Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Sunoto G2A218078
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas
manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka Pemahaman ini berhubungan dengan
pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".
Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di
daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa
tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya
potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran,
yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang
memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan
(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia
yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).
Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-
tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana
dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana
yang cukup.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fuida panas (batuan dalam wujud cair atau
lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 19 km dibawah permukaan bumi,termasuk
endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat didalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi,yakni diperkirakan lebih dari 1.000 ºC. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava,suhu lava bisa mencapai 700-1.200 ºC. Letusangunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai radius 18 km.atau lebih,sedangkan
lavanya bisa membanjiri sampai sejauh 90 km.Tidak semua gunung berapi sering
meletus.Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung aktif
B. Tujuan Penulisan
1. Membuat tugas mata kuliah keperawatan bencana.
2. Mengenali bencana gunung meletus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bencana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Bencana adalah
suatu fenomena alam yang terjadi yang menyebabkan kerugian baik materiil dan
spiritual pada pemerintah dan masyarakat (Urata : 2098).
D. Penatalaksanaan Bencana
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
1. Pada Pra Bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Situasi Tidak Terjadi Bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan
analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak
menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :
⮚ perencanaan penanggulangan bencana
⮚ pengurangan risiko bencana
⮚ pencegahan
⮚ pemaduan dalam perencanaan pembangunan
⮚ persyaratan analisis risiko bencana
⮚ pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
⮚ pendidikan dan pelatihan dan
⮚ persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Situasi Terdapat Potensi Bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan:
⮚ Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
⮚ Peringatan Dini. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang.
⮚ Mitigasi Bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector dan multi
stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi
koordinasi.
2. Tahap tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya dilakukan untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah
korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi
pelayanan umum serta pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam
maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana. Penetapan status darurat
bencana dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, dilakukan
dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana
yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan
penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan/atau evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air
bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial; dan penampungan dan tempat hunian.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan, dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan
yang dimaksud terdiri atas bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang
mengandung atau menyusui;, penyandang cacat, dan orang lanjut usia.
3. Pasca bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi :
a. Rehabilitasi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
b. Rekonstruksi. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik
pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.
BAB III
STUDI KASUS DAN MANAJEMEN PENANGANAN
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung api
antara lain :
7. Perlindungan
8. Pengurusan pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung api
antara lain :
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran
sungai kering dan daerah aliran lahar;
b. Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;
c. Masuk ruang lindung darurat;
d. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;
e. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya;
f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata;
g. Jangan memakai lensa kontak;
h. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
i. Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.
D. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:
1. Rehabilitasi
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana.
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum.
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d. Pemulihan social psikologis.
e. Pelayanan kesehatan
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g. Pemulihan social ekonomi budaya
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban
i. Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
j. Pemulihan fungsi pelayanan public.
2. Rekonstruksi
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana
b. Pembangunan kembali sarana social masyarakat
c. Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik
e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia
usaha dan masyarakat.
f. Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
g. Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
h. Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.
E. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana
Peran perawat pada pra-bencana:
1. yang meliputi hal-hal berikut.
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana.
f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.
g. Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans
h. Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan
yang sesuai.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat
berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada
korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah
terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria
utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan
menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu
perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas
sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan
pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun
LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah
bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang
dimilikinya.
1) Pontini atau dipanggil Mbok Nya (60, P) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari,
Kec Ngantang, Kab Malang karena sesak nafas akibat abu vulkanik.
2) Sahiri atau dipanggil Sair (70, L) warga Dusun Ngutut, Desa Pandasari, Kec
Ngantang, Kab Malang karena tertimpa tembok saat menunggu kendaraan
evakuasi.
3) Sanusi (80, L) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kec Ngantang, Kab
Malang karena sesak nafas saat berlindung di bawah meja.
4) Sutinah (97, P) Dusun Ngadirejo, Desa Sumberagung, Kec. Ngantang, Kab. Malang
meninggal karena sesak napas.
4. Komunikasi
a. Radio menjadi alat media yang cukup efektif sebagai penyampaian
informasi. Tim Tikus Darat telah membawa alat-alat dan berbagai halnya
sebagai pendukung kerja-kerja dilapangan seperti alat komunikasi berupa
Handy Talky (HT), handphone, radio receiver, media sosial, dan website.
Informasi yang didapatkan secara akurat dan official itu harus diperoleh
dari sumber yang terpercaya , dipastikan kebenarannya dan selanjutnya
diferifikasi sehingga dapat di publikasikan dengan baik kepada penyintas.
b. Sumbangan pembaca KR, memberikan alat bantuan komunikasi, Rp
56.400.000 terdiri 6 unit RIG @Rp 3.400.000, termasuk pesawat, antena
dan power supply. Kemudian 38 buah HT @Rp 750.000. Total sumbangan
pembaca KR, gelombang ke-2 ini sebesar Rp 212.034.500. sehingga akan
mempermudah koordinasi dengan desa dan dusun di wilayahnya terutama
saat terjadi bencana.
Dampak letusan Gunung Kelud
- Letusan Gunung Kelud yang menimbulkan hujan abu di berbagai wilayah di Jawa
Timur dan Jawa Tengah yang berdampak buruk terhadap kualitas udara.
- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), kualitas udara pascaletusan Gunung Kelud di
Kota Surabaya semakin memburuk.Hal itu terungkap dalam rilis KLH yang diterima
Solopos.com, Jumat (14/2/2014) malam.
- KLH juga memperingatkan partikel abu vulkanik berpotensi mengganggu sistem
pernapasan karena mengandung kristal silika. Kristal silika diketahui merupakan salah
satu bahan yang digunakan dalam industri kaca untuk membuat kaca keras. Jika
terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, partikel ini berpotensi merusak alveoli, unit
pernapasan terkecil dari paru-paru.
- Masyarakat disarankan untuk melindungi kepala, saluran pernafasan, dan disarankan
tidak keluar rumah. “Tetapi apabila terpaksa keluar rumah, harus menggunakan
masker. Selain masker, juga disarankan untuk menggunakan pelindung kepala untuk
mencegah debu mengenai daerah kepala dan menggunakan kaca mata untuk
melindungi mata, serta minum air putih yang cukup, paling tidak untuk 72 jam [3-4
liter per orang per hari].”
- Kementerian Pertanian menyatakan kerugian pada lahan pertanian akibat dampak
erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, mencapai Rp377,54 miliar. Lahan tanaman padi
yang rusak mencapai 871 hektar, jagung 790 hektar, cabai merah 538 hektar, cabai
rawit, 1220 hektar, tomat, 155 hektar, bawang merah 47 hektar, dan nanas 1200 hektar.
- Selain itu masyrakat juga mengalami keluhan mengenai kebersihan air. Provinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melaporkan kecenderungan peningkatan
kekeruhan air sungai akibat terpapar debu gunung Kelud.
- Kerusakan dibidang sarana dan prassarana, ada 4454 rumah rusak , tempat ibadah,
fasilitas pendidikan, kesehatan, air bersih, bangunan irigasi, kerusakan jalan dan
jembatan.
b. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
- Pemerintah Jawa Timur sudah mengucurkan anggaran Rp 10 miliar sebagai dana awal,
dan itu merupakan bagian dari dana APBD 2014 yang telah disiagakan untuk
penanganan korban Erupsi Gunung Kelud sebesar 100 miliar.
- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan separuh dari total rumah yang rusak pasca
erupsi Gunung Kelud telah diperbaiki. Data BNPB menyebutkan jumlah total rumah
yang rusak sebanyak 11.845 unit di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang.
- Sutopo menyebutkan, rumah yang sudah diperbaiki sebanyak 6.039 unit atau 50,97%.
Kabupaten Kediri mengalami kerusakan rumah terbesar yakni 10.554 unit dan telah
selesai diperbaiki sebanyak 5.013 unit atau 50,36%. Di Kbaupaten Malang terdapat
rumah rusak 1.510 unit dan telag selesai 649 unit atau 42,98%. Sedangkan di
Kabupaten Blitar, jumlah rumah rusak 383 unit dan selesai 377 atau 98,44%.
- Menurut Sutopo, perbaikan rumah bagi warga sekitar Gunung Kelud membutuhkan
ribuan genteng. Perkiraan kebutuhan genteng 2.000-3.000 buah setiap rumah.
Sementara akan diganti dengan asbes atau seng atas persetujuan warga terdampak.
- Selain itu karena berdampak juga pada bidang pertanian, maka akan segera melakukan
rehabilitasi, termasuk dengan menyediakan bantuan bibit tanaman pangan seperti untuk
padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan perkebunan," ujar Menteri Pertanian Suswono
dikutip Aktual, Rabu (5/4). Kementerian Pertanian akan merehabilitasi lahan pertanian
yang tertutup material abu kurang dari 20 sentimeter, dengan segera mengolah lahan
pertanian, mencampur dengan tanah asli dan ditambah dosis bahan organik sebesar
lima ton per hektar. Sedangkan lahan kering untuk sayuran, akan diolah dengan tanah
asli yang ditambah pupuk atau bahan organik dosis lima ton per hektar dan tanam sayur
yang bukan diambil ubinya.
Bantuan diberikan oleh Menteri Agama berupa uang sebesar Rp 595 juta
dialokasikan untuk pasca bencana untuk 21 lembaga madarasah, 28 lembaga MI, 12
pondok pesantren, 13 TPQ, 8 masjid di Kab. Blitar, 1gereja katolik, dan 4 gereja
Kristen. Sedangkan Menpra juga berencana ikut memberikan bantuan kepada korban
kelud berupa pembangunan WC Komunal 26 buah.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mitigasi bencana gunung meletus
sangat diperlukan guna meminimalisir korban baik meningggal maupun luka-luka. Tanggap
darurat dibutuhkan pengelolaan yang lebih baik untuk bisa segera mengevakuasi korban
secepatnya, dikarenakan bencana gunung meletus juga mempunyai dampak susulan yang tidak
kalah beratnya. Pemulihan paska bencana amat sangat dibutuhkan untuk mendukung dan
merekontruksi korban maupun tempat tinggal dari para korban. Aspek psikis yang terdampak
pada korban tidak bisa dilupakan begitu saja, pemulihan psikis terutama pada anak anak sebagai
korban bencana diutamakan dengan tetap mengedepankan prinsip keamanan.
BAB V
KESIMPULAN
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan manajemen
atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana
di mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana. Pertolongan
pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian dan korban jiwa.
Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip triage.
DAFTAR PUSTAKA
Cynthia M. Taylor, 2010. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, Edisi 10 : EGC. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2012.
EGC : Jakarta Rahman, Dhohir Taufik dan Tarsisius, 2000, Indonesia : Negara Bencana, Jakarta :
Yudhistira
Pusat Data, Informasi dan Humas. 2012. Definisi dan Jenis Bencana.
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana. diakses tanggal 12 Januari
2014.
Sinurat, Hulman., & Adiyudha, Ausi. 2012. Sistem Manajemen Penanggulangan Bencana Alam
Dalam Rangka Mengurangi Dampak Kerusakan Jalan Dan Jembatan. Jakarta: Puslitbang Jalan dan
Jembatan 9.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
Nyoman Dwi Maha. Bencana datang Tanpa Rencana, Namun Penanggulangan Harus terencana.
http://www.academia.edu/3716116/Bencana_datang_Tanpa_Rencana_Namun_Penanggulang
annya_Harus_Terencana. diakses tanggal 11 Januari 2014