Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau

minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan kepada bayi atau

anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.

MP-ASI berupa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu,

biskuit, bubur nasi, dan tim. Sedangkan makanan cair seperti susu

formula, jeruk, madu, air putih yang diberikan secara bertahap sesuai

dengan usia dan kemampuan bayi pencernaan bayi (Kemenkes RI,

2014).Pada umumnya, setelah usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi

baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi hanya

oleh ASI. Selain itu, keterampilan makan terus berkembang dan bayi

mulai memperlihatkan minat akan makanan lain selain susu (ASI atau

susu formula) sehingga MP-ASI harus diberikan pada saat bayi

berusia 6 bulan (IDAI, 2015).

Penelitian Flora Honey Darmawan, dkk (2014) dengan judul

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku Pemberian

Mp-Asi Yang Tepat Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Desa Sekarwangi

Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa masih ada sebagian

responden yaitu 37,5% yang belum mengetahui tentang MP-ASI,

35,4% bersikap negatif terhadap MPASI, dan 43,8% yang memberikan

MP-ASI pada bayinya tidak tepat. kesimpulannya bahwa ada

1
2

hubungan pengetahuan dan sikap dengan pemberian MP-ASI pada

bayi usia 6-12 bulan di Desa Sekarwangi kabupaten sumedang.

MP-ASI yang diberikan secara bertahap harus sesuai dengan usia

anak, mulai dari MP-ASI bentuk lumat, lembek sampai anak menjadi

terbiasa dengan makanan keluarga. MP-ASI disiapkan keluarga

dengan memperhatikan keanekaragaman pangan untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi bayi (Kemenkes, 2014).

Pemberian Makanan Pendamping ASI yang tidak tepat pada bayi

akan menimbulkan berbagai dampak yang buruk pada status gizi bayi.

Dampak pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak

tepat pada bayi akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun,

sehingga pemberian makanan tambahan yang berlebihan pada usia

dini akan mengakibatkan gangguan kesehatan dikemudian hari. Hal ini

akan berdampak terhadap kejadian infeksi yang tinggi, seperti diare,

infeksi saluran napas, alergi, hingga gangguan pertumbuhan. Asupan

nutrisi yang tidak tepat juga akan menyebabkan anak mengalami

malnutrisi yang akhirnya meningkatkan angka morbiditas dan

mortalitas ( Fitriana, 2012).


3

Makanan pendamping ASI memiliki manfaat yang sangat besar,

maka sangat disayangkan bahwa pada kenyatan pemberian MP-ASI

belum seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena beberapa

faktor antara lain pengetahuan, lingkungan, sosial ekonomi, sikap,

pekerjaan, dan budaya (kusmiyati, 2014).

Salah satu faktor yang terpenting dalam pemberian MP-ASI yaitu

pengetahuan dan sikap ibu. Hal ini dikarenakan pengetahuan akan

menentukan sikap seseorang, ibu dengan pengetahuan yang lebih

tinggi secara rasional akan berpikir lebih dalam bertindak, ibu akan

lebih memperhatikan dan berhati-hati dalam menjaga kesehatan bayi

terutama dalam pemberian MP-ASI yang tepat dan sesuai karena ibu

dituntut berpengetahuan tinggi agar pemberian MP-ASI secara tidak

tepat dapat dicegah (Ibrahim, M.,2014).

Penelitian Devi Simbolon dkk (2015) dengan judul Hubungan

pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI

Pada bayi di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran

Kabupaten Simalunggung, menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan dalam

pemberian MP-ASI.

Sikap ibu yang baik sangat dibutuhkan selama proses pengenalan

makanan untuk bayi. Ibu diharapkan mau dan teliti untuk

memperhatikan bagaimana cara memperkenalkan makanan yang baik


4

untuk bayi, makanan yang cocok untuk bayi, kapan waktu

pemberianya dan jadwal pemberiannya (Dany Pramudia, 2014).

Selain pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian MP-ASI,

ketepatan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam

pemberian MP-ASI. Hal ini dikarenakan ketepatan ibu dalam

pemberian MP-ASI secara tepat dilihat dari waktu, jenis, frekuensi dan

jumlah pemberian ( Ratnaningsih dkk, 2011).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi daerah istimewa

Yogyakarta (DIY) pada tahun 2018, menunjukan bahwa jumlah balita

terbanyak di Profinsi DIY dari lima kabupaten yaitu, Kabupaten Bantul

berjumlah (57922) balita, Kabupaten Sleman berjumlah (55,055) balita,

Kabupaten GunungKidul berjumlah (39222) balita, Kabupaten

kulonprogo (25364) balita, Kabupaten Kota Yogyakarta (17,913) balita,

dari 5 Kabupaten ini jumlah balita terbanyak di Kabupaten Bantul

dengan jumlah (57922) balita, sedangkan jumlah balita yang terendah

terdapat pada Kabupaten Kota Yogyakarta dengan jumlah (17,913)

balita. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul pada

tahun 2018 jumlah balita dari dua puluh tujuh Puskesmas yang ada di

Kabupaten Bantul, yang memiliki jumlah balita tertinggi ada pada

Puskesmas Piyungan dengan jumlah (57922) balita (Dinkes Batul,

2018).
5

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11

Desember 2019 di Puskesmas Piyungan, sesuai data dari Puskesmas

diketahui bahwa ada 3 Desa yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas

Piyungan diantaranya yaitu :Desa Sitimulyo berjumlah 1.196 balita,

Desa Srimulyo berjumlah 795 balita, dan Desa Srimartani memiliki

balita terbanyak yaitu 1.238 balita. Di desa Srimartani terdapat 23

dusun dengan balita terbanyak di dusun Sanansari yaitu berjumlah 111

balita.

Hasil wawancara dengan….

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada

hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan Ketepatan

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-

24 bulan di Dusun Sanansari?.’’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu

dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada anak 6-24 bulan

Dusun Sanansari.
6

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian

makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia

6-24 bulan.

b. Mengetahui sikap ibu tentang pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-24

bulan.

D. Ruang Lingkup

1. Materi

Penelitian ini masuk dalam ruang lingkup penelitian

keperawatan Anak

2. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki

anak usia 6-24 bulan.

3. Waktu

Penelitian ini dilalkukan pada bulan Oktober 2019-Juni 2020.

4. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Dusun Sanansari

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan dalam ilmu keperawatan anak.


7

2. Manfaat praktis

a. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

referensi ilmu keperawatan anak khususnya tentang

ketepatan pemberian MP-ASI.

b. Bagi responden

Menambah pengetahuan tentang ketepatan

pemberian MP-ASI pada anak.

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan

tambahan pengetahuan serta informasi khususnya

tentang pemberian MP-ASI yang dapat digunakan

sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya


8

F. Keaslian Penelitian

No Penulis Judul penelitian Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan

1 Desiyanti dkk Pengetahuan Dan Untuk Jenis Pengetahuan Ibu Variabel Perbedaan
(2016) Sikap Ibu Tentang mengetahui penelitian tentang MP-ASI independen dalam
Pemberian gambaran adalah pada Bayi usia 6- yaitu penelitian ini
Makanan pengetahuan penelitian 12 bulan di pengetahuan adalah jumlah
Pendamping ASI dan sikap ibu deskriftif Puskesmas Poasia dan sikap ibu sampel,
(MP-ASI) Pada tentang frekuensi tertinggi tempat
Bayi Usia 6-12 pemberian berpengetahuan penelitian,
Bulan Di makanan cukup sebanyak teknik
Puskesmas Poasia pendamping 37 responden pengambilan
Kota Kendari ASI (MP-ASI) (67,27%) sampel dan
pengetahuan variabel
kurang sebanyak dependen
15 responden yaitu
(27,27%) dan pemberian
frekuensi terendah makanan
berpengetahuan pendamping
baik sebanyak 3 ASI.
responden
(5,46%). Sikap Ibu
tentang MP-ASI
pada Bayi usia 6-
12 bulan di
Puskesmas Poasia
frekuensi tertinggi
cukup sebanyak
42 responden
(76,36%)
9

pengetahuan
kurang sebanyak 9
responden
(16,36%) dan
frekuensi terendah
baik sebanyak 4
responden
(7,28%).
2 Kawulur dkk Hubungan Antara Untuk Penelitian Hasil penelitian Variabel Perbedaan
(2017) Pengetahuan Dan mengetahui ini menunjukkan independen dalam
Sikap Ibu Dengan tingkat merupakan hubungan antara yaitu penelitian ini
Tindakan pengetahuan penelitian pengetahuan ibu pengetahuan adalah teknik
Pemberian dan sikap ibu survey dengan tindakan dan sikap ibu pengambilan
Makanan dalam analitik pemberian ASI sampel,
Pendamping Air pemberian dengan Eksklusif pada tempat
Susu Ibu (Mp-Asi) Makanan rancangan bayi menunjukkan penelitian,
Pada Bayi Usia 6- Pendamping cross p value sebesar jumlah sampel.
12 Bulan Di Air Susu Ibu sectional 0,001. Hubungan
Puskesmas (MP-ASI) pada study. antara sikap ibu
Tuminting Kota bayi usia 6-12 Sampel dengan tindakan
Manado. bulan. ditentukan pemberian ASI
dengan Eksklusif pada
metode bayi menunjukkan
purposive p value sebesar
sampling. 0,000.
3 Wahyuni Hubungan Tingkat Untuk Deskriptif Hasil penelitian Tidak ada Perbedaan
(2011) Pengetahuan Ibu mengetahui Analitik menunjukan tidak persamaan dalam
Tentang MP-ASI tingkat dengan ada hubungan dalam penelitian ini
Dengan pengetahuan rancangan yang positif antara penelitian. adalah jumlah
Pemberian MP- ibu tentang cross pengetahuan ibu sampel,
ASI Pada Bayi MP-ASI sectional. tentang MP-ASI tempat, teknik
Usia 12 Bulan Di dengan dengan pemberian pengambilan
Posyandu Pereng pemberian MP-ASI pada sampel dan
10

Bumirejo, Lendah MP-ASI pada balita usia 6-12 variabel


Kulonprogo bayi usia 6-12 bulan. independen
Yogyakarta. bulan yaitu sikap dan
diposyandu variabel
pereng dependen
bumirejo, yaitu
ledah pemberian
kolunprogo MP-ASI
Yogyakarta
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

b. Tingkat pengetahuan menurut ( Notoatmodjo, 2014) Yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajariatau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu

“tahu” merupakan tingkatanm pengetahuan yang paling renda.

Pengukuran untuk mengetahui orang dikatakan telah tahu yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengindentifikasi, menyatakan,

dan sebagainya.
12

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan untuk menjelasjaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan dengan benar. Orang yang telah paham

tentang objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

suatu objek yang di pelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.
13

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifuikasi atau

penialain terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendri atau

mengguanakan kriteria-kriteria yang ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Menurut YB mantra Notoadmojo (2012), pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan polah hidup terutama dalam motivasi untuk

berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2011).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.
14

b) Pekerjaan

Seorang yanmg bekerja di sector formal memiliki akses

yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk

kesehatan.hal ini sangat berpengaruh terhadap tinggkat

pengetahuan dimana seseorang mendapatkan berbagai

informasi maka ia ajan berusaha untuk memahami dengan

baik dan akan berperilaku sesuai apa yang

diketahuinya.(Notoadmodjo, 2012).

c) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin tamba usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan polah pikirnya sehinggah pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia mudah, individu

akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan

social, serta lebih banyak melakukan persiapan dermi

suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.

Kemampuan itelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan

pada usia ini. Dua sikap tradisionalmengenai jalannya

perkembangan selama hidup adakah sebagai berikut :

1) Semakin tua semakin bijaksana,semakin banyak informasi

yang dijumpai semakin banyak hal yang di kerjakan sehinga

menamba pengetahuan.
15

2) Tidak dapat mengajarkan kepandain baru kepada orang

uang suda tua karena telah mengalami kemunduran baik

fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun

sejalan dengan bertambanya usia, khususnya pada

beberapa kemampuan yang lain,seperti kosa kata dan

pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata

IQseseorang akan akan menurun cukup cepat sejalan

dengan bertambanya usia (Lestari. T,2015)

2. Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan

(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-

pengalaman seseorang serta adanya factor eksternal

(Lingkungan fisik dan non fisik). Lingkungan merupakan

seluru kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b) Social budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi


16

c) Pengalaman

Menurut Lestari. T (2015), pengalaman seseorang sangat

berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan

yang tinggih maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan

semakin tua umur seseorang maka pengalaaman akan

semakin banyak.

d. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2013) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan, yaitu :

1) Baik : Hasil persentase 76-100%

2) Cukup : Hasil persentase 56-75%

3) Kurang : Hasil persentase >55

2. Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang

menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan

sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek

situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Hal ini, berarti sikap

juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif

atau negatif. Dalam kehidupan manusia, sikap memiliki peran

yang besar karena sikap akan menentukan tingkah laku manusia

terhadap suatu objek. Pada dasarnya Sikap juga merupakan hal

yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena sikap pada diri


17

seseorang akan memberikan warna dan corak tingkah laku atau

perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut terhadap suatu

objek (Saifuddin Azwar, 2012).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang yaitu:

1) komponen kognitif

merupakan representasi siapa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan

stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat

di samakan penanganan (opini), terutama apabilah

menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif (komponen emosional)

Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang

merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak snang

merupakan hal yang negative. Komponen ini menunjukan arah

sikap, yaitu positif dan negatif.

3) Komponen Konotif

Komponen perilaku atau action component merupakan

komponen yang berhubungan dengan kecenderungan

bertindak terhadap objek sikap. Dalam penentuan sikap yang

utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting (Saifuddin Azwar, 2012).


18

b. Tingkat sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Wawan & Dewi,

2011)

1) Menerima ( receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan perhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon ( responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatau indikasi

sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas perkerjaan itu

benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide

tersebut.

3) Menghargai ( valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tinggi, misalnya seseorang mengajak ibu

yang lain (tetangga, saudara, dsb) untuk menimbang anaknya

ke pisyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatau

bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi

anak.
19

4) Bertanggung jawab ( responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih nya

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling

tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB

(keluarga berencana),meskipun mendapatkan tantangan dari

mertua atau orang tuanya sendiri.

c. Fungsi sikap

Menurut Katz dalam Walgito (2010) terdapat 5 fungsi sikap

sebagai berikut :

a) Fungsi pengetahuan

Sikap membantu kita untuk menginterprestasi stimulus baru

dan menampilakn respon yang sesuai. Contohnya karyawan

baru harus diberi informasi sebelum masuk kerja, agar selalu

ramah dansantun terhadap setiap klien, agar kerja sama bisa

lebih maksimal dan terjaga.

b) Fungsi identitas

Sikap terhadap kebangsaan Indonesia (nasionalis) yang kita

nilai tinggi, mengekspresikan nilai dan keyakinan serta

mengkomunikasikan “siapa kita”. Dalam pertumauan resmi

antar masyarakat Indonesia dengan luar negeri, orang

Indonesia memakai kebaya atau batik untuk mencerminkan

budaya dan identitas kita sebagai rakyat Indonesia.

c) Fungsi harga diri


20

Sikap yang kita , mampu menjaga atau meningkatkan harga

diri. Misalanya ketika ada perkumpulan yang mengharuskan

kita berhadapan dengan banyak orang, sikap harus tetap

terjaga untuk menjaga harga diri.

d) Fungsi memotivasi kesan ( impression motivation)

Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberikan

penilaian atau kesan yang positif tentang diri kita. Contohnya

mengaja sikap seperti bahasa tubuh ketika pertama kali

masuk ke lingkungan baru agar memberi kesan baik dan

positif.

d. Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Wawan & Dewi (2011)

1. Sikap bukan dibawah sejak lahir melainkan di bentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan

dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat

motif-motif biogenis, seperti lapar, haus, kebutuhan dan

istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari

dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermuda sikap pada orang itu

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terdapat suatu objek dengan kata lain,


21

sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa

berkenan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat

juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunya segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan

sifat alamia yang membedakan sikap dan kecakapan atau

pengetahuan yang dimiliki orang.

e. Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

antara lain :

1) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

dan ikut mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus

sosial.

2) Pengaruh orang lain

Pengaruh orang lain yang biasa dianggap penting oleh

indivudu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih

tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri,

suami, dan laini-lain.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.


22

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita

terhadap berbagai masalah.

4) Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya media

massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi

dasar afektif dalam menilai sesuatu hal.

5) Pengaruh faktor emosional

Sesuatu bentuk sikap yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai penyaluran frustasi atau peralihan untuk mekanisme

pertahanan ego (Azwar, 2005).

6) Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu

sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap,

dikarenakan keduanya meletakan dasar-dasar pengertian dan

konsep moral dalam diri individu.

f. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dengan menggunakan skala Likert, dikenal

dengan tehnik Summated Ratings. Responden diberikan

pertanyaan-pertanyaan dengan kategori jawaban yang telah

dituliskan dan pada umumnya 1 sampai dengan 4 kategori

jawaban yaitu :

a. Sangat setuju : 5
23

b. Setuju : 4

c. Ragu-ragu :3

d. Tidak setuju :2

e. Sangat tidak setuju : 1

Sikap ibu dinyatakan dalam bentuk tinjauan kontinum

sehingga dapat diketahui seberapa besar sikap ibu, apakah

terletak pada kategori baik, cukup, kurang atau sangat tinggi

dapat diketahui dengan menggunakan interprestasi menurut

Azwar Saifuddin (2010).

Kriteria interprestasi skor :

a) Baik : jika responden dapat menjawab benar 80-100%

pertanyaan.

b) Cukup : jika responden dapat menjawab benar 60-79%

pertanyaan.

c) Kurang : jka responden dapat menjawab benar <60%

pertanyaan.

3. Makanan Pendamping Asi ( MP-ASI )

a. Definisi MP-ASI

Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah

makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi

berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. ASI harus

diberikan kepada bayi paling tidak sampai berusia 24 bulan.


24

Selain diberi MP-ASI peranan makanan penamping ASI sama

sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya

melengkapi ASI (Waryana, 2010).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan

makanan tambahan bagi bayi, makanan ini harus menjadi

pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini

menunjukan bahwa MP-ASI berguna untuk menutupi

kekurangan zat gizi yang terkandung dalam ASI. Dengan

demikian cukup jelas bahwa peranan makanan tambahan bukan

sebagai pendamping ASI tetapi melengkapi dan mendampingi

ASI (Sitompul,2014).

Menurut Mifida, dkk (2015), Sanitasi dan hygienitas MP-ASI

yang rendah memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba yang

dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama

kurangwaktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu memberikan

kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI menurun

sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja.

Peranan makanan tambahan menjadi sangat penting untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut. Makanan Pendamping

Air Susu Ibu (MP-ASI) dapat disiapkan secara khusus untuk bayi

atau makanannya sama dengan makanan keluarga, namun

teksturnya disesuaikan dengan usia bayi dan kemampuan bayi

dalam menerima makanan.


25

Berikut zat-zat yang dibutuhkan pasca ASI eksklusif (Indiarti,

2013) :

1) Protein

Beberapa makanan yang mengandung protein antara lain:

tempe, tahu, kacang-kacang, ikan, daging, hati, telur, dan

ayam.

2) Lemak

Beberapa makanan yang mengandung lemak antara lain:

minyak sayur,santan, margarin atau mentega.

3) Vitamin dan mineral

Beberapa makanan yang mengandung vitamin dan mineral

antara lain: sayuran dan buah buahan, bayam, jagung,

kankung, labu kuning, wortel, jamur merang, buncis muda dan

kacang kapri.

4) Hidrat arang

Hidra arang merupakan bahan makanan pokok bagi bayi.

Beberapa makanan yang mengandung hidrat arang antara

lain: beras putih, beras merah, dan kentang.

b. Tujuan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-

ASI) menurut Stimpol (2014) sebagai berikut :

1) Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi

yang semakin meningkat sejalan dengan pertambahan umur

anak.
26

2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima

bermacam-macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur

dan rasa.

c. Manfaat Pemberian MP-ASI

Menurut Dintansari, dkk (2010), Manfaat pemberian Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap bayi atau anak

adalah :

a) Mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada

anak dengan jumlah yang diberikan dari ASI.

b) Menambah energy dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi.

MP-ASI diberikan dengan tujuan menambah energi dan

zat-zat gizi yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan karena ASI tidak dapat memenuhi

kebutuhan bayi secara terus menerus. ASI hanya mampu

memenuhi kebutuhan bayi sampai 4-6 bulan setelah itu

produksi ASI berkurang. Kebutuhan bayi semakin

meningkat seiring bertambahnya umur.

c) Membantu bayi dalam proses belajar makan. Pemberian

makanan tambahan membantu bayi dalam proses belajar

makan dan kesempatan untuk menanamkan kebisaan

makan yang baik. Dimulai dari makanan yang berbentuk

cair, semi padat, dan padat.


27

d) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan

menelan.

d. Persyaratan MP-ASI

Menurut Mufida, dkk (2015), Makanan pendamping ASI (MP-

ASI) diberikan sejak bayi berusia 6 bulan. Makanan ini diberikan

karena kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien untuk pertumbuhan

dan perkembangan tidak dapat dipenuhi lagi hanya dengan

pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi,

kandungan serat kasar dan bahan lain yang sukar dicerna

seminimal mungkin, sebab serat yang terlalu banyak jumlahnya

akan menggangu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat

gizi. Selain itu juga tidak boleh bersifat kamba, sebab akan cepat

memberi rasa kenyang pada bayi. MP-ASI jarang dibuat dari satu

jenis bahan pangan, tetapi merupakan suatu campuran dari

beberapa bahan pangan dengan perbandingan tertentu agar

diperolah suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi.

Berikut tahapan-tahapan dalam proses pemberian makanan

pendamping ASI pada bayi (Indiarti, 2013) :

a) Seiring dengan makin berkembangnya sistem pencernaan

bayi mulai dapat diperkenalkan dengan makanan selain

ASI. Pada awalnya, beri makanan yang lumat dan cair.

Pada tahap ini biasanya ia hanya mau menerima 1 hingga


28

b) 2 sendok teh.

c) Makanan pendamping ASI terdiri dari berbagai jenis

macam bahan makanan bertektur lembut sehingga mudah

dicerna lambung. Pada saat ini dapat diperkenalkan bubur

susu dengan satu rasa.

d) Setelah itu bayi mulai menguyah, makanan bertektur kasar

dapat mulai diberikan.

e) Makanan padat dapat diberikan setelah gigi mulai tumbuh.

Pastikan makanan padat ini tidak membuat bayi

terganggu. Misalnya diare atau sembelit.

f) Memasuki usia 8 bulan samapai satu tahun, bayi muali

diberikan makanan yang hanya dicincang.

g) Tekstur makanan padat untuk bayi dapat ditingkatkan

secara bertahap hingga ia berusia 1 tahun.

e. Jenis-jenis Makanan Pendamping ASI

Menurut Lituhayu (2010), Jenis-jenis MP-ASI adalah sebagai

berikut :

a) Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari

buah misalnya pisang, jeruk, papaya, tomat dan lainnya.

b) Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak

dengan menggunkan cairan atau kaldu daging atau

sayuran.
29

c) Sayur-sayuran yang direbus kemudian dihaluskan dengan

menggunakan blender.

d) Ikan yang diblender, ikan yang digunakan adalah ikan

yang tidak berduri.

e) Daging pilihan yang tidak berlemak dan diblender.

f) Makanan yang keras yaitu makanan seperti orang dewasa.

f. Indikator Bayi Siap Menerima Makanan Padat

Berikut tanda-tanda bayi siap menerima makanan

pendamping ASI atau makanan padat yaitu (Indiarti, 2013) :

a) Minimal berusia enam bulan.

b) Dapat duduk sendiri dengan baik sekalipun tanpa bantuan.

c) Tumbuh gigi.

d) Berat badannya sudah mencapai dua kali lipat dari berat

badan saat lahir.

e) Mengalami kenaikan berat badan yang lebih lambat

dibandingkan sebelumnya.

f) Sering rewel karena lapar atau terlihat tidak puas dengan

ASI yang diberikan.

g) Mudah bangun pada malam hari setelah tidur nyenyak.

h) Dapat mengendalikan lidahnya dengan baik.

i) Sering memasukan sesuatu dalam mulut untuk dikunyah.

j) Menunjukan ketertarikan pada makanan, misalnya ketika

sedang makan, ia sangat bersemangat untuk makan.


30

k) Dapat menahan makanan cair dalam mulutnya. Reflex

ekstruksi atau reflex mengeluarkan makanan bayi mulai

menghilang sehingga ia tidak secara otomatis mendorong

makanan padat keluar dari mulutnya dengan lidah.

g. Cara Pemberian MP-ASI

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan MP-ASI

agar kebutuhan bayi terpenuhi dengan baik, Heriyani (2012) :

a) Makanan pendamping ASI hanya dimulai diberikan setelah

bayi berusia 6 bulan.

b) ASI tetap diberikan dengan memberikan ASI terlebih

dahulu baru kemudian memberikan MP-ASI.

c) Makanan padat atau MP-ASI yang pertama diberikan

harus memiliki tekstur yang halus dan licin.

d) Bubur nasi diberikan sebanyak 3 kali sehari dengan porsi

setiap kali makan disesuaikan dengan umur.

e) Beri makan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan,

berupa biskuit, pisang, bubur kacang hijau, atau nagasari.

f) Bubur saring hanya boleh diberikan jika bayi telah tumbuh

gigi, sedangkan makanan yang dicincang diberikan setelah

bayi pandai menguyah.

g) Setiap kali makan cukup diperkenalkan satu jenis

makanan saja dalam jumlah yang kecil. Jika bayi tidak

dapat menerima sesuatu jenis makanan dan menimbulkan


31

reaksi alergi untuk sementara pemberian MP-ASI

dihentikan.

h) Memperkenalkan sayuran dan buah-buahan dapat dimulai

saat memberikan sayuran dan buah yang berserat rendah,

seperti wortel,tomat,baya, jeruk, pisang, papaya alpukat

dan pir.

i) Makan sebaiknya tidak dicampur karena bayi mempelajari

perbedaan tekstur dan rasa makanan.

j) Sebagai selingan dapat diberikan sari buah yang manis

disaring.

k) Bayi dapat diajari makan dan minum sendiri menggunkan

sendok dan gelas.

l) Tetap diberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.

h. Dampak pemberian MP-ASI terlalu Dini dan Terlalu Lambat

Memulai MP-ASI terlalu dini tidak disarankan karena :

1) Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi

konsumsi ASI, dan bila terlamat akan menyebabkan bayi

kurang gizi.

2) ASI dapat tergantikan oleh cairan atau makanan lain yang

kualitas nutrisinya kurang dibandingkan ASI

3) Kurangnya permintaan hisapan bayi karena kenyang akibat

MP-ASI menyebabkan penurunan suplai ASI ibu.


32

4) Peningkatan risiko infeksi karena terpapar makanan bayi

yang tidak steril. ( Sitompul, 2014).

5) Pemaparan dini terhadap makanan tertentu dapat memicu

alergi. Bahkan pemberian air putih pada bayi 0-6 bulan

berisiko membuat bayi terinfeksi bakteri jika air yang dipakai

tercemar.

6) Fungsi ginjal bayi usia 0-6 bulan belum sempurna sehingga

ketika diberikan air putih, tubuh bayi akan kelebihan air atau

“keracunan” air. Hal ini bisa terjadi karena air yang masuk

tidak seimbang dengan yang dikeluarkan. Sehingga beresiko

merusak ginja bayi (Sitompul, 2014).

i. Pemberian Makanan Anak Umur 0-24 Bulan Yang Baik Dan

Benar

Menurut Mufida, dkk (2015), Pemberian makanan anak umur

0-24 bulan yang baik dan benar sesuai dengan bertambahnya

umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima, maka

makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 3 tahap

yaitu:

1) Makanan bayi umur 0-6 bulan

a) Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang

produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah

lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat


33

memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan

terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi

dan ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan

kasih saying anatara ibu dan anak.

b) Berikan kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari

pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan.

Kolostrum mengandung zat-zat kekebalan yang

tinggi.

c) Berikan ASI dari kedua payudara

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong,

kemudian pindah ke payudara lainya, ASI diberikan

8-10 kali setiap hari.

2) Makanan bayi umur 6-9 bulan

a) Pemberian ASI diteruskan

b) Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan

dengan makanan keluarga secara bertahap, karena

merupakan makanan peralihan ke makanan

keluarga.

c) Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti

bubur kacang hijau, buah dan lain-lain.


34

d) Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam

bahan makanan, seperti lauk pauk dan sayuran

secara berganti-gantian.

3) Makanan bayi umur 12-24 bulan

a) Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini

jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan

sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

b) Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga

sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi

separuh makanan orang desawa setiap kali makan.

Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali

sehari.

c) Variasi makanan diperhatikan dengan

menggunakan padahan bahan makanan. Misalnya

nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan

lain-lain. Hati ayam diganti dengan telur, tahu,

tempe, dan ikan. Bayam diganti dengan daun

kankung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti

dengan bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskuit

dan lain-lain.

d) Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan

secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI

sedikit-demi sedikit.
35

j. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI)

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah Pengetahuan tentang Makanan

tambahan yang diberikan pada bayi berusia 6 bulan

sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan MPASI sama

sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya

untuk melengkapi ASI. (Yenrina, 2008 ). Pengetahuan

tentang MP-ASI seorang ibu juga besar pengaruhnya bagi

perubahan sikap dan perilaku didalam pemilihan bahan

makanan yang selanjutnya berpengaruh pada tumbuh

kembang dan gizi anak yang bersangkutan.

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri. Semakin

tingkat pendidikan semakin mudah menerima serta

mengembangkan pengetahuan dan teknologi juga

semakin meningkatnya produktivitas dan semakin tinggi

kesejahteraan keluarga.pendidikan adalah jumlah

pengalaman baik formal maupun nonformal yang

diorientasikan pada perkembangan dan pertumbuhan

pribadi. Yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah


36

pendidikan umum yang ditempuh melalui sekolah (Depkes

RI, dalam Dewanti, 2009).

3) Umur ibu

Usia dapat mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan

emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya

memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang

lebih mudah. Usia ibu akan mempengaruhi kesiapan

emosi ibu. Misalnya ibu terlalu muda ketika hamil akan

menyebabkan kondisi fisiologis dan psikologisnya belum

siap menjadi ibu. Hal ini akan mempengaruhi kehamilan

dan pengasuhan anak. Kondisi psikologis usia dapat

menentukan tingkat kematangan dalam berpikir dan

bekerja.kematangan jiwa inilah dapat membantu ibu dalam

menyelesaikan tugas perkembangan seperti mengasuh

anak misalnya memberikan MP-ASI yang baik dan benar

(Chairani, 2013).

4) Adat/ kebiasaan

Kebudayaan setempat atau kebiasaan keluarga

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap

seseorang terhadap sesuatu (Mutmainnah, 2010). Dan

jenis makanan tambahan lain yang bisa diberikan adalah

buah pisang lumat, bubur bayi dan bubur nasi yang

dilumatkan bersama pisang (Chairani, 2013).


37

5) Pekerjaan

Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayi karena ibu meninggalkan rumah

sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang. Akan tetapi

seterusnya seorang ibu yang bekerja tetap dapat

memberikan ASI secara eksklusif dan MP-ASI sesuai umur

bayi pada bayinya dengan pengetahuan yang benar

tentang bagaimana memberi ASI sebelum memberikan

MP-ASI (Kholifah, 2009).


38

B. KERANGKA TOERI
MP-ASI :

a. Defenisi MP-ASI
Pemberian MP-ASI b. Tujuan pemberian
MP_ASI
Faktor yang c. Manfaat
mempengaruhi pemberian
pemberian MP-ASI MP_ASI
Sikap ibu d. Jumlah dan
1. Pendidikan
frekuensi
2.
Pengetahuan pemberian
MP_ASI
3. Umur
e. Pola pemberian
4. Pekerjaan
makanan bayi
5. Adat
f. Tanda – tanda
/kebiasaan
bayi meneriama
makanan padat
g. Dampak
Pengetahuan
pemberian
a. Tahu MP_ASI terlalu
b. Memahami dini dan terlalu
c. Aplikasi lambat
d. Analisis
e. Sinteseis
f. evaluasi

Gambar 1.1 kerangka Teori


Menurut Notoatmodjo (2014), Saifuddin (2012), Waryana (2010),
Stimpol (2014), Dintasari (2010).
39

C. KERANG KONSEP

Pengetahuan dan sikap Pemberian MP-


ibu ASI pada bayi
usia 6-24 bulan
(X)
(Y)

Faktor internal

1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Usia
Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
2. Sosial budaya
3. pengalaman

Gambar 1.2 kerangka konsep

Keteraangan :

Diteliti

Tidak diteliti
40

D. HIPOTESIS

Ha : Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan

Pemberian MP-ASI Pada Balita Usia 6-12 Bulan di Dusun Sanansari

Ho : Tidak Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu

Dengan Pemberian MP-ASI Pada Balita Usia 6-12 Bulan di Dusun

Sanansari

Anda mungkin juga menyukai