Anda di halaman 1dari 7

REFERAT

KEJAHATAN SEKSUAL

Pembimbing :
dr. C. Bambang Widhiatmoko, Sp. F

Penyusun :
Rahma Isnaini F (201704200325)
Ratna Sari Eka Putri (201704200326)
Raynald Osmond Untono (201704200327)
Raynold Gilbert Soetanto (201704200328)
Reny Listia Nirmala E (201704200329)
Rizka Wahyuni (201704200330)
Rizky Silvianingrum (201704200331)

PROGRAM STUDI KEPANITERAAN KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2018
 Pengertian
Di Indonesia kasus kejahatan seksual setiap tahun mengalami peningkatan,
korbannya bukan hanya dari kalangan dewasa saja sekarang sudah merambah ke
remaja, anak-anak bahkan balita.
Secara yuridis formal, kejahatan adalah semua perbuatan manusia yang
memenuhi perumusan ketentuan hukum pidana secara definitif yang dinyatakan
sebagai perbuatan kejahatan (Utrecht, 1986: 253). Hal ini dipertegas lagi oleh
Wirjono Prodjodikoro bahwa tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya
dapat dikenai hukuman pidana (Wirjono Prodjodikoro, 2003: 59).
Dilihat dari sudut formil, kejahatan adalah suatu perbuatan yang oleh
masyarakat (dalam hal ini negara) diberi pidana. Hukum pidana semacam ini tidak
bertujuan melindungi masyarakat tetapi memperkuat alasan atau menentang
perbuatan sewenang-wenang dari penguasa.
Jauh lagi kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan yang bertentangan
dengan kesusilaan (Bonger,1982:19-20).
kejahatan kesusilaan atau moral offences dari pelecehan seksual atau sexual
harassment merupakan dua bentuk pelanggaran atas kesusilaan yang bukan saja
merupakan masalah hukum nasional suatu negara, melainkan sudah merupakan
masalah hukum semua negara di dunia atau merupakan masalah global
(Atmasasmita, 1995: 103).
Pertama adalah faktor yang berasal atau terdapat dalam diri si pelaku dengan
maksud bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan
itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan dan
kejiwaan (penyakit jiwa).
Kedua adalah faktor yang berasal atau terdapat di luar diri pribadi si pelaku
maksudnya adalah yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu
kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu sendiri yang di dasari oleh faktor rumah
tangga, serta factor teknologi dan lingkungan (Hamzah, 1986: 64).

 Macam-macam
1. Gangguan Psikoseksual
 Parafilia
Gangguan psikoseksual dimana orang yang bersangkutan lebih memilih
kegiatan yang tidak lazim dari pada yang lazim, dimana tindakan tidak lazim ini bisa
mendapatkan kepuasan (kekerasan, penghinaan atau objek tidak lazim untuk
memuaskan hasrat seksual).
Dimana pada pasal 359 dan 360 KUHP jika seseorang dengan parafilia dapat
dipidana jika melukai orang lain akibat gangguan psikoseksual ini.
 Fetisyisme
Pemujaan erotis yang khas tertuju pada bagian tubuh yang di sukai, pakaian /
benda lainnya (rambut kepala, rambut kemaluan, BH, kaos kaki)
 Ekshibisionisme
Sikap memperlihatkan alat kelamin pada seseorang yang tidak dikenal atau
yang tidak diduga sebelumnya untuk memperoleh kepuasan seksual dan kepuasan
akan tercapai jika pelaku melihat ekspresi jijik, terkejut, takut, kagum dari orang lain
dan dapat di pidana sesuai KUHP pasal 281.
 Voyeurisme
Seseorang yang mengalami dorongan tidak terkendali untuk mengintip
seseorang yang sedang dalam keadaan tak berbusana, melepas baju, atau sedang
melakukan kegiatan seksual. Dimana orgasme akan tercapai pada saat setelah
mengintip dan kemudian membayangkan apa yang telah dia lihat.
 Transvestisme
Gangguan psikoseksual dimana seorang pria heteroseksual berfantasi atau
sungguh-sungguh memakai pakaian wanita untuk membangkitkan nafsu seksual
dan mendapatkan kepuasan seksual.
 Pedofilia
Seorang dewasa memperoleh kepuasan seksual dengan melakukan kegiatan
seksual dengan seorang anak praremaja dimana orang ini bisa heteroseksual
maupun homoseksual dengan aktifitas (felasio, cunilingus, pederasti).
Perbuatan ini diancam pidana pasal 290 ayat 2 dan 3 KUHP.
 Masokisme Seksual
Suatu kegiatan seksual pria atau wanita yang bersangkutan memilih atau
menggunakan secara eksklusif cara dihina/direndahkan, diikat, dipukuli atau disakiti
secara lain untuk mendapatkan kepuasan seksual yang dilakukan secara sengaja.
Terkadang Masokisme menyertai transvestisme, seorang transvestit dengan
menggunakan BH, kaos kaki dan sepatu wanita menggantungkan lehernya pada
jerat sambil memandang dirinya dikaca, untuk mendapatkan kepuasaan seksual.
 Sadisme Seksual
Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara :
1. Dengan sengaja menimbulkan penderitaan psikis atau fisik pada seseorang
partner yang tidak menyetujuinya.
2. Merendahkan martabat partner yang menyetujuinya dengan menimbulkan
cedera ringan yang membuat partner itu menderita.
3. Menimbulkan luka yang ekstensif, permanen, atau dapat mematikan pada
partner yang menyetujuinya.
 Zoofilia atau Bestiality
Seseorang yang menggunakan hewan untuk dijadikan obyek persetubuhan
atau dilatih untuk merangsang secara seksual orang tersebut untuk mendapatkan
kepuasan seksual, misalnya dilatih untuk menjilati alat kelamin atau masturbasi.
Dalam hal ini hewan tersebut menjadi sakit atau mengalami luka.
Karena perbuatan tersebut, pelakunya dapat dikenakan pidana menurut
KUHP pasal 302.
 Koprofilia
Kepuasan seksual didapat dengan melihat atau membayangi seseorang yang
sedang buang air besar atau melihat feses. Terkadang melakukan anilinctus yaitu
mencium dan menjilati anus, atau memakan feses (coprophagy).
 Urofilia
Melihat perbuatan membuang air seni, merasa hangatnya air seni yang
disiramkan pada tubuh, menciumi bau air seni dan mencicipinya/meminumnya dapat
membangkitkan nafsu seksual dan memberikan kepuasan.
 Felasio dan Kunilingus
 Felasio : Menghisap penis
 Kunilingus : Menjilati vulva
 Froteurisme
Suatu parafilia dimana orang tersebut lebih menyukai menggosok-gosokkan
alat kelaminnya pada suatu bagian tubuh orang lain untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
 Parsialisme
Impuls seksual atau libido terpaku pada salah satu bagian tubuh wanita.
Misalnya, seorang parsialis payudara paling menyukai wanita dengan payudara
yang besar.
 Troilisme
Suatu paralifia dengan 3 orang. Misalnya, 2 wanita dengan 1 pria atau 2 pria
dengan 1 wanita secara bersama melakukan serangkaian kegiatan paralifia, seperti
felasio, kunilingus, pederasti atau koitus yang disertai dengan beberapa kegiatan
seksual lain.
 Pluralisme
Serombongan orang mengadakan pesta pora seksual, tukar-menukar istri
dan hal itu mencerminkan adanya homoseksualitas laten.
 Lustmurder / Pembunuhan Karena Nafsu Seksual
Suatu pembunuhan dimana untuk menyalurkan dan mendapatkan kepuasan
seksual dengan cara membunuh korbannya atau melukainya secara fatal.
Pembunuhan seksual dapat dikenali berdasarkan sifat dari luka-luka,
misalnya membuat cacat atau memotong alat kelamin, rongga perut disayat hingga
terbuka, kayu atau benda lain ditusukkan kedalam vagina atau anus, payudara
diangkat, rambut dicabut dan melakukan pencekikan.
Pembunuhan seksual adalah orang dengan kelainan jiwa, psikopat, penderita
epilepsi atau skizofrenia.
 Nekrofilia
Mayat dijadikan sebagai obyek seksual. Terdapat 2 bentuk :
1. Korban dibunuh (pembunuhan seksual) dan mayat korban segera digunakan
sebagai obyek seksual.
2. Mayat yang sudah dikubur, yang terdapat dikamar mayat atau di bangsal
anatomi dicuri digunakan sebagai obyek seksual.
Perbuatan dengan mayat seperti menciumi, memeluk, meraba tubuh mayat,
melakukan masturbasi dengan cara memegang payudara dan alat kelamin atau
melakukan koitus dengan mayat. Dapat disertai dengan membuat cacat mayat
(nekrosadisme).
 Vampirisme
Seseorang yang berpura-pura menjadi vampir untuk mendapatkan kepuasan
seksual dengan cara menghisap darah menstruasi, menghisap darah yang keluar
dari luka iris seorang wanita.
 Transeksualisme
Gangguan identitas jenis kelamin yaitu orang yang bersangkutan senantiasa
merasa tidak senang pada seks anatomiknya. Ia senantiasa ingin membebaskan diri
dari alat kelaminnya itu dan hidup sebagai seorang dari jenis kelamin lainnya.
 Hiperseksual
Keinginan yang berlebihan untuk koitus .
 Homoseksual
Hubungan seksual antara dua orang dengan jenis kelamin sama. Pada pria
disebut urning, sedangkan pada wanita disebut urningin.
Menurut Kinsley dkk skala penderajatan heteroseksual-homoseksual sebagai
berikut :
0 : Heteroseksual semata-mata (eksklusif)
1 : Heteroseksual lebih menonjol, homoseksual hanya kadang-kadang
2 : Heteroseksual predominan, homoseksual lebih kadang-kadang
3 : Heteroseksual dan Homoseksual sama banyaknya
4 : Homoseksual predominan, heteroseksual lebih kadang-kadang
5 : Homoseksual predominan, heteroseksual hanya kadang-kadang saja
6 : Homoseksual semata-mata
Kegiatan seksual yang bisa dilakukan dalam hubungan homoseksual seperti :
 Manual (Masturbasi)
 Oral (Felasio)
 Anal
 Aksiler
 Femoral
 Dildo (Penis buatan)
Pada homoseksual, pria yang menyukai pria remaja disebut Ephebolphilic.
Sedangkan pada lesbi, wanita yang menyukai gadis disebut Parthenophilic. Wanita
yang menyukai wanita dewasa disebut Gynaecophilic. Wanita yang menyukai wanita
tua disebut Graphilic. Dan wanita yang menyukai anak perempuan disebut
Corophilic.
Dalam KUHP pasal 292 melarang dan mengancam seorang dewasa yang
melakukan hubungan homoseksual dengan seorang yang belum sampai umur,
walaupun tanpa paksaan.
2. Persetubuhan
Perpaduan antara 2 alat kelamin yang berlainan jenis guna memenuhi
kebutuhan biologis yaitu kebutuhan seksual. Perpaduan tersebut tidak harus seluruh
penis masuk kedalam vagina. Penetrasi yang paling ringan, yaitu masuknya ujung
penis (Glans penis) diantara kedua labium mayor (bibir luar) sudah dapat
dikategorikan sebagai senggama, baik diakhiri atau tidak diakhiri dengan orgasme /
ejakulasi.
Persetubuhan yang legal (tidak melanggar hukum) adalah yang dilakukan
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Wanita tersebut adalah istri sah (sesuai UU No. 1/74 tentang perkawinan)
dan ada izin (consent) dari wanita yang disetubuhi.
2. Wanita tersebut sudah cukup umur, sehat akalnya, tidak sedang dalam
keadaan terikat perkawinan dengan orang lain dan bukan anggota
keluarga dekat.
Persetubuhan yang merupakan kejahatan yang tertera pada BAB XIV Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu bab tentang kejahatan terhadap
kesusilaan, yang meliputi hubungan persetubuhan didalam perkawinan dan
persetubuhan diluar perkawinan.
Persetubuhan didalam perkawinan tertera pada pasal 288 KUHP, ialah bila
seorang suami melakukan persetubuhan dengan istrinya yang belum mampu kawin
dengan mengakibatkan luka, luka berat atau mengakibatkan kematian.
Persetubuhan diluar perkawinan yang merupakan kejahatan, dimana
persetubuhan tersebut memang disetujui oleh si perempuan, seperti yang dimaksud
dalam pasal 284 KUHP (berzina atau bersetubuh), pada kasus ini tidak dilakukan
penuntutan melainkan atas pengaduan suami / istri yang tercemar. Pada pasal 287
KUHP (persetubuhan dengan wanita dibawah umur), kecuali jika umur wanita belum
sampai 12 tahun, maka dalam hal ini harus dibuktikan bahwa pada wanita telah
terjadi kekerasan dan persetubuhan.
Pada KUHP dapat dikelompokkan 4 macam persetubuhan diluar perkawinan
yang dilarang dan diancam pidana penjara yaitu perzinahan, perkosaan,
persetubuhan dengan wanita yang pingsan atau tidak berdaya dan persetubuhan
dengan wanita yang umurnya belum cukup 15 tahun. Pada perzinahan
persetubuhan dilakukan dengan persetujuan wanita yang bersalah atau turut
bersalah dalam tindakan pidana itu.
3. Perkosaan
Tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan. Bertolak dari pengertian ini seorang suami tidak dapat
dipidana karena menyetubuhi istrinya dengan paksa.
Pemerkosa dapat di pidana dengan pasal 285 KUHP jika terjadi dengan
kekerasan. Sedangkan jika pelaku tidak melakukan kekerasan melainkan korban di
buat pingsan atau tidakk berdaya karena obat maka pemerkosa dapat di pidana
dengan pasal 286 KUHP.
Daftar Pustaka

1. Utrecht, 1986, Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya


2. Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika
Aditama, Bandung
3. W.A.Bonger, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembangunan
4. Romli Atmasasmita, 1995, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi,
Mandar Maju, Bandung
5. Andi Hamzah, 1986, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta: Ghalia
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai