DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Latar Belakang
Bawang adalah komoditas bumbu yang paling banyak digunakan di
Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya bawang,
khususnya bawang merah. Bawang merah sering dijadikan berbagai olahan yang
banyak digemari masyarakat luas. Seperti bawang goreng, kerupuk bawang,
sambal bawang dan masih banyak lagi. Bawang merupakan tanaman yang
menghasilkan buah melalui umbi. Layaknya singkong, bawang tumbuh didalam
tanah dengan menghasilkan banyak siung dalam satu bongkahan bawang.
Bongkahan bawang ini bermanfaat. Bawang sendiri mempunyai aroma yang khas.
Namun apabila dikonsumsi terlalu banyak bawang dapat menyebabkan aroma
yang tidak sedap (Suriani, 2011).
Bawang merah dalam bahasa Sunda dinamakan “bawang beureum” dan
dalam bahasa Jawa disebut “brambang”, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut
“shallot”. Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang digunakan
sebagai bahan/bumbu penyedap makanan sehari-hari dan juga biasa dipakai
sebagai obat tradisional atau bahan untuk industri makanan yang saat ini
berkembang dengan pesat dengan beraneka ragam olahan makanan lezat yang
bermunculan (Hidayat, 2004).
Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan petani mulai di
dataran rendah sampai dataran tinggi. Bawang merah (Allium
cepa var. ascalonicum) menurut sejarah awalnya tanaman ini memiliki hubungan
erat dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu merupakan salah satu bentuk
tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam
populasi bawang bombay. Penyebaran alami tanaman bawang merah berkembang
dari daerah asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan, Afganistan dan Iran. Tanaman
tersebut menyebar di dunia, mulai dari Eropa sampai sekarang ditemukan di
daerah ekuator sampai jauh ke Utara dan Selatan pusat polar. Di daerah tropik,
bawang merah dominan dibudidayakan di dataran rendah pada 10° Lintang Utara
dan 10° LS. Bagi masayarakat indonesia, bawang merah adalah salah satu bahan
yang tidak dapat dipisahkan dengan masakan sehari-hari. Hampir semua masakan
memakai bumbu bawang merah karena aromanya yang khas dan mengugah selera
makan (Herawan, 2003).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini
termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai
bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Bawang merah ( Allium
ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat
dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik.
Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang
pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga
mengakakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun
(Machmudi, 2012).
Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang sudah sejak lama di
usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas pertanian ini merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi
terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi
yang cukup tinggi maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar
hampir di setiap provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di terhadap bawang
merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai
kendala baik yang bersifat teknis maupun ekonomis (Amato, 2001).
Pupuk organik mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari pupuk alam
lainnya maupun dari pupuk buatan. Sifat-sifat tersebut antara lain sebagai sumber
hara nitrogen, fosfor dan kalium yang amat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Menaikkan daya menahan air dan banyak mengandung
mikroorganisme, karena itu pupuk organik dianggap sebagai pupuk lengkap.
Pupuk organik berfungsi menyuburkan tanah dan membuat struktur tanah remah,
sehingga akar tanaman bawang merah dapat dengan mudah menembus lapisan
tanah serta mendorong pembentukan umbi menjadi besar. Pemilihan pupuk
organik seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan kompos jerami
merupakan suatu bahan yang tepat, karena sangat mudah didapatkan dan dari
beberapa jenis pupuk organik ini manakah yang memberikan respon terbaik untuk
pertumbuhan bawang merah. Komposisi dari beberapa pupuk organik tersebut
antara lain kotoran sapi sendiri mempunyai kadar N 0,92%, P 0,23%. K 1,03%,
Ca 0,38% dan Mg 0,38%, jerami 1,2-1,7 %, N (0.5-0.8 %), P (0.07-0.12 %), dan S
(0.05-0.10 % dan dalam pupuk kandang ayam N 3,21%, P2O5 3,21%, K2O
1,57%, Ca 1,57%, Mg 1,44% Mn 250 ppm dan Zn 315 ppm (Aguslina, 2004).
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kotoran sapi dan air cucian
beras dalam merespon pertumbuhan dan produksi bawang merah.
TINJAUAN PUSTAKA
merah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari persiapan lahan hingga
menghasilkan produk yang baik. Hal terpenting dari budidaya tanaman bawang
Hortikultura kali ini, dilakukan budidaya tanaman bawang merah dan dilakukan
pengamatan berupa panjang daun (cm), jumlah daun (helai), jumlah anakan
kedua (MST) yang memiliki daun terpanjang ialah terdapat pada sampel ke-10
dengan panjang 23 cm, dan terpendek terdapat pada sampel 2 dengan panjang 14
cm. Pada minggu ketiga (MST) yang memiliki daun terpanjang ialah terdapat
pada sampel ke-6 dengan panjang 26 cm, dan terpendek terdapat pada sampel ke-
4, dan 9 dengan panjang 0 cm. Pada minggu keempat (MST) yang memiliki daun
terpanjang ialah terdapat pada sampel ke-5 dengan panjang 28 cm, dan terpendek
terdapat pada sampel ke-1, 2, 4, 7, 9,12 dan 18 dengan panjang 0 cm. Pada
pengamatan panjang daun ini yang memiliki rataan daun yang tertinggi terdapat
pada sampel 16 dengan rata-rata 23,7 cm dan yang terendah pada sampel 17
Pada pengamatan panjang blok kedua daun bawang merah minggu kedua
(MST) yang memiliki daun terpanjang ialah terdapat pada sampel ke-18 dengan
panjang 29 cm, dan terpendek terdapat pada sampel 15 dengan panjang 7 cm.
Pada minggu ketiga (MST) yang memiliki daun terpanjang ialah terdapat pada
sampel ke-6 dengan panjang 22 cm, dan terpendek terdapat pada sampel ke-4, 9,
dan 19 dengan panjang 0 cm. Pada minggu keempat (MST) yang memiliki daun
terpanjang ialah terdapat pada sampel ke-6 dengan panjang 20 cm, dan terpendek
terdapat pada sampel ke-1, 2, 4, 7, 9, 12, dan 19 dengan panjang 0 cm. Pada
pengamatan panjang daun ini yang memiliki rataan daun yang tertinggi terdapat
pada sampel ke-18 dengan rata-rata 21,3 dan yang terendah pada sampel ke-9
Jumlah daun bawang merah pada blok 1 yang diamati setiap 1 minggu sekali,
begitu juga dengan blok 2. Dari data diatas dapat di ketahui bahawa pada blok 1 jumlah
daun yang paling banyak pada blok 1 minggu ke dua setelah (MST) pada sempel 6
dengan jumlah 37 helai dan yang paling terendah pada sampel 15 dengan jumlah 7
helai. Dari data diatas dapat di ketahui bahawa pada blok 1 jumlah daun yang paling
banyak pada blok 1 minggu ke tiga setelah (MST) pada sempel 6, dengan jumlah 22
helai dan yang paling terendah pada sampel 4, 9, 19 dan 20 dengan jumlah 0 helai.
Dari data diatas dapat di ketahui bahawa pada blok 1 jumlah daun yang paling banyak
pada blok 1 minggu ke empat setelah (MST) pada sempel 6 dengan jumlah 20 helai
dan yang paling terendah pada sampel 1, 2, 4, 7, 9, 12, 19 dan 20 dengan jumlah 0
helai. Rataan pada jumlah daun tertinggi pada blok satu dengan sempel 18 adalah
Jumlah daun bawang merah pada blok 2 yang diamati setiap 1 minggu sekali.
Dari data diatas dapat di ketahui bahawa pada blok 2 jumblah daun yang paling banyak
pada blok 2 minggu ke dua setelah (MST) pada sempel 17 dengan jumlah 25 helai
dan yang paling terendah pada sampel 9 dengan jumlah 6 helai. Dari data diatas
dapat di ketahui bahawa pada blok 2 jumlah daun yang paling banyak pada blok 2
minggu ke tiga setelah (MST) pada sempel 16 dengan jumlah 20 helai dan yang
paling terendah pada sampel 3, 6, 7, 8, 17 dan 20 dengan jumlah 0 helai. Dari data
diatas dapat di ketahui bahawa pada blok 2 jumlah daun yang paling banyak pada blok 2
minggu ke empat setelah (MST) pada sempel 16 dengan jumlah 19 helai dan yang
helai. Rataan pada jumlah daun tertinggi pada blok 2 dengan sempel 16 adalah
Jumlah Anakan
dan jumlah anakan yang terbanyak dimiliki oleh sampel ke-5 dengan anakan
berjumlah 6 anakan dan yang terendah pada sampel ke-1, 2, 9, 12, dan 19 dengan
anakan berjumlah 0 anakan. Pada minggu keenam jumlah anakan yang terbanyak
pada sampel ke-5, 11, dan 13 dengan anakan berjumlah 6 anakan dan yang yang
memiliki anakan terendah terdapat pada sampel ke-1, 2, 9, 12, 17, dan 19 dengan
anakan berjumlah 0. Pada minggu ketujuh jumlah anakan yang terbanyakan pada
sampel ke-11 dengan anakan berjumlah 7 anakan dan jumlah anakan yang
terendah pada sampel ke-1, 2, 7, 9, 12, 17, 19 dan 20 dengan 0 anakan. Dan
jumlah rataan anakan yang tertinggi pada sampel 13 dengan rata-rata 5,7 anakan
dan rataan yang terendah pada sampel 1, 2, 9, dan 19 dengan rata-rata 0 anakan.
dan jumlah anakan yang terbanyak dimiliki oleh sampel ke-2, 9 dan 18 dengan
anakan berjumlah 4 anakan dan yang terendah pada sampel ke-1, 3, 5, 6, 8, 16,
yang yang memiliki anakan terendah terdapat pada sampel ke- 1, 3, 5, 6, 8, 16, 17,
dan 20 dengan anakan berjumlah 0. Pada minggu ketujuh jumlah anakan yang
terbanyakan pada sampel ke-15 dengan anakan berjumlah 6 anakan dan jumlah
anakan yang terendah pada sampel ke- 1, 3, 5, 6, 7, 8, 13, 16, 17, 19 dan 20
dengan 0 anakan. Dan jumlah rataan anakan yang tertinggi pada sampel 15
dengan rata-rata 5,7 anakan dan rataan yang terendah pada sampel 1, 3, 5, 6, 8, 16,
Dalam pengamatan hasil ini kelompok yang memilik hasil paling berat
berada pada kelompok 1 dengan berat baawang merah pada blok 1 sebesar 300 g
dan blok 2 sebesar 150 g dan memiliki total sebesar 450 g dengan rataan 225 g.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwasanya kotoran sapi yang tersusun dari
feses, urin, dan sisa pakan mengandung nitrogen yang lebih tinggi daripada yang
hanya berasal dari feses, oleh karna itu pertumbuhan dan perkembangan pada
Kesimpulan
1. Panjang daun yang terpanjang pada blok 1 terdapat pada sampel 6 minggu
ketiga dengan panjang 26 cm dan terendah pada sampel 2 minggu keempat.
Pada blok 2 yang terpanjang pada sampel 7 minggu keempat dengan panjang
22 cm dan terendah pada sampel 4 minggu keempat dengan panjang 10 cm.
2. Jumlah daun terbanyak pada blok 1 terdapat pada sampel 6, 10, 16, dan 18
minggu ke tiga dengan jumlah daun 26, 23, 23, dan 23 helai dan yang
tersedikit pada sampel ke 2, 4 dan 8 minggu keempat dengan jumlah daun 14,
15, dan 17. Pada blok 2 jumlah daun terbanyak pada sampel 7 minggu ke 2
dengan jumlah 22 helai, dan yang tersedikit pada sampel 4 dengan jumlah 10.
3. Jumlah anakan yang terbanyak pada blok 1 terdapat pada sampel 5 dengan
jumlah 6 anakan pada minggu ke 7 dan terendah pada sampel ke 2 dengan
jumlah 0 anakan, pada minggu 5, 6, dan 7. Pada blok 2 jumlah anakan
terbanyak pada sampel 2 minggu 7 berjumlah 4 anakan dan yang paling
tersedikit jumlah anakannya terdapat pada sampel 1, 3, 5, 6, 8, 16, dan 17
dengan jumlah anakan 0 minggu ke 5, 6, dan 7.
4. Berat basah per plot berada pada kelompok 1 dengan berat bawang merah
pada blok sebesar 300 g, dan blok 2 sebesar 150 g, dan memiliki total sebesar
450 g dengan rataan 225 g.
Saran
Adapun saran yang dapat kami berikat pada praktikum budidaya tanaman
bawang merah tersebut agar disarankan untuk sekali penanaman sebaiknya
menggunakan pupuk kandang baik itu kotoran kambing maupun jenis hewan
lainnya.
Sebelum menanam sebaiknya memastikan pemasaran hasil panen bawang
merah apabila penanam tersebut ingin diperjual belikan agar memperoleh harga
yang sesuai. Apabila mendapatkan pasar yang disesuaikan dengan permintaan
maka tanaman bawang merah dapat ditanam dengan sistem yang berbeda agar
dapat meningkatkan hasil produksi, dan yang perlu diperhatikan untuk lahan yang
kami pergunakan pada penanaman bawang merah agar terkondisinya untuk sistem
irigasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aguslina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 20 hlm.
Fehri, W. R, 2001. Principles of cult ivar improve -ment. Vol. 1. Theory and
technique. Macmillan Publishing Company, New York.p:312-316.
Jumin, Hasan Basri. 2004. Dasar-Dasar Agronomi. PT. Raja Garfindo. Jakarta
Suriani, N. 2011. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang
Merah. Cahaya Atma Pustaka. Yogjakarta.