Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013

BAB 2 Pengujian Agregat Halus


Kelompok 13

BAB 2
PENGUJIAN AGREGAT HALUS

2.1 Kandungan Lumpur


2.1.1 Dasar Teori
Pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran sebesar 0,15 mm
sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik secara alamiah
maupun penghancuran dengan bantuan manusia.

Pasir merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan
campuran adukan beton. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.
Sedangkan Lumpur adalah bagian–bagian butiran yang dapat melewati ayakan
0,063 mm. Kandungan Lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 5% dari
berat kering pasir. Untuk itu pasir yang akan dipakai dalam adukan beton harus
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti tercantum dalam peraturan beton
bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971. Menurut PBI (N I-2) pasal 33 Ayat 3,
syarat-syarat yang harus dipenuhi agregat halus adalah sebagai berikut :
 Ayat 2 :
Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca sseperti matahari dan hujan.
 Ayat 3 :
Agregat halus mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat
keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan
0.063 mm. Bila ternyata kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat
halus tersebut harus dicuci sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton

2.1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir sebagai salah satu komponen
penyusun beton.

58
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

2.1.3 Alat dan Bahan


2.1.3.1 Alat
a. Gelas ukur 250 cc
b. Cawan
c. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
d. Pipet
e. Oven

2.1.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) kering dari oven, lolos ayakan 2 mm
b. Air bersih

2.1.4 Langkah Kerja


1. Menyiapkan sampel pasir dan mengeringkan dalam oven.
2. Menimbang pasir kering oven seberat 100 gram.
3. Memasukkan pasir ke dalam gelas ukur dan melakukan proses pencucian
sebagai berikut:
a. Memasukkan air ke dalam gelas ukur yang telah berisi pasir dengan
ketinggian 12 cm dari permukaan pasir.
b. Menutup mulut gelas rapat-rapat dengan tangan.
c. Gelas dikocok 10 kali (dianggap satu kali pencucian).
d. Membuang air dalam gelas (usahakan pasir tidak ikut terbuang).
e. Proses pencucian diulang sampai bersih.
4. Menuangkan pasir ke dalam cawan (air yang ikut menetes diambil dengan
pipet).
5. Pasir dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
110 C selama 24 jam.
6. Setelah dikeluarkan dari oven didiamkan hingga mencapai suhu kamar.
7. Menimbang pasir yang sudah dikeringkan.
8. Melakukan perhitungan.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

2.1.5 Alur Kerja

MULAI

Menyiapkan pasir kering oven dan menimbangnya sebanyak 100 gram

Mengambil tabung gelas ukur

Memasukkan pasir ke dalam tabung

Melakukan proses pencucian:


a. Memasukkan air ke dalam tabung
b. Menutup tabung rapat – rapat
c. Mengocok tabung sebanyak 10 kali
(dianggap satu kali pencucian).
d. Membuang airnya
e. Mengulangi sampai airnya jernih

Memasukkan pasir ke dalam cawan

Memasukkan sampel ke dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam

Menimbang pasir

Melakukan perhitungan

SELESAI

Gambar 2.1 Diagram Alir Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir


Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

2.1.6 Hasil Pengujian dan Analisis Data


Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pencucian Agregat Halus
Pencucian ke Pengamatan
1-3 keruh
4 agak keruh
5-8 agak keruh
9 – 10 mulai bening
11-12 agak bening
13-16 jernih/bening

keruh agak agak mulai agak Jernih /


keruh keruh bening bening bening

1-3 4 5-8 9-10 11-12 13-16


6
Gambar 2.2 Hasil Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir

Analisis Data dan Perhitungan:


Berat awal pasir (a) = 100 gram
Berat akhir pasir (b) = 75 gram
ab
Kadar Lumpur   100%
a
100  75
  100%
100
= 25 %
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

2.1.7 Kesimpulan
Kadar lumpur yang disyaratkan PBI 1971 untuk pasir yang akan digunakan
sebagai campuran dalam adukan beton maksimal adalah 5%. Dalam pengujian ini
diperoleh kandungan lumpur dalam pasir sebesar 25%, sehingga pasir tersebut
tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan sebagai bahan bangunan yang baik.
Untuk memperoleh pasir yang baik maka harus dilakukan pencucian terlebih
dahulu dengan air bersih sebelum digunakan.

2.2 Kandungan Zat Organik


2.2.1 Dasar Teori
Zat organik berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sampah yang apabila bercampur
dengan pasir akan membuat pasir kurang baik dalam pembuatan beton.Untuk
mengetahui banyak sedikitnya kandungan zat organik dalam pasir maka dapat
dilihat berdasarkan tabel Prof. Rosseno (lihat Tabel 2.2).

Apabila warna air cukup bersih/jernih, maka kandungan zat organik dalam pasir
itu sedikit dan pasir dapat digunakan untuk bahan baku beton. Apabila warna air
tampak keruh, maka pasir harus dicuci dulu sebelum digunakan untuk bahan baku
beton.

2.2.2 Tujuan Percobaan


Untuk menentukan banyak sedikitnya kandungan zat organik dalam pasir.

2.2.3 Alat dan Bahan


2.2.3.1 Alat
a. Gelas ukur 250 cc
b. Pipet
c. Oven
d. Ayakan 2 mm
e. Cawan
f. Neraca dengan ketelitian 0,1 gr

2.2.3.2 Bahan
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

a. Agregat halus (pasir) dari oven lolos ayakan 2mm 130 ml.
b. Larutan NaOH 3 % 200ml.

2.2.4 Langkah Kerja


1. Mengambil contoh pasir kering oven secukupnya.
2. Mengayak pasir dengan ayakan 2 mm hingga hasil ayakan mencapai 130 cc.
3. Memasukkan contoh pasir dalam gelas ukur 250 ml.
4. Menuangkan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga mencapai 200 ml.
5. Mengocok pasir dan larutan NaOH selama 10 menit.
6. Meletakkan campuran tersebut pada tempat terlindung selama 24 jam.
7. Mengamati warna larutan NaOH di atas pasir.
8. Mencocokkan dengan tabel Prof. Rosseno.

Tabel 2.2 Hubungan Perubahan Warna NaOH dengan Prosentase Kandungan Zat Organik
Warna campuran air + NaOH Kandungan Zat Organik
Jernih 0%
Kuning Muda 0 - 10%
Kuning Tua 10 - 20%
Kuning Kemerahan 20 - 30%
Coklat Kemerahan 30 - 50%
Coklat Tua 50 - 100%
Sumber : Prof. Ir.Rooseno

2.2.5 Alur Kerja


Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

MULAI

Mengambil sampel pasir kering oven

Mengayak pasir dengan ayakan 2 mm hingga hasil ayakan mencapai


130 cc.

Memasukkan contoh pasir dalam gelas ukur 250 ml

Memasukkan larutan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga mencapai


200 ml, kemudian mengocoknya selama 10 menit

Meletakan campuran tersebut ditempat terlindung selama 24 jam

Mengamati perubahan warna larutan NaOH yang berada diatas pasir

Mencocokkannya dengan tabel Prof. Rosseno

SELESAI

Gambar 2.2 Diagram Alir Pengujian Kandungan Zat Organik Dalam Pasir

2.2.6 Hasil Pengujian dan Analisis Data


Setelah dikocok dan didiamkan selama 24 jam, warna NaOH yang semula jernih
berubah warna menjadi coklat tua. Berdasarkan tabel 2.2, kandungan zat organik
sebesar 50 – 100 %.

2.2.7 Kesimpulan
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna NaOH berubah menjadi coklat
tua. Berdasarkan tabel 2.2, kandungan zat organik sebesar 50 - 100 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pasir tersebut mengandung zat organik sekitar 50 – 100 %
dan pasir tersebut masih dapat digunakan sebagai bahan pembuatan beton.

2.3 Specific Gravity Agregat Halus


2.3.1 Dasar Teori
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik juga dipengaruhi dari mutu agregat
yang baik, FAS, serta dengan pemeliharaan yang baik pula. Penentuan berat jenis
pasir serta daya serap pasir tersebut didalam air dilakukan dalam dua tahap :
Tahap I : Penentuan keadaan fisik bahan (pasir dalam keadaan kering
permukaan atau SSD).
Tahap II : Penentuan berat jenis pasir (specific gravity)
 Bulk specific gravity ( perbandingan berat pasir kering dengan volume pasir
total).
A

B  D C
 Bulk specific gravity SSD (perbandingan berat pasir dalam keadaan SSD
dengan volume pasir total).
D

B  D C
 Appearent Spesific Gravity pasir (perbandingan berat pasir kering di banding
volume pasir kering).
A

A B C
 Absorbtion (besarnya air yang diserap pasir).
D A
 x100%
A

Keterangan:
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

A = Berat pasir oven


B = Berat volumetric flash air
C = Berat pasir + air + volumetric flash
D = Berat pasir SSD

2.3.2 Tujuan
Untuk menentukan Bulk Specific Gravity, Bulk Specific Gravity SSD, Apparent
Specific Gravity, dan Absorbsion Agregat Halus.

2.3.3 Alat dan Bahan


2.3.3.1 Alat
a. Conical Mould dan temper (pemadat)
b. Tabung Volumetrick Flash 500 cc
c. Neraca/timbangan dengan ketelitian 5 gr.
d. Oven
e. Cawan
f. Pipet

2.3.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) 500 gram lolos ayakan 2 mm.
b. Air bersih.

2.3.4 Langkah Kerja


1. Membuat pasir dalam keadaan SSD dengan cara:
a. Mengambil pasir yang telah disediakan (dianggap kondisi lapangan SSD),
masukkan dalam conical mould sampai 1/3 tinggi.
b. Menumbuk dengan temper sebanyak 15 kali, tinggi jatuh temper 2 cm.
c. Menambah pasir hingga 2/3 tinggi, lalu mengulangi prosedur b.
d. Menambah pasir hingga penuh dan mengulangi lagi prosedur b.
e. Memasukkan pasir hingga penuh lalu meratakan permukaan pasir.
f. Mengangkat conical mould sehingga pasir dengan sendirinya akan
merosot. Pemerosotan pasir tidak boleh lebih dari ½ tinggi dan apabila
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

penurunan pasir mencapai 1/3 tinggi atau ± 2,5 cm, maka pasir tersebut
sudah dalam keadaan kering permukaan (SSD).
2. Mengambil pasir SSD sebanyak 500 gram, dimasukkan dalam volumetrick
flash, dan diisi air hingga penuh lalu didiamkan hingga 24 jam.
3. Setelah 24 jam, menimbang volumetrick flash yang berisi pasir dan air
tersebut.
4. Mengeluarkan pasir dari volumetrick flash dan memasukkan ke cawan dengan
membuang air terlebih dahulu, jika dalam cawan masih ada air
mengeluarkannya dengan menggunakan pipet.
5. Memasukkan pasir dalam cawan ke dalam oven dengan suhu 1100 C selama
24 jam.
6. Volumetrick flash yang telah kosong dan bersih diisi air sampai penuh dan
ditimbang.
7. Pasir yang telah dioven didiamkan sampai mencapai suhu kamar kemudian
menimbang pasir tersebut.
8. Dari data yang diperoleh, dapat dihitung nilai Spesific Gravity (berat jenis).

2.3.5 Alur Kerja

MULAI
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

Membuat pasir SSD


a.Mengambil pasir yang telah disediakan (dianggap kondisi
lapangan SSD), masukkan dalam conical mould sampai 1/3
tinggi
b.Menumbuk dengan tamper sebanyak 15 kali, tinggi jatuh
temper 2 cm
c.Menambah pasir hingga 2/3 tinggi, lalu mengulangi prosedur b
d.Menambah pasir hingga penuh dan mengulangi lagi prosedur
b
e.Memasukkan pasir hingga penuh lalu meratakan permukaan
pasir
f.Mengangkat conical mould sehingga pasir dengan sendirinya

Mengambil 500 gram pasir SSD


a. SSD

Memasukkan ke dalam volumetrick flash +


air hingga penuh, didiamkan 24 jam

Mengeluarkan pasir dari volumetrick flash dan


memasukkan ke cawan dengan membuang air terlebih
dahulu

Memasukkan pasir dalam cawan ke dalam oven


dengan suhu 1100 C selama 24 jam.
kamar

Volumetrick flash yang telah kosong dan bersih diisi air


sampai penuh dan ditimbang

Gambar 2.3 Diagram Alir Pengujian Spesific Gravity Agregat Halus


2.3.6 Hasil Pengujian dan Analisis Data
2.3.6.1 Data Hasil Pengujian
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

a. Berat pasir SSD = 515 gram (D)


b. Berat pasir kering oven = 500 gram (A)
c. Berat volumetrick flash + air = 700 gram (B)
d. Berat volumetrick flash + air + pasir = 985 gram (C)
e. Tinggi pasir = 7,3 cm

2.3.6.2 Analisis Data


A 500
a. Bulk Specific Gravity =   2,1739 gr / cc
B  D  C 700  515  985
D 515
b. Bulk Specific Gravity SSD =   2,2391gr / cc
B  D  C 700  515  985
A 500
c. Apparent Specific Gravity =   2,3256 gr / cc
A  B  C 500  700  985
DA 515  500
d. Absorbsion =  100%   100%  3%
A 500

2.3.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan analisis data diperoleh nilai:
1. Bulk Specific Gravity agregat halus = 2,1739 gr/cc
2. Bulk Specific Gravity SSD agregat halus = 2,2391 gr/cc
3. Apparent Specific Gravity = 2,3256 gr/cc
4. Absorbsion =3 %

Berdasar ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD adalah 2,5 – 2,7.
Hasil percobaan dan analisis data menunjukkan bahwa nilai Bulk Specific Gravity
SSD adalah 2,2391 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir sampel memenuhi
syarat dan layak digunakan sebagai agregat halus dalam pembuatan beton.

2.4 Gradasi Agregat Halus


2.4.1 Dasar Teori
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

Agregat halus adalah butiran mineral dengan ukuran 4,75 mm yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dalam campuran adukan beton atau mortar. Pasir yang
merupakan agregat halus merupakan hasil dari disintegrasi batuan. Berdasarkan
tempat terjadinya, pasir dibedakan menjadi :
a. Pasir galian
b. Pasir sungai
c. Pasir laut

Untuk menggunakan pasir sebagai bahan utama dari beton maka ukuran
butirannya harus memenuhi syarat. Gradasi agregat adalah susunan ukuran
buturan dari agregat tersebut. Apabila butir-butir agregat mempunyai ukuran
yang sama, maka volume pasir akan menjadi besar. Sebaliknya jika ukuran
bervariasi maka ukuran volumenya akan menjadi kecil.

Pada pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang kemampatannya tinggi,


karena volume porinya sedikit, maka akan membutuhkan bahan pengikat yang
sedikit pula. Pernyataan gradasi digunakan sebagai prosentase dari berat butiran
yang tertinggal atau lolos dari suatu ayakan.

Gradasi agregat halus sangat penting untuk menjamin mutu beton yang
berkualitas sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Menurut PBI 1971 pasal 33 ayat 1 gradasi agregat halus yang baik adalah :
 Sisa diatas ayakan Ø 4 mm minimal 2 % berat
 Sisa diatas ayakan Ø 1 mm minimal 10 % berat
 Sisa diatas ayakan Ø 0,25 mm minimal 80 – 95 % berat

Menurut ASTM harga modulus kehalusan berkisar antara 2,3 – 3,1. Dengan
adanya ketentuan seperti diatas maka kita sangat perlu memeriksa gradasi pasir
sebelum digunakan untuk campuran adukan beton untuk mengetahui
kelayakannya.
Tabel 2.3 Batasan Susunan Butiran Agregat Halus Sesuai ASTM C 33-81
(Edward G Nawi ,1990)
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

Ukuran saringan Prosentase lolos saringan


(mm) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4
10,00 100 100 100 100
4,80 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyo. 1994
Keterangan:
Daerah I : pasir kasar
Daerah II : pasir agak kasar
Daerah III : pasir agak halus
Daerah IV : pasir halus

2.4.2 Tujuan
Untuk memeriksa susunan atau variasi susunan agregat halus dan angka kehalusan
agregat halus (pasir) tersebut.

2.4.3 Alat dan Bahan


2.4.3.1 Alat
a. Neraca/timbangan berkapasitas 2 kg, ketelitian 5 gr.
b. Satu set mesin getar.
c. Satu set ayakan dengan diameter:
 9,50 mm
 4.75 mm
 2.36 mm
 1.18 mm
 0.85 mm
 0.30 mm
 0.15 mm
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

 0 (pan)

2.4.3.2. Bahan
a. Agregat halus (pasir) 3000 gr.

2.4.4 Langkah Kerja


1. Menyiapkan agregat halus (pasir) sebanyak 3000 gr.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun berurutan mulai dari pan (paling
bawah), hingga ayakan 9,5 mm (paling atas), lalu susunan ayakan tersebut
diletakkan pada mesin penggetar.
3. Menuangkan pasir ke dalam ayakan paling atas dan menutup rapat-rapat
susunan ayakan tersebut.
4. Menghidupkan mesin penggetar selama 5 menit.
5. Setelah 5 menit matikan mesin, lalu menimbang dan mencatat berat agregat
halus yang tertinggal pada masing-masing ayakan.

2.4.5 Alur Kerja

MULAI

Menyiapkan pasir sebanyak 2000 gr

Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun mulai dari bawah ke atas: pan;
0,15 mm; 0,30 mm; 0,85 mm; 1,18 mm; 2,36 mm; 4,75 mm; 9,50 mm

Menuangkan pasir ke dalam ayakan paling atas dan menutupnya rapat-


rapat

Memasukkan ke dalam mesin penggetar (vibrator) dan menyalakannya  5


menit

A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

Menimbang dan mencatat pasir yang tertinggal pada masing-masing ayakan

SELESAI

Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian Gradasi Agregat Halus

2.4.6 Hasil Pengujian dan Analisis Data


2.4.6.1 Hasil Pengujian
Tabel 2.4 Data Hasil Percobaan Gradasi Agregat Halus
Diameter Ayakan (mm) Pasir Tertinggal (gram)
9,50 0
4,75 105
2,36 270
1,18 415
0,85 295
0,30 1325
0,15 200
0,00 15
Jumlah 2625

Berat awal pasir = 3000 gram


Berat pasir setelah diayak = 2625 gram

2.4.6.2 Analisis Data


Tabel 2.5 Analisis Data Gradasi Agregat Halus
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

Berat Tertinggal Berat Lolos


Diameter
Kumulatif SNI
Ayakan
Kumulatif (%) Standart
(mm) Gram %
(%)
9,50 0 0 0 100 100
4,75 105 3,5 3,5 96,5 90-100
2,36 270 9 12,5 87,5 75-100
1,18 415 13,833 26,333 73,667 55-90
0,85 295 9,833 36,166 63,834 35-59
0,30 1325 44,167 80,333 19,667 8-30
0,15 200 6,667 87 13 0-10
0,00 15 0,5 87,5 12,5 -
∑ 2625 87,5 333,332 466,668 -

Sehingga banyak pasir yang hilang = 3000 - ∑ berat tertinggal


= 3000 – 2625
= 375 gram

Berat tertinggal
Berat pasir tertinggal = 100%
3000

2625
  100%
3000
 87,5%

Berat awal − berat tertinggal


Berat pasir yang hilang = 100%
3000
3000  2625
 x100%
3000
 12,5%

 % komulatif berat tertinggal  % berat tertinggal


Modulus halus butir =
% berat tertinggal
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

333,332  87,5

87,5
 2,8095

Dengan perhitungan di atas maka pasir tersebut masuk dalam daerah II dan
memenuhi syarat dalam standar SK-SNI-T-15-1990-03 dan ASTM C.33-97.

Gradasi Agregat Halus


120

100
Batas Atas
% Lolos Saringan

80

60 Batas Bawah

40
Hasil
20 Percobaan

0
0 2 4 6 8 10
Diameter Ayakan

Grafik 2.1 Hubungan Antara Diameter Ayakan dengan Prosentase Lolos

2.4.7 Kesimpulan
Syarat gradasi agregat kasar :
a. Modulus halus untuk British Standart (BS.882:1992) = 1,5-3,8
b. Kehilangan butiran maksimal 1 % dari berat semula

Kesimpulan dari data yang diperoleh:


a. Dari hasil penelitian diperoleh Modulus Kehalusan agregat halus sebesar
2,8095. Berdasarkan ketentuan SII-0052-80 Modulus Kehalusan adalah
1,5<MK<3,8 sehingga memenuhi syarat berdasarkan SII-0052-80.
b. Persentase kehilangan berat pada saat pengujian = 12,5 % maka pasir uji tidak
memenuhi syarat.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013
BAB 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 13

c. Menurut PBI 1971 :


1. Sisa di atas ayakan Ø 4 mm = 2 % berat
Hasil uji 0,17 % dengan Ø 4,75 mm.
2. Sisa di atas ayakan Ø 1 mm = 10 % berat
Hasil uji 28,28 % dengan Ø 1,18 mm.
3. Sisa diatas ayakan Ø 0,25 mm = 80-95 % berat
Hasil uji 82,66 % dengan Ø 0,30 mm.

Dari data hasil percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
a. Prosentase kehilangan berat pada saat pengujian adalah 12,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa agregat halus sampel tidak memenuhi syarat sebagai
bahan bangunan pembuatan beton, karena standar nilai kehilangan berat
maksimal 1% dari berat semula.
b. Modulus kehalusan agregat halus sebesar 2,8095. Berdasarkan ASTM C.33-
97 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,3 – 3,1, berdasar SII-
0052-80 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 1,5 – 3,8. Jadi,
agregat halus memenuhi syarat pembuatan beton.

Anda mungkin juga menyukai