagosit. Pada LN, sel dendritik tertemu dan
mengaktifkan sel T yang masuk LN melalui pembuluh darah khusus yang disebut high
endothelial venule (HEV). Sel endotel yang menyusun HEV sangat spesifik berbentuk kuboid.
Limfosit Yang Teraktivasi Dapat Memediasi Respon Imunitas Adaptif
Sistem pertahanan imunitas innate efektif untuk melawan berbagai macam patogen.
Namun demikian sistem ini kerjanya juga terbatas karena mengandalkan reseptor yang terbentuk
selama proses perkembangannnya, sedangkan mikroorganisme dapat berubah melebihi
kecepatan host menyelaraskan sistem imun yang ada. Hal ini menjelaskan mengapa sistem
imunitas innate hanya dapat mengenali mikroorganisme yang membawa molekul yang umumnya
sama untuk semua jenis patogen yang secara evolusi kemampuan tersebut telah terpelihara.
Imunitas innate akan bekerja dengan cepat terhadap agen apapun yang masuk, termasuk
mikroorganisme yang mempunyai kecepatan berevolusi sangat tinggi selama reseptor
nonspesifik dapat mengenalinya.
Sistem imunitas innate dapat mengenali struktur molekul yang berada pada patogen yang
umumnya tidak dimiliki host. Telah diketahui bahwa bakteri patogen dapat terus melakukan
perubahan struktur kapsul sehingga terhindar dari pengenalan sel-sel fagosit. Virus membawa
berbagai macam molekul yang secara umum berbeda dengan bakteri dan jarang dapat dikenali
langsung oleh makrofag. Namun demikian virus dan bakteri berkapsul dapat diambil oleh sel
dendritik dengan proses makropinositosis yang tidak tergantung pada reseptor, sehingga molekul
yang menunjukkan sifat sebagai penginfeksi bisa diketahui, dan sel dendritik teraktivasi akan

12
mempresentasikan antigen pada limfosit. Mekanisme pengenalan pada sistem imunitas adaptif
yang dilakukan oleh sel limfosit telah berevolusi untuk mengatasi keterbatasan imunitas innate.
Adanya evolusi itu memungkinkan terjadinya pengenalan terhadap diversitas antigen yang tak
terbatas, sehingga setiap antigen dapat menjadi target bagi limfosit yang spesifik.
Setiap sel limfosit yang masuk pada sirkulasi darah hanya memiliki satu macam reseptor
yang spesifik untuk satu macam antigen. Sifat spesifik limfosit ini terbentuk selama proses
perkembangan limfosit mulai pada sumsum tulang dan timus untuk membentuk varian gen yang
menyandi molekul reseptor limfosit. Karena setiap sel limfosit mempunyai reseptor yang
spesifikasinya berbeda satu dengan yang lain, maka setiap individu mempunyai berjuta-juta klon
sel limfosit, lymphocyte receptor repertoire. Clonal selection theory, sebenarnya telah
berkembang sejak tahun 1950. Pada saat itu Macfarlane Burnet beranggapan bahwa di dalam
setiap individu telah tersedia sel-sel yang mempunyai potensi menghasilkan antibodi yang
berbeda-beda. Jika sel tersebut mengikat antigen yang sesuai akan teraktivasi dan membelah
menjadi progeni yang identik, yang disebut klon. Sel yang teraktivasi itu sekarang dapat
mensekresi antibodi yang sama, dan mempunyai spesifikasi yang sama pula dengan reseptor
yang pertama kali terstimuli.
2.5 Pembagian atau Macam Imunitas
A. Berdasarkan Cara Memepertahankan diri dari Penyakit

 Imunitas Bawaan (innahate immune)


Imunitas bawaan ( innate immunity ) adalah kekebalan yang ada sejak
lahir, dan melakukan respon imun non-spesifik dalam waktu cepat.
Ciri-ciri sistem Non-Spesifik:
• Tidak selektif.
• Memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis organisme asing
yang masuk ke dalam tubuh.

13
• Tidak memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi yang terjadi
sebelumnya.
• Telah ada dan siap berfungsi sejak lahir
• Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke
dalam tubuh.
Komponen-komponen kekebalan diturunkan:
a. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
 Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh,
yaitu kulit dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi
jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit
terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit
ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang
terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan
saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke
dalam tubuh.
 Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung
dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring
udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan
mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel
berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh.
 Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang
dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut
mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah
minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan
suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata,
dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang
dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding
sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.
 Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri
tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa.
Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi
dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
b. Respon Peradangan (Inflamasi)

14
Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan,
misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi
merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri),
rubor (kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak).
Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat
penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal
bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan
monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi
tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga
mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh
dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk
mengekskresikan histamin dan prostaglandin.
3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan
kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah
meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit)
menuju jaringan yang terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.
c. Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-
sel fagosit dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit
terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit
polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah monosit (di
dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai
makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit
akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan
yang terinfeksi patogen.
Berikut ini adalah proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing
terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju
patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu
oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.
3. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada
membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi
seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam
sitoplasma yang terletak dalam fagosom.

15
5. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim
bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan
mencerna seluruh permukaan patogen hingga hancur. Setelah
infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh
dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak
dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
d. Protein Anti Mikroba
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik
adalah protein komplemen dan interferon. Protein komplemen
membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel
dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+
keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar bakteri
akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut.
Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon
dihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir.
Selanjutnya, interferon akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi.
Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang mampu
mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah.

 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik


Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap
patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila
patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-
cirinya :
• Bersifat selektif
• Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
• Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
• Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
• Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
o Limfosit
a. Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang.
Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan
membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi:
• Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
• Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah
masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B
plasma jika terjadi infeksi kedua.
• Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B
pengingat

16
b. Limfosit B
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan
proses pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam
pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel
penghasil antigen secara langsung. Sel T juga membantu produksi
antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :
• Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk
dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara
langsung.
• Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B
plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk
melakukan fagositosis.
• Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan
respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan
mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
o Antibodi (immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Antigen adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel
kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum protein
globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses
kekebalan (immune).
Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan
antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan
dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk
antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit
bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis
kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi
untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.

B. Berdasarkan Mekanisme Kerja


1. Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang
beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke
dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk
sel B pengingat dan sel B plasma.
Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen
sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan
patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup
dalam waktu lama.
Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer. Apabila
antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat
akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma

17
yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan
respons kekebalan sekunder. Respons kekebalan sekunder terjadi
lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar
daripada respons kekebalan primer.
Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan
sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh.
2. Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel
asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel
T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel asing, sel T
pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan
cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani,
sel T supresor akan menghentikan respons kekebalan dengan cara
menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.

C. Berdasarkan Cara Mmemperolehnya


1. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh
itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun
buatan.
• Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah
mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit.
Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap
penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak
tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.
• Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau
imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke
dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang
dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan
untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh terhadap
patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme yang
telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa
toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah
dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh akan
menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan antigen
sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang
menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu
tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi

18
setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah
antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas
tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis,
dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak,
dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya
diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat.
2. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif.
Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari luar
tubuh, baik secara alami maupun buatan.
• Kekebala Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah
menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih
berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat
diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi.
• Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan
antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang
lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi
mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah
pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk
ular berbisa.
2.6 Fungsi Sistem Imun
1. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit
yang masuk ke dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk
perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh
2.7 Immunoglobulin
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker.
Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena
berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi
merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara
mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag.
Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen
pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi yang
berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.

19
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan
dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh
ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul
tersebut memiliki tempat pengikatan antigen.

Molekul Imunoglobulin dapat dipecah oleh enzim Papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen
adalah identik dan dapat mengikat antigen untuk membentuk kompleks yang larut dan bervalensi
satu (Univalen), disebut Fab (Fragment Antigen Binding). Sedangkan untuk fragmen ketiga tidak
dapat mengikat antigen dan membentuk kristal Fc (Fragment Crytallizable)
Analisa asam amino menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai-H sehingga
urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan yang disebut Variabel. Sisa dari rantai
ternyata menunjukkan struktur yang relatif konstan yang disebut Konstan. Bagian variabel dari
rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas antibodi. Oleh
karena itu, setiap molekul Imunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.
Untuk bagian yang konstan, sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen, tetapi
kemungkinan besar bagian Fc dari Imunoglobulin menentukan aktivitas biologis dari antibodi
tersebut. Selain itu, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas tertentu setelah antibodi bergabung
dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat Komplemen, perlekatan dengan sel
Makrofag atau menyebabkan degranulasi Mast Cell. Fungsi biologis dari bagian Fc pada
berbagai jenis Imunoglobulin berbeda satu sama lain, tergantung dari struktur primer molekul
dan mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi menjadi aktif.

20
Rantai-L (Light Chain)
Dengan pemeriksaan Bence-Jones menggunakan air kemih penderita Myeloma, ditemukan 2
macam rantai-L, yaitu rantai-κ (Kappa) dan rantai-λ (Labda). Pengklasifikasian tersebut dibuat
berdasarkan perbedaan asam amino di daerah tetapnya. Kedua jenis ini terdapat pada semua
kelas Imunoglobulin, tetapi tiap molekul Imunoglobulin hanya mengandung satu jenis rantai-L
saja. Bagian ujung amino pada tiap rantai-L berisi bagian tempat pengikatan antigen.
Rantai-H (Heavy Chain)
Rantai Berat merupakan dasar pengklasifikasian kelas Imunoglobulin. Bagian ujung amino
tiap rantai-H ikut serta dalam tempat pengikatan antigen, ujung lainnya (karboksi) membentuk
fragmen Fc, yang mempunyai berbagai aktivitas biologik.
KELAS IMUNOGLOBULIN
Berdasarkan jenis rantai-H yang dimiliki, maka pengklasifikasian kelas Imunoglobulin adalah
sebagai berikut :

ImunoglobulinG (IgG)
Adalah reaksi imun yang diproduksi terbanyak sebagai antibodi utama dalam proses sekunder
dan merupakan pertahanan inang yang penting terhadap bakteri yang terbungkus dan virus.
Mampu menyebar dengan mudah ke dalam celah ekstravaskuler dan mempunyai peranan
penting menetralisir toksin kuman, serta melekat pada kuman sebagai persiapan fagositosis.
Merupakan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu pertama setelah
lahir, dikarenakan mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui cairan
kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan.
IgG mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang sama (divalen) dan dikenal 4 subkelas,
yaitu IgG1 IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai-H dengan beberapa
fungsi biologis serta jumlah dan lokasi ikatan disulfida.

21
Imunoglobulin A (IgA)
Adalah Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada susu, air liur, air mata dan
dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran pencernaan atau usus (Corpo Antibodies).
Imunoglobulin ini melindungi selaput mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula
sinergisme antara IgA dengan lisozim dan komplemen untuk mematikan kuman koliform. Juga
kemampuan IgA melekat pada sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi komplemen
melalui jalan metabolisme alternatif.
Tiap molekul IgA sekretorik berbobot molekul 400.000 terdiri atas dua unit polipeptida dan satu
molekul rantai-J serta komponen sekretorik. Sekurang-kurangnya dalam serum terdapat dua
subkelas IgA1 dan IgA2. Terdapat dalam serum terutama sebagai monomer 7S tetapi cenderung
membentuk polimer dengan perantaraan polipeptida yang disintesis oleh sel epitel untuk
memungkinkan IgA melewati permukaan epitel, disebut rantai-J. Pada sekresi ini IgA ditemukan
dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu protein
khusus, disebut Secretory Component yang disintesa oleh sel epitel lokal dan juga diproduksi
secara lokal oleh sel plasma.
Imunoglobulin M (IgM)
Imunoglobulin utama yang pertama dihasilkan dalam respon imun primer. IgM terdapat pada
semua permukaan sel B yang tidak terikat. Struktur polimer IgM menurut Hilschman adalah
lima subunit molekul 4-peptida yang dihubungkan oleh rantai-J. Pentamer berbobot molekul
900.000 ini secara keseluruhan memiliki sepuluh tempat pengikatan antigen Fab sehingga
bervalensi 10, yang dapat dibuktikan dengan reaksi Hapten. Polimernya berbentuk bintang,
tetapi apabila terikat pada permukaan sel akan berbentuk kepiting.
Disebabkan bervalensi tinggi, maka antibodi ini paling sering bereaksi di antara semua
Imunoglobulin, sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, pengikatan komplemen,
reaksi antibodi-antigen yang lain dan karena timbulnya cepat setelah terjadi infeksi dan tetap
tinggal dalam darah, maka IgM merupakan daya tahan tubuh yang penting untuk bakteremia dan
virus. Antibodi ini dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi.
ImunoglobulinE (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE apabila disuntikkan ke dalam
kulit akan terikat pada Mast Cells dan Basofil. Kontak dengan antigen akan menyebabkan
degranulasi dari Mast Cells dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini
berlaku sebagai reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang
dihasilkan memicu respon alergi Anafilaktik melalui pelepasan zat perantara.
Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi, konsentrasi IgE akan
meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE serum secara khas juga meningkat selama
infeksi parasit cacing.

22
ImunoglobulinD (IgD)
Antibodi ini fungsi keseluruhannya belum diketahui secara jelas. Dalam serum IgD ditemukan
dalam jumlah yang sangat sedikit dan IgD merupakan antibodi inti sel. Zat ini juga terdapat pada
sel penderita leukemia getah bening.
Telah dibuktikan pula bahwa IgD dapat bertindak sebagai reseptor antigen apabila berada pada
permukaan limfosit B tertentu dalam darah tali pusar janin dan mungkin merupakan reseptor
pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil alih fungsinya IgM dan Imunoglobulin
lainnya, setelah sel tubuh berdiferensiasi lebih jauh.
Cara Kerja Antibodi Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam.
Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah
diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh
antibodi.
1) Netralisasi. Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu
antigen. Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus
pada sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau
toksik dari patogen dapat dikurangi.
2) Penggumpalan. Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur
antibodi yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen.
Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat
bergabung dengan antigen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri
akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri
secara cepat.
3) Pengendapan. Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada
pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen
tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam
menangkapnya.
4) Anti Inflamasi. Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk
melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan

23
menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis.

2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun


a. Faktor Generik
Genetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat
dibuktikan dengan suatu penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan
anak kembar homozigot lebih rentan terhadap suatu allergen

24
dibandingkan dengan pasangan anak kembar yang heterozigot. Hal ini
membuktikan bahwa factor hereditas mempengaruhi system imun.
b. Stres
Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas
hormon seperti neuro-endokrin, glukokortikoid dan katekolamin. Stres
bahkan bisa berdampak buruk pada produksi antibodi.
c. Usia
Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan anak-
anak system imun belum matang di usia muda dan system imun akan
menjadi matang di usia dewasa dan akan menurun kembali saat usia
lanjut.
d. Hormon
Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan
perempuan adalah sama, tetapi ketika sudah memasuki masa
reproduksi, system imun antara keduanya sangatlah berbeda. Hal ini
disebabkan mulai adanya beberapa hormone yang muncul.Pada wanita
telah diproduksi hormone estrogen yang mempengaruhi sintesis IgG
dan IgA menjadi lebih banyak (meningkat). Dan peningkatan produksi
IgG dan IgA menyebabkan imunitas wanita lebih kebal terhadap
infeksi. Sedangkan pada pria telah diproduksi hormone androgen yang
bersifat imunosupresan sehingga memperkecil resiko penyakit
autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap infeksi.
Oleh karena itu, wanita lebih banyak terserang penyakit autoimun dan
pria lebih sering terinfeksi.
e. Faktor Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi sistem
imun yang optimal. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh
defisiensi protein-kalori dapat terjadi akibat kekurangan vitamin yang
diperlukan untuk sintesis DNA dan protein. Vitamin juga membantu
dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel-sel imun.
Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik atau trace element
(yaitu, tembaga, besi, mangaan, selenium atau zink) dalam makanan
umumnya akan mensupresi fungsi imun.
Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks)
yang membentuk komponen struktural membran sel. Lipid merupakan
prekursor vitamin A, D, E dan K di samping prekursor kolesterol. Baik
kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi
fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan
limfosit, depresi respon antibodi, penurunan jumlah sel T yang beredar
dan gangguan fungsi fagositik. Sebagai akibatnya, kerentanan akibat
infeksi sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius
terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensial untuk

25
menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur
renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya repon imun serta
terjadinya sepsis yang lebih besar.
f. Penyalahgunaan Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak teratur bisa dapat
menyebabkan bakteri menjadi resisten, sehingga ketika bakteri
menyerang lagi, sistem kekebalan tubuhakan gagal melawannya.
Peyalahgunaan antibiotik juga menyebabkan matinya floranormal,
sedangkan flora normal dapat memproduksi berbagai bahan
antimicrobial seperti bakteriosin dan asam, sehingga dapat mencegah
masuknya bakteri yang dapat menjadi allergen bagi tubuh.

2.9 Penyakit Autoimun


Penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh (sistem imun) menyerang sel-
sel sehat dalam tubuh anda sendiri.
Yang termasuk penyakit autoimun adalah:
1. Rematik
Rematik atau radang sendi merupakan penyakit autoimun yang menyerang
sendi. Sistem kekbalan tubuh menghasilkan antibodi yang menempel pada
lapisan sendi, sehingga sel imun menyerang sendi dan menyebabkan
radang, pembengkakan dan nyeri. Orang dengan rematik bisanya merasakan
gejala seperti sendi sakit, kaku, dan bengkak sehingga dapat
mengurangigeraknya. Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan
sendi permanen secara bertahap.
2. Lupus
Lupus atau lupus eritematosus sistemik dapat terjadi saat antibodi yang
dihasilkan tubuh menempel pada jaringan diseluruh tubuh. Beberapa
jaringan yang umumnya terkena lupus adalah ginjal, paru-paru, sel darah,
saraf, kulit dan sendi. Orang dengan lupus dapat mengalami gejala seperti
demam, berat badan turun, rambut rontok, kelelahan, ruam, nyeri atau
bengkak pada sendi dan otot, sensitif terhadap sinar matahari, sakit dada,
sakit kepala, dan kejang.
3. Psiorasis
Psiorasis merupkan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel kulit
baru yang sangat cepat sehingga menumpuk di permukaan kulit. Penyakit
ini menyebabkan kulit menjadi kemerahan, lebih tebal, bersisisk, dan
terlihat seperti bercak putih-perak. Selain itu, juga dapat menyebabkan gatal
dan nyeri pada kulit.
4. Penyakit radang usus
Sistem kekbalan tubuh yang menterang lapisan usus disebut dengan
penyakit radang usus (inflammatory bowel disease/IBD), karena dapat
menyebabkan radang kronis pada saluran pencernaan. Penyakit ini dapat

26
muncul dengan gejala diare, perdarahan pada dubur, buang air besar yang
mendesak, sakit perut, demam, badan turun dan kelelahan.
5. Diabetes melitus tipe 1
Penyakit ini disebabkan oleh antibodi sistem imun yang menyerang dan
menghancurkan sel penghasil insulin (hormon yang dibutuhkan dalam
mengontrol kadar gula darah) di pankreas. Akibatnya, tubuh tidak bisa
menhasilkan insulin, sehingga kadar gula darah anda menjadi tinggi. Gula
darah yang terlalu tinggi ini kemudian dapat mempengaruhi penglihatan,
ginjal, saraf, dan gusi anda.
6. Skelorosis ganda
Multiple sclerosis atau sklerosis ganda adalah penyakit autoimun yang
menyerang lapisan pelindung disekitar saraf. Hal ini dapat menimbulakan
kerusakan yang memengaruhi otak dan sum-sum tulang belakang. Oarang
dengan penyakit ini dapat menunujukan gejala seperti kebutaan, kordinasi
yang buruk, kelumpuhan, otot menegang, mati rasa, dan lemah. Gejala ini
bervariasi karena lokasi dan tingakat serangannya berbeda-beda antar
individu.

27
BAB 111
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau
asalnya,yaitu:
 Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
 Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:
1. Sistem imun humoral (sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan
adalah Sel B "antibodi"
2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi
antigen, yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts).
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikan individu kebal.
terhadap suatu penyakit. Imunisasi terbagi 2,yaitu:
 Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuat antibody sendiri.
 Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody dari suatu
individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor Keturunan,
Faktor Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan Penyalahgunaan
Antibiotik.

28
DAFTAR ISI

Kresno, Siti Boedina. 2013. History of allergy. S. Schaum. 2002. TSS Biologi edisi kedua.
Jakarta: Erlangga

Ernest, Jawetz. 1996. “Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20”. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta

Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. “Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi”. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta

Handout Kuliah Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2004

29
30

Anda mungkin juga menyukai