Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan


1. Gangguan Cemas
a. Definisi
Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya anxiety berasal

dari bahasa latin angustus yang berarti kaku dan ango, anci yang

berarti mencekik (Trismiati, 2004). Kecemasan merupakan suatu

perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang

menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan

yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan

yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis

dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010:104).

Kecemasan dan ketakutan memiliki komponen fisiologis

yang sama tetapi kecemasan tidak sama dengan ketakutan.

Penyebab kecemasan berasal dari dalam dan sumbernya sebagian

besar tidak diketahui sedangkan ketakutan merupakan respon

emosional terhadap ancaman atau bahaya yang sumbernya

biasanya dari luar yang dihadapi secara sadar. Kecemasan dianggap

patologis bilamana mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian

tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar (Maramis, 2005).

8
9

Walaupun merupakan hal yang normal dialami namun

kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama kelamaan dapat

menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan

kecemasan akut, berkembang menjadi kecemasan menahun akibat

represi dan konflik yang tak disadari. Adanya stres pencetus

menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme untuk

mengatasinya dan mengakibatkan neurosa cemas (Maramis, 2005).

Gangguan kecemasan seperti yang didefinisikan melalui

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V

American Psychiatric Association, 2013), gangguan kecemasan

terdiri dari kelompok heterogen, yang berbagi kecemasan sebagai

gejala. Namun, masing-masing gangguan ini memiliki etiologi dan

hasil yang berbeda, dan karakteristik fisiologis yang berbeda.

b. Etiologi

Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemaan: Teori

Psikologis
Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama:

a) Teori psikoanalitik

Kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego yang

memberitahukan adanya suatu dorongan yang tidak dapat

diterima dan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan

defensif terhadap tekanan dari dalam tersebut. Idealnya,

penggunaan represi sudah cukup untuk memulihkan

keseimbangan psikologis tanpa menyebabkan gejala, karena


10

represi yang efektif dapat menahan dorongan di bawah

sadar. Namun jika represi tidak berhasil sebagai pertahanan,

mekanisme pertahanan lain (seperti konversi, pengalihan,

dan regresi) mungkin menyebabkan pembentukan gejala

dan menghasilkan gambaran gangguan neurotik yang klasik

(seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-kompulsif).

b) Teori perilaku

Menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh

stimuli lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah,

terdistorsi, atau tidak produktif dapat mendahului atau

menyertai perilaku maladaptif dan gangguan emosional.

Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih terhadap

derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah

kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman.

c) Teori eksistensial

Teori ini memberikan model gangguan kecemasan

umum dimana tidak terdapat stimulus yang dapat

diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan

kecemasan yang kronis (Kaplan, 2010).

1) Teori Biologis

Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun

dapat juga sebagai akibat dari suatu konflik psikologis.


11

a) Sistem saraf otonom

Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin

dari adrenal melalui mekanisme berikut ini:
ancaman

dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks

serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular

Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis.

Kemudian kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin

dan terjadilah stimulasi saraf otonom (Mudjaddid, 2006).

b) Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi

berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu,

misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi),

muskuler (contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal

(contohnya: diare), dan pernafasan (contohnya: nafas

cepat). Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan

dengan kecemasan adalah norepinefrin, serotonin, dan

gamma-aminobutyric acid (GABA). Norepinefrin pasien

yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki

sistem noradrenergik yang teregulasi secara buruk. Badan

sel sistem noradrenergik terutama berlokasi di lokus

sereleus di pons rostral dan aksonnya keluar ke korteks

serebral, sistem limbik, batang otak, dan medula spinalis.


12

Percobaan pada primata menunjukkan bahwa stimulasi

lokus sereleus menghasilkan suatu respon ketakutan dan

ablasi lokus sereleus menghambat kemampuan binatang

untuk membentuk respon ketakutan. Pada pasien dengan

gangguan kecemasan, khususnya gangguan panik,

memiliki kadar metabolit noradrenergic yaitu 3-methoxy-

4-hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meninggi dalam

cairan serebrospinalis dan urin.

Serotonin badan sel pada sebagian besar neuron

serotonergik berlokasi di nukleus raphe di batang otak

rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik, dan

hipotalamus. Beberapa laporan menyatakan obat-obatan

yang menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan

peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan

kecemasan.

Gamma-aminobutyric acid (GABA). Peranan

GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh

manfaat benzodiazepine sebagai salah satu obat beberapa

jenis gangguan kecemasan. Beberapa pasien dengan

gangguan kecemasan diduga memiliki fungsi reseptor

GABA yang abnormal (Kaplan dan Saddock, 2005).


13

Faktor budaya juga merupakan salah satu

penyebab kecemasan yang penting. Pekerjaan, pendidikan,

institusi agama, dan sosial budaya semuanya dapat

menjadi konflik yang menyebabkan kecemasan (Solomon,

1974).

c. Gejala Klinis

Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan

kecemasan dapat dibagi menjadi gejala somatik dan psikologis

(Conley, 2006):

1) Gejala somatik

a) Keringat berlebih. 


b) Ketegangan pada otot skelet: sakit kepala, kontraksi pada

bagian 
belakang leher atau dada,suara bergetar, nyeri

punggung. 


c) Sindrom hiperventilasi: sesak nafas, pusing, parestesi. 


d) Gangguan fungsi gastrointestinal: nyeri abdomen, tidak

nafsu 
makan, mual, diare, konstipasi. 


e) Iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi. 


2) Disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil, sakit saat


berkemih, impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan

nafsu seksual. 
 Gejala psikologis

a) Gangguan mood: sensitif sekali, cepat marah, mudah

sedih.
14

b) Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yang

berulang-ulang. 


c) Kelelahan, mudah capek. 


d) Kehilangan motivasi dan minat. 


e) Perasaan-perasaan yang tidak nyata. 


f) Sangat sensitif terhadap suara: merasa tak tahan terhadap

suara-suara yang sebelumnya biasa saja. 


g) Berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi, mudah

lupa.

h) Kikuk, canggung, koordinasi buruk. 


i) Tidak bisa membuat keputusan: tidak bisa menentukan

pilihan 
bahkan untuk hal-hal kecil. 


j) Gelisah, resah, tidak bisa diam. 


k) Kehilangan kepercayaan diri. 


l) Kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-

ulang. 


m) Keraguan dan ketakutan yang mengganggu. 


n) Terus menerus memeriksa segala sesuatu yang telah

dilakukan. 


d. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat

dan panik (stuart dan sudeen, 1998) yaitu:


15

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ini adalah kecemasan yang normal yang

memotivasi individu dari hari ke hari sehingga dapat

meningkatkan kesadaran individu serta mempertajam

perasaannya. Ansietas pada tahap ini dipandang penting dan

konstruktif. .

2) Kecemasan sedang

Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh

indera dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga perhatuan

terhadap rangsangan dari lingkungannya berkurang.

3) Kecemasan berat

Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus pada hal – hal

yang kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan

masalahnya, dan terjadi gangguan fungsional.

4) Panik

Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi disorganisasi

dan dapat membahayakan dirinya. Individu tidak dapat

bertindak, agitasi atau hiperaktif. Kecemasan tidak dapat

langsung dilihat, tetapi dikomunikasikan melalui perilaku

klien/individu, seperti tekanan darah yang meningkat, nadi

cepat, mulut kering, menggigil, sering kencing dan pening.


16

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Hawari (2008) mekanisme terjadinya cemas yaitu

psikoneuroimunologi atau psikoneuroendokrinologi. Stres psikologi

menyebabkan terjadinya kecemasan. Oleh karena itu, kecemasan

dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu:

1) Usia

Menurut Husna (2012) umur menunjukan ukuran waktu

pertumbuhan dan perkembangan seseorang individu. Umur

berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan

pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu

penyakit atau kejadian sehingga membentuk persepsi dan sikap.

Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur

dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan

mekanisme koping yang baik dibandingkan dengan kelompok

umur lebih muda, ditemukan sebagian besar kelompok umur

muda cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat

dibandingkan dengan kelompo umur dewasa (Lukman, 2009).

2) Pengalaman

Mirianati (2011) mengatakan bahwa pengalaman masa

lalu terhadap penyakit atau tindakan medis baik yang positif

maupun yang negative dapat mempengaruhi perkembangan

keterampilan menggunakan koping. Keberhasilan seseorang

dapat membantu individu untuk mengembangkan kekuatan


17

coping ,sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional

menyebabkan seseorang menggunakan coping yang maladaptive

terhadap stressor tertentu.

3) Dukungan

Menurut Kaplan dan Saddock (2010), dukungan

psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal

yang dapat melindungi seseorang dari efek stress yang buruk.

Pada umumnya jika seseorang memiliki system pendukung yang

kuat, kerentanan terhadap tindakan persalinan akan rendah.

4) Jenis kelamin

Berkaitan dengan kceemasan pada pria dan wanita bahwa

perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan

dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan

perempuan lebih sensitif. Penelitian sebelumnya menunjukan

bahwa laki-laki lebih rileks dibandingkan perempuan dalam

menghadapi suatu situasi (Lutfa, 2008). Sunaryo (2010) menulis

dalam bukunya bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa

mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang

dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan dengan

perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan

wawasan lebih luas dibandingkan perempuan, karena laku-laki

lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar.


18

5) Pendidikan

Hasil riset yang dilakukan Stuart dan Sudden (2007)

menunjukan responden yang berpendidikan tinggi mampu

menggunakan pemahaman mereka dalam merespon rencana

tindaka persalinan secara adaptif dibandingkan dengan

kelompok yang berpendidikan rendah (Lukman, 2009). Kondisi

ini menimbulkan respon cemas berat cenderung kita temukan

pada responden yang berpendidikan rendah karena pemahaman

mereka sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi

mereka dalam merespon tindakan.

6) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

pengalaman yang berasal berbagai macam sumber seperti,

media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik,

buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan

adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang

dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan

pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang, sebagian pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).


19

7) Mekanisme koping kecemasan

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami

kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya mengatasi

dengan berbagai mekanisme koping. Penggunaan mekanisme

koping dalam menerima keadaan akan efektif bila didukung

dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang

bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat

mengatasi kecemasannya. Kecemasan harus segera ditangani

untuk mencapai hemostasis pada diri individu, baik secara

fisiologis maupun psikologis (Hawari, 2008).

2. Sumber Kecemasan Pada Mahasiswa Kedokteran

Sumber kecemasan pada mahasiswa kedokteran yang terdiri dari

tiga area utama: tekanan akademik, masalah sosial, dan masalah

finansial. Tekanan akademik yang dirasakan oleh mahasiswa

diantaranya adalah banyaknya jumlah materi yang harus dipelajari dan

ketakutan terhadap tidak terkuasainya materi yang dipelajari.

Perkembangan sosial dan pribadi mahasiswa kedokteran juga

terpengaruh oleh kehidupan akademik yang rutin dan menyita waktu.

Kurangnya waktu untuk keluarga, teman dekat, dan melakukan

rekreasi adalah masalah social utama bagi mahasiswa. Masalah

finansial yang terjadi pada mahasiswa yang utama adalah

ketergantungan finansial terhadap keluarga (Barikani, 2009).


20

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shah, dkk. (2010),

terdapat 3 faktor penyebab kecemasan pada mahasiswa kedokteran

yang dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Faktor akademik

2. Faktor psikososial

a. Sukar konsentrasi

b. Berkurangnya kesenangan dalam hobi

c. Tidak mampu bersosialisasi dengan rekan sebaya

d. Kurangnya minat pribadi dalam ilmu kedokteran

3. Faktor-Faktor Lain

a. Sulit tidur

b. Nutrisi

c. Olahraga

d. Ketidakmampuan fisik

3. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

a. Definisi

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) adalah digunakan

untuk mengukur kecemasan pada seseorang. Pada tes ini terdapat

14 gejala yang diobservasi. Setiap item diberi skor antara 0

sampai dengan 4 berdasarkan berat ringannya gejala.


21

b. Penilaian kecemasan dengan HARS

Penilaian kecemasan dengan HARS terdiri dari 14 item, meliputi:

1) Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,

mudah tersinggung.


2) Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah

terganggu, dan lesu.

3) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila

ditinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4) Gangguan tidur: sukar memulai 
tidur, terbangun pada

malam hari, 
tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa

dan sulit 
konsentrasi. 


6) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang

hari.

7) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi,

suara tidak stabil dan kedutan otot. 


8) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,

muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9) Gejala kardiovaskular: takikardi, nyeri dada, denyut nadi

mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,

sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.


22

11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, konstipasi, berat badan

menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan

sesudah makan, perasaan panas di perut.

12) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan

kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka

merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,

mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori:

0 = Tidak ada gejala atau keluhan

1 = Gejala ringan


2 = Gejala sedang


3 = Gejala berat


4 = Gejala berat sekali


 Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai

skor dan item 1-14 dengan hasil:

a. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.

b. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.


c. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.

d. Skor 28 – 41 = kecemasan berat


23

e. Skor 42 – 56 = kecemasan berat sekali

Responden mengisi formulir Hamilton Anxiety


Rating Scale (HARS) untuk mengetahui skor gangguan

cemas. Dihitung prevalensi gangguan cemas tiap mahasiswa.

Dimana sampel dikatakan mengalami gangguan cemas jika

skor HARS ≥ 14.

B. kerangka teori

Penyebab Kecemasan

Faktor Psikologis Faktor Biologis

Cemas

Faktor Penyebab Kecemasan pada Mahasiswa

1. Faktor Akademik
2. Faktor Psikososial
3. Faktor lain

Cemas Pada Mahasiswa

Gambar 1. Kerangka Teori


24

C. Kerangka Konsep

Perbedan Derajat
Mahasiswa Semester
kecemasan Mahasiswa
3 dan 7

= Variabel independen

= Variabel dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat kejadian cemas pada mahasiswa semester 3 dan semester 7
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
2. Terdapat perbedaan skala kecemasan pada mahasiswa semester 3 dan
semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

Anda mungkin juga menyukai