OLEH KELOMPOK 5:
YOLANDA 1310112174
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman dikenal juga ilmu Tanalogi yakni suatu ilmu yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati,
yaitu mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati
batang otak). Kematian adalah segala sesuatu yang pasti dialami manusia, namun yang
menjadi fokus perhatian disini adalah kematian yang disebabkan oleh suatu tindak pidana.
Pemahaman tentang kematian ini mengkehendaki pengetahuan yang diperlukan untuk
memperkirakan saat kematian seorang korban tindak pidana dan perubahan yang dialami
manusia setelah mati tersebut. Dengan memperkirakan saat kematian seorang korban, bagi
penyidikan tindak pidana yang dilakukan penyidik akan dapat lebih mengarahkannya pada
titik terang suatu tindak pidana tersebut. Untuk itu, dalam makalah ini dirasa perlu untuk
dibahas bagaimana tentang kematian yang dialami oleh manusia dan apa saka perubahan
manusia tersebut sesudah mati.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah untuk membatasi
pembahasan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengertian kematian, jenis kematian, serta tanda kematian pada
manusia?
2. Bagaimana perubahan-perubahan pada manusia sesudah kematian dan bagaimana
cara memperkirakan waktu kematian dari manusia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEMATIAN
Kematian adalah akhir dari kehidupan dan ketiadaan nyawa dalam organisme
biologis. Kematian terjadi apabila otak tidak berfungsi lagi, diketahui dengan sudah tidak
memberikan reaksilagi terhadap ransangan dari luar, keadaan ini dapat diketahui dengan
pemeriksaan yang mempergunakan alat Electro Encepalo Grapi (EEG). Selain
mempergunakan EEG dapat pula diketahui dari tanda-tanda kehidupan yang dapat dimonitor
dengan mudah,tidak memerlukan alat khusus jika kita mengetahui tanda- tanda kehidupan.
Kelangsungan hidup ditentukan oleeh beberapa system pokok yang terdapat dalam
tubuh:
1. Sistem Cardiovasa yaitu system jantung dan peredaran darah
2. Sistem pernafasan
3. Sistem persarafan
Ketiga system itu saling berhubungan dan bekerja sama yang erat sekali dan saling
mempengaruhi satu sama lain, adanya gangguan pada salah satu sistem menyebabkan
terganggunya sistem yang lain, dimana dengan adanya gangguan tersebut dapat
mengakibatnya seseorang tersebut mengalami kematian klinik atau kematian somatic, baru
setelah itu diikuti dengan kematian sel.
a. Kematian Klinik
Kematian klinik ini terjadi dengan menghilangnya tanda-tanda pernafasan
berhenti diikuti dengan tidak bergeraknya dinding dada,jantung berhenti dengan
tanda menghilangnya denyut jantung atau nadi, otot-otot mengendor kemudian
diikuti dengan kelumpuhan susunan saraf pusat
b. Kematian celluler
Kematian Celluler diiringi oleh kematian sel. Lamanya sel dapat hidup tergantung
kepada kesanggupan dari jaringan itu dapat berfungsi tanpa mendapat makanan
dari peredaran darah.
3
JENIS-JENIS KEMATIAN
Beberapa istilah tentang Jenis-jenis kematian (Dalam tanatologi) dikenal beberapa
istilah berikut:
1. Mati Somatis
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan secara
menetap (ireversibel), yaitu :
a. susunan saraf pusat;
b. sistem kardiovaskuler;
c. sistem pernapasan;
d. secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks;
e. EEG mendatar;
f. nadi tidak teraba;
g. denyut jantung tidak terdengar;
h. tidak ada gerakan pernapasan;
i. suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi.
2. Mati Suri
Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent
death) adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh
alat kedokteran sederhana. Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
4
Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan cara
menyuntikkan subkutan pilokarpin sebanyak 2 persen atau asetil kolin 20 persen,
kemudian spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam
epididimis, kornea masih dapat di transplantasikan dan darah masih dapat dipakai
untuk transfusi sampai enam jam pasca mati.
4. Mati Serebral
Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang
otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem
pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
TANDA-TANDA KEMATIAN
Merupakan tanda-tanda Perubahan pada tubuh setelah kematian. Perubahan pada
tubuh mayat adalah dengan melihat Tanda Kematian pada tubuh tersebut. Perubahan dapat
terjadi dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya:
1. Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,
2. Pernapasan berhenti,
3. Refleks cahaya dan kornea mata hilang,
4. Kulit pucat,
5. Terjadi relaksasi otot.
5
4. Pembusukan
5. Mummifikasi
6. Adiposera
Perubahan sesudah mati yang dialami korban tindak pidana yang sekaligus dapat
digunakan untuk memperkirakan waktu kematian dari korban antara lain yakni:
6
jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada
seluruh persendian tubuh. Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku
jenazah adalah:
a) Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan
menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan
atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.
b) Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas
sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat
yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
c) Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga
terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai
otot.
Selain beberapa faktor tersebut diatas, ada beberapa faktor lainnya yang dapat juga
digunakan dalam memperkirakan waktu kematian seseorang, yakni:
7
1) Stomach Content (isi lambung)
Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian.
Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan
dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
Dalam hal memperkirakan waktu kematian seorang korban dalam tindak pidana,
kegiatan ini sangat berguna bagi penegakan hukum pidana, yaitu terutama bagi penyidik
untuk mencari orang yang diduga sebagai tersangka. Karena dengan diperkirakannya
kematian korban suatu tindak pidana maka penyidik dalam melakukan penyidikan akan lebih
terarah dan selektif terhadap orang yang diduga sebagai tersangka.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kematian adalah akhir dari kehidupan dan ketiadaan nyawa dalam organisme
biologis. Kematian terjadi apabila otak tidak berfungsi lagi, diketahui dengan sudah tidak
memberikan reaksilagi terhadap ransangan dari luar, keadaan ini dapat diketahui dengan
pemeriksaan yang mempergunakan alat Electro Encepalo Grapi (EEG).
Jenis-jenis kematian (Dalam tanatologi) dikenal beberapa istilah berikut:
1. Mati Somatis;
2. Mati Suri;
3. Mati Seluler;
4. Mati Serebral;
5. Mati Otak;
Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia setelah kematian diantaranya yakni:
1. Terbentuknya lebam pada mayat;
2. Terjadinya kaku mayat;
3. Terjadinya penurunan suhu pada mayat;
4. Terjadinya pembusukan pada mayat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah Sabri, 1999, Diktat Ilmu Kedokteran Kehakiman, Padang, Fakultas Hukum
Universitas Andalas
http://wwwhukumpidanacom.blogspot.co.id/2011/10/ilmu-kedokteran-kehakiman.html
http://ariana-yangmudayangberkarya.blogspot.co.id/2013/01/kedokteran-
kehakiman_699.html?m=1
http://famousfreakphysicianretriani.blogspot.co.id/2012/02/referat-forensik-mati-
suri.html?m=1
10