Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

TUGAS MATA KULIAH


PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Dibuat oleh:
Naufal Afif Risyudhawan
NPM: 4301170243

Program Studi Diploma III Kebendaharaan Negara


Tahun 2020
BADAN LAYANAN UMUM VS SATUAN KERJA

Pemerintahan di Republik Indonesia adalah kesatuan yang dibentuk dari instansi-


instansi yang ada di bawahnya. Instansi tersebut dibagi menjadi tiga jenis utama yaitu:
Badan Layanan Umum (BLU), Satuan Kerja, dan BUMN. Pada tulisan ini, penulis
akan membuat kajian mengenai perbandingan antara konsep Badan Layanan Umum
dengan Satuan Kerja. Perbandingan yang dikaji mulai dari pengertian, jenis,
pengelolaan keuangan, dll.

A. Badan Layanan Umum


a) Pengertian
Badan Layanan Umum (disingkat BLU) adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas[1]. BLU terdapat di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. BLU di daerah disebut Badan Layanan Umum
Daerah (disingkat BLUD).

b) Latar Belakang
Reformasi keuangan negara mengamanatkan pergeseran sistem
penganggaran dari tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja, agar
penggunaan dana pemerintah menjadi berorientasi pada output. Perubahan ini
sangat penting karena kebutuhan dana yang makin tinggi tetapi sumber daya
pemerintah terbatas. Penganggaran ini dilaksanakan oleh pemerintahan
modern di berbagai negara. Mewirausahakan pemerintah (enterprising the
government) adalah paradigma untuk mendorong peningkatan pelayanan oleh
pemerintah.
Penganggaran berbasis kinerja dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, sedangkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68 dan Pasal 69
memberikan arahan baru bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan
fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola
pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas.
Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua undang-undang
tersebut menjadi dasar instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan
keuangan BLU. BLU diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam
pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

c) Karakteristik
Karakteristik khusus yang membedakan antara Badan Layanan Umum dengan
unit organisasi atau institusi pemerintah termasuk satker, yakni:

1. BLU merupakan instansi pemerintah yang menyediakan barang dan jasa


yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Oleh karena BLU
menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat maka ada pendapatan yang
diperoleh oleh BLU dari biaya yang dibebankan kepada konsumennya.
Pendapatan BLU ini merupakan Penerimaan Bukan Pajak/PNBP sedangkan
pendapatan BLUD merupakan lain-lain Pendapatan Asli Daerah/PAD yang
sah bagi suatu daerah. Dalam birokrasi pemerintah ada begitu banyak
organisasi yang bertindak bukan sebagai penyedia barang dan jasa misalnya
organisasi pemerintah yang membuat regulasi, penegakan hukum/peradilan,
pertahanan dan sebagainya, sehingga organisasi ini tidak akan menerima
pendapatan langsung dari masyarakat atas layanan yang diberikan.
2. BLU harus menjalankan praktik bisnis yang sehat tanpa mengutamakan
pencarian keuntungan. Ini karakteristik yang sangat spesial sekali karena
instansi pemerintah diperkenankan untuk menerapkan praktik bisnis seperti
dalam yang umum dilakukan oleh dunia bisnis/swasta. Akan tetapi walaupun
diselenggarakan sebagaimana institusi bisnis, BLU tidak diperkenankan
mencari keuntungan (not-for-profit).

3. BLU dijalankan dengan prinsip efisien dan produktivitas. Karakteristik ini


jauh berbeda dari instansi pemerintah biasa yang dalam penyelenggaraan
layanannya mengedepankan kepada penyerapan anggaran yang sangat tinggi,
terlepas kegiatan tersebut mencapai sasaran dengan tepat atau tidak.

4. Adanya fleksibilitas dan otonomi dalam menjalankan operasional BLU,


yakni: fleksibilitas dalam hal pengelolaan keuangan, fleksibilitas dalam
pengelolaan sumber daya manusia dan fleksibilitas dalam hal pengelolaan dan
pengadaan aset/barang.

5. BLU dikecualikan dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada


umumnya. Ketentuan ini merupakan semangat otonomi yang diberikan kepada
BLU untuk "bisa melanggar" ketentuan dalam keuangan negara. Contohnya
adalah BLU diperkenankan untuk menggunakan secara langsung
penerimaannya (PNBP bagi BLU Pusat atau lain-lain PAD yang sah bagi
BLUD).

B. SATUAN KERJA
1) Pengertian
Adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang
merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian
Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program.
2) Pengelompokkan
Pengelompokan satker adalah sebagai berikut:

- Satker Pusat, yaitu adalah satker yang kewenangan dan tanggung


jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kantor pusat Kementerian
Negara/Lembaga yang lokasinya dapat berada di pusat dan atau di
daerah.
- Satker/Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Negara/Lembaga, yaitu instansi vertikal di daerah yang
kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan
pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi yang berasal dari kantor pusat.
- Satker khusus, yaitu satker yang ditetapkan untuk melaksanakan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan program/kegiatan
yang dibiayai dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
 Contoh:
 KONI untuk membantu pembiayaan kegiatan-kegiatan
keolahragaan yang bersifat nasional dan internasional.
 Dekopin untuk membantu pembiayaan operasional Dewan
Koperasi Indonesia.
- Satker Perangkat Daerah (SKPD), yaitu satker di provinsi yang
melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satker di
provinsi/kabupaten/kota/desa yang melaksanakan tugas
pembantuan.
- Satker Non-Vertikal Tertentu (SNVT), yaitu satker yang bukan
merupakan instansi vertikal Kementerian Negara/Lembaga yang
melakukan kegiatan yang dibiayai dari alokasi anggaran
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Sebagai contoh,
PT Perusahaan Listrik Negara yang melaksanakan kegiatan
pembangunan listrik pedesaan.
- Satker Sementara (SKS), yaitu satker di luar pengertian butir 2
sampai dengan 5, yang ditetapkan untuk melakukan kegiatan yang
dibiayai dari alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
kewenangan dan tanggung jawabnya berasal dari Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.

3) Pengelolaan Keuangan Satuan Kerja


Satuan Kerja dibentuk untuk menyelenggarakan fungsi tertentu
pemerintahan. Untuk membiayai pelaksanaan fungsi tersebut,
pemerintah menyediakan alokasi dana melalui mekanisme
penganggaran. Dalam mekanisme ini, satker dituntut dapat menyusun
rencana kerja dan anggarannya secara jelas, terencana dan
berkesinambungan (expenditure framework) dalam menghasilkan
layanan bagi masyarakat (public services).

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja disusun dalam satu


kesatuan dokumen yang secara komprehensif memuat rencana
kegiatan satker, rencana kebutuhan dana untuk mendukung kegiatan
tersebut, dan rencana/prakiraan penerimaan setoran penerimaan negara
bukan pajak (jika ada) yang akan dilakukan dalam periode satut ahun
anggaran. Pada tahap pelaksanaan anggaran, dokumentasi tersebut
secara formal disusun dalam suatu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
Untuk keperluan manajerial, secara lebih detail dapat disusun Petunjuk
Operasional Kegiatan atau catatan berupa kartu pengawasan sesuai
keperluan.
Dokumentasi anggaran dimaksud secara komprehensif harus
dapat menggambarkan dengan jelas keseluruhan rangkaian kegiatan
dari waktu-waktu. Hal tersebut penting untuk menjamin terlaksananya
disiplin anggaran baik dalam konteks penyediaan uang, pencapaian
hasil, maupun pengendalian penggunaan sumber daya pada umumnya.
Melalui kejelasan dokumentasi, pengendalian intern akan dapat
berjalan secara mandiri di lingkup tiap satker. Di sisi lain, Bendahara
Umum Negara dapat memperoleh manfaat berupa peningkatan akurasi
dalam penyediaan kas untuk mendukung realisasi pembayaran atas
penyelesaian kegiatan tiap satker.

Kejelasan dan kesatuan dokumentasi perencanaan yang baik


dapat menekan risiko inefisiensi dalam penggunaan sumber daya pada
umumnya. Dengan demikian masalah yang kerap terjadi di lingkup
satker berupa kekurangan sumber daya terutama dalam konteks
penyediaan kas seperti Uang Persediaan dapat dihindari. Dalam
konteks ini, dengan pemanfaatan teknologi informasi secara baik,
bahkan perdebatan mengenai fungsionalisasi keberadaan bendahara
pun akan dapat menemukan solusinya.

Untuk meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan anggaran,


pimpinan satker perlu menyelenggarakan distribusi kewenangannya
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Mekanisme check and balance
yang sehat yang terbangun antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan
Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar memungkinkan pimpinan
satker mengendalikan pelaksanaan kegiatan, penganggaran, dan
pengelolaan sumber daya lainnya secara lebih mudah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Berjalannya mekanisme ini secara baik dapat
meningkatkan ketaatan para pejabat terhadap norma dan standar yang
secara otomatis dapat meringankan tugas pengawasan.
Melalui model pengelolaan keuangan satker yang demikian,
pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama menikmati manfaat
lebih besar dan menjamin tertib pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan pemerintah menuju pencapaian status wajar tanpa
pengecualian.

Anda mungkin juga menyukai