Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian
Infark Miokard merupakan salah satu penyakit terminal yang memerlukan
perawatan intensif. Perawataan intensif yang diperlukan harus holistik, mencakup bio
psiko sosial dan spiritual. Psikologis infark miokard harus selalu diperhatikan, karena
salah satu penyebab infark miokard adalah dari psikologis atau dikenal dengan stress.
(Emaliyawati, Sutini, Ibrahim, Trisyani, & Prawesti, 2017)

B. ETIOLOGI
Etiologi infark miokard akut (acute myocardial infarct) adalah oklusi arteri
koroner yang 90% disebabkan oleh proses aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit
pembuluh darah kronis akibat metabolik yang diperparah oleh inflamasi. Aterosklerosis
membentuk plak dan bila terjadi ruptur plak akan menyebabkan agregasi tombosit dan
terbentuknya trombus yang menyumbat arteri koroner.
Penyebab utama dari terjadinya infark miokard adalah ketidakseimbangan antara
pasokan dan kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung. Kebutuhan oksigen di jaringan
otot jantung yang tinggi, tetapi pasokan (supply) oksigen ke daerah tersebut kurang. Otot-
otot jantung membutuhkan pasokan oksigen agar dapat terus memompa darah ke seluruh
tubuh. Apabila aktivitas otot jantung meningkat, maka kebutuhan akan oksigen juga
meningkat. Jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu yang cukup lama, lama
kelamaan jaringan otot jantung dapat rusak dan bersifat menetap. Pembuluh darah
jantung yang memasok darah ke otot-otot jantung disebut dengan arteri koroner.
Merurunnya pasokan oksigen ke jaringan otot jantung dapat disebabkan oleh sumbatan
pada arteri coroner yang disebut atherosclerosis, yaitu adanya plaque di dalam lubang
pembuluh darah jantung. Sehingga darah yang membawa oksigen tidak dapat mencapai
otot jantung. Infark miokard yang lebih sering terjadi karena disebabkan sumbatan
pembuluh darah jantung atau ischemia. (Chalik, Usnizar, & Suciati, 2014)

C. Tanda gejala
Pasien yang mengalami serangan jantung biasanya mendadak tanpa ada tanda-
tanda sebelumnya. Akan tetapi pada beberapa kasus, pasien dapat saja merasakan gejala
pendahuluan sebelum terjadinya serangan, seperti :
 Lemas
 Rasa tidak nyaman di dada
 Gelisah
 Nafas pendek-pendek
 Mual
 Pusing

Pada saat terjadi serangan jantung, rasa nyeri di dada sangat khas dengan karakteristik
sebagai berikut :

 Nyeri dada yang hebat dan tidak berkurang selama 30 – 60 menit


 Lokasi nyeri dirasakan di belakang tulang dada dan seringkali menjalar ke daerah
leher, bahu, rahang dan juga lengan kiri.
 Sensasi dada seperti tertekan, sakit, panas atau terbakar, dan tertusuk-tusuk
 Pada beberapa pasien dapat timbul keluhan pada ulu hati, seperti kembung dan
banyak gas di dalam lambung.

Kondisi umum pasien pada saat serangan, dapat ditemukan pemeriksaan tanda-tanda vital
sebagai berikut :
 Denyut nadi meningkat dengan irama yang tidak teratur
 Tekanan darah meningkat

 Frekuensi nafas meningkat


 Batuk-batuk, terdengar suara mengi, terdapat produksi sputum

(Kalalo, 2013)

D. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Penatalaksanaan pasien STEMI dilakukan dengan terapi reperfusi yang terdiri
primary percutaneous coronary intervention (primary PCI) dan fibrinolitik.
Dokter memberikan oksigen yang bertujuan penatalaksanaan medis adalah
memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat obatan,
pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan
jantung. Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplai o2, sementara tirah
baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator
utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan dengan
penghentian aktivitas fisik untukmengurangi beban kerja jantung membatasi luas
kerusakan. (Ermiati, Rampengan, & Joseph, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, M., Usnizar, F., & Suciati, T. (2014). Kadar CK-MB Pasien Penyakit Jantung Koroner
Yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Muhammad Hoesin Palembang
Berdasarkan Waktu Pengambilan Darah. Majalah Kedokteran Sriwijaya.
Emaliyawati, E., Sutini, T., Ibrahim, K., Trisyani, Y., & Prawesti, A. (2017). PENGALAMAN
PSIKOLOGIS PASIEN INFARK MIOKARD AKUT SELAMA DIRAWAT DI RUANG
INTENSIF. JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA.
https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7477
Ermiati, . ., Rampengan, S. H., & Joseph, V. F. . (2017). Angka Keberhasilan Terapi Reperfusi
pada Pasien ST Elevasi Miokard Infark. E-CliniC.
https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18279
Kalalo, G. F. (2013). PENGARUH GAYA HIDUP MEROKOK TERHADAP KEJADIAN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI RSU BETHESDA TOMOHON. E-CliniC.
https://doi.org/10.35790/ecl.1.1.2013.3294

Anda mungkin juga menyukai