Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“KERACUNAN”

Dosen pembimbing : Ns.Nikmatul Khayati,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Galuh Ike A.C (G0A017001)


2. Iis Wijaya (G0A017002)
3. Siti Fatimah F.W (G0A017004)
4. Budi Utomo (G0A017005)
5. Yuliana (G0A017006)
6. Kartika Sari (G0A017007)
7. Nila Arsita D (G0A017008)
8. Tutut Ari W (G0A017009)
9. Anisha Dita A (G0A017010)
10. Mita Salma A (G0A017011)
11. Arum Pratiwi I.L (G0A017012)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan,saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meski banyak
dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak
menggambarkan kejadian yang sebenarnya di dalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama kematian
anak-anak . Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan, kejadian pada anak
berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita
anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-
30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang
sebagian besar karena kercunan hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan obat-
obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi
melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parental tetapi yang terbanyak racun
masuk melalui saluran cerna (75%) dan inhalasi (14%). Keracunan merupakan suatu keadaan
gawat darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan
pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan
kematian dan mengingat bahwa keracunan sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat
dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama
dalam penanggulangan keracunan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keracunan?
2. Apa saja klasifikasi keracunan?
3. Apa penyebab keracunan?
4. Bagaimana tanda dan gejala keracunan?
5. Bagaimana proses perjalanan penyakit (PATOFISIOLOGI) sehingga menjadi keracunan?
6. Bagaimana PATHWAY keracunan?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang keracunan?
8. Bagaimana penatalaksanaan keracunan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) keracunan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian keracunan
2. Mengetahui klasifikasi keracunan
3. Mengetahui penyebab keracunan
4. Mengetahui tanda dan gejala keracunan
5. Mengetahui proses perjalanan penyakit (PATOFISIOLOGI) sehingga menjadi keracunan
6. Mengetahui PATHWAY keracunan
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang keracunan
8. Mengetahui penatalaksanaan keracunan
9. Mengetahui asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) keracunan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung,
suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis
relative kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih
organ atau jaringan.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,
saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
B. ETIOLOGI
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan
berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
- Polusi limbah industri yang mengandung logam berat,
- Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti kuman, bakteri,
protozoa, parasit, jamur beracun.
- Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal,
tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang
merupakan racun bagi tubuh.
C. KLASIFIKASI
 Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
- Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk
alkali, pembersih toilet, deterjen
- Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif meliputi
makanan, obat-obatan, gas.
D. CARA MASUKNYA RACUN DALAM TUBUH
Racun masuk ke dalam badan melalui kulit atau melalui selaput lendir/ selaput epitheel
misalnya pada jalan pencernaan, jalan pernapasan atau mata. Selanjutnya melalui
peredaran darah akhirnya dapat masuk ke organ-organ tubuh secara sistemik. Bahan
bahan beracun dalam industry biasanya bersifat mudah larut dalam lemak, sehingga
organ-organ tubuh dan berkadar lemak tinggi seperti jaringan otak, sumsum tulang dan
sumsum tulang belakang banyak dimasuki racun dan terjadi timbunan racun secara
kronik (perlahan-perlahan)

E. PATOFIOLOGI
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan
kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik
sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan
mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan
kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung, lalu
lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau
zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha
membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh
akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan
muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan
keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk mempertahankan
homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka
dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan
sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat
dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada
depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena
adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat
syok,asidemia,dan hipoksia
(Brunner and Suddarth, 2010).
F. PATHWAYS
G. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)
- Mual - Dehidrasi
- Muntah-muntah - Kram perut
- Diare - Kejang
- Hipertermi/hipotermia - Mulut kering
- Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
- Rasa lemas dan mengigil
- Hilang nafsu makan

Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam setelah si kecil
terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa berlangsung tiga sampai empat hari, tapi
hati-hati! Gejala ini dapat berlangsung lebih lama lagi jika si kecil yang keracunan masih
mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi.

H. KOMPLIKASI

1. henti nafas

2. henti jantung

3. syok,sindrom gawat pernafasan akut

4. Koma

I. PENCEGAHAN
1. Mengenal bahan beracun yang ada di lingkungan
Rumah Tangga dan Lingkungan Kerja atau Industri (Proses : cara kerja, bahan baku,
bahan tambahan, hasil antara, hasil akhir, hasil samping, limbah : dipertimbangkan
terbentuknya zat kimia toksik..
2. Menghindari bahan beracun dan subsitusi mengganti bahan beracun dengan yang
tidak atau kurang beracun.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan penundaan
disritmia atau konduksi.
2. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan adanya aspirasi
dan edema pulmonal.
3. Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk
natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda oksigenasi yang tidak
adequat juga sering muncul, seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan
status mental.

4. Tes fungsi ginjal


Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin negatif tidak
berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang ingin dilihat tidak ada.
Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin di dalam
laboratorium, sehingga pemeriksaannya bisa efektif.
K. PENATALAKSANAAAN
 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Stabilisasi
- Jalan nafas (A)
- Pernafasan (B)
- Sirkulasi (C)
2. Dekomentaminasi
a) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-20 menit,
jika belum yakin bersih cuci kembali
b) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air mengalir dingin
atau hangat selama 10 menit
c) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal 100cc untuk
sesekali minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
3. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
- Tingkat keracuan berat
- Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
- Menelan zat dengan dodsis letal
- Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma

Tindakan eliminasi:

a) Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
b) Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse continue 2-
3cc/kg/jam
c) Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang dapat
dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat molekul kurang dari
500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah dengan protein.
 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
b. Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban atau dari
orang-orang yang mengetahuinya
c. Identifikasi sumber dan jenis racun
d. Kaji tentang bentuk bahan racun
e. Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
f. Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
g. Pemeriksaan fisik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi
udara.
2. Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin pada
pencernaan.
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan depresi sistem
saraf pusat
3. INTERVENSI
NO.
DX Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Setelah diberikan asuhan a) Pantau a) Mengetahui tingkat


keperawatan diharapkan jalan tingkat/kedaleman dan pernafasan klien
nafas klien kembali efektif dengan pola pernafasan. b) Mengetahui bunyi
Kriteria hasil: b) Auskultasi bunyi pernafasan klien
nafas. c) Meningkatkan
- Pasien mampu
c) Pertahankan posisi inspirasi maksimal,
mempertahankan pola
tidur yang nyaman, meningkatkan
nafas yang efektif
biasanya dengan ekspansi paru.
dengan tingkat
peninggian kepala d) Meningkatkan
pernafasan yang
tempat tidur. pernafasan klien
normal.
d) Berikan tambahan O2
- Paru-paru pasien
bersih, bebas dari
cianosis, dan tanda-
tanda/ gejala-gejala
hipoksia yang lain.
2. Setelah diberikan asuhan a) Catat adanya mual, a) Mengetahui adanya
keperawatan diharapkan kebutuhan muntah, dan diare tanda-tanda mual,
nutrisi klien terpenuhi dengan b) Berikan nutrisi yang muntah dan diare
Kriteria hasil: cukup pada klien b) Untuk memenuhi
c) Ajarkan klien untuk kebutuhan nutrisi
- Nafsu makan meningkat
memakan makanan pada klien
- BB naik
yang seimbang
- Kebutuhan tubuh pasien d) Kolaborasikan dengan c) Untuk memenuhi
akan nutrisi tetap terpenuhi ahli gizi kebutuhan nutrisi
- Pasien tidak menunjukkan klien
penurunan status d) Mengetahui adanya
gizi/nutrisi, seperti pasien peningkatan status
tidak tampak mengurus, gizi klien
turgor kulit tetap baik

3. Setelah diberikan asuhan a) Kaji tingkat kecemasan a) Peningkatan


keperawatan diharapkan ansietas pasien secara terus kecemasan akan
klien menurun atau hilang dengan menerus. mengacu pada pasien
Kriteria hasil: b) Jelaskan tentang semua tidak mau berespon
tindakan yang akan terhadap semua
- Pasien akan melaporkan
dilakukan terhadap tindakan yang
adanya tingkat penurunan
pasien. dilakukan.
kecemasan yang
c) Anjurkan pasien untuk b) Pasien akan merasa
dialaminya
berdoa sesuai dengan aman dan kooperatif
- Pasien menunjukkan
keyakinan pasien. dalam setiap tindakan
keadaan yang relaksasi
d) Kolaborasikan dengan yang akan diberikan.
- Pasien dapat
dokter c) Doa akan
mengidentifikasikan
menyebabkan
kecemasan yang
psikologis pasien
dialaminya dan mampu
akan merasa aman.
mengontrol dir dan situasi
d) Mengetahui masalah
klien yang belum
teratasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,
saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis
B. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus memperhatikan
penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak dan diberi lebel sehingga anak
dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan racun
berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti jalan
nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan
risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

 Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2. Jakarta : Salemba
Medika, 2006.
 Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC, 2004.
 Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC, 2002.
 Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III. Jakarta: Komisi
Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.

Anda mungkin juga menyukai