Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan konsumsi energi terbesar di kawasan Asia


Tenggara yang diperkirakan kebutuhan energi nasional hingga tahun 2050 terus
meningkat sesuai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penduduk, harga
energi, dan kebijakan pemerintah. Hal ini menyebabkan peran Indonesia dalam pasar
energi dunia bertambah signifikan (BPPT, 2018). Bahan bakar minyak merupakan
sumber energi dengan konsumsi terbesar di seluruh dunia jika dibandingkan dengan
sumber energi lainnya. Namun saat ini dunia telah mengalami krisis bahan bakar
minyak. Dengan harga minyak mentah dunia yang terus meningkat akan berdampak
besar pada perekonomian. Sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia
namun sepertiga dari konsumsi BBM Indonesia di tahun 2016 dipenuhi oleh impor.
Dengan konsumsi BBM sebanyak 46,7 juta KL pada tahun 2016 meningkat hingga
55,4 juta KL pada tahun 2017 (BPH, 2017). Jika kebutuhan energi yang didominasi
oleh BBM ini terus meningkat tanpa ada perubahan pola pemakaian energi, khususnya
di sektor transportasi, maka keberlangsungan dan ketahanan energi Indonesia akan
terganggu. Oleh sebab itu, untuk mencapai ketahanan energi nasional berdasarkan PP
No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Perpres RUEN menjabarkan
prioritas pengembangan energi Indonesia yang meliputi penggunaan energi terbarukan
secara maksimal dengan memperhatikan tingkat keekonomian, meminimalkan
penggunaan minyak bumi serta pemanfaatan energi baru secara optimal (BPPT, 2018).
Di Eropa, teknologi yang terkait dengan sumber energi terbarukan dijadikan
sebagai agenda anggota Uni Eropa (UE) karena alasan ekonomi untuk mengurangi
ketergantungan dari impor bahan bakar fosil, mengurangi kerusakan lingkungan serta
untuk menciptakan lapangan kerja dan keterampilan baru (Conti, Mancusi, Sanna,
Sestini, & Verdolini, 2018). Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan hasil alam

1
salah satunya tanaman kelapa sawit dengan luas perkebunan secara nasional mencapai
11,3 juta hektar, naik 25% dari lima tahun sebelumnya, yang menghasilkan CPO dalam
jumlah besar dipandang memiliki potensi besar untuk menggerakkan perekonomian
sekaligus menopang industri bioenergi di Indonesia (Perkebunan, 2015) dimana CPO
tersebut dapat dikembangkan sebagai bahan baku produksi energi alternatif seperti
biodiesel, untuk menggantikan bahan bakar minyak.
Biodiesel adalah bahan bakar nabati berupa ester metil asam lemak yang
terbuat dari minyak nabati seperti minyak sawit atau lemak hewani melalui proses
esterifikasi/transesterifikasi. Biodiesel digunakan sebagai energi alternatif pengganti
bahan Bakar Minyak untuk jenis diesel/solar yang dapat diaplikasikan baik dalam
bentuk 100% murni biodiesel atau campuran dengan minyak solar pada tingkat
konsentrasi tertentu (EBTKE, 2018). Biodiesel sebagai energi alternatif memiliki
berbagai kelebihan sebagai bahan bakar antara lain diproduksi dari bahan baku yang
dapat diperbaharui, dapat digunakan pada kebanyakan mesin diesel tanpa modifikasi,
bersifat lebih ramah lingkungan karena dapat terurai di alam, non toksik, efisiensi
tinggi, emisi buang kecil, serta kandungan sulfur dan aromatik rendah dibandingkan
petrodiesel (Alfa & Murtiningrum, 2018). Untuk pemakaian biodiesel sendiri dengan
bahan CPO selama 5 tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang signifikan, yaitu
sebesar 1,5 juta Kl pada tahun 2014 hingga 2,6 juta Kl pada tahun 2017 (Dharmawan,
et al., 2018). Hal ini menunjukkan bahwa kedepannya kebutuhan biodiesel akan terus
meningkat sesuai perkiraan kementrian ESDM.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Menghasilkan bioenergi yang ramah lingkungan


2. Membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Memenuhi kebutuhan biodiesel di Indonesia dan Eropa sebagai energi alternatif
4. Menghemat devisa dan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan
bakar minyak
5. Aplikasi ilmu kimia prarancangan pabrik Biodiesel dari crude palm oil dengan
proses Lurgi.

2
1.3 Analisa Pasar dan Perencanaan Kapasitas Produksi

1.3.1 Analisa Pasar


Kebutuhan biodiesel di Indonesia tiap tahunnya semakin meningkat, karena adanya
Undang-undang No 12/2015 yang menetapkan target sasaran wajib biodiesel bagi
Indonesia sebesar 30% (EBTKE D. J., 2019). Semakin meningkatnya kebutuhan
biodiesel di Indonesia dan di dunia maka hal tersebut menjadi alasan untuk mendirikan
pabrik baru untuk produksi biodiesel.

Tabel 1. 1 Data Ekspor Impor dan Kebutuhan Biodiesel di Indonesia

Produksi dalam Impor (ton) Kebutuhan Biodiesel


Tahun Ekspor (ton)
Negeri (ton) di Indonesia (ton)

2011 1.562.669 0 1.253.067 1.802.416


2012 1.915.390 0 1.338.445 2.197.395
2013 2.419.032 0 1.515.237 2.826.085
2014 3.416.036 0 1.318.836 2.023.416
2015 1.425.376 0 283.361 2.697.823
2016 3.153.244 0 411.310 2.657.000
2017 2.946.318 0 161.570 3.438.690
2018 5.319.143 0 1.539.806 5.339.806
0 6.568.564 22.982.631
JML 22.157.208

Sumber : (EBTKE D. J., 2019)

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa, kebutuhan biodiesel di Indonesia mengalami


peningkatan setiap tahunnya, sebanyak 1.802.416 ton pada tahun 2011 hingga
mencapai 5.339.806 ton pada tahun 2018. Tidak hanya di Indonesia, konsumsi
biodiesel di beberapa negara bagian Eropa juga semakin meningkat tiap tahunnya yang
tidak di imbangi dengan produksi biodiesel untuk mencukupi kebutuhannya. Terlihat

3
pada tabel 1.2 dan gambar 1.1. Sehingga Eropa banyak melakukan impor dari negara
lain seperti Indonesia dan Argentina (Garofalo, 2019). Oleh sebab itu Eropa akan di
jadikan target pasar untuk ekspor biodiesel.

Tabel 1. 2 Konsumsi Biodiesel Eropa ( Juta Liter )

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Perancis 2,624 2,653 2,658 2,931 2,954 2,954 2,954 3,025
German 2,756 2,874 2,581 2,752 2,483 2,498 2,550 2,540
Spanyol 1,921 2,563 941 1,036 1,091 1,293 1,545 1,560
Itali 1,654 1,598 1,447 1,269 1,581 1,132 1,410 1,500
Swedia 289 415 569 805 1,127 1,136 1,136 1,140
Polandia 1,079 837 843 730 795 909 954 970
Belgia 344 354 364 375 436 452 795 795
UK 1,034 493 863 839 736 724 750 760
Austria 576 567 575 708 710 641 716 720
Finlandia 137 131 195 469 475 477 477 480
Portugal 476 359 336 391 422 326 356 400
Lainnya 1,473 1,713 1,678 1,864 1,850 1,898 1,904 1,970
Total 14,363 14,556 13,050 14,170 14,660 14,440 15,548 15,860
Produksi 11,475 11,382 12,014 13,765 14,385 14,263 14,980 13,730
konsumsi Sumber : (Flach, Lieberz, Lappin, & Bolla, 2018)

18000

15,860
15,548
16000
14,363 14,556 14,660 14,440
14,179
Juta liter

14000 13,050 14,980


14,385 14,263
13,765 13,730
12000
12,014
11,475 11,382
10000

8000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Tahun Produksi konsumsi

Gambar 1. 1 Grafik Kebutuhan dan Produksi Biodiesel di Eropa

Sumber : (Flach, Lieberz, Lappin, & Bolla, 2018)

4
Dari gambar 1.2 kebutuhan biodiesel di Eropa pada tahun 2012 sudah cukup
tinggi yaitu mencapai 14 juta liter, meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun
2013 sebanyak 13 juta liter, tetapi pada tahun berikutnya terus mengalami kenaikan
hingga mencapai 15,8 juta liter pada tahun 2018. Tingginya permintaan biodiesel di
Eropa bertujuan untuk mewujudkan green house gas dalam mandatori Uni Eropa untuk
penggunaan energi terbarukan pada tahun 2020 (Flach, Lieberz, Lappin, & Bolla,
2018).

Dalam menentukan kapasitas produksi yang menguntungkan, digunakan beberapa


pertimbangan agar bisa memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri, seperti :

1.3.2 Perencanaan Kapasitas Produksi


Dalam menentukan kapasitas pabrik biodiesel ada beberapa hal yang menjadi bahan
pertimbangan, yaitu sebagai berikut :

a. Proyeksi Kebutuhan
Penentuan kapasitas pabrik mengacu pada basis data yang didapat dari EBTKE,
yaitu data kebutuhan biodiesel, produksi biodiesel, dan data ekspor biodiesel.
Berdasarkan data yang sudah didapat, maka dapat diproyeksikan nilai kebutuhan
biodiesel dan kapasitas produksi biodiesel di Indonesia pada tahun 2025 dengan
menggunakan persamaan matematika yaitu model least square. Persamaan least
square yang digunakan adalah : y = a + b (x – x).
Dengan pengembangan turunan parsial terhadap a dan b, diperoleh persamaan-
persamaan normal :
∑𝑛𝑖=1 𝑦𝑖 = 𝑎𝑛 + 𝑏 ∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
∑𝑛𝑖=1 𝑦𝑖 𝑥𝑖 = 𝑎 ∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 + 𝑏 ∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 2
Bila jumlah nilai-nilai xi adalah sama dengan nol, maka kalkulasi koefisien regresi
garis y pada x menjadi sederhana :
∑ 𝑦𝑖
𝑎= = ȳ
𝑛

5
∑(𝑥𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑥𝑖 )−(𝑦𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑦𝑖 )
𝑏= ∑ 𝑥𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑥𝑖 2
= ( x  x)( y  y)
(x  x) 2

b =  XY   
x y
n
( x) 2
X  n
2

Dimana:

𝑥̅ = rata-rata x

𝑦̅ = rata-rata y

n = jumlah data yang diobservasi

Tabel 1. 3 Perhitungan Kapasitas Biodiesel

Periode Kebutuhan
TAHUN Waktu Biodiesel dalam XY ( TON ) X^2
(X) ton (Y)
2011 1 1.802.416 1.802.416 1
2012 2 2.197.395 4.394.790 4
2013 3 2.826.085 8.478.254 9
2014 4 2.023.416 8.093.665 16
2015 5 2.697.823 13.489.113 25
2016 6 2.657.000 15.942.000 36
2017 7 3.438.690 24.070.828 49
2018 8 5.339.806 42.718.446 64
Ʃ 36 22.982.631 118.989.514 204
n (data) 8 8 8 8
Avarage 4,5 2.872.828 14.873.689 25,5

Sumber : (EBTKE D. J., 2019)

6
Dari tabel 1.2, maka harga a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus :
36
𝑥̅ = = 4,5
8
22.982.631
𝑦̅= = 2.872.829
8

a = 2.872.829

36.22982631
118.989.514−( )
b= 1296
8
= 370.659
204−( )
8

Sehingga diperoleh persamaan:


y = a + b (x - x )
= 2.872.829 + 370.659 ( x – 4,5 )
= 2.872.829 + 370.659 x – 1.667.965 x
y = 1.204.863 + 370.659 (x)

Contoh pada tahun ke 2019 (x = 9 ) maka jumlah kebutuhan yang diperlukan


adalah :
y = 1.204.863 + 370.659 (x)
= 4.540.794 ton / tahun.

Perhitungan proyeksi kebutuhan biodiesel di Indonesia tahun 2019 sampai 2030,


disajikan dalam tabel 1.4 sebagai berikut.

7
Tabel 1. 4 Proyeksi Kebutuhan Biodiesel tahun 2019 - 2030

Tahun Tahun ke – (x) Proyeksi (Ton/Tahun)

2019 6 4.540.794
2020 7 4.911.453
2021 8 5.282.112
2022 9 5.652.771
2023 10 6.023.430
2024 11 6.394.089
2025 12 6.764.748
2026 13 7.135.407
2027 14 7.506.066
2028 15 7.876.725
2029 16 8.247.384
2030 17 8.618.043

8
b. Kapasitas Pabrik yang Sudah Berdiri

Tabel 1. 5 Produksi Pabrik Komersil

Produksi
No Nama Perusahaan Lokasi
Kl/Tahun
1 PT. Sintong Abadi 35,000 Sumatera Utara
2 PT. Musim Mas 459,770 Sumatera Utara
3 PT. Permata Hijau Palm Oleo 417,241 Sumatera Utara
4 PT. Dabi Biofuels 413.793 Riau
5 PT. Intibenua Perkasatama 442.529 Riau
6 PT. Ciliandra Perkasa 287.356 Riau
7 PT. Pelita Agung Agriindustri 229.885 Riau
8 PT. Cemerlang Energi Perkasa 689.655 Riau
9 PT. Wilmar Bioenergi Indonesia 1.603.448 Riau
10 PT. Bayas Biofuels 862.069 Riau
11 PT. Musim Mas (Batam) 896.552 Kep. Riau
12 PT. LDC Indonesia 482.759 Lampung
13 PT. Tunas Baru Lampung 402.299 Lampung
14 PT. Alpha Global Cynergy 12.000 Banten
15 PT. Sinarmas Bioenergi 455.400 Jawa Barat
16 PT. Sumiasih 114.943 Jawa Barat
17 PT. Darmex Biofuels 287.356 Jawa Barat
18 PT. Anugerahinti Gemanusa 160.920 Jawa Timur
PT. Batara Elok Semesta Jawa Timur
19 287.356
Terpadu
20 PT. Wilmar Nabati Indonesia 1.665.517 Jawa Timur
21 PT. Energi Baharu Lestari 114.943 Jawa Timur

9
22 PT. Bali Hijau Biodiesel 360 Bali
Kalimantan
23 PT. SMART Tbk 440.517
Selatan
Kalimantan
24 PT. Kutai Refinery Nusantara 419.540
Timur
Kalimantan
25 PT. Sukajadi Sawit Mekar 402.299
Tengah
Kalimantan
26 PT. Multi Nabati Sulawesi 475.862
Utara
Sumber : (EBTKE D. J., 2019)

Berdasarkan data dari Kementrian ESDM Ditjen EBTKE ( Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi) pada tabel 1.4 bahwa, sudah banyak perusahaan- perusahaan
komersil yang memproduksi biodiesel di Indonesia. Dan wilyah yang paling banyak
pabrik komersil biodiesel adalah di provinsi Riau dengan PT. Wilmar Bioenergi
Indonesia dengan kapasitas terbesar yaitu sebanyak 1.603.448 Kl.

c. Ketersediaan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku CPO ( Crude Palm Oil ) untuk pembuatan biodiesel di
Indonesia cukup banyak, berdasarkan data BPS ( Badan Pusat Statistik ) menunjukkan
bahwa kepulauan Sumatera merupakan wilayah penghasil kelapa sawit terbesar
dibandingkan provinsi lainnya. Terlihat pada tabel 1.5 dan 1.6

Tabel 1. 6 Provinsi Produsen Kelapa Sawit Terbesar Di Indonesia

No. Provinsi Kontribusi ( % )

1 Sumatera Utara 12.02


2 Riau 22.4
3 Sumatera Selatan 8.98
4 Kalimantan Tengah 15.12
5 Kalimantan Timur 7.53
Sumber: (STATISTIK, 2017)

10
Tabel 1. 7 Produksi Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Propinsi Dan
Jenis Tanaman, Indonesia

Kelapa Sawit ( 000 Ton )


Provinsi
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Aceh 654.80 817.53 945.60 896.30 732.70 867.30 973.80
Sumatera Utara 3975.43 4549.20 4870.20 5193.10 3983.70 4852.00 5371.00
Sumatera Barat 930.12 1022.33 924.80 926.60 1183.10 1209.20 1593.60
Riau 6384.54 6647.00 6993.20 8059.80 7668.10 7591.20 8586.40
Jambi 1718.29 1749.62 1773.70 1794.90 1435.10 1783.00 2036.80
Sumatera Selatan 2492.90 2690.62 2791.80 2821.90 2929.50 2987.00 3417.10
Bengkulu 802.02 787.05 798.80 747.50 750.20 849.70 966.70
Lampung 433.82 424.05 455.90 434.30 425.90 456.00 560.60
Kep. Bangka 504.60 508.13 516.60 523.10 726.60 756.10 871.60
Belitung
(BPS, 2018)

Pada tabel 1.6 terlihat bahwa wilayah sumatera merupakan provinsi yang memiliki
perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, dengan jumlah perkebunan serta CPO
(crude palm oil) yang dihasilkan, maka tidak perlu khawatir untuk kekurangan stok
bahan baku.

Tabel 1. 8 Pabrik Penghasil CPO Di Sumatera


Bahan Kapasitas
No Nama Pabrik Lokasi Pabrik
Baku Kg/hari
1 PT Salim Ivomas Pratama Tbk CPO 194.064 Riau

2 PTPN V CPO 104.167 Riau

4 PTPN II CPO 166.667 Sumatera Utara

5 PTP Mitra Ogan CPO 30.000 Sumatera Selatan

6 Agro Mitra Madani CPO 150.000 Jambi

7 PT Agro Abadi CPO 45.000 Riau

8 PT Jalur Pusaka Sakti Kumala CPO 20.000 Kerinci


Sumber : (KEMENPERIN, 2016)

11
Dari tabel 1.7 di atas, menunjukkan bahwa pabrik yang memproduksi CPO dengan
kapasitas tertinggi yaitu PT.Salim Ivomas Pratama Tbk sebanyak 194.064 kg/jam
terletak di provinsi Riau yang akan dipilih sebagai pemasok bahan baku untuk pabrik
biodiesel yang akan didirikan.

Sehingga, kapasitas produksi pabrik Biodiesel dengan Bahan Baku CPO adalah
1000.000 juta ton/ tahun, dengan alasan sebagai berikut :

 Kebutuhan biodiesel di Indonesia berdasarkan perhitungan proyeksi kebutuhan


biodiesel dalam negeri pada tahun 2019 kebutuhan biodiesel sebanyak
4.540.794 ton dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga tahun
2030 yang mencapai 8,6 juta ton
 Eropa dapat dijadikan target pasar untuk ekspor biodiesel, karena kebutuhan
biodiesel yang tinggi namun produksinya masih belum mencukupi.
 Kapasitas produksi pabrik komersil biodiesel tertinggi sebesar 1,6 juta KL per
tahun oleh PT. Wilmar Bioenergi, sementara kapasitas pabrik komersil terkecil
yaitu PT. Bali Hijau sebesar 360 KL per tahun.
 Berikut ini merupakan grafik antara produksi biodiesel dengan kebutuhan
biodiesel pada gambar 1.2

12
10,000
8,618
8,247
7,877
8,000 7,506
7,135
6,765
6,394
6,023
Kapasitas ( Ribu Ton/Tahun)

5,653
6,000 5,340 5,282
4,911
4,541

4,000 3,439
2,826 2,698
2,197 2,023
1,802 Kebutuhan Biodiesel
2,000 2,657
Produksi Biodiesel

0
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032
Tahun

Gambar 1. 2 Grafik Produksi Dan Kebutuhan Biodiesel Di Indonesia

Dapat disimpulkan dari gambar 1.2 bahwa kebutuhan dan produksi biodiesel tiap
tahunnya mengalami peningkatan yang pesat. Meskipun pada tahun 2014 sempat
mengalami penurunan, namun di tahun-tahun berikutnya terus mengalami
peningkatan. Hal ini dikarenakan penggunaan biodiesel sudah banyak digunakan,
mengingat manfaat serta emisi nya yang rendah sebagai bahan bakar kendaraan serta
mandatori pemerintah mengenai pencampuran biodiesel sebanyak 30% pada bahan
bakar akan ditetapkan. Sehingga kebutuhan biodiesel semakin tinggi di tahun
mendatang. Berdasarkan peritungan proyeksi, kebutuhan biodiesel di tahun 2022
sebanyak 6 jutan ton per tahun, hingga tahun 2030 mencapai 8,6 juta ton. Oleh sebab
itu pembuatan pabrik biodiesel ini, diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan biodiesel
di Indonesia serta ekspor biodiesel ke Eropa untuk menambah devisa Negara.

1.4 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi adalah hal penting dalam perancangan pabrik, karena hal ini
berhubungan langsung dengan nilai ekonomis pabrik yang akan didirikan. Ada
beberapa pertimbangan-pertimbangan untuk memilih lokasi pabrik biodiesel.
Pertimbangan tersebut meliputi dua faktor yaitu, faktor primer dan faktor sekunder.

13
1.4.1 Faktor Primer

Faktor primer merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi, Adapun


faktor utama yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku pembuatan biodiesel berupa CPO (Crude Palm Oil ). Ketersediaan bahan
baku merupakan faktor utama dalam menentukan kelangsungan pabrik. Indonesia
merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, kebanyakan pabrik kelapa sawit
terdapat di pulau Sumatera. Berdasarkan data pada tabel 1.5 dan tabel 1.7 menunjukkan
bahwa jumlah tanaman serta produksi CPO yang tinggi di wilayah Sumatera sangat
tinggi, maka pemilihan lokasi berdirinya pabrik biodiesel adalah di provinsi Riau yang
memiliki industri CPO terbesar dibandingkan dengan provinsi lainnya di Sumatera.
Selain itu pemilihan lokasi pendirian pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku
akan menekan biaya produksi serta menghemat waktu pengiriman bahan baku.
b. Pemasaran
Kebutuhan biodiesel terus menunjukkan peningkatan tiap tahunnya dengan semakin
banyaknya permintaan serta mandatori Kementrian ESDM mengenai program
pencampuran bahan bakar dengan energi baru terbarukan ( EBT ) sebanyak 30% serta
program green house gas di Eropa dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil
untuk penghematan emisi karbon, baik di Indonesia maupun di Eropa yang
mengakibatkan kenaikan permintaan biodiesel. Sehingga pemasaran biodiesel tidak
hanya di dalam negeri, namun juga dilakukan ekspor ke beberapa negara di Eropa.
Tujuan pemasaran biodiesel :
1. Dalam negeri :
 Pertamina
 Usaha Mikro, Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum (PSO),
Transportasi non PSO, pembangkit listrik, industri komersial
2. Ekspor ke Eropa

14
c. Transportasi
Penyediaan bahan baku dan penjualan produk dapat dilakukan melalui jalur darat
maupun laut. Selain itu jalan yang ditempuh tidak terlalu jauh sehingga dapat
menghemat biaya.

1.4.2 Faktor Sekunder

Faktor sekunder juga perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi pabrik, berikut
beberapa faktor-faktor sekunder dalam pemilihan lokasi.
a. Kebutuhan Air
Kebutuhan air diperoleh dari sungai Rokan yang berada dekat dengan pabrik untuk
air proses, sarana utilitas, dan keperluan domestik.
b. Kebutuhan Tenaga Listrik dan Bahan Bakar
Dalam pendirian suatu pabrik, tenaga listrik dan bahan bakar merupakan faktor
penunjang yang penting. Pembangkit listrik utama untuk pabrik adalah
menggunakan generator diesel yang bahan bakarnya akan dipasok oleh PT
Pertamina.
c. Tenaga Kerja
Salah satu pertimbangan dalam pendirian pabrik juga harus mempertimbangkan
tenaga kerja. Tenaga kerja yang akan direkrut berasal dari masyarakat sekitar dan
untuk tenaga profesional dari seluruh wilayah Indonesia yang berkompeten
d. Kondisi Iklim dan Cuaca
Kepulaun Riau memiliki kondisi iklim dan cuaca yang baik, sehingga dalam
proses distribusi, penyimpanan produk dan bahan baku dinilai lebih
meguntungkan.
e. Masyarakat di sekitar pabrik
Sikap masyarakat diperkirakan akan mendukung pendirian pabrik pembuatan
biodiesel ini, karena akan menyediakan lapangan kerja bagi mereka. Selain itu
pendirian pabrik ini cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak
mengganggu keselamatan dan keamanan masyarakat di sekitarnya.

15
f. Perumahan
Mengingat di sekitar lokasi pabrik belum banyak tersedia perumahan bagi
karyawan, maka direncanakan untuk mendirikan fasilitas perumahan untuk
karyawan (mess) beserta lapangan olah raga (terbuka maupun tertutup) sebagai
salah satu daya tarik bagi karyawan yang akan bekerja di pabrik. Hal ini dapat
meningkatkan biaya investasi perusahaan.
g. Kebijakan pemerintah
Sesungguhnya tidak ada hambatan di dalam kawasan berikat karena dengan
berproduksi di kawasanberikat maka perusahaan tersebut dapat lebih efisien dalam
berproduksi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.255/PMK.04/2011
tentang Kawasan Berikat pasal 14 ayat 1, juga dikatakan bahwa perusahaan yang
beroperasi di kawasan berikat mendapatkan fasilitas berupa:
(1) penangguhan bea masuk
(2) pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang
mewah (PPnBM) dan pajak penghasilan (PPh) impor; dan (3) pembebasan cukai.
Menurut hasil wawancara dengan Dinas ESDM di Riau, tidak ada larangan bagi
perusahaan biodiesel untuk menjual kelebihan listrik (excess power) kepada
Perusahaan Listrik Negara (Dharmawan, et al., 2018).

Sehingga berdasarkan faktor primer dan sekunder, maka pemilihan lokasi pabrik
Biodiesel dengan Bahan baku CPO dipilih di pulau Sumatera, karena ketersediaan
bahan baku CPO (Crude Palm Oil) paling banyak di hasilkan di daerah Sumatera
terutama di provinsi Riau, selain itu pemilihan sumber bahan baku dipilih dari
Perkebunan kelapa sawit PT. Salim Ivomas Pratama Tbk yang berlokasi di Rokan Hilir,
Riau yang menghasilkan CPO sebesar 6,8 juta ton/ tahun (SIMP, 2018). Lokasi yang
dipilih cukup startegis, karena dekat dengan pelabuhan sehingga akan memudahkan
untuk proses pendistribusian baik dalam negeri maupun luar negeri. Lahan yang
tersedia pun cukup luas dan tidak dekat dengan pemukiman masyarakat. Berikut ini
adalah peta lokasi pabrik Biodiesel yang akan didirikan.

16
Gambar 1. 4 Peta Lokasi Pabrik Biodiesel

17

Anda mungkin juga menyukai