Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

Keperawatan Bencana Gunung Meletus

Disusun Oleh :

Ani Pujiastuti G2A218070

Siti Nurkhasanah G2A218072

Rina Asmiati G2A218073

Lalan Risan G2A218074

Nurul Hidayati G2A218075

Agus Bambang G2A218077

Sunoto G2A218078

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


S1 KEPERAWATAN LJ RSDK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas
manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka Pemahaman ini berhubungan dengan
pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".
Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di
daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa
tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya
potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran,
yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang
memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan
(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia
yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).
Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-
tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana
dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana
yang cukup.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fuida panas (batuan dalam wujud cair atau
lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 19 km dibawah permukaan bumi,termasuk
endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupny.Gunung


berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif,istirahat,sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati.Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu
610 tahun sebelum berubah menjadi aktif lagi.Oleh karena itu,sulit untuk menentukan
keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu,apakah gunung berapi itu berada dalam
keadaan istirahat atau telah mati.

Gunung meletus,terjadi akibat endapan magma didalam perut bumi yang


didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.Dari letusan-letusan inilah gunung berapi
berbentuk.Letusannya membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius
18 km atau lebih,sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km.Leteusan
gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda besar sampai ribuan
kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.

Magma adalah cairan pijar yang terdapat didalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi,yakni diperkirakan lebih dari 1.000 ºC. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava,suhu lava bisa mencapai 700-1.200 ºC. Letusangunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai radius 18 km.atau lebih,sedangkan
lavanya bisa membanjiri sampai sejauh 90 km.Tidak semua gunung berapi sering
meletus.Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung aktif

B. Tujuan Penulisan
1. Membuat tugas mata kuliah keperawatan bencana.
2. Mengenali bencana gunung meletus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bencana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Bencana adalah
suatu fenomena alam yang terjadi yang menyebabkan kerugian baik materiil dan
spiritual pada pemerintah dan masyarakat (Urata : 2098).

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.( Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana adalah


peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian
kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantua luar biasa dari pihak luar.

B. Macam Bencana di Indonesia


Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis bencana yang ada
di Indonesia antara lain:
1. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan
ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya
tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan
bencana ikutan berupa , kecelakaan industri dan transportasi serta banjir
akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
2. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif
tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau
longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang
menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air.
3. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan
batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan
suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya
yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan
atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan
bumi. Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari
jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis
produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana
bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan
mematikan.
4. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng
tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada
tanah/batuan penyusun lereng.
5. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak
rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
6. Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi
dan lingkungan.
7. Angin Topan 8. adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin
120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis
balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan
dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar
daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
8. Gelombang Pasang . adalah gelombang air laut yang melebihi batas
normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat
terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi
karena adanya angin kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat
cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari.
Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam. Gelombang pasang
sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang berlayar pada suatu
wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut. Jika terjadi
gelombang pasang di laut akan menyebabkan tersapunya daerah pinggir
pantai atau disebut dengan abrasi.
9. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan
dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian. Sedangkan lahan dan
hutan adalah keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan
menimbulkan kerugian.
10. Aksi Teror atau Sabotase . adalah semua tindakan yang menyebabkan
keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau
membahayakan jiwa seseorang atau banyak orang oleh seseorang atau
golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi teror atau sabotase
biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan
seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-
tiba suatu wilayah, tempat, dan sebagainya. Aksi teror atau sabotase
sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena
direncanakan seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia.
11. Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-
hara atau kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di suatu
daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku,
ataupun organisasi tertentu.
12. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu
daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi
di Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara
lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan
HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi
penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan
kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang
banyak menimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk,
perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat yang salah
merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini.

C. Kemungkinan Bencana yang ada di daerah


1. Banjir.
2. Tanah longsor.
3. Gunung meletus.
4. Kekeringan.
5. Kebakaran hutan.
6. Gempa bumi.

D. Penatalaksanaan Bencana
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
1. Pada Pra Bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Situasi Tidak Terjadi Bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan
analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak
menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :
⮚ perencanaan penanggulangan bencana
⮚ pengurangan risiko bencana
⮚ pencegahan
⮚ pemaduan dalam perencanaan pembangunan
⮚ persyaratan analisis risiko bencana
⮚ pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
⮚ pendidikan dan pelatihan dan
⮚ persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Situasi Terdapat Potensi Bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan:
⮚ Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
⮚ Peringatan Dini. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang.
⮚ Mitigasi Bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector dan multi
stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi
koordinasi.
2. Tahap tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya dilakukan untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah
korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi
pelayanan umum serta pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam
maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana. Penetapan status darurat
bencana dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, dilakukan
dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana
yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan
penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan/atau evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air
bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial; dan penampungan dan tempat hunian.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan, dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan
yang dimaksud terdiri atas bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang
mengandung atau menyusui;, penyandang cacat, dan orang lanjut usia.

f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.


Tahap tindakan dalam tanggap daruratdibagi menjadi dua fase yaitu:
Fase akut dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi
disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase
sub akut terjadi sejak 2-3 minggu.

3. Pasca bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi :
a. Rehabilitasi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
b. Rekonstruksi. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik
pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.

BAB III
STUDI KASUS DAN MANAJEMEN PENANGANAN

A. Bencana Gunung Meletus

Indonesia merupakan negara yang jumlah gunung apinya sangat banyak.Tidak


kurang dari 130 gunung apik aktif atau 13-17 % dati jumlah seluruh gunung api yang ada
di dunia,terdapat di Indonesia.
Karena banyaknya gunung api ,maka Indonesia rawan dari bencana letusan
gunung api.Sejak tahun1000 tahun tercatat lebih dari 1000 letusan dan memakan korban
manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa.Letusan gunung Tambora pada tahun 1815 dan
gunung Krakatau pada tahun1983 merupakan dua diantara letusan yang pailing hebat
yang telah memakan banyak korban. Sekiranya kepadatan penduduk seperti
sekarang,tentulah letusan itu akan membawa bencana lebih besar.

Selain membawa bencana,gunung api merupakan sumber pembawa


kemakmuran.Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya.karena itu,penduduk selalu
tertarik untuk menetap dan mendekati gunung api,walaupun tempat tersebut diketahui
berbahaya. Disinilah terletak permasalahan gunung api di Indonesia,disatu pihak
merupakan sumber bencana,tapi dipihak lain merupakan sumber kehidupan. Karena
kondisi tersebut,maka penanggulangan bencana api tidak hanya terpusat pada gunung
api,tetapi masyarakat sekitar gunung api yang kadang tidak mudah untuk dievakuasi.
Alasannya selain keterikantannya dengan rumah dan lahan pertanian,juga karena adanya
kepercayaan tertentu terhadap gunung api,jadi penanggulangannya juga mencakup
aspek sosial budaya.

Setiap tipe gunung api memiliki karakteristik letusannya masing-masing yang


berbeda antar satu dengan yang lainnnya. Gunung api juga memiliki ciri atau perilaku
yang berbeda antara satu jenis gunung api dengan gunung api lainnya.Karena
itu,penanganannya juga bervariasi tergantung pada karakteristik gunnung api itu sendiri.

Penanggulangan bencana letusan gunung api dibagi menjadi tiga bagian,yaitu


persiapan sebelum terjadi letusan,saat terjadi letusan dan sesudah terjadi bencana.

B. Penanggulangan Pra Bencana Gunung meletus

Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung api
antara lain :

1. Mengenali tanda-tanda bencana,karakteristik gunung api dan ancamannnya


2. Membuat peta ancaman,mengenali daerah ancaman,daerah aman.
3. Membuat sistem peringatan diri
4. Mengembangkan radio komunikasi untuk penyebarluasan informasi status
gunung api.
5. Mencermati dan memahami peta kawasan rawan gunung api yang ditertibkan
oleh instansi berwenang.
6. Membuat perencanaan penanganan bencana
7. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan
kebutuhan dasar (air,jamban,makanan,pertolongan pertama) jika diperlukan.
8. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.
9. Memantau informasi yang diberikan oleh pos pengamatan gunung api
(dikoordinasikan oleh direktorat vulkanologi dan mitigasi geologi). Pos
pengamatan gunung apibiasanya mengkomunikasikan perkembangan status
gunung api lewat radio komunikasi.

C. Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus


Penanganan yang harus dilakukan pada saat terjadi gunung meletus atau bencana.
1. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang didapat,dan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
a. Lengkapi semua informasi dan klarifikasi kebenaran berita
b. Bila benar berita dilaporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c. Berita didistribusikan untuk koordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan
tim)
d. Puskodalmet dibentuk (aktifkan organisasi kerangka / organisasi tugas
yang sudah ditetapkan saat preparednees)
e. Sistem komunikasi memegang peran penting
2. Tugas pengendalian fasilitas dan logistik seperti :
a. Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja
(fasilitas Puskodal,fasilitas dan logistik dilapangan)
b. Menyiapkan dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam penyiapan
kebutuhan korban (RS lapangan,shektering pengungsian,jamban,air
bersih,transportasi tim dan korban)
c. Mampu mengelola bahan logistik dari hasil koordinasi atau bantuan
d. Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan

1. Lakukan seleksi korban

2. Untuk memberikan prioritas pelayanan

3. Gunakan Label / Tag

4. Penyelamatan dan mengevaluasi korban maupun harta benda

5. Memenuhi kebutuhan dasar

6. Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana

7. Perlindungan

8. Pengurusan pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung api
antara lain :
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran
sungai kering dan daerah aliran lahar;
b. Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;
c. Masuk ruang lindung darurat;
d. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;
e. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya;
f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata;
g. Jangan memakai lensa kontak;
h. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
i. Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.
D. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:
1. Rehabilitasi
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana.
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum.
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d. Pemulihan social psikologis.
e. Pelayanan kesehatan
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g. Pemulihan social ekonomi budaya
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban
i. Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
j. Pemulihan fungsi pelayanan public.
2. Rekonstruksi
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana
b. Pembangunan kembali sarana social masyarakat
c. Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik
e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia
usaha dan masyarakat.
f. Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
g. Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
h. Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.
E. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana
Peran perawat pada pra-bencana:
1. yang meliputi hal-hal berikut.
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana.
f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.
g. Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans
h. Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan
yang sesuai.

Peran Perawat dalam intra bencana:


a. Bertindak cepat
b. Melakukan pertolongan pertama
c. Menentukan status korban berdasarkan triase
d. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
e. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
f. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
g. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create
leadership).
Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.

Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat
berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada
korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah
terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria
utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan
menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu
perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas
sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan
pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun
LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah
bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang
dimilikinya.

F. Analisa Kasus yang Berkaitan dengan Bencana Gunung Meletus


Pada tanggal 13 februari 2014 tepat nya pada pukul 22.50 telah terjadi letusan gunung kelud.
Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar,
dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.
1. Tahap evakuasi
a. Alat yang dibutuhkan: masker, tandu, alat medis lainnya.
b. Tim yang bertugas: TNI (AD, AU, AL) 8.000 pasukan, POLISI sebanyak 2.883
personil dan relawan bertugas untuk mengevakuasi.
c. Saat status awas pada Kamis (13/2) malam, warga sudah dengan teratur
tenang dan mulai mengungsi. Perempuan, anak-anak, serta para lanjut usia
(lansia) didahulukan naik kendaraan evakuasi yang sudah disiapkan petugas,
dan terakhir para pria dewasa.
d. Alat transportasi: truk dan mobil siaga disediakan untuk mengevakuasi korban
e. Korban selamat, dengan jumlah pengungsi yang tersebar dibeberapa wilayah,
diantaranya: di Kabupaten Kediri, terdapat 66.319 orang pengungsi yang
tersebar di 205 titik. Di Kabupaten Blitar ada 28.970 pengungsi yang tersebar
di 63 titik. Di Kabupaten Malang ada 3.610 pengungsi di 14 titik. Selanjutnya,
di Kabupaten Tulungagung terdapat 1.349 pengungsi di 11 titik serta tidak ada
warga yang hilang.

Sedangkan data korban yang meninggal yaitu:

1) Pontini atau dipanggil Mbok Nya (60, P) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari,
Kec Ngantang, Kab Malang karena sesak nafas akibat abu vulkanik.
2) Sahiri atau dipanggil Sair (70, L) warga Dusun Ngutut, Desa Pandasari, Kec
Ngantang, Kab Malang karena tertimpa tembok saat menunggu kendaraan
evakuasi.
3) Sanusi (80, L) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kec Ngantang, Kab
Malang karena sesak nafas saat berlindung di bawah meja.
4) Sutinah (97, P) Dusun Ngadirejo, Desa Sumberagung, Kec. Ngantang, Kab. Malang
meninggal karena sesak napas.

2. Tempat pengungsian (shelter)


Warga sekitar gunung kelud telah dievakuasi ke tempat pengungsian yang jaraknya
kurang lebih 40 kilo meter dari pusat gunung kelud.
a. Distribusi logistic
- Palang Merah Indonesia (PMI) mendistribusikan selimut kepada sekitar 200
Kepala Keluarga (KK) di Pos Pengungsian Desa Sempu, Dusun Ringinsari,
Kecamatan Segaran, Kabupaten Kediri. Setiap KK mendapatkan dua helai selimut,
sehingga total selimut yang didistribusikan oleh PMI sekitar 400 helai selimut.
- PMI juga mendistrinusikan 2.000 roti, 24 karton air mineral, popok, pembalut,
susu UHT, dan masker bagi korban gunung Kelud.
- Selain itu ada juga bantuan, bentuk sumbangan dari berbagai pihak yang sudah
dikumpulkan terhitung 19 hingga 25 Februari, yang dipimpin langsung oleh Bupati
Sukoharjo, Wardoyo Wijaya. Bantuan yang dikirim diantaranya berupa logistik
atau makanan. Mie instans 1.130 dus, beras 3.500 kilogram, gula pasir 500
kilogram, sarden 450 kaleng, minyak goreng 600 liter, kecap 1.500 botol, kornet
351 kaleng. Selain itu ada juga bantuan dalam bentuk pakaian pantas pakai,
selimut, handuk, sarung, kaos dan lain sebagainya.
3. Posko kesehatan
- Dinas kesehatan kota depok mengirimkan empat dokter dan petugas medis untuk
menangani korban bencana gunung kelud. sedikitnya ada 26 jenis obat dan juga
masker dengan jumlah total sebanyak 20 ribu obat.
- Petugas PMI yang di pos kesehatan tersebut bertugas sebagai tenaga medis.
Sebagian besar penyakit yang dikeluhkan adalah flu, demam, sesak napas, iritasi
mata, ISPA, bahkan kecelakaan patah tulang dan harus segera dirujuk ke rumah
sakit terdekat.
- Di Kediri, Pos relawan Unair didirikan di dua titik lokasi yaitu di Pare dan Kepung.
Tim relawan tahap kedua terdiri dari 11 dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter
Spesialis), dua apoteker, enam psikolog, perwakilan dari IKA FEB Unair, RS Unair,
RSUD dr Soetomo, Dharmawanita Unair dan Darmawanita IDI Surabaya.
Gabungan tim medis terdiri dari para ahli kesehatan mata, ahli paru, ahli penyakit
dalam, Anestesi, Rehab Medik, kesehatan kulit kelamin, Fisioterapi, Obgin
hingga kesehatan anak.
- Selain tim medis, turut bergabung Mahagana (Mahasiswa Tanggap Bencana)
Unair, serta relawan lainnya yang turun tangan langsung ke lokasi bencana.
- Kehadiran tim Psikologi Unair di Desa Kepung juga semakin melengkap aktivitas
sosial dengan memberikan berbagai bantuan medis dan trauma healing kepada
anak-anak dan orang dewasa korban bencana.
b. Transportasi: Empat mobil, satu Ambulance, 1 truk yang berisi alat-alat
keperluan dapur umum diberangkatkan ke daerah sekitar gunung kelud.
c. Pelayanan dapur umum menyediakan hingga 3.000 paket makanan siap saji,
untuk tiga kali pelayanan dalam sehari.
d. Selanjutnya PMI akan mengoptimalkan penyediaan air bersih dengan
cakupan sekitar 39 desa terdampak di Kabupaten Kediri.
e. Komandan Kodim 0809 Kediri, Letkol Heriyadi menyatakan, jumlah MCK
yang akan dibangun mencapai lebih dari 2.000 unit. Jumlah tersebut, kata
dia, berdasarkan estimasi kapasitas tampung tiap MCK dengan jumlah
pengungsi.Normalnya, satu buah MCK dapat digunakan antara 30 sampai
50 orang,” kata Letkol Heriyadi, Selasa (11/2/2014).

4. Komunikasi
a. Radio menjadi alat media yang cukup efektif sebagai penyampaian
informasi. Tim Tikus Darat telah membawa alat-alat dan berbagai halnya
sebagai pendukung kerja-kerja dilapangan seperti alat komunikasi berupa
Handy Talky (HT), handphone, radio receiver, media sosial, dan website.
Informasi yang didapatkan secara akurat dan official itu harus diperoleh
dari sumber yang terpercaya , dipastikan kebenarannya dan selanjutnya
diferifikasi sehingga dapat di publikasikan dengan baik kepada penyintas.
b. Sumbangan pembaca KR, memberikan alat bantuan komunikasi, Rp
56.400.000 terdiri 6 unit RIG @Rp 3.400.000, termasuk pesawat, antena
dan power supply. Kemudian 38 buah HT @Rp 750.000. Total sumbangan
pembaca KR, gelombang ke-2 ini sebesar Rp 212.034.500. sehingga akan
mempermudah koordinasi dengan desa dan dusun di wilayahnya terutama
saat terjadi bencana.
Dampak letusan Gunung Kelud

- Letusan Gunung Kelud yang menimbulkan hujan abu di berbagai wilayah di Jawa
Timur dan Jawa Tengah yang berdampak buruk terhadap kualitas udara.
- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), kualitas udara pascaletusan Gunung Kelud di
Kota Surabaya semakin memburuk.Hal itu terungkap dalam rilis KLH yang diterima
Solopos.com, Jumat (14/2/2014) malam.
- KLH juga memperingatkan partikel abu vulkanik berpotensi mengganggu sistem
pernapasan karena mengandung kristal silika. Kristal silika diketahui merupakan salah
satu bahan yang digunakan dalam industri kaca untuk membuat kaca keras. Jika
terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, partikel ini berpotensi merusak alveoli, unit
pernapasan terkecil dari paru-paru.
- Masyarakat disarankan untuk melindungi kepala, saluran pernafasan, dan disarankan
tidak keluar rumah. “Tetapi apabila terpaksa keluar rumah, harus menggunakan
masker. Selain masker, juga disarankan untuk menggunakan pelindung kepala untuk
mencegah debu mengenai daerah kepala dan menggunakan kaca mata untuk
melindungi mata, serta minum air putih yang cukup, paling tidak untuk 72 jam [3-4
liter per orang per hari].”
- Kementerian Pertanian menyatakan kerugian pada lahan pertanian akibat dampak
erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, mencapai Rp377,54 miliar. Lahan tanaman padi
yang rusak mencapai 871 hektar, jagung 790 hektar, cabai merah 538 hektar, cabai
rawit, 1220 hektar, tomat, 155 hektar, bawang merah 47 hektar, dan nanas 1200 hektar.
- Selain itu masyrakat juga mengalami keluhan mengenai kebersihan air. Provinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melaporkan kecenderungan peningkatan
kekeruhan air sungai akibat terpapar debu gunung Kelud.
- Kerusakan dibidang sarana dan prassarana, ada 4454 rumah rusak , tempat ibadah,
fasilitas pendidikan, kesehatan, air bersih, bangunan irigasi, kerusakan jalan dan
jembatan.
b. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
- Pemerintah Jawa Timur sudah mengucurkan anggaran Rp 10 miliar sebagai dana awal,
dan itu merupakan bagian dari dana APBD 2014 yang telah disiagakan untuk
penanganan korban Erupsi Gunung Kelud sebesar 100 miliar.
- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan separuh dari total rumah yang rusak pasca
erupsi Gunung Kelud telah diperbaiki. Data BNPB menyebutkan jumlah total rumah
yang rusak sebanyak 11.845 unit di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang.
- Sutopo menyebutkan, rumah yang sudah diperbaiki sebanyak 6.039 unit atau 50,97%.
Kabupaten Kediri mengalami kerusakan rumah terbesar yakni 10.554 unit dan telah
selesai diperbaiki sebanyak 5.013 unit atau 50,36%. Di Kbaupaten Malang terdapat
rumah rusak 1.510 unit dan telag selesai 649 unit atau 42,98%. Sedangkan di
Kabupaten Blitar, jumlah rumah rusak 383 unit dan selesai 377 atau 98,44%.
- Menurut Sutopo, perbaikan rumah bagi warga sekitar Gunung Kelud membutuhkan
ribuan genteng. Perkiraan kebutuhan genteng 2.000-3.000 buah setiap rumah.
Sementara akan diganti dengan asbes atau seng atas persetujuan warga terdampak.
- Selain itu karena berdampak juga pada bidang pertanian, maka akan segera melakukan
rehabilitasi, termasuk dengan menyediakan bantuan bibit tanaman pangan seperti untuk
padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan perkebunan," ujar Menteri Pertanian Suswono
dikutip Aktual, Rabu (5/4). Kementerian Pertanian akan merehabilitasi lahan pertanian
yang tertutup material abu kurang dari 20 sentimeter, dengan segera mengolah lahan
pertanian, mencampur dengan tanah asli dan ditambah dosis bahan organik sebesar
lima ton per hektar. Sedangkan lahan kering untuk sayuran, akan diolah dengan tanah
asli yang ditambah pupuk atau bahan organik dosis lima ton per hektar dan tanam sayur
yang bukan diambil ubinya.

Bantuan diberikan oleh Menteri Agama berupa uang sebesar Rp 595 juta
dialokasikan untuk pasca bencana untuk 21 lembaga madarasah, 28 lembaga MI, 12
pondok pesantren, 13 TPQ, 8 masjid di Kab. Blitar, 1gereja katolik, dan 4 gereja
Kristen. Sedangkan Menpra juga berencana ikut memberikan bantuan kepada korban
kelud berupa pembangunan WC Komunal 26 buah.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mitigasi bencana gunung meletus
sangat diperlukan guna meminimalisir korban baik meningggal maupun luka-luka. Tanggap
darurat dibutuhkan pengelolaan yang lebih baik untuk bisa segera mengevakuasi korban
secepatnya, dikarenakan bencana gunung meletus juga mempunyai dampak susulan yang tidak
kalah beratnya. Pemulihan paska bencana amat sangat dibutuhkan untuk mendukung dan
merekontruksi korban maupun tempat tinggal dari para korban. Aspek psikis yang terdampak
pada korban tidak bisa dilupakan begitu saja, pemulihan psikis terutama pada anak anak sebagai
korban bencana diutamakan dengan tetap mengedepankan prinsip keamanan.
BAB V

KESIMPULAN

Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan manajemen
atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana
di mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana. Pertolongan
pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian dan korban jiwa.
Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip triage.
DAFTAR PUSTAKA

Cynthia M. Taylor, 2010. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, Edisi 10 : EGC. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2012.

Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

EGC : Jakarta Rahman, Dhohir Taufik dan Tarsisius, 2000, Indonesia : Negara Bencana, Jakarta :
Yudhistira

Nurjannah. dkk. 2013. Manajemen Bencana. Penerbit Alfa Beta: Bandung.

Anonymous. 2011. Indonesia negara rawan bencana. http://www. bbc.co.uk/indonesia/berita_


indonesia/2011/08/110810_indonesia_tsunami.shtml. Diakses tanggal 11 januari 2014. 2.

Ledysia, Septiana. 2013. Januari 2013, Indonesia Dirundung 119 Bencana.


http://news.detik.com/read/2013/02/02/002615/2159288/10/januari-2013-indonesia-
dirundung-119-bencana. Diakses tanggal 11 Januari 2014. 3.

Pusat Data, Informasi dan Humas. 2010. Sistem Penangulangan Bencana.http://bnpb.go.id/page


/read/7/sistem- penanggulangan-bencana. Diakses tanggal 11 Januari 2014

Pusat Data, Informasi dan Humas. 2012. Definisi dan Jenis Bencana.
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana. diakses tanggal 12 Januari
2014.

Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Jakarta: DPR RI dan Presiden RI 6.

Sudiharto. 2011. Manajemen Disaster. http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-


content/uploads/2011/06/ManajemenDisaster.pdf. Diakses tanggal 12 Januari. 7.

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007.


Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia. (2th ed). Jakarta:
Direktorat Mitigasi. 8.

Sinurat, Hulman., & Adiyudha, Ausi. 2012. Sistem Manajemen Penanggulangan Bencana Alam
Dalam Rangka Mengurangi Dampak Kerusakan Jalan Dan Jembatan. Jakarta: Puslitbang Jalan dan
Jembatan 9.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

Jakarta: BNPB 10.

Kamus Kesehatan. http://kamuskesehatan.com/arti/triage/. Diakses tanggal 11 januari. 11.


Udiyana,

Nyoman Dwi Maha. Bencana datang Tanpa Rencana, Namun Penanggulangan Harus terencana.
http://www.academia.edu/3716116/Bencana_datang_Tanpa_Rencana_Namun_Penanggulang
annya_Harus_Terencana. diakses tanggal 11 Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai