Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS ROOT PLANNING

Disusun Oleh:

Entin Suhartini (2018-16-117)


Felicia Arihta Hosiana (2018-16-118)
Finda Dania Fadhilah (2018-16-119)
Mutia Oktira (2018-16-124)

Pembimbing :
Umi Ghoni Tjiptoningsih, drg., Sp.Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit periodontal merupakan penyakit peradangan pada jaringan

pendukung gigi.1 Periodontitis adalah penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi

disebabkan oleh mikroorganisme dan terjadi kerusakan progresif pada ligamen

periodontal dan tulang alveolar.2 Penyebab dari penyakit periodontal diyakini bersifat

multifaktor, meskipun penyebabnya multifaktor, namun sampai saat ini penyebab

terbanyak timbulnya penyakit periodontal adalah akibat adanya faktor lokal, yaitu

bakterial plak subgingiva yang meluas kearah apikal yang menyebabkan junctional

epithelium terpisah dari permukaan gigi.3

Invasi bakterial plak ke jaringan periodontal akan menyebabkan keradangan

pada jaringan periodontal yang diawali dengan adanya keradangan pada gingiva. Tanda

awal adanya keradangan gingiva dapat dilihat dari perubahan pada gingiva yang

menyangkut warna, ukuran, kontur, konsistensi, tekstur permukaan dan kecenderungan

perdarahan. Perubahan tersebut dapat dilihat secara klinis. Apabila kondisi keradangan

sudah berlanjut maka jaringan periodontal yang lebih dalam, yaitu ligamen periodontal,

sementum dan tulang alveolar ikut terlibat, tanda-tandanya dapat dilihat secara klinis

maupun rontgenologis.3 Gingivitis tidak selalu berkembang menjadi periodontitis tetapi

terjadinya periodontitis diawali dengan gingivitis. Tergantung dari usia terjadinya

penyakit, ukuran perkembangan penyakit, distribusi daerah yang terkena, ada atau tidak

kondisi sistemik, ada tidaknya mikroba spesifik atau faktor host dan respon penyakit

terhadap terapi.

2
Perawatan dari periodontitis bertujuan untuk menghilangkan plak sebagai

tempat akumulasi bakteri yang dapat dilakukan dengan terapi mekanis, terapi

penunjang, dan bedah.1 Terapi inisial yang dilakukan berupa terapi mekanis yaitu

scaling dan root planing, serta diikuti dengan pemeliharaan oral hygiene. Selanjutnya

dilakukan terapi penunjang berupa pemberian obat kumur dan antibiotik. Terapi bedah

dilakukan apabila kedalaman poket masih tidak berkurang setelah dilakukannya scaling

dan root planning.1 Tujuan dari perawatan periodontitis secara mekanis yaitu

menghilangkan deposit keras dan lunak serta bakteri yang menempel pada permukaan

gigi dan dalam subgingiva, sehingga mengeliminasi bakteri.2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi root planing

Root planing adalah suatu proses menghilangkan sisa-sisa kalkulus dan sementum

dari akar gigi untuk menghasilkan permukaan akar yang halus, keras, dan bersih.4

B. Tujuan root planing

Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus dan

stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Berbeda dengan root planing yang

merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membersihkan dan menghaluskan

permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat

pada permukaan akar (sementum).3 Tujuan dari root planning adalah untuk memulihkan

kesehatan gingiva dengan mengangkat secara keseluruhan elemen inflamasi pada

gingiva (plak, kalkulus) serta untuk mendapatkan permukaan akar yang halus, bebas

deposit, dengan sedikit sementum sehingga dapat menyembuhkan progresifitas

penyakit.4

C. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi root planing

- Kehilangan perlekatan klinis.5

- Pada pemeriksaan radiografi, terdapat penurunan puncak tulang alveolar.5

- Pada pemeriksaan radiografi, tampak adanya kalkulus pada permukaan akar.5

4
- Pasien dengan gingiva yang bengkak dan inflamasi.5

- Adanya poket supraboni.5

- Abses dengan lesi yang kecil dan tidak parah, masih dapat dilakukan scaling dan root

planing.6

b. Kontraindikasi root planing

- Secara radiografi tidak terjadi kerusakan tulang, terlihat adanya kalkulus, tetapi

tidak pada permukaan akar.4

- Tidak terbukanya akar gigi.4

- Abses periodontal yang luas dan bisa di drainase. Abses perlu di irigasi untuk

membersihkan eksudat dan membersihkan poket.6

- Pasien dengan moderate-severe NUG dan lokal limfadenopati atau dengan

gejala sistemik lainnya.6

D. Prosedur Root Planing7

1. Posisi Operator dan Pasien

Posisi operator:

- Lengan bawah sejajar terhadap lantai

- Berat seimbang

- Paha sejajar terhadap lantai

- Sudut panggul membentuk 900

- Tinggi posisi duduk cukup rendah sehingga tumit kaki menyentuh

lantai.

5
- Ketika sedang bekerja posisi jam 9 - 12 kaki meluas sehingga kaki dan

dasar kursi membentuk tripod, ini merupakan posisi yang stabil.

- Punggung lurus dan kepala tegak

Posisi pasien:

- Posisi pasien dalam keadaan telentang dan mulut pasien berada dekat

dengan siku operator.

- Posisi tumit pasien harus sedikit lebih tinggi dari ujung hidungnya .

Posisi punggung dental chair berada hampir sejajar dengan lantai untuk

perawatan daerah rahang atas dan punggung dental chair sedikit

terangkat untuk perawatan daerah rahang bawah.

- Posisi kepala pasien diletakkan dengan posisi headrest. Untuk

perawatan daerah rahang bawah posisi dagu menurun dan daerah rahang

atas dagu mengangkat. Headrest bisa disesuaikan hingga posisi kepala,

leher dan tubuh sejajar.

2. Jangkauan Pengelihatan, Penerangan dan Retraksi

Kaca Mulut

Kaca mulut adalah instrument untuk memantulkan cahaya dan pengelihatan

yang berfungsi untuk melihat permukaan gigi yang tidak bisa dilihat secara langsung.

Terdapat beberapa fungsi kaca mulut yaitu:

6
- Transluminasi

Ketika melakukan transluminasi pada gigi, kaca dapat digunakan untuk

memantulkan cahaya lampu sehingga permukaan gigi terlihat. Gigi yang

transluminasi hampir biasanya terlihat bersinar. Hanya efektif untuk gigi

anterior karena gigi anterior cukup tipis permukaannya bagi cahaya

melewatinya.

- Retraksi

Mendukung visibilitas, aksesbilitas dan penerangan. Beberapa metode

yang efektif untuk retraksi yaitu gunakan kaca mulut untuk meretraksi pipi

dan jari lain yang tidak bekerja meretraksi bibir, hanya menggunakan kaca

mulut untuk meretraksi bibir dan pipi, gunakan jari yang tidak bekerja untuk

meretraksi bibir, gunakan kaca mulut untuk meretraksi lidah, atau

kombinasikan metode tersebut. Ketika melakukan retraksi harus berhati-hati

agar tidak mnegiritasi sudut bibir.

- Penerangan tidak langsung

- Pengelihatan tidak langsung

3. Kondisi Instrumen

Semua instrument harus diperiksa dengan teliti agar dapat memastikan instrument

tersebut dalam keadaan baik, bersih, dan steril. Working end pada ujung atau blade

instrument harus tajam agar efektif. Idealnya instrumen ditajamkan setelah di masukan

7
kedalam autoclave, dan setelah itu masukan kemabali ke autoclave sebelum digunakan

kepada pasien. Keuntungan dari ketajaman instrument yaitu:

 Kalkulus mudah dibersihkan

 Memudahkan kontrol stroke

 Mengurangi dilakukannya stroke

 Meningkatkan kenyamanan pasien

 Mengurangi kelelahan operator

4. Kebersihan Lapang Pandang

Selain penglihatan, penerangan dan retraksi yang baik, instrumentasi dapat

terhambat jika lapangan pandang saat dilakukan perawatan dipenuhi saliva, debris dan

darah. Hal ini dapat dihilangkan dengan menggunakan suction. Daerah lapang pandang

terkadang juga harus dibersihkan menggunakan air.

5. Stabilisasi Intrumen

Kestabilan instrumentasi dan tangan adalah hal yang utama untuk mengontrol

instrumentasi. Ada dua faktor yang mendukung kestabilan instrumentasi:

Instrument Grasp

Grasp biasanya digunakan untuk mengontrol perpindahan selama menggunakan

instrumentasi periodontal. Lebih efektif dan stabil untuk semua instrumentasi

periodontal adalah modifikasi pen grasp. Pegangan ini memungkinkan kontrol yang

tepat pada ujung kerja sehingga berbagai gerakan dan fasilitas konduksi taktil yang

baik.

8
Finger Rest

Finger rest digunakan untuk menstabilisasi tangan dan instrument dengan

melibatkan firm fulcrum sebagai perpindahan yang dibuat untuk mengaktivasi

instrument. Finger rest yang baik mencegah trauma dan luka pada gingival serta

jaringan lainnya. Ring Finger biasanya sering digunakan operator untuk finger rest.

Kontrol yang maksimal ketika jari tengah dijaga antara bagian shank instrument dan

pada jari keempat.

6. Aktivasi Instrumen

Adaptasi

Adaptasi adalah tata cara dimana working end pada instrument periodontal

diletakkan pada permukaan gigi. Objek adaptasi untuk membuat working end pada

instrument biasanya pada kontur permukaan gigi. Adaptasi harus dilakukan untuk

menghindari trauma pada jaringan lunak dan permukaan akar.

Angulasi

Angulasi pada sudut depan blade instrument dan permukaan gigi yaitu:

 Untuk insersi pada margin gingival angulasi permukaan gigi fasial

seharusnya membentuk sudut antara 0 dan 40 derajat.

 Untuk membuang kalkulus, angulasi antara 45 dan 90 derajat.

 Kondisi dengan jaringan selama scalling atau root planing dengan

angulasi yang kurang dari 45 derajat pada permukaan gigi.

 Kuret dengan angulasi lebih dari 90 derajat.

9
7. Tekanan Lateral

Tekanan lateral sebagai tekanan yang dibuat untuk memaksa cutting

edge pada bagian blade intrumen ke permukaan gigi. Beberapa tekanan tergantung pada

prosedur yang dilakukan.

Aplikasi tekanan secara berulang dengan tarikan yang berat akan

membuat retak permukaan akar. Hati-hati aplikasi dan kontrol pada tekanan

lateral selama menggunakan instrument, ini merupakan bagian integral yang

efektif untuk scalling dan root planning.

8. Strokes

Tarikan/strokes bertujuan untuk memposisikan working end instrument

pada deposit kalkulus atau pada dasar sulkus/poket. Ada 4 tipe tarikan:

 Placement Stroke

 Exploratory Stroke

- Tujuan: untuk menilai anatomi gigi, tingkat perlengkatan, mendeteksi

kalkulus dan faktor retensi plak lainnya.

- Alat yang digunakan: probe/sonde, kuret

- Insersi: 00-400

- Angulasi: 500-700

- Tekanan Lateral: berkontak dengan permukaan gigi, namun tidak dengan

tekanan

- Arah: vertical, oblique, horizontal

 Scalling Stroke

- Tujuan: untuk menghilangkan deposit kalkulus

10
- Alat yang digunakan: sickle scaler, kuret, files

- Insersi: 00-400

- Angulasi: 700-800

- Tekanan Lateral: pengikisan secara sedang sampai kuat

- Arah: vertical, oblique, horizontal

 Root Planing Stroke

- Tujuan: untuk menghilangkan residual kalkulus, bakteri plak.

- Alat yang digunakan: kuret

- Insersi: 00-400

- Angulasi: 600-700

- Tekanan Lateral: ringan sampai sedang

- Arah: vertical, oblique, horizontal

Tarikan strokes terbagi menjadi berbagai macam arah yaitu:

 Vertikal: Fasial, lingual, proksimal pada gigi anterior, mesial dan distal

bagian gigi posterior

 Oblique: Fasial dan lingual pada gigi anterior dan posterior.

 Horizontal Strokes atau Sirkumferensial: Garis sudut pada gigi posterior

dan bagian furkasi.

E. Fase Penyembuhan Root Planing

Cairan sulkus gingival (CSG) telah digunakan untuk mendeteksi atau

mendiagnosa keadaan jaringan periodontal secara obyektif. Komponen CSG adalah

protein, antibodi, antigen, enzym dan elemen seluler terdiri dari bakteri, desquamasi sel

epitelial dan lekosit (polimorfonuklear, limfosit, monosit atau makrofag). Pada gingiva

11
yang meradang dalam CSG ditemukan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear,

makrofag, limfosit, monosit, ion elektrolit, protein plasma dan endotoksin bakteri.

Jumlah leukosit akan menurun bila terjadi penyembuhan.2

Setelah dilakukan perawatan root planing, terjadi pembekuan darah di daerah

poket dimana epitel lining terdapat sedikit epitel lining atau bahkan tidak terdapat epitel

lining. Perdarahan terjadi pada jaringan dengan pembuluh kapiler yang membesar dan

terdapat banyak leukosit polimorfonuklear, yang terlihat pada permukaan luka. Ini

diikuti dengan proliferasi yang cepat dari jaringan granulasi dengan berkurangnya

jumlah pembuluh darah yang kecil saat jaringan mengalami maturasi.4

Perbaikan dan epitelisasi dari sulkus biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari,

dan perbaikan junctional epitelium yang terdapat pada hewan paling cepat adalah 5 hari

setelah perawatan. Serat kolagen yang imatur akan ada dan diperbaiki dalam waktu 21

hari. Jaringan gingiva sehat yang diambil akan sembuh kembali pada saat proses

penyembuhan. Penelitian menunjukkan bahwa pada manusia dan monyet yang

dilakukan prosedur scalling dan rootplaning, saat sudah sembuh akan terbentuk

junctional epitelium yang panjang dan tipis tapi tidak ada jaringan penyambung. Dalam

beberapa kasus jaringan penyambung membentuk jendela.4

F. Tahap Perawatan Root Planing6

- Alat
A. Lap Putih
B. Alat diagnostik
- Neirbeken
- 2 buah kaca mulut nomor 4
- Sonde halfmoon dan sonde lurus

12
- Pinset
- Probe periodontal
C. Brush
D. Kuret gracey
Nomor 1-2 & 3-4 : gigi anterior
Nomor 5-6 : gigi anterior dan premolar
Nomor 7-8 : gigi posterior bagian bukal

Nomor 9-10 : gigi posterior bagian palatal/lingual

Nomor 11-12 : gigi posterior bagian mesial

Nomor 13-14 : gigi posterior bagian distal

Nomor 15-16 : gigi posterior bagian mesial

- Bahan

- Antiseptik : Povidone iodine

- Pumice

- Bahan irigasi : larutan saline dan H2O2 3% (gelembung onasen (oksigen)

dapat mematikan bakteri anaerob) dan 3 cc larutan aquadest

- Cotton pellet, cotton roll

- Disclosing agent

- Cara Kerja

1 Persiapan alat dan bahan yang sudah di sterilisasi

2 Pengisian informed consent

3 Persiapan operator dan pasien :

- Posisi operator untuk posterior kanan rahang atas aspek bukal : berada di

depan kanan pasien.

13
- Posisi operator untuk posterior kiri rahang atas aspek palatal : berada di

belakang kanan pasien

4 Evaluasi plak dengan menggunakan disclosing agent  Tindakan

profilaksis: bersihkan plak yang masih ada dengan brush yang diberi

pumice, untuk mencegah plak terdorong masuk ke dalam poket saat alat

dimasukkan ke dalam poket selama pengerjaan root planing.

5 Lakukan scalling bila terdapat kalkulus.

6 Kemudian ukur kedalaman poket dengan menggunakan probe periodontal.

7 Melakukan tindakan asepsis daerah kerja:

- Asepsis ekstra oral: aplikasikan antiseptik pada daerah kerja

menggunakan cotton roll dan pinset dengan arah memutar dari dalam

keluar (dari tengah bibir ke sekitar rongga mulut).

- Asepsi intra oral: aplikasikan antiseptik pada gingiva di regio gigi

yang akan dikerjakan dengan menggunakan cotton roll dan pinset

dengan arah memutar dari dalam keluar.

8 Lakukan root planing dengan memegang alat kuret dengan modifikasi pen

grasp, bertumpu pada fulkrum yang tepat dengan permukaan blade paralel

dengan sumbu panjang gigi, secara perlahan masukkan alat kuret ke dalam

poket sampai sisi blade terletak dibawah deposit kalkulus dengan sisi blade

menghadap ke permukaan akar.

14
9 Lakukan pembersihan kalkulus subgingiva pada permukaan gigi dan akar

dengan gerakan menarik ke arah vertikal, diagonal atau horizontal. Alat

digerakkan dengan tekanan yang ringan dan terkontrol sampai permukaan

akar bersih dan halus.

15
10 Pastikan permukaan akar telah halus, diperiksa dengan menggunakan sonde

lurus dengan cara menelusuri (eksplorasi) daerah permukaan akar yang telah

dibersihkan.

11 Jika sudah bersih dan halus, kemudian bersihkan daerah kerja dengan bahan

irigasi (larutan saline dan H2O2 3%) di suction lalu bilas dengan 3 cc larutan

aquadest sampai bersih untuk menyingkirkan sisa debris dan selanjutnya

berikan antiseptik.

12 Berikan instruksi pada pasien setelah dilakukan perawatan yang tepat:

13 Jangan menghisap daerah yang telah dirawat.

14 Jangan sering meludah terlalu keras.

15 Jangan memakan makanan yang keras, kasar dan pedas.

16 Jangan menyentuh daerah yang telah dirawat dengan lidah.

17 Jangan minum minuman yang panas.

18 Dianjurkan untuk minum minuman yang dingin.

19 Instruksi pasien untuk tidak terlalu keras saat menyikat gigi dan gunakan

bulu sikat yang halus.

20 Beritahukan kepada pasien jika ada keluhan pasca perawatan segera hubungi

dokter yang telah merawat.

21 Kontrol kembali setelah 7 hari dilakukan perawatan.

16
BAB III

LAPORAN KASUS

KASUS 1

Tanggal : 04/12/2019 No. Kartu: 21-02-19

Nama : Sunarti Nama Mahasiswa:

Tgl lahir : 16/02/1979 Entin Suhartini (2018-16-117)

Jenis kelamin : Wanita Felicia Arihta Hosiana (2018-16-118)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Finda Dania Fadhilah (2018-16-119)

Alamat : Ampera Raya Mutia Oktira (2018-16-124)

Telepon : 0878 85609477

Pembimbing :

Umi Ghoni Tjiptoningsih, drg., Sp.Perio

I. Anamnesa :

Pasien wanita usia 40 tahun datang ke klinik integrasi RSGM UPDM(B),

dengan keluhan gusi gigi belakang kanan RA sering berdarah, bau mulut dan sakit

saat menyikat gigi, ngilu saat makan/minum dan terkena udara dingin. Pasien

merasa sering terselip makanan di gigi belakang atas. Sebelumnya belum pernah

melakukan perawatan pembersihan karang gigi dan sudah membersihkan karang

gigi satu bulan yang lalu, namun pasien ingin perawatan dilanjutkan karena gusi

masih sering berdarah, ngilu saat makan/minum dingin. Karena sakit, pasien

mengaku kurang bersih menyikat gigi sehari-harinya, pasien tidak memiliki

kebiasaan merokok dan minum alkohol, tidak ada riwayat penyakit sistemik. Pasien

17
datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin dirawat. Gigi 37 memiliki lubang yang

besar, gigi yang rusak disebabkan karena merasa takut dengan dokter gigi sehingga

mengabaikan kesehatan giginya dan terjadi lubang gigi.

II. Status Umum

 Kesadaran umum: compos mentis, tekanan darah 120/80mmHg, suhu afebris,

denyut nadi 66x/menit, respirasi 15x/menit

 Keadaan umum pasien baik secara anamnesa. DM (-), hipertensi (-),

kelainan darah (-), hepatitis (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi (-), ODHA

(-)

III. Status Lokal

A. Pemeriksaan ekstra oral :

a. Wajah : Simetris (TAK)

b. Bibir : Kompeten (TAK)

c. Pipi : Tidak ada pembengkakan

d. Limfonodi : teraba, lunak, tidak bengkak dan tidak sakit

e. Mata : - Pupil : isokor

- Sklera : non ikterik

- Konjungtiva : non anemik

f. Klj. Submandibularis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit

g. Klj. Sublingualis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit

18
B. Pemeriksaan Intra oral:

- Missing : 18,28,38,48

- Resesi gingiva : resesi menyeluruh RA RB Klas II Miller

- Spacing : 11-21 ±1.5mm; 33-34, 43-44 ±2.5mm

- Sisa akar :-

- Sisa mahkota : 37

- Migrasi :-

- Atrisi :-

- Abrasi :-

- Tipping : 33 distolabiotorsi, 44 mesibukoversi

- Trauma Oklusi : -

- Karies :-

- Spacing : 12-11 ±3mm; 11-21 ±4mm; 21-22 ±3mm; 22-23 ±3mm

33-32 ±2mm; 32-31 ±1mm; 31-41 ±1mm; 41-42 ±3mm

- Palatum : sedang

- Mobilitas : goyang menyeluruh gigi RA RB 10

- Lain-lain :-

- Gingiva :

RA KA : Gingiva merah tua, stippling hilang, interdental papil

tumpul, konsistensi lunak, BOP (+)

RA M : Gingiva merah tua, stippling hilang, interdental papil

tumpul, konsistensi kenyal, BOP (+)

RA KI : Gingiva merah tua, stippling hilang, interdental papil

tumpul, konsistensi lunak, BOP (+)

19
RB KA : Gingiva merah tua, ada stippling, interdental papil tumpul,

konsistensi kenyal, BOP (+)

RB M : Gingiva merah tua, stippling hilang, interdental papil

tumpul, konsistensi kenyal, BOP (+)

RB KI : Gingiva merah tua, stippling hilang, interdental papil


tumpul, konsistensi kenyal, BOP (+)

Keadaan gigi geligi


V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab

17 + 10 + - - + - - - - -/-

16 + 10 + - - + - - - - -/-

15 + 10 + - - + - - - - -/-

14 + 10 + - - + - - - - -/-

44 + - + MBV - + - - - - -/-

45 + 10 + - - + - - - - -/-

46 + - + - - + - - - + -/-

V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab

26 + 10 + - - + - - - - -/-

25 + 10 + - - + - - - - -/-

24 + 10 + - - + - - - - -/-

34 + - + - - + - - - - -/-

35 + 10 + - - + - - - - -/-

36 + - + - - + - - - - -/-

20
Keterangan :

V : Vital Pd : Poket Distal K : Karang Gigi


G : Goyang O : Oklusi T : Trauma Oklusi
Pb : Poket Bukal R : Resesi Kr : Karies
Pm : Poket Mesial Mp : Malposisi Tm : Tumpatan
Pp/Pl : Poket Palatal M : Migrasi At/Ab : Atrisi / Abrasi
Poket Lingual Tk : Titik Kontak MBV : Mesio Labio Versi
LV : Labio Versi

BUKAL Mesial Median Distal


14 2 2 2
15 3 2 3
16 3 4 3
17 3 4 3
44 3 3 2
45 3 2 3
46 3 3 4

PALATAL Mesial Median Distal


14 2 3 2
15 3 3 3
16 3 3 3
17 3 3 3
44 3 3 2
45 3 3 3
46 3 3 4

21
BUKAL Mesial Median Distal
24 2 0 2
25 3 3 3
26 2 3 2
34 1 0 1
35 1 1 4
36 4 2 3

PALATAL Mesial Median Distal


24 2 3 2
25 3 3 3
26 2 3 2
34 1 1 1
35 1 3 4
36 4 2 3

IV. Gambaran Klinis :

a. Foto ekstra oral:

22
b. Foto intra oral:

23
Foto radiografi:

17 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 4 mm di


bagian distal dan 2 mm di bagian mesial. Lamina dura normal, tidak
terdapat lesi periapikal. Terdapat gambaran radioopak di mesial distal
mahkota menyerupai kalkulus.

16 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 4 mm di


bagian distal dan 2 mm di bagian mesial. Terdapat pelebaran lamina
dura di bagian mesial, tidak terdapat lesi periapikal. Terdapat
gambaran radioopak di mesial distal mahkota menyerupai kalkulus.

15 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 4 mm di


bagian distal dan 3 mm di bagian mesial. Lamina dura normal, tidak
terdapat lesi periapikal. Terdapat gambaran radioopak di bagian
distal mahkota menyerupai kalkulus.

14 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 2 mm di


bagian distal dan 3 mm di bagian mesial. Lamina dura normal, tidak
terdapat lesi periapikal. Terdapat gambaran radioopak di distal
mahkota menyerupai kalkulus.

26 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 3 mm di


bagian distal dan 4 mm di bagian mesial. Lamina dura dan
periodontal ligamen normal. di bagian mesial. Terdapat gambaran
radioopak di distal mahkota menyerupai kalkulus.

25 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 4 mm di


bagian distal dan 3 mm di bagian mesial. Lamina dura dan
periodontal ligamen normal. Terdapat gambaran radioopak di bagian
mesial dan distal mahkota menyerupai kalkulus.

24 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 2 mm di


bagian distal dan 3 mm di bagian mesial. Lamina dura normal.
Terdapat pelebaran periodontal ligamen 1/3 apeks gigi. Terdapat
gambaran radioopak di distal mahkota menyerupai kalkulus.

24
34 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 3 mm di
bagian distal Lamina dura dan periodontal ligamen normal. Tidak
terdapat lesi periapikal.

35 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 2 mm di


bagian distal dan mesial. Lamina dura normal. Terdapat pelebaran
periodontal ligamen di mesial. Tidak terdapat lesi periapikal.
Terdapat gambaran radioopak di bagian mesial dan distal mahkota
menyerupai kalkulus.

36 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 2 mm di


bagian distal dan mesial. Lamina dura normal. Terdapat pelebaran
periodontal ligamen di mesial dan distal. Tidak terdapat lesi
periapikal. Terdapat gambaran radioopak di distal mahkota
menyerupai kalkulus.

44 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 3 mm di


bagian distal dan mesial. Lamina dura normal. Terdapat pelebaran
periodontal ligamen di mesial. Terdapat gambaran radioopak di
bagian distal mahkota menyerupai kalkulus.

45 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 3 mm di


bagian distal dan 2 mm di bagian mesial. Lamina dura normal.
Terdapat pelebaran periodontal ligamen di mesial dan distal.

46 = Terdapat penurunan puncak tulang alveolar crest 2 mm di


bagian mesial. Lamina dura normal. Terdapat pelebaran
periodontal ligamen di mesial.

IV. Diagnosa : Periodontitis kronis generalis

V. Etiologi :

 Etiologi Primer : Bakteri Plak


 Etiologi Sekunder :
- Lokal :

 Kalkulus RA RB
 Resesi gingiva menyeluruh RA RB Klas II Miller
 Poket periodontal 2-4 mm
 Pigmentasi gingiva RA RB

25
 Mobilitas : kegoyangan gigi menyeluruh 10
 Spacing : 12-11 ±3mm; 11-21 ±4mm; 21-22 ±3mm; 22-23
±3mm
 33-32 ±2mm; 32-31 ±1mm; 31-41 ±1mm; 41-42 ±3mm
 Missing : 18, 28, 38, 48
 Karies : -
 Sisa mahkota 37

V. Prognosa

Umum : Baik. Pasien kooperatif, penyakit sistemik (-), sedang tidak

konsumsi obat, dapat dilakukan perawatan.

Lokalis : Sedang, gigi vital, kehilangan perlekatan tulang alveolar crest >⅓

secara horizontal >50%, poket periodontal 2-5mm, resesi gingiva

menyeluruh klas III Miller, kegoyangan gigi menyeluruh 10

VI. Rencana terapi

FASE I: INITIAL
DHE+OHI; Scaling+polishing RA&RB;
Root planing gigi 17,16,15,14, 24, 25, 26, 36, 35, 34, 44, 45, 46 Penumpatan gigi 37

FASE IV: MAINTENANCE

DHE+OHI; Kontrol plak, kalkulus, cek poket,


keradangan gingiva, oklusi kontrol periodik 3
bulan sekali

FASE II: BEDAH FASE III: RESTORATIF

Kuretase gigi anterior RA Ortodonti piranti lepasan/cekat pada


VII. Rujukan gigi yang mengalami spacing
Depigmentasi gingiva RA RB. 12-11; 11-21; 21-22; 22-23
33-32 ; 32-31; 31-41; 41-42
26 - 1
2
-
1
 Radiologi: foto periapikal 14,15,16,17

 Konservasi: pro composite filling 37

 Ortodonsia: piranti cekat/lepasan diastema pada gigi 11,21,33,34,43,44

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien dengan diagnosis periodontitis kronis generalis, ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografis. Periodontitis merupakan

suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh

mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut ligamen periodontal dan

tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi gingiva, maupun keduanya.3,9

Periodontitis biasanya berkembang dari gingivitis yang sudah terjadi, walaupun tidak

semua gingivitis berkembang menjadi periodontitis. Perubahan komposisi dan potensi

patogenik dari mikroorganisme plak terhadap faktor resistensi pejamu dan jaringan

sekitarnya menentukan perubahan dari gingivitis menjadi periodontitis dan keparahan

kerusakan jaringan periodontal.3

Poket periodontal pada pasien diduga terkait kalkulus subgingiva serta

akumulasi plak yang sulit untuk dibersihkan sehingga menimbulkan respon inflamasi.

Tampak gingiva yang kemerahan pada rahang atas dan rahang bawah akibat inflamasi.

Oral hygiene pasien secara umum sedang. Pada rahang atas dan rahang bawah terdapat

kalkulus. Pada gambaran radiografis terdapat kerusakan alveolar crest dan pelebaran

ligamen periodontal pada posterior dan anterior rahang atas, kehilangan lamina dura

dan kerusakan tulang pola vertikal dan horizontal.

Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus dan

stain pada permukaan mahkota dan akar gigi.3 Sedangkan root planing merupakan suatu

tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik

maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada permukaan akar (sementum).3

28
Pada kasus periodontitis, scaling dan root planing tidak dapat dipisahkan. Tindakan

scaling perlu diikuti dengan root planing dengan harapan permukaan akar menjadi halus

sehingga menghambat akumulasi plak dan perlekatan kalkulus. Scaling dan root

planing merupakan terapi mendasar untuk perawatan penyakit periodontal. Meskipun

perawatan ini mempunyai keterbatasan, antara lain tidak dapat mencapai daerah poket

dengan kedalaman lebih dari 3mm dan tidak dapat mencapai daerah bifurkasi yang

merupakan cekungan pada akar gigi, namun scaling dan root planing masih tetap

merupakan perawatan utama, karena dapat mengurangi inflamasi dan mengurangi

kolonisasi bakteri di dalam sulkus gingival.3,8

Dengan melihat kondisi kasus, maka posedur root planing akan dilakukan

karena terdapat poket 3-4mm, terdapat resesi gingiva dan poket tidak hilang setelah

perawatan fase pertama. Tujuan perawatan gingivitis dan periodontitis adalah

mengontrol bakteri sebagai faktor lokal dan meminimalkan pengaruh sistemik sebagai

bentuk perawatan penyakit periodontal non bedah. Perawatan periodontal non bedah

pada kasus ini yang merupakan perawatan fase 1 meliputi pemeliharan kebersihan

mulut dan root planing.

Initial phase therapy merupakan terapi awal perawatan penyakit periodontal.

Root planning dilakukan pada pasien dengan permukaan akar dan dentin yang terekspos

dan terdapat kalkulus supragingiva dan subgingiva, kehilangan perlekatan klinis, pada

pemeriksaan radiografi, terdapat penurunan puncak tulang alveolar, tampak adanya

kalkulus pada permukaan akar, pasien dengan gingiva yang bengkak dan inflamasi.1,2

Tujuan utama root planing adalah mengembalikan kondisi gingiva menjadi

sehat kembali dengan mengeluarkan faktor-faktor yang menyebabkan inflamasi gingiva

seperti plak, kalkulus, endotoxin. Mendapatkan permukaan akar yang halus,

29
pembuangan terhadap debris dari jaringan degenerasi dan menyembuhkan progresifitas

penyakit. Proses regenerasi jaringan dan pembentukan perlekatan baru merupakan

aspek-aspek yang diharapkan dari proses penyembuhan pasca perawatan.1,2

Menurut Garrett, pembuangan jaringan yang terinflamasi dan epitel poket saat

scaling dan root planning akan diikuti oleh fase penyembuhan dimana terjadi perlekatan

epitel dan jaringan ikat yang baru, terjadi regenerasi jaringan periodontal.9

30
BAB V

KESIMPULAN

Periodontitis adalah penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi disebabkan

oleh mikroorganisme dan terjadi kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan

tulang alveolar.2 Periodontitis kronis memiliki gejala klinis berupa peradangan gingiva,

perdarahan saat melakukan probing poket periodontal, berkurangnya resistensi jaringan

terhadap probing, kerusakan jaringan ikat, tulang alveolar, ligamen periodontal, dan

sementum akar. Hal ini mengakibatkan hilangnya perlekatan epitel dan terbentuknya

poket periodontal, resesi gingiva, dan resorpsi tulang alveolar yang irreversible.2,9

Terapi inisial yang dilakukan berupa terapi mekanis yaitu scaling dan root

planing, serta diikuti dengan pemeliharaan oral hygiene.1 Scaling merupakan tindakan

perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan

akar gigi. Berbeda dengan root planing yang suatu proses menghilangkan sisa-sisa

kalkulus dan sementum dari akar gigi untuk menghasilkan permukaan akar yang halus,

keras, dan bersih.3,4

Tindakan scaling perlu diikuti dengan root planing dengan harapan permukaan

akar menjadi halus sehingga menghambat akumulasi plak dan perlekatan kalkulus. Hal

tersebut dilakukan untuk menghilangkan inflamasi gingiva, mengeliminasi atau

merubah bakteri gram negatif anaerob menjadi plak yang dihuni bakteri gram positif

fakultatif untuk mengadakan proses penyembuhan.3 Pembersihan supragingiva yang

dikombinasikan dengan menjaga oral hygiene di rumah dapat mengubah ekologi

mikroba subgingiva menjadi lebih menguntungkan dengan mengganggu biofilm

mikroba, mengurangi jumlah bakteri, dan menekan peradangan.9

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Alibasyah et al. Potensi Antibakteri Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe)


Terhadap Porphyromonas gingivalis Secara In Vitro. J Syiah Kuala Dent Soc,
2016, 1(2): 147-152.

2. Andriani I. Efektivitas Antara Scaling Root Planing (SRP) Dengan Dan Tanpa
Pemberian Ciprofloxacin Per Oral Pada Penderita Periodontitis. IDJ, Volume 1, No.
2, Tahun 2012.

3. Krismariono A. Prinsip-prinsip Dasar Scaling dan Root Planing Dalam Perawatan


Periodontal. Periodontic Journal, Vol. 1 No. 1 July-Dec 2009; 1-5.

4. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s Clinical Periodontology. Edisi
ke-12. Carranza F. 2015; p. 51, 53-54, 506, 566-575, 576-581.

5. American Dental Association. A Guide to Reporting D4346. Chicago: American


Dental Association; 2017.

6. Takei Newman, Carranza Klokkevold. Clinical Periodontology. 13th Ed. Elsevier;


2018.

7. Reddy S. Root Planing. In: Reddy S. Clinical Periodontology & Periodontics. 4th
Ed. New Delhi. Jaypee, 2014; p 257-265.

8. Cohen Edward S. Atlas of Cosmetic and Reconstructive Periodontal Surgery. 3rd ed.
shelton: people’s medical publishing house; 2009.

9. Octavia Mora, Soeroso Yuniarti. Kemal Yulianti. Efek Klinis Setelah Skeling dan

Penghalusan Akar Kasus Periodontitis Kronis Poket 4-6 mm. Dentika Dental Journal.

2015: 18(3); 211-217.

32

Anda mungkin juga menyukai