Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KIMIA POLIMER

Poly (P-Phenylene Vinylene) (PPV) Untuk Pembuatan O-LED

Disusun Oleh :

Kivlan Tahjudin

KELAS XII IPA 1

SMA 2 UJUNG BATU

TAHUN AJARAN 2019 / 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Organic- Light Emitting Diodes (O-LED) saat ini berkembang pesat
dan telah menghasilkan display O-LED dot-matrix sederhana komersial (Adachi, 2004).
Kemajuan ini telah dilakukan oleh peneliti awal pada tahun 1950-an. Sel
elektroluminisensi organik ini telah dibuat dan dipelajari dengan model ac pada tahun
1953 oleh Bernanose et al dan dalam model dc pada tahun 1963 oleh Pope dan rekan
kerja. Pada model ac ini telah diketahui juga menggunakan polimer yang dapat
memancarkan cahaya (Wulandari, 2001). Pada tahun 1990, Tang dan VanSlyke serta
rekan-rekan kerjanya telah menjelaskan pertama kali PLED dengan poly (p-phenylene
vinylene) (PPV) sebagai bahan aktifnya: dari divais yang awalnya menyala dengan
suram dengan lifetime hanya 1 menit di udara, hingga O-LED dengan nyala hijau yang
dapat beroperasi secara kontinu lebih dari 20.000 jam (833 hari) dengan brightness 50-
100 Cd/m2 (dapat dibandingkan dengan monitor TV atau komputer), yang beroperasi
hingga mencapai > 106 Cd/m2, atau divais berwarna biru, putih, dan merah secara
kontinu model dc dengan lifetime bisa lebih dari 2000 jam (Wulandari, 2001).
O-LED (Organic-Light Emitting Diode) memiliki potensi mengagumkan sebagai
piranti optoelektronik. Sampai saat ini masih terus dipelajari dan dikembangkan untuk
mendapatkan hasil yang optimal sebagai teknologi display. O-LED ini menggunakan
bahan organik sebagai bahan aktifnya. Keunggulan dari pemakaian bahan organik ini
adalah sifat dasar sebagai bahan aktif pengemisi cahaya, kecepatan respons,
kesederhanaan dan kemurahan teknologi yang dibutuhkan untuk proses fabrikasinya,
fleksibilitas, transparansi, skalabilitas, serta kemungkinan rekayasa struktur molekul
yang dimiliki oleh bahan organik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan PPV?
2. Apa yang dimaksud dengan O-LED?
3. Bagaimana pembuatan O-LED dari turunan PPV, yaitu MEH-PPV?
4. Apa saja pemanfaatan PPV yang didasarkan pada prinsip O-LED?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Memahami definisi dan penjelasan PPV
2. Memahami definisi dan penjelasan O-LED
3. Mengetahui pembuatan O-LED dari turunan PPV, yaitu MEH-PPV
4. Memahami pemanfaatan PPV yang didasarkan pada prinsip O-LED
BAB II

PEMBAHASAN

4.1 Poly (P-Phenylene Vinylene) (PPV)

PPV merupakan polimer konjugasi yang bersifat konduktif karena memiliki unit
berulang ikatan teratur tunggal-rangkap yang membentuk gabungan dari cincin benzena
(C6H6) dan gugus asetilena (CH2). Struktur kimia PPV dinyatakan sebagai berikut
(Gambar 1):

Gambar 1 Struktur PPV

PPV memiliki struktur mikrokristalin rigid rod yang membuat polimer ini tidak
fleksibel karena tidak dapat didifusikan dan tidak larut dalam pelarut umum seperti air,
metanol atau aseton. Dengan demikian sintesis PPV dilakukan melalui rute prekursor.
Dalam bentuk prekursor, PPV mempunyai kelarutan yang baik sehingga dapat diproses
menjadi film tipis atau serat (Fitrilawati, 2001). PPV memiliki sifat yang memiliki
stabilitas kimia dan termal yang baik (bisa mencapai 400°C) serta sifat mekanik yang
baik dengan modulus elastik yang tinggi. Sifat ini merupakan sifat yang sangat bagus
dalam pembuatan film. Di samping itu, film PPV yang berwarna kuning transparan
tersebut stabil didalam udara terbuka (Fitrilawati, 2001).
PPV dapat bersifat konduktor ketika muatan listrik (elektron dan hole) diinjeksikan
pada rantai konjugasi sehingga membentuk suatu eksitasi lokal dapat berekombinasi
dan menghasilkan efek luminisensi. Efek luminisensi inilah yang dapat digunakan
sebagai divais elektroluminisensi. Dari sifat yang dimilikinya PPV memiliki efek
elektroluminisensi yang sangat menjanjikan. Keunggulan lain dari PPV adalah
kemungkinan pengembangan turunannya yang beragam melalui penambahan gugus
fenilen, alkil dan alkoksi pada cincin fenilennya (Fitrilawati, 2001). Diantara turunan
PPV adalah DM-PPV, EH-PPV, BTMS-PPV, CNEPPV dan MEH-PPV.
Polimer MEH-PPV memiliki gugus side-chain yang tidak simetris pada konfigurasi
molekul turunannya (Fitrilawati, 2001). MEH-PPV ini merupakan PPV dengan dua
gugus alkoksi yaitu metoksi dan etilheksiloksi seperti pada Gambar 2. Pada umumnya
MEH–PPV memiliki bandgap (Eg) sekitar 2,1 eV dengan fungsi kerja pita HOMO
yaitu 4,9 eV dan fungsi kerja pita LUMO yaitu 2,8 eV. Bandgap inilah yang
menentukan warna dari cahaya yang diemisikan (Shi, 2004).
Gambar 2 Struktur MEH-PPV

4.2 Organic- Light Emitting Diodes (O-LED)

Organic-Light Emmited Diodes (O-LED) adalah komponen yang terdiri dari film
tipis yang berasal dari molekul organik yang menciptakan cahhaya berkat adanya
rangkaian listrik. O-LED terbuat dari bahan organik (berbasis karbon) yang
memancarkan cahaya ketika dialiri listrik karena O-LED tidak memerlukan backlight
dan filter (seperti display LCD). Sebuah dioda pemancar cahaya organik (O-LED)
terdiri dari beberapa lapisan polimer organik yang terjepit diantara dua elektroda, atau
salah satu dari elektrodanya transparan.

Gambar 3 Struktur 1 O-LED

Sebuah Organic Light-Emitting Diodes (OLED) terdiri dari beberapa lapisan


organik semikonduktor di antara dua elektroda, minimal salah satunya transparan. Dua
struktur perangkat sederhana divais mengemisikan cahaya pada satu sisi (kiri) pada sisi
transparan dan memancarkan cahaya ke atas dan ke bawah (kanan). Perangkat ini dibuat
dengan berurutan lapisan organik pada substrat diikuti oleh elektroda konduktif lain.
Sebuah struktur perangkat umum terdiri dari substrat kacadilapisi dengan oksida indium
timah (ITO) anoda transparan dan film logam tipis buram sebagai katoda.
Prinsip kerja dari O-LED yaitu polimer konjugasi, luminisensi terjadi melalui
proses rekombinasi radiatif antara elektron pada pita konduksi dan hole pada pita
valensi. Ketika tegangan DC dialirkan maka muatan yang diinjeksikan (elektron dan
hole) bergerak pada lapisan aktif dengan arah yang berlawanan. Ketika kedua muatan
tersebut bertemu (berekombinasi) maka terbentuk ikatan netral pada keadaan tereksitasi
yang disebut eksiton dan terpancarlah cahaya seperti pada Gambar 4 (Maryanti, 2003).
Rekombinasi elektron dan hole hanya terjadi dari eksitasi pada keadaan singlet,
selanjutnya eksitasi keadaan singlet ini harus meluruh secara radiatif dan non radiatif
(Barkati, 2003).

Gambar 4 Prinsip kerja O-LED

Pada dasarnya komponen O-LED terdiri dari beberapa bagian, yaitu (Yang, 2006):
1. Substrat merupakan medium sejenis kaca plastik atau foil. Tujuan substrat untuk
mendukung cara kerjanya OLED.
2. Anoda medium ini bersifat transparan, dimana anoda berfungsi untuk memindahkan
elektron (membuat ‘lubang’ elektron) ketika arus mengalir melalui perangkat.
3. Organic Layer lapisan ini terbuat dari molekul organik atau polimer.
4. Conductive Layer, lapisan ini terbuat dari molekul plastik atau polimer organik yang
memindahkan ‘lubang ’ dari anoda.
5. Emissive layer, lapisan ini terbuat dari molekul plastik atau polimer organik
(yang berbeda dari conducting layer) yang memindahkan elektron dari katoda. Ini
merupakan tempat dimana cahaya dibuat.
6. Katoda, medium ini bisa berbentuk transparan atau tidak tergantung pada jenis
OLED nya. Katoda akan menyuntikkan elektron ketika arus mengalir melalui
perangkat.
Gambar 5 Stuktur 2 O-LED

4.3 Pembuatan O-LED dari turunan PPV, yaitu dengan MEH-PPV

Dalam pembuatan O-LED dari polimer MEH-PPV yang merupakan turunan dari
polimer PPV dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Fabrikasi Film tipis


Khusus untuk polimer terdapat beberapa teknik fabrikasi film tipis dari bahan
organik diantaranya adalah teknik elektrokimia, evaporasi vakum, solution
casting, doctor bladding, dipcoating, dan spin coating. Semua teknik tersebut
dapat memberikan kualitas optik yang baik, namun film yang dihasilkan
cenderung tidak isotropik dan mengandung ketidakmurnian akibat pengaruh
pelarut (Fitrilawati, 2001). Substrat ITO terlebih dahulu dilapisi seal tape kira-kira
0,5 cm dibagian ujungnya sebagai kontak positifnya. Untuk membuktikan apakah
itu lapisan ITO yaitu mengukur konduktivitasnya menggunakan multimeter.
Setiap pembuatan film larutan yang diteteskan diatas ITO adalah 2 ml. Yang
terpenting dari pembuatan film tipis menggunakan teknik spin coating ini adalah
menutupi seluruh permukaan substrat (Friend, 1999). Diusahakan pada saat mulai
meneteskan larutan diatas substrat, langsung ditutup oleh penutup spin coater
untuk mencegah kontak dengan udara. Dan diputar selama 1 menit.
2. Annealing
Tahap selanjutnya setelah film tipis dibuat diatas substrat ITO adalah
annealing, yaitu pemanasan pada oven dengan suhu 50° C selam 2 jam. Tujuan
dari pemanasan ini adalah membuang sisa-sisa pelarut yang masih ada.
3. Metalisasi
Metalisasi merupakan tahap akhir dari fabrikasi divais O-LED. Metalisasi
adalah pelapisan elektroda negatif diatas polimer MEHPPV dengan menggunakan
teknik Physical Vapor Deposition (PVD). Logam yang digunakan sebagai
elektroda negatif ini adalah aluminium. Sebelum dilakukan metalisasi, terlebih
dahulu film diatas substrat ITO tersebut ditutup dengan masker dari aluminium
foil dengan ukuran pola kontak yang diinginkan.

4.4 Pemanfaatan PPV yang didasarkan pada prinsip O-LED

Polimer PPV atau pun turunannya yaitu MEH-PPV dapat digunakan sebagai film
tipis untuk berbagai macam teknologi, yaitu:
1. Sebagai layar, baik layar gadged (seperti handphone, laptop), atau bahkan
televisi (tv) merk tertentu yang sudah menggunakan teknologi O-LED. Seperti
contoh pada gambar dibawah ini:

2. Sebagai lampu yang memancarkan sinar yang sangat terang


3. Sebagai papan ketik

4. Sebagai jam tangan digital


BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Polimer dapat digunakan untuk perangkat Organic Light-Emitting Diodes (OLED).
Sebuah dioda pemancar cahaya organik (OLED) terdiri dari beberapalapisan polimer
organik terjepit di antara dua elektroda, setidaknya salah satu darielektrodanya
transparan. Polimer organik PPV dapat membawa elektron dan lubang sepanjang
rantai polimer hingga bertemu. Elektron dan lubang muncul akibat arus yang mengalir
dari katoda ke anoda. Pertemuan antara elektron dan hole akan
menyembabkan pancaran cahaya. Warna yang dipancarkan bergantung dengan polimer
yangdigunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adachi, T, 2004, Molecular LED: Design Concept of Molecular Materials for High
Performance. Organic Light-Emitting Devies, Springer Verlag, NewYork.
Barkati, F, 2003, Fabrikasi dan Karakterisasi Model Divais OLED Berbasis Polimer
Terkonjugasi MEH-PPV [skripsi], Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran.
Fitrilawati, 2001, Fabrikasi Film Tipis Polimer Untuk Aplikasi Pandu Gelombang Fotonik
[disertasi], Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Friend, R, H, 1999, Electroluminscence in Conjugated Polymers. Nature 1999; 121-397
Maryanti, S, 2003, Pembuatan dan Pengujian Kinerja Model Divais PLED Dari PhPPP dan
MEH-PPB [skripsi], Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Shi, Y, 2004, Polymer Morphology and Device Performance in Polymer Electronics,
Springer Verlag, NewYork.
Wulandari, P, 2001, Pengaruh Proses Konversi Termal Terhadap Kemurnian Polimer PPV
dan Kinerja Model OLED (ITO/PPV/Al), [skripsi], Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Yang, C, 2006, Conjugated Semiconducting Organic Materials for Electronic Applications
[disertasi], Fachbereich Chemie, Pharmazie und Geowissenschaften der Universität in
Mainz.

Anda mungkin juga menyukai