DAFTAR ISI
5.1 Usulan Peta Aliran Proses Digambar Berdasarkan Proses Produksi ------ 34
5.1.1 Peta Aliran Proses (Usulan) --------------------------------------------------- 34
5.2 Usulan Tata Letak Produksi Digambar Berdasarkan Proses Produksi ---- 36
5.2.1 Template (Usulan) Gambar --------------------------------------------------- 36
5.3 Stasiun Kerja Diatur Berdasarkan Proses ------------------------------------ 37
5.3.1 Line Balancing ------------------------------------------------------------------ 37
5.3.2 Permasalahan Keseimbangan Lintas Perakitan (Assembly Line
Balancing) ----------------------------------------------------------------------- 39
5.4 Sel Kerja/Proses Dibuat Sesuai Rancangan Tata Letaknya ---------------- 39
5.4.1 Sel Kerja ------------------------------------------------------------------------- 39
5.4.2 Metode Computerized Relative Allocation of Facilities Technique
(CRAFT) ------------------------------------------------------------------------- 39
5.4.3 From-to-Chart ------------------------------------------------------------------ 41
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Merancang Tata Letak Pabrik --------- 23
C. Sikap Kerja dalam Merancang Tata Letak Pabrik -------------------------------- 23
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
MENGIDENTIFIKASI PRODUK DAN PROSES
2. Pola Musiman
Pola musiman ini terjadi bila nilai data dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya
kuartal tahun tertentu, bulan atau hari-hari pada minggu tertentu). Struktur datanya
dapat digambarkan sebagai berikut ini. Metode peramalan yang sesuai dengan pola
musiman adalah metode winter (sangat sesuai), moving average, atau weight
moving average.
pola data siklikal adalah metode moving average, weight moving average, dan
eksponential smoothing.
anak atau child. Terdapat dua teknik yang digunakan pada struktur produk, yaitu seperti
yang dijelaskan di bawah ini (thesis.binus.ac.id, 2012):
1. Explosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan
dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah.
2. Implosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan
dimulai dari komponen sampai induk atau level atas.
Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam
komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung secara
bersama untuk membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung bersama
membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir. Manfaat struktur produk
adalah sebagai berikut (thesis, Binus, 2012).
1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.
2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu produk.
2. Multi-level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari
level 0 (produk akhir) sampai level yang paling bawah. Komponen yang sama dapat
digunakan pada level yang berbeda.
3. Indented BOM, adalah BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.
4. Summarized BOM, merupakan BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap
komponen yang dibutuhkan.
Tabel 1.1 Tabel Bill of Material (BOM)
1. Ongkos Lembur
Ongkos lembur merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan bagi tenaga kerja
dalam kondisi lembur guna meningkatkan output produksi. Pengertian tingkat
produksi adalah suatu perbandingan kurva garis lurus dengan kenaikan tiba-tiba
yang mungkin disebabkan oleh adanya penambahan peralatan yang baru,
permintaan pasar ataupun permintaan musiman.
2. Ongkos Perubahan Kecepatan Produksi
Ongkos perubahan kecepatan produksi merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan akibat perubahan tingkat produksi karena ada ongkos penambahan
tenaga kerja (hiring cost) dan pemberhentian tenaga kerja (firing cost).
3. Ongkos Persediaan
Ongkos persediaan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat adanya
sejumlah sumber daya baik berbentuk bahan mentah ataupun bahan jadi yang
disediakan perusahaan untuk memenuhi permintaan dari konsumen, yang berfungsi
mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan secara tiba-tiba.
4. Ongkos Subkontrak
Ongkos subkontrak merupakan ongkos yang dikeluarkan perusahaan pada saat
memenuhi permintaan konsumen yang melebihi kapasitas reguler dengan cara
melakukan subkontrak dengan perusahaan lain. Ongkos subkontrak biasanya lebih
besar dibandingkan dengan ongkos memproduksi sendiri.
Disaggregasi dilakukan untuk menyusun jadwal induk produksi (MPS-Master
Production Schedule) setelah diketahui jadwal produksi aggregatnya. Disaggregate
merupakan proses penerjemah rencana aggregate menjadi rencana persediaan dan
penjadwalan yang terperinci dinamakan disaggregasi. JIP adalah hasil dari disaggregasi
yang merinci tentang:
• Jumlah dan waktu order produksi untuk item-item spesifik
• Penjadwalan pekerjaan
• Alokasi jangka pendek dari aktifitas produksi
JIP atau MPS mewakili sebuah rencana untuk pelaksanaan produksi. JIP
menentukan jumlah dan waktu pengadaan komponen subassembly dan bahan baku
setiap periodenya. Fungsi utama JIP:
2.4 Peta Proses Saat Ini Direkam Sesuai dengan Kondisi Lini Produksi
2.4.1 Peta Proses Perakitan
Menurut Sutalaksana (2006), peta proses perakitan atau assembly process chart
merupakan gambaran grafis urutan aliran perakitan suatu produk. Berdasarkan diagram
rakitan tersebut dapat diketahui:
• Komponen-komponen pembentuk suatu produk
• Urutan perakitan komponen-komponen tersebut
• Keterkaitan antar komponen
Menurut Apple (1990), Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan
aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk. Tujuan
utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen yang
dapat juga digambarkan oleh sebuah “gambar-terurai”. Teknik-teknik ini dapat juga
digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu
rakitan yang rumit.
C. Sikap Kerja
Harus bersikap secara:
1. Cermat dalam mengidentifikasi setiap aktivitas pada aliran proses produksi
2. Efektif dalam berkomunikasi dengan pihak lain.
BAB III
MEREKAYASA PROSES
3.1 Kebutuhan Waktu Proses (Takt Time dan Cycle Time) dihitung untuk
Setiap Famili Produk
3.1.1 Flow Time, Station Time, Takt Time dan Cycle Time
• Flow time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh aktivitas di
seluruh stasiun
• Station time adalah waktu yang dibutuhkan operator untuk menyelesaikan elemen
kerja didalam setiap stasiun kerja
• Takt time adalah kecepatan produksi yang dinyatakan dalam satuan waktu untuk
melakukan suatu proses atau satu unit part dan secara umum berlaku di seluruh
proses baik dari proses perakitan maupun sampai proses akhir yaitu barang jadi.
• Cycle time adalah waktu actual yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produk
dalam lintas perakitan.
Cycle time = (waktu kerja yang tersedia/demand)
Dengan mengetahui cycle time dari suatu lintasan produksi, maka dapat dihitung
jumlah stasiun kerja minimum yang dibutuhkan, dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
Jumlah stasiun kerja minimum = (total waktu elemen kerja/ cycle time)
cabang dari pemesinan yang meliputi proses pembentukan suatu produk dengan proses
permesinan yaitu dengan cara membuang atau menghilangkan sebagian material dari
benda kerjanya. Yang termasuk dalam pemesinan yaitu:
• Perhitungan parameter untuk pekerjaan dengan mesin perkakas
• Struktur dan kekuatan bahan, klasifikasi dan elemn dasar proses pemesinan
• Mekanisme pembentukan tatal (chip)
• Prinsip-prinsip dasar gesekan
• Lubrikasi dan keausan
• Geometri pahat
• Cairan pemotong
• Alat-alat potong
• Proses-proses finishing dalam pengerjaan logam
Sedangkan yang termasuk dalam permesinan yaitu:
• Proses bubut (turning)
• Proses menyekrap (shading dan planning)
• Proses pembuatan lubang (drilling)
• Proses mengefrais (milling)
• Proses menggerinda (grinding)
• Proses menggergaji (sawing)
• Proses memperbesar lubang (boring)
3.3.2 Kompensasi
Kompensasi merupakan pemberian pembayaran finansial kepada karyawan
sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanaan dan sebagai motivator pelaksanaan
kegiatan di waktu yang akan datang. Masalah kompensasi mungkin merupakan masalah
tenaga kerja yang paling sulit dan membingungkan bagi manajemen. Walaupun
kompensasi harus mempunyai dasar yang logik dan dapat dipertahankan, hal ini
mencakup banyak faktor emosional dari sudut pandangan para karyawan, selain sering
merupakan komponen-komponen biaya yang paling besar dan penting.
Di dalam memberikan balas jasa, manajemen perlu memperhatikan prinsip
kejadian, yang dinilai secara relative oleh para karyawan dengan memperbandingkan di
antara mereka. Perbedaan-perbedaan kompensasi dapat diterima para karyawan bila
3.3.3 Ketenagakerjaan
1. Tenaga kerja langsung
a. Departemen fabrikasi
b. Departemen assembling
2. Tenaga kerja tidak langsung
a. Perkantoran
b. Non perkantoran
Tabel 1.2 Tenaga Kerja
Nama Mesin/ Jumlah Gaji/bulan
Jabatan Personil (Rp)
.... .... ....
.... .... ....
.... .... ....
.... .... ....
TOTAL ....
Oleh karena itu dengan tujuan pencapaian tingkat utilisasi tinggi dan tingkat
pengembalian investasi yang tinggi, penetapan ukuran fasilitas sangatlah menentukan.
Perencanaan kapasitas memiliki 3 horizon waktu.
Tabel 1.3. Perencanaan Kapasitas
Horizon waktu Memodifikasi kapasitas Menggunakan kapasitas
Perencanaan jangka panjang Menambah fasilitas -
(Lebih dari 1 tahun) Menambah peralatan
dengan lead time panjang
Perencanaan jangka Subkontrak Menambah karyawan
menengah Menambah peralatan Membuat atau
(3-18 bulan) Menambah jumlah giliran menggunakan persediaan
kerja
Perencanaan jangka pendek - Menjadwalkan pekerjaan
(≤ 3 bulan) Menjadwalkan karyawan
Mengalokasikan mesin
mengenai urutan operasi dan pemeriksaan. Manfaat dari peta proses operasi adalah
mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya, serta untuk memperkirakan
kebutuhan akan bahan baku. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik,
melakukan perbaikan cara kerja yang sedang digunakan saat ini, serta sebagai alat
untuk melakukan pelatihan kerja juga merupakan manfaat lainnya.
Menurut Sritomo (1995), Peta Proses merupakan alat yang menggambarkan
kegiatan kerja secara sistematis dari tahap awal sampai akhir. Sedangkan, peta proses
operasi merupakan diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan
dialami bahan baku mengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan.
Keterangan:
W = Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan.
O – N = Nomor urut untuk kegiatan operasi tersebut.
I – N = Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan tersebut.
M = Menunjukkan mesin atau tempat dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.
(Sutalaksana, 2006).
4. Waktu
Persingkat waktu penyelesaian, harus mempertimbangkan semua alternative
mengenai metode, peralatan dan tentunya penggunaan perlengkapan-perlengkapan
khusus (Sutalaksana, 2006).
C. Sikap Kerja
Harus bersikap secara:
1. Harus bertindak cermat, teliti, berpikir analitis dan evaluatif
2. Cermat dalam mengidentifikasi setiap aktivitas pada aliran proses produksi
BAB IV
MERANCANG INFRASTRUKTUR
A
B
Kode Alasan
Deskripsi Alasan
activity relationship diagram. AAD merupakan template secara global, informasi yang
dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasinya secara
lengkap dapat dilihat pada template merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan
perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan. ARC dan AAD merupakan jenis
peta yang menggambarkan hubungan antar ruangan-ruangan akibat dari alasan-alasan
tertentu yang harus dipenuhi (Apple, 1990).
Menurut Perdana (2016), diagram alokasi wilayah merupakan gambaran secara
global, informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar
visualisasinya secara lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir
dari penganalisaan dan perencanaan tataletak fasilitas dan pemindahan bahan.
kerja dalam hubungan dengan pemeliharaan karyawan agar loyalitas karyawan terhadap
perusahaan terbina dengan baik.
UU No. 1 Tahun 1970 mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tenpat kerja dan lingkungan tempat
kerja, mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan
pada sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Terdapat dua factor yang sangat mempengaruhi keselamatan kerja agar tenaga
kerja dapat terjamin keselamatan kerjanya, yaitu (Hadiningrum, 2003):
1. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
Tindakan tidak aman adalah perilaku atau sikap yang dapat menimbulkan
kecelakaan, merupakan tanggung jawab semua orang yang berada di lingkungan
kerja untuk menghindari tindakan tidak aman sehingga perlu belajar bekerja dengan
aman dan efisien. Tindakan ceroboh akan menyebabkan bahaya pada diri kita sendiri
dan orang lain. Adapun contoh tindakan tidak aman yang sering terjadi yaitu sebagai
berikut:
a. Mempergunakan alat/mesin yang tidak aman atau rusak
b. Menempatkan barang-barang dengan cara yang berbahaya
c. Bekerja dengan bersenda gurau
d. Tidak menggunakan alat pengaman
e. Bekerja tanpa memperhatikan tanda-tanda (instruksi)
2. Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition)
Kondisi tidak aman adalah lingkungan fisik atau keadaan yang dapat menimbulkan
kecelakaan. Kondisi yang aman tergantung pada kerjasama semua pihak dari atasan
hingga bawahan. Bagian penting dari kerja yang aman adalah menjaga agar tempat
kerja bersih dan teratur. Contoh kondisi tidak aman adalah ruangan yang terlalu
padat, ventilasi yang kurang memadai, pencahayaan yang kurang atau Alat
Pelindung Diri (APD) yang kurang sempurna.
C. Sikap Kerja
Harus bersikap secara:
1. Harus bertindak cermat, teliti, dan taat asas
2. Efektif dalam berkomunikasi dengan pihak lain.
BAB V
MERANCANG TATA LETAK PABRIK
Apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-
apa selain menunggu. Contoh : benda kerja menunggu untuk diproses, bahan
menunggu untuk diangkut, dll.
Penyimpanan
Apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Contoh:
bahan baku disimpan dalam gudang, barang jadi disimpan di gudang, dll.
Peta kerja terdiri dari:
1. Peta kerja kegiatan kerja keseluruhan
Apabila kegiatan melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan
untuk membuat produk yang bersangkutan. Terdiri dari peta proses operasi, peta
aliran proses, peta kelompok kerja, diagram alir.
2. Peta kerja kegiatan kerja setempat
Apabila kegiatan terjadi dalam suatu stasiun kerja biasanya hanya melibatkan orang
dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Terdiri dari peta pekerja dan mesin, peta tangan
kiri dan kanan.
Peta aliran proses merupakan diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari
operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama
satu proses berlangsung, serta memuat informasi untuk menganalisa seperti waktu yang
dibutuhkan dan jarak perpindahan. Perbedaan antara peta proses operasi dengan peta
aliran proses:
a. PAP memperlihatkan semua aktivitas dasar, sedangkan PPO terbatas pada operasi
dan pemeriksaan
b. PAP menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih lengkap dibanding PPO
dan memungkinkan untuk digunakan setiap proses.
Peta aliran proses terbagi dalam 2 tipe, diantaranya:
1. PAP tipe bahan
Peta yang menggambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses operasi
2. PAP tipe orang
Peta yang menggambarkan suatu pross dalam bentuk aktivitas manusia atau
operator. PAP tipe orang terbagi 2 jenis, yaitu:
• PAP pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang operator
tugas sekuensial dalam merakit sebuag produk. Perencanaan dari kapasitas assembly
line sering mencakup penentuan struktur dari lini produksi ( production line), misalnya
banyak orang dan mesin beserta tugas-tugas yang diberikan kepada masing-masing
sumber daya itu. Masalah penentuan jumlah orang dan mesin beserta tugas-tugas yang
diberikan kepada masing-masing sumber daya itu dikenal sebagai line balancing.
Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancer
dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan
melalui penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas
dalam suatu kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun
kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik.
Permulaan munculnya persoalan line balancing berasal dari ketidakseimbangan lintasan
produksi yang berupa adanya work in process pada beberapa work station.
Dalam proses perakitan manual, konsep lintas perakitan (assembly line) banyak
diimplementasikan untuk meningkatkan produktivitas departemen perakitan. Total
aktivitas merakit suatu produk dibagi menjadi elemen-elemen kerja terkecil, kemudian
elemen-elemen tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa stasiun kerja dengan beban
kerja yang sama. Penentuan jumlah stasiun kerja harus mempertimbangkan laju
permintaan. Implementasi spesialisasi kerja melalui pembagian aktivitas lebih
menguntungkan dibandingkan bila setiap pekerja harus melakukan semua aktivitas
merakit produk.
Proses perakitan mendapat perhatian besar karena operasi perakitan
menimbulkan biaya yang tinggi, terutama biaya tenaga kerja. Salah satu cara
menurunkan biaya perakitan adalah dengan menerapkan Desain for Assembly (DFA)
yang bertujuan mengurangi lead time perakitan dengan cara meminimasi jumlah
komponen yang dirakit serta membuat desain komponen yang mudah dirakit.
seimbang akan menyebabkan penumpukan Work In Process (WIP) pada stasiun kerja
bottleneck, sedangkan pada saat yang sama stasiun kerja yang lain menganggur. Hal ini
dapat menimbulkan dampak psikologis bagi pekerja yang menganggur, lingkungan kerja
dapat menjadi tidak kondusif dan dapat menyebabkan ongkos manufaktur menjadi lebih
tinggi.
Bottleneck adalah suatu fenomena dimana kapasitas system terbatas oleh jumlah
komponen atau sumber sehingga terjadi penumpukan WIP dalam proses perakitan.
departemen yang sering digunakan antara lain, yaitu pertukaran dua jalur, pertukaran
tiga jalur, pertukaran dua jalur didahului pertukaran tiga jalur serta pertukaran terbaik
antara dua atau tiga jalur (Hadiguna, 2008).
Metode CRAFT memiliki departemen obituate di dalam penerapannya, yaitu
departemen yang tidak mempunyai aliran terhadap departemen lainnya, akan tetapi
tidak dapat dihilangkan begitu saja. Kegunaan dari departemen khayal yaitu untuk
mengisi bangunan yang yang bersifat umum atau tidak beraturan. Selain itu,
departemen khayal dapat digunakan untuk menggambarkan area yang tetap di dalam
fasilitas dimana departemen tidak dapat dialokasikan, departemen tersebut diantaranya
yaitu tangga elevator, ruang istirahat, tempat atau jasa dan lain-lain. Kegunaan lainnya
yaitu dapat menyatakan ruang ekstra dalam fasilitas serta dapat membantu dalam
mengevaluasi lokasi gang dalam tata letak (Purnomo, 2004).
Metode CRAFT mempertukarkan lokasi kegiatan pada tata letak awal untuk
menemukan pemecahan yang lebih baik berdasarkan aliran bahan. Pertukaran-
pertukaran selanjutnya membawa ke arah tata letak yang mendekati biaya minimum
(sub-optimum). Metode tersebut bekerja dengan menghitung hasil kali aliran, biaya
pemindahan, dan jarak antar pusat kegiatan. Kemudian dapat mempertimbangkan
pertukaran lokasi dan menguji perubahan dua arah atau tiga arah. Dilakukan pertukaran
yang menyebabkan pengurangan ongkos yang paling besar dan menghitung ongkos
total yang baru. Proses ini diulang sampai tidak ada lagi pengurangan ongkos yang
berarti. Program ini berorientasi lintas, sehingga kemungkinan pertukaran tidak diuji
semua. Untuk memperhitungkan semua kemungkinan pertukaran agar sampai pada tata
letak optimum belum dapat dilakukan pada saat ini (Apple, 1990).
Penggambaran tata letak dengan menggunakan metode CRAFT yaitu dalam
bentuk dasar persegi. Setiap kegiatan muncul pada hasil cetakan, seluas meter persegi
tertentu. Hasil dari metode CRAFT menunjukkan kegiatan dengan huruf. Sementara
gambaran menyeluruh yang dihasilkan adalah persegi, bangun kegiatan mandiri
cenderung tak beraturan dan harus disesuaikan ke dalam bentuk praktis. Biaya total
dihitung dan perbedaan antara biaya total setelah penyesuaian dengan sebelumnya
menunjukkan penghematan (Apple, 1990).
Algoritma CRAFT merupakan perancangan tata letak dengan melakukan perbaikan
tata letak awal. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara melakukan pertukaran
C. Sikap Kerja
Harus bersikap secara:
1. Harus bertindak teliti, akurat, dan memperhatikan SOP
2. Cermat dalam mengidentifikasi setiap aktivitas pada aliran proses produksi
DAFTAR PUSTAKA