Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Gangguan pendengaran yang tiba-tiba/ Sudden Hearing Loss (SHL) merupakan


pengalaman yang kurang menyenangkan dan mengejutkan bagi pasien. Untungnya,
sebagian besar kasus SHL berupa unilateral dan prognosis untuk beberapa pemulihan
pendengaran adalah baik. Namun, pada beberapa kasus yang kurang beruntung,
gangguan pendengaran dapat bersifat parah dan bilateral. Pasein yang mengalami SHL
seringkali merasa cemas dan pesimis untuk sembuh. Keadaan tersebut menjadi tanggung
jawab dokter untuk memberikan solusi definitif, karena SHL merupakan gejala umum
dari banyak penyakit, sehingga menyaring beberapa kemungkinan bukan hal yang
mudah.

Perkiraan kejadian Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSNHL) dalam setahun


berkisar dari 5-20 kasus per 100.000 orang. Karena kurangnya kesadaran pasien untuk
segera melakukan pengobatan dan kesalahan dalam diagnosis awal sehingga angka
kejadian yang terlaporkan cukup rendah. Perbandingan kasus yang dialami oleh laki-laki
dan perempuan terbilang sama. Beberapa penelitian menyatakan telinga kanan dan kiri
memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena, namun dari beberapa data studi
ditemukan bahwa gangguan pendengaran lebih banyak mempengaruhi telinga kiri (55%).
Kasus gangguan pendengaran mendadak yang bilateral terjadi sekitar 1%-5%. Sudden
Sensorineural Hearing Loss terjadi pada semua umur dengan rata-rata presentasi usia
berkisar antara 40-54 tahun dan sedikit kasus yang dilaporkan pada anak-anak atau orang
tua. Kebanyakan kasus gangguan pendengaran disertai Tinitus akut dan gejala vertibular.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

Dokter Pembimbing : dr. Rangga Putra Nugraha, Sp. THT-KL

Dokter Muda/NIM : Nur Al Huda / I1011151023

Tanggal : 15-11-2019

I. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama : Ny. S
2. Tanggal Lahir : 23-10-1973
3. Umur : 46
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Pegawai Swasta
7. Suku/ras :-
8. No. RM : 039174

II. KELUHAN UTAMA


Gangguan mendengar tiba-tiba pada telinga kanan sejak hari rabu jam 10.00 pagi

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Gangguan mendengar tiba-tiba pada telinga kanan saat sedang beraktifitas dirumah,
keluhan dirasakan sejak hari rabu jam 10.00 pagi, pasien merasa sulit mendengar,
tidak terdengar suara saat menggunakan telepon pada telinga kanan, nyeri telinga
kanan (+), berdenging dan berdengung (+), pusing berputar (-), keluar cairan dari
telinga (-) dan demam (-). Tidak ada keluhan pada telinga kiri.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama sebelumnya, biduran, DM (+),
penyakit jantung (-), Stroke (-).

2
V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit yang sama (-), DM (+), penyakit jantung (-), Stroke (-).

VI. RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI


Pasien bekerja sebagai pegawai swasta dan sebagai ibu rumah tangga, pasien
menggunakan asuransi BPJS kelas II.

VII. RIWAYAT ALERGI DAN PENGOBATAN


Pasein alergi terhadap cuaca dingin yang bereaksi dengan biduran, pasien
mengonsumsi obat DM yaitu glimepirid (1x1) dan metformin (2x1).

VIII. PEMERIKSAAN UMUM


Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda vital
Tekanan darah : 149/75 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 37,2o C
Kepala : Normocephal, jejas pada wajah (-), benjolan (-), nyeri tekan
wajah (-), deformitas (-), mata CA (-/-) SI (-/-)
Leher : Jejas (-), deviasi trakea (-), perbesaran KGB (-), perbesaran
kelenjar submandibula (-), nyeri tekan (-), stridor (-)
Thorax : Pulmo : Inspeksi : Simetris statis & dinamis
Palpasi : Fremitus taktil simetris
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler (+/+), ronki
(-/-), wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi :
Batas kanan jantung : SIC IV
parasternal dextra

3
Batas kiri jantung : SIC V linea
midklavikula sinistra
Batas atas jantung : SIC II parasternal
sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I/II tunggal regular,


gallop (-), mumur (-)

Abdomen : Inspeksi : Cembung


Auskultasi : Bunyi usus (+)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, ruam (-), jejas (-), edema (-)

IX. PEMERIKSAAN THT


1. Hidung
Pemeriksaan Dextra Sinistra Gambar
Deformitas (-), Deformitas (-),
Inspeksi sekret (-), skar (-), sekret (-), skar (-),
edema (-) edema (-)
Krepitus (-), nyeri Krepitus (-), nyeri
Palpasi
(-), kalor (-) (-), kalor (-)
Mukosa hiperemis Mukosa hiperemis
(-), konka (-), konka
hiperemis (-), hiperemis (-),
hipertrofi konka hipertrofi konka
Rinoskopi anterior media dan inferior media dan inferior
(-), sekret (-), (-), sekret (-),
deviasi septum (-), deviasi septum (-),
massa pada kavum massa pada kavum
nasi (-) nasi (-)

4
2. Telinga
Pemeriksaan Dextra Sinistra Gambar
Bentuk telinga Bentuk telinga
normal, normal,
deformitas (-), deformitas (-),
Inspeksi
skar (-), edema (- skar (-), edema (-
), hiperemis (-), ), hiperemis (-),
cairan (-) cairan (-)
Nyeri (-), kalor (- Nyeri (-), kalor (-
Palpasi
), nyeri tragus (-) ), nyeri tragus (-)
CAE edema (-), CAE edema (-),
hiperemis (-), hiperemis (-),
serumen (-), serumen (-),
cairan (-), cairan (-),
jaringan jaringan
Otoskopi
granulasi (-), granulasi (-),
membran membran
timpani intak, timpani intak,
cone of light (+) cone of light (+)
arah jam 5 arah jam 5
Rinne (+),
Weber
Rinne (+), Weber
lateralisasi ke
tidak ada
telinga yang
Tes garputala (512 lateralisasi,
sehat,
Hz) Schwabach sama
Schwabach
seperti pemeriksa
memendek
Kesan tuli
sensorineural

5
3. Mulut dan Tenggorokan
Pemeriksaan Hasil
Dapat membuka dengan
baik, Warna mukosa
Mulut
buccal pink, edema (-),
bibir pecah-pecah (-)
Hiperemis (-), uvula
Mukosa oral
berada ditengah
Permukaan tonsil rata,
kripte tidak melebar,
orofaring ukuran tonsil T1/T1,
tonsil hiperemis (-),abses
peritonsil (-)

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

AUDIOMETRI

Telinga kanan : 85 (tuli berat)

Telinga kiri : 21.67 (normal)

XI. DIAGNOSIS BANDING


Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSNHL), Presbikusis, Noise Induced Hearing
Loss (NIHL)

6
XII. DIAGNOSIS
SSNHL

XIII. TERAPI
IVFD RL 20 Rpm
injeksi Methyl Prednisolon 125 mg/8 jam
injeksi micobalamin 500 mg/8 jam

XIV. PROGNOSIS

Vitam : bonam
Sanam : bonam
Fungsionam : bonam

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. TELINGA

Gambar 1. Auris dextra.


AURIS/TELINGA
Auris merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga memiliki tiga
bagian (Gambar 1): Bagian pertama adalah auris externa terdiri dari bagian yang melekat
pada aspectus lateralis regio capitis dan saluran yang berada di dalamnya. Bagian kedua
adalah auris media sebuah ruangan dalam pars petrosa tulang temporale yang dibatasi di
lateral, dan dipisahkan dari saluran luar, oleh suatu membrana dan di sebelah dalam
dihubungkan dengan pharynx oleh sebuah pipa sempit. Bagian ketiga adalah auris
interna yang terdiri dari serangkaian ruangan dalam pars petrosa tulang temporale,
terletak antara auris media di lateral dan meatus acusticus internus di medial.
Auris interna mengubah sinyal mekanik yang diterima dari auris media, yang berawal
sebagai suara yang ditangkap oleh auris externa, menjadi sinyal listrik untuk dikirim
sebagai informasi ke encephalon. Auris interna juga mengandung reseptor-reseptor untuk
mendeteksi gerak dan posisi.

8
Auris interna
Auris interna terdiri dari serangkaian cavitas tulang (labyrinthus osseus) dan
ductus dan saccus membranaceus (labyrinthus membranaceus) di dalam cavitas tersebut.
Semua struktur tersebut berada dalam pars petrosa tulang temporale, di antara auris
media di lateral dan meatus acusticus internus di medial (Gambar 2,3,4,5 ).

Gambar 2. Sulcus dan hiatus untuk Gambar 3. Lokasi auris interna dalam
nervus petrosus major dan nervus tulang..temporal.
petrosus minor .

Gambar 4. Persarafan auris media

9
Gambar 5. Auris interna.

Labyrinthus osseus terdiri dari vestibulum, tiga canalis semicircularis ossus, dan
cochlea (Gambar 6). Labyrinthus osseus ini dilapisi oleh periosteum dan berisi cairan
jernih (perilympha). Labyrinthus membranaceus terendam di dalam perilympha namun
tidak mengisi seluruh ruangan labyrinthus osseus, terdiri dari ductus semicirculares,
ductus cochlearis dan dua saccus (utriculus dan sacculus).
Struktur-struktur dalam auris interna menyalurkan informasi ke encephalon
tentang keseimbangan dan pendengaran:
Ductus cochlearis merupakan organ pendengaran.
Ductus semicirculares, utriculus, dan sacculus merupakan organ-organ
keseimbangan. Nervus yang bertanggungjawab untuk fungsi-fungsi tersebut adalah
nervus vestibulocochlearis [VIII], yang dibagi menjadi bagian/nervus vestibularis
(keseimbangan) dan nervus cochlearis (pendengaran) setelah memasuki meatus acusticus
internus (Gambar 2).

Labyrinthus osseus
Vestibulum, yang berisi fenestra vestibuli pada dinding lateralnya, merupakan
bagian pusat labyrinthus osseus (Gambar 6). Di anterior vestibulum ini berhubungan
dengan cochlea dan di posterosuperior dengan canalis semicirculares. Sebuah saluran
sempit (aqueductus vestibuli) keluar dari vestibulum, dan berjalan melalui tulang
temporale untuk bermuara pada permukaan posterior pars petrosa tulang temporale.

10
Gambar 6. Labyrunthus osses

Canalis semicirculares
Berproyeksi ke jurusan posterosuperior dari vestibulum adalah canalis
semicirculares anterior, posterior, dan lateralis. Setiap canalis membentuk 2/ 3 lingkaran
yang pada kedua ujungnya berhubungan dengan vestibulum dan dengan salah satu
ujungnya melebar membentuk ampulla. Canalis-canalis ini terarah sedemikian rupa
sehingga setiap canalis berada pada sudut tegak lurus terhadap kedua canalis lainnya.

Cochlea
Berproyeksi ke jurusan anterior dari vestibulum adalah cochlea. yang merupakan
struktur tulang yang membelit sebanyak 21/2 sampai 23/4 kali mengelilingi columna
centralis tulang (modiolus). Susunan ini menghasilkan struktur berbentuk konus/kerucut
dengan basis cochleae yang menghadap ke arah posteromedial dan apex yang
menghadap ke anterolateral (Gambar 7). Posisi basis modioli yang lebar ini dekat dengan
meatus acusticus internus, dan basis modioli ini dimasuki oleh cabang-cabang pars
cochlearis nervus vestibulocochlearis [VIII] Meluas ke lateral di sepanjang modiolus ada
selapis tipis tulang (lamina modioli, atau lamina spiralis ossea).

11
Gambar 7. Cochlea.

Ductus cochlearis berputar mengelilingi modiolus, dan berada pada posisi pusat
oleh perlekatannya pada lamina modioli, merupakan komponen labyrinthus
membranaceus. Di perifer melekat ke dinding luar cochlea. ductus cochlearis membentuk
dua canalis (scala vestibuli dan scala tympani) (Gambar 7) yang meluas di seluruh
cochlea dan berhubungan satu dengan yang lain pada apex melalui suatu celah sempit
(helicotrema).
Scala vestibuli berlanjut dengan vestibulum.
Scala tympani dipisahkan dari auris media oleh membrana tympani secundaria
yang menutup fenestra cochleae. Akhirnya, di dekat fenestra cochleae ada suatu saluran
kecil (canaliculus cochlearis), yang berjalan melalui tulang temporale dan bermuara pada
permukaan inferiornya ke dalam fossa cranii posterior. Hal ini memungkinkan adanya
hubungan antara cochlea yang berisi perilympha dan cavitas subarachnoidea.

Labyrinthus membranaceus
Labyrinthus membranaceus merupakan sistem berkelanjutan dari ductus dan
saccus di dalam labyrinthus osseus. Struktur ini diisi oleh endolympha dan dipisahkan
dari periosteum yang menutupi dinding labyrinthus osseus oleh perilympha (Gambar 8).

12
Gambar 8. Labyrinthus membranaceus.

Gambar 8. Labyrinthus membranaceus, irisan melintang

Terdiri dari dua saccus (utriculus dan sacculus) dan empat ductus (tiga ductus
semicircularis dan ductus cochlearis), labyrinthus membranaceus mempunyai fungsi
yang unik yang berkaitan dengan dan pendengaran (Gambar 8).
Utriculus, sacculus, dan tiga ductus semicircularis merupakan bagian dari apparatus
vestibularis (yakni, organ-organ keseimbangan).
Ductus cochlearis merupakan organ pendengaran.
Organisasi umum bagian-bagian labyrinthus membranaceus menempatkan:

13
ductus cochlearis di dalam cochlea labyrinthus osseus, di anterior
tiga ductus semicircularis di dalam canalis semicircularis labyrinthus osseus di posterior:
dan sacculus dan utriculus di dalam vestibulum labyrinthus osseus, di tengah.

Organ-organ keseimbangan
Lima dari enam komponen labyrinthus membranaceus berhubungan dengan
keseimbangan. Struktur-struktur tersebut adalah dua saccus (uticulus dan sacculus) dan
tiga ductus (ductus semicirculares anterior, posterior. dan lateralis).
Utriculus, sacculus, dan ductus endolymphaticus
Utriculus merupakan saccus yang lebih besar dibandingkan sacculus. Struktur ini
berbentuk oval, memanjang. dan tidak berada di dalam bagian posterosuperior
vestibulum labyrinthus osseus. Tiga ductus semicircularis bermuara ke dalam utriculus,
setiap ductus semicircularis memiliki bentuk serupa, termasuk ujungnya yang melebar
membentuk ampulla, untuk mengimbangi canalis semicirculares bagian tulangnya, hanya
berukuran lebih kecil.
Sacculus merupakan saccus bulat lebih kecil yang berada di bagian anteroinferior
vestibulum labyrinthus osseus. Ductus cochlearis bermuara ke dalamnya Ductus
utriculosaccularis membangun kesinambungan antara semua komponen labyrinthus
membranaceus dan menghubungkan utriculus dan sacculus. Bercabang dari ductus kecil
ini adalah ductus endolymphaticus, yang memasuki aqueductus vestibuli (sebuah saluran
melalui tulang temporale) untuk muncul pada permukaan posterior pars petrosa tulang
temporale dalam fossa cranii posterior. Di sini ductus endolymphaticus meluas menjadi
saccus endolymphaticus, yang merupakan kantung extradurale yang berfungsi untuk
resorpsi endolympha.

Reseptor-reseptor sensorium
Secara fungsional, reseptor sensorium untuk keseimbangan disusun ke dalam
struktur-struktur unik yang terletak dalam tiap komponen apparatus vestibularis, Dalam
utriculus dan sacculus, organ penginderanya, masing-masing adalah macula utriculi dan
macula saccuil, dan dalam ampulla masing-masing dari ketiga ductus semicircularis ada
crista ampullaris. Utriculus merespon percepatan sentrifugal dan vertikal, sementara
sacculus merespon percepatan linear/lurus. Sebaliknya, reseptor-reseptor pada ketiga
ductus semicircularis merespon terhadap gerak dalam suatu jurusan.

14
Organ pendengaran
Ductus cochlearis
Ductus cochlearis mempunyai posisi centralis dalam cochlea labyrinthus osseus
yang terbagi menjadi dua saluran (scala vestibuli dan scala tympani). Ductus cochlearis
tersebut terpelihara pada posisinya oleh perlekatan di pusat dengan lamina modioli, yang
merupakan lempeng tipis perluasan tulang dari modiolus (bagian pusat inti tulang
cochlea) dan di perifer dengan dinding luar cochlea. Dengan demikian, bentuk segitiga
ductus cochlearis mempunyai dinding luar berhadapan dengan tulang cochlea yang
terdiri dari penebalan periosteum yang dilapisi epithelium (crista spiralisi ligamentum
spirale): atap (membrana vestibularis), yang memisahkan endolympha dalam ductus
cochlearis dari perilympha dalam scala vestibuli dan terdiri dari membrana dengan
jaringan ikat di pusatnya yang dilapisi oleh epithelium pada kedua sisinya; dan dasar
yang memisahkan endolympha dalam ductus cochlearis dari perilympha dalam scala
tympani dan terdiri dari tepi bebas lamina modioli, dan membrana (membrana/lamina
basilaris) yang meluas dari tepi bebas lamina modioli menuju perluasan ligamentum
spirale yang melapisi dinding luar cochlea.
Organum spirale merupakan organ pendengaran, bersandar pada
membrana/lamina basilaris, dan berproyeksi ke dalam ductus cochlearis yang tertutup,
terisi endolympha.

Pembuluh-pembuluh darah
Suplai arterial menuju auris interna terbagi antara pembuluh-pembuluh darah
yang menyuplai labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus.
Labyrinthus osseus disuplai oleh arteriae yang sama yang menyuplai sekeliling
tulang temporale termasuk arteria tympanica anterior cabang dari arteria maxillaris,
arteria stylomastoidea cabang dari arteria auricularis posterior dan ramus petrosus dari
arteria meningea media.
Labyrinthus membranaceus disuplai oleh arteria labyrinthi. yang berasal dari
arteria cerebelli inferior anterior atau merupakan cabang langsung arteria basilaris
apapun asalnya, arteria ini masuk ke meatus acusticus internus bersama dengan nervus
facialis [VII] dan nervus vestibulocochlearis [VIII] dan akhirnya terbagi menjadi:
ramus cochlearis, yang berjalan melalui modiolus dan menyuplai ductus
cochlearis: dan satu atau dua ramus vestibularis, yang menyuplai apparatus vestibularis.

15
Drainase vena dari labyrinthus membranaceus melalui venae vestibulares dan
venae cochleares. yang mengikuti arteriaenya. Venae tersebut bergabung untuk
membentuk vena labyrinthi yang akhirnya bermuara ke dalam sinus petrosus inferior
atau sinus sigmoideus.

Persarafan
Nervus vestibulocochlearis [VIII] serabut-serabut afferent khusus untuk
pendengaran (komponen cochlearis) dan keseimbangan (komponen vestibularis). Nervus
ini memasuki permukaan lateral truncus encephali. di antara pons dan medulla
oblongata, setelah keluar dari tulang temporale melalui meatus acusticus internus dan
menyeberangi fossa cranii posterior.
Di dalam tulang temporale, pada ujung distal meatus acusticus internus. nervus
vestibulocochlearis terbagi membentuk:
nervus cochlearis, dan
nervus vestibularis.
Nervus vestibularis membesar untuk membentuk ganglion vestibulare, sebelum
terbagi menjadi pars superior/rostralis dan inferior/caudalis, yang didistribusikan ke tiga
ductus semicircularis dan utriculus dan sacculus.
Nervus cochlearis memasuki basis cochlea dan berjalan ke atas melalui modiolus.
Sel-sel ganglion nervus cochlearis adalah ganglion spirale pada basis lamina modioli
yang berputar mengelilingi modiolus. Cabang-cabang nervus cochlearis nervus
cochlearis berjalan melalui lamina modioli untuk mempersarafi reseptor-reseptor dalam
organum spirale.

Nervus facialis [VII] dalam tulang temporale


Nervus facialis berkaitan erat dengan nervus vestibulocochlearis [VIII] ketika
memasuki meatus acusticus internus dalam tulang temporale. Berjalan melalui tulang
temporale, jalur dan juga beberapa cabangnya langsung berhubungan dengan auris
interna dan media.

16
Gambar 9. A. Nervus fasialis pada tulang temporal, B. Chorda tympani pada tulang
temporal

Nervus facialis [VII] masuk ke meatus acusticus internus dalam pars petrosa
tulang temporale (Gambar 9 A). Perjalanannya disertai nervus vestibulocochlearis dan
arteria labyrinthi. Pada ujung distal meatus acusticus internus, nervus facialis [VII]
memasuki canalis facialis dan berlanjut ke lateral di antara auris interna dan media. Pada
titik ini nervus facialis [VII] membesar dan melengkung ke posterior dan lateral.
Pembesarannya disebut ganglion geniculi/geniculatum yang sensoris. Ketika canalis
facialis berlanjut, nervus facialis [VII] membelok tajam ke bawah dan berjalan dalam
arah yang hampir verticalis. nervus ini keluar dari cranium melalui foramen
stylomastoideum (Gambar 9 A),

17
Cabang-cabang
Nervus petrosus major
Pada ganglion geniculi/geniculatum, nervus facialis [VII] memberi cabang
nervus petrosus major. Nervus ini merupakan cabang pertama nervus facialis [VII].
Nervus petrosus major keluar dari ganglion geniculi, berjalan ke anteromedial melalui
tulang temporale dan keluar melalui hiatus untuk nervus petrosus major pada permukaan
anterior pars petrosa tulang temporale. Nervus petrosus major membawa serabut-serabut
parasympathicum preganglionares menuju ganglion pterygopalatinum. Berlanjut setelah
belokan, posisi nervus facialis ditandai oleh sebuah pembuncitan pada dinding medial
auris media.
Nervus stapedius dan chorda tympani di dekat permulaan turunnya yang
verticalis ini. Nervus facialis [VII] memberi sebuah cabang kecil, nervus stapedius. yang
mempersarati musculus stapedius, dan sesaat sebelum keluar dari cranium, nervus
facialis [VII] mengeluarkan cabang chorda tympani.
Chorda tympani tidak segera keluar dari tulang temporale, tapi berjalan naik
untuk masuk pada auris media melalui dinding posteriornya, berjalan di dekat aspectus
superior membrana tympani di antara malleus dan incus (Gambar 9 B). Kemudian nervus
ini meninggalkan auris media melalui sebuah saluran yang menuju fissura
petrotympanica dan keluar dari cranium melalui fissura tersebut untuk bergabung dengan
nervus lingualis dalam fossa infratemporalis.

Penghantaran suara

Gambar 10. Penghantaran/transmisi bunyi

18
Gelombang suara memasuki meatus acusticus externus dan menggerakkan
membrana tympani ke arah medial (Gambar 10). Karena manubrium mallei melekat pada
membrana tersebut, maka manubrium mallei juga bergerak ke medial. Gerak ini
menyebabkan caput mallei bergerak ke lateral. Karena caput mallei dan incus saling
bersendi, maka caput incudis juga bergerak ke lateral. Hal ini mendorong crus longum
incus bergerak ke medial. Crus longum bersendi dengan stapes, sehingga geraknya akan
menyebabkan stapes bergerak ke medial. Selanjutnya, karena basis stapedis melekat pada
fenestra vestibull, maka fenestra vestibuli juga bergerak ke medial.
Gerak tersebut menyempurnakan pemindahan gelombang suara beramplitudo
besar, berkekuatan rendah, hantaran udara, yang menggetarkan membrana tympani
menjadi getaran dengan amplitudo kecil, berkekuatan tinggi pada fenestra vestibuli, yang
menghasilkan suatu gelombang dalam scala vestibuli cochlea yang berisi cairan.
Gelombang yang terbentuk dalam perilympha scala vestibuli bergerak melalui
cochlea dan menyebabkan pembuncitan keluar membrana tympani secundaria yang
menutup fenestra cochleae pada ujung bawah scala tympani. Hal ini menyebabkan
membrana/lamina basilaris bergetar, yang selanjutnya menyebabkan rangsangan sel-sel
reseptor pada organum spirale. Sel-sel reseptor mengirimkan impuls kembali ke otak
melalui pars cochlearis nervus vestibulocochlearis [VIII] yang selanjutnya impuls-impuls
tersebut diterjemahkan sebagai suara.
Jika suara terlalu keras, yang menyebabkan gerak membrana tympani berlebihan,
kontraksi musculus tensor tympani (melekat pada malleus) dan/atau musculus stapedius
(melekat pada stapes) meredam getaran ossiculae auditus dan menurunkan kekuatan
getaran yang mencapai fenestra vestibuli.

II. DEFINISI

Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSNHL), Sudden Hearing Loss (SHL) atau
Sudden Sensory Hearing loss (SSHL) masing-masing merupakan gangguan akut pada
koklea dan/atau struktur retrokoklear. Berbagai penelitian mengemukakan definisi
berdasarkan tingkat keparahan, perjalanan waktu, frekuensi serta kriteria audiometrik
tertentu. Definisi yang paling umum digunakan adalah kehilangan 30-desibel (dB) atau
lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari. Gangguan yang tiba-tiba yang progresif
cepat tercakup dalam satu definisi. Terbangun dengan gangguan pendengaran, gangguan

19
pendengaran yang dicatat selama beberapa hari, kehilangan frekuensi rendah atau tinggi
dan distorsi dalam persepsi bicara merupakan klasifikasi dalam SSNHL. Etiologi
SSNHL dapat idiopatik ataupun pasti.

III. PATOFISIOLOGI

Sudden Sensorineural Hearing Loss dibagi menjadi beberapa kategori dan juga
Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss (ISSNHL). Penyebab SSNHL sangat
banyak dan umum (gambar 11). Beberapa penyebab utama SSNHL adalah infeksi virus,
gangguan vaskular dan pecahnya membran intrakoklear serta penyakit autoimun telinga
bagian dalam.

Dari studi pasien dengan ISSNHL, ditemukan bukti tidak langsung yang cukup
melibatkan infeksi virus sebagai salah satu penyebab ISSNHL, jejak bukti ini dapat
dilacak dari laporan prevalensi tinggi dari jenis virus baru-baru ini, melalui bukti
serokonversi virus pada histopatologi tulang temporal. Kelemahan dari laporan ini adalah
riwayat penyakit virus baru-baru ini. Studi yang tidak terkontrol melaporkan bahwa 17%
hingga 33% pasien mengingat penyakit virus baru-baru ini. Jangan sampai angka-angka
itu tampak signifikan 25% dari pasien sehat yang mengunjungi klinik THT telah
mengalami penyakit virus yang potensial dalam waktu sebulan sebelum kunjungan.

Wilson memberikan bukti yang baik tentang serokonversi virus dengan


membandingkan pasien yang mengalami ISSNHL dengan pasien kontrol. Tingkat
serokonversi untuk keluarga virus herpes secara signifikan lebih tinggi pada populasi
yang kehilangan pendengaran secara mendadak. Akhirnya, studi histopatologi tulang
temporal dari pasien yang mengalami ISSNHL ditemukan kerusakan pada koklea
konsisten dengan cedera virus. Kehilangan sel-sel rambut dan sel-sel pendukung, atrofi
membran tectorial, atrofi stria vascularis, dan hilangnya neuron; pola-pola ini mirip
dengan temuan dalam kasus-kasus gangguan pendengaran yang berhubungan dengan
gondok yang didokumentasikan. Infeksi viral dapat berimplikasi sebagai penyebab
ISSNHL, tetapi belum dapat dibuktikan dengan begitu jelas.

20
Gambar 11. Etiologi SSNHL

Koklea memperoleh suplai darahnya dari arteri labirin tanpa ada aliran darah
kolateral. Fungsi koklea sangat sensitif terhadap perubahan suplai darah. Dengan
demikian, oklusi vaskular koklea yang disebabkan oleh trombosis, embolus,
berkurangnya aliran darah, atau vasospasme akan menjadi etiologi yang mungkin untuk
ISSNHL. Perjalanan waktu tiba-tiba atau cepat dalam gangguan pendengaran yang tiba-

21
tiba berkorelasi baik dengan keadaan vaskular. Penurunan oksigenasi koklea adalah
konsekuensi dari kemungkinan perubahan aliran darah koklea.

Perubahan tekanan oksigen perilimfet telah diukur sebagai respons terhadap


perubahan tekanan darah sistemik atau tekanan parsial karbon dioksida intravaskular
(PC02). Bukti histologis kerusakan koklea setelah oklusi pembuluh labyrinthine
didokumentasikan dalam studi tulang temporal pada hewan dan manusia. Perdarahan
Intracochlear dicatat sebagai perkembangan awal; selanjutnya, fibrosis dan osifikasi
koklea berevolusi. Masih belum terbukti apakah SSNHL dikaitkan dengan faktor risiko
kardiovaskular yang umum. Hubungan antara SSNHL dan hiperkolesterolemia
terungkap dalam beberapa seri kasus-kontrol. SSNHL mungkin lebih umum dan parah
pada pasien dengan diabetes.

Selaput tipis memisahkan telinga dalam dari telinga tengah, dan di dalam koklea,
selaput halus memisahkan ruang perilymphatic dan endolymphatic. Pecahnya salah satu
atau kedua set membran secara teoritis dapat menghasilkan gangguan pendengaran
sensorik. Kebocoran cairan perilymph ke telinga tengah melalui jendela bundar atau
jendela oval menghasilkan gangguan pendengaran dengan menciptakan keadaan hidrops
endolimfatik relatif atau dengan menghasilkan kerusakan membran intrakoklear.
Pecahnya membran intrakoklear akan memungkinkan pencampuran perilimfon dan
endolimfe, yang secara efektif mengubah potensi endokochlear.

Gangguan pendengaran sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun


telah memperoleh penerimaan yang lebih besar sejak konsep ini diperkenalkan pada
1979 oleh McCabe. Kehilangan sensorineural progresif terlihat dengan kondisi ini.
Apakah SSNHL terjadi atau tidak dengan penyakit telinga bagian dalam autoimun adalah
tidak jelas; tetapi aktivitas imunologi di koklea didukung oleh bukti yang berkembang.
Hubungan gangguan pendengaran pada sindrom Cogan, lupus erythematosus sistemik,
dan gangguan reumatologis autoimun lainnya telah didokumentasikan dengan baik.

IV. DIAGNOSIS

Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan THT, audiologi, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain. Anamnesis yang
teliti mengenai proses terjadinya ketulian, gejala yang menyertai serta faktor predisposisi

22
penting untuk mengarahkan diagnosis. Pemeriksaan fisik termasuk tekanan darah sangat
diperlukan. Pada pemeriksaan otoskopi tidak ditemukan kelainan pada telinga yang sakit.

Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau menahun
secara tidak jelas. Kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi
biasanya menetap. Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan tidak
berlangsung lama. Tuli dapat unilateral atau bilateral dapat disertai tinitus dan vertigo.
Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat disertai
tinitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda penyakit virus seperti parotis,
varisela, variola atau pada anamnesis baru sembuh dari penyakit tersebut.

Pada pemeriksaan pendengaran : Tes penala : Rinne positif, Weber lateralisasi ke


telinga yang sehat, Schwabach memendek. Kesan tuli sensorineural. Audiometri : tuli
sensorineural ringan sampai berat. Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) : skor
100% atau kurang dari 70%. Kesan ditemukan rekrutmen. Tes Tone decay atau refleks
kelelahan negatif. Kesan bukan tuli retrokoklear. Audiometri tutur (Speech
audiometry)/ SDS (Speech Discrimination Score) kurang dari 100%. Kesan tuli
sensorineural koklea. Audiometri impedans : Timpanogram tipe A normal, refleks
stapedius ipsilateral negatif atau positif, sedangkan kontra lateral positif. BERA pada
anak menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.

Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk memeriksa kemungkinan


infeksi virus, bakteri, hiperlipidemia, hiperfibrinogen, hipotiroid, penyakit autoimun dan
faal hemostasis. Untuk mengetahui ada tidaknya hiperkoagulasi darah pada pasien
SSNHL dapat dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan tes penyaring pembekuan
darah.

V. TATALAKSANA

Tirah baring sempurna (total bed rest), istirahat fisik dan mental selama dua
minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stres yang besar pengaruhnya pada
keadaan kegagalan neurovaskular. Vasodilatansia injeksi yang cukup kuat disertai
dengan pemberian tablet vasodilator oral tiap hari. Prednison (kortikosteroid) 4 X 10 mg
(2 tablet), tappering off tiap 3 hari. Vitamin C 500 mg 1 X 1 tablet/hari, vitamin E 1 X 1
tablet. Neurobion (neurotonoik) 3 X 1 tablet/hari. Diet rendah garam dan kolesterol.

23
Inhalasi oksigen 4 X 15 menit (2 liter/menit). Obat antivirus sesuai dengan virus
penyebab. Hiperbarik oksigen terapi (HB).

Karena kurangnya pengertian tentang etiologi dari tuli mendadak, regimen terapi
yang diberikan lebih berdasarkan pada penyebabnya yaitu dengan agen anti inflamasi,
vasodilator, agen rheologik, agen antivirus, diuretik, derivat triiodobenzoic acid,
hiperbarik oksigen dan terapi bedah.

Obat anti inflamasi kortikosteroid merupakan obat anti inflamasi yang digunakan
untuk mengobati ketulian sensorineural mendadak idiopatik. Mekanisme kerjanya
terhadap ketulian mendadak belum diketahi dengan pasti, meskipun terjadi reduksi
inflamasi koklea dan saraf auditorius setelah pemberian obat ini. Prednisone 4 x 10 mg
tapering off tiap tiga hari, hati-hati pada penderita DM.

Secara teoritis, vasodilator dapat memperbaiki suplai darah ke koklea, mencegah


terjadinya hipoksia. Papaverin, histamin, asam nikotinik, prokain, niasin, dan karbogen
digunakan untuk memperbaiki aliran darah koklearis. Inhalasi karbogen (5%
karbondioksida) menunjukkan adanya peningkatan tekanan oksigen perilimfatis. Obat
yang sering dipakai : vasodilator yang cukup kuat misalnya complamin injeksi :

3 x 12000 mg/4 ampul selama 3 hari

3 x 900 mg 3 hari

3 x 600 mg 3 hari

3 x 300 mg 3 hari disertai vasodilator oral complamin 3 X 2 tablet tiap hari.

Perlu dipertimbangkan vasodilator lain karena complamin sudah mulai kurang


diproduksi

Obat rheologik mengubah viskositas darah dengan menggunakan dekstran


dengan berat molekul yang rendah, pentoksifilin, atau anti koagulan (heparin, warfarin)
untuk memperbaiki aliran darah dan oksigenasi. Dekstran dapat menyebabkan terjadinya
hemodilusi hipervolemik dan mempengaruhi faktor VII, yang keduanya dapat
meningkatkan aliran darah. Pentoksifilin dapat menyebabkan terjadinya deformitas
platelet sedangkan antikoagulan memberikan efek balik terhadap terjadinya koagulan
untuk mencegah terjadinya trombus dan emboli.

24
Obat anti virus seperti Asiklovir dan Amantadin dibatasi penggunaannya pada
pengobatan ketulian sensorineural mendadak idiopatik, hanya pada etiologi virus.
Famsiklovir dan valasiklovir merupakan obat terbaru, yang memiliki struktur dan cara
kerja yang serupa dengan asiklovir dan belum dilaporkan penggunaannya pada ketulian
yang mendadak.

Diuretik pada beberapa episode ketulian sensorineural idiopatik yang merupakan


sekunder dari hydrops endolimfatik koklea, diuretic biasa digunakan sebagai pengobatan,
seperti pada penyakit Meniere, mekanisme kerja diuretic pada ketulian mendadak belum
dipahami dengan jelas.

Roborantia-Vit C dan neurotropik

Terapi hiperbarik oksigen menggunakan 100% oksigen dengan tekanan 250 kPA
selama 60 menit dalam ruangan tertutup. Hyperbarik dengan kombinasi glukokortikoid
dosis tinggi dapat meningkatkan hasil terapi, dan hasil terbaik dicapai jika perawatan
dimulai sedini mungkin.

Terapi ini adalah sebuah terapi yang dilakukan dalam sebuah chamber bertekanan
udara tinggi. Selama kurang lebih 1 jam, pasien diberikan masker untuk menghirup
oksigen murni. Oksigen ini berguna untuk melancarkan peredaran darah, termasuk di
sekitar koklea yang terserang.

Terapi bedah untuk memperbaiki celah fistula perilimfatis digunakan pada kasus
ketulian sensorineural mendadak idiopatik yang berkaitan dengan tes fistula positif atau
terdapat riwayat trauma atau barotrauma. Kekurangan perilimfatis dapat menyebabkan
ketulian mendadak berkaitan dengan teori terjadinya ruptur membran intrakoklearis.
Alternatif lain, tekanan perilimfatis yang rendah dapat menghasilkan hidrops
endolimfatis koklear. Tindakan pembedahan dalam memperbaiki fistula perilimfatik ini
menimbulkan kontroversi.

Pada pasien diabetes perlu diperhatikan, sebaiknya diberikan kortikosteroid


injeksi dan bila perlu dilakukan pemeriksaan gula darah secara rutin setiap hari serta
konsultasi ahli penyakit dalam. Apabila hasil konsultasi ditemukan kelainan, terapi
ditambah sesuai dengan nasehat bagian terebut.

25
Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap minggu selama sebulan dengan
interpretasi hasiln sebagai berikut : sangat baik apabila perbaikan lebih dari 30 dB pada
5 frekuensi, sembuh apabila perbaikan ambang pendengar kurang dari 30 dB pada
frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan di bawah 25 dB pada frekuensi 4000
Hz, baik apabila rerata perbaikan 10-30 dB pada 5 frekuensi dan tidak ada perbaikan
apabila terdapat perbaikan kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi. Bila gangguan
pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan, dapat dipertimbangkan pemasangan alat
bantu dengar (hearing aid)

VI. PROGNOSIS

Prognosis SSNHL tergantung pada beberapa faktor yaitu, kecepatan pemberian


obat, respon 2 minggu pertama, usia, derajat tuli saraf dan adanya faktor predisposisi.
Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk
sembuh (golden time > 7 hari), bila sudah lebih dari 2 minggu maka kemungkinan
sembuh menjadi lebih kecil. Pasien yang cepat mendapat pemberian kortikosteroid dan
atau vasodilator mempunyai angka kesembuhan yang lebih tinggi. Usia muda
mempunyai angka perbaikan yang lebih besar dibandingkan usia tua.

26
BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus ini merupakan kasus SSNHL dengan DM tipe 2 sebagai faktor pencetus dan
atau faktor pemberat. Berdasarkan riwayat keluhan pasien, pasien mengalami gangguan
dengar mendadak yang dirasakannya selama 2 hari sebelum ke Klinik THT ayani, gangguan
dengar tersebut terjadi pada telinga kanannya sehingga pasien sangat kesulitan untuk
mendengar, pasien juga mengeluhkan telinga kanannya berdenging sehingga mengganggu
aktifitasnya terutama dalam hal menggunakan telepon. Gangguan mendengar tersebut hanya
dirasakan pada telinga sebelah kanan, sedangkan telinga sebelah kiri tidak mengalami
gangguan sama sekali. Pasien tersebut memiliki riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2.
Pada hari kamis tanggal 15 november 2019 jam 10.00 pagi di klinik THT ayani dilakukan
pemeriksaan otoskopi namun tidak ditemukan kelainan lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan
audiometri dengan hasil tuli derajat berat pada telinga sebelah kanan. Pasien kemudian
dirujuk ke RS Untan untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

Sudden Sensorineural Hering Loss didefinisikan sebagai tuli yang terjadi secara tiba-
tiba dengan jenis ketuliannya adalah sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung
diketahui. Gejala yang timbul biasanya berupa gangguan mendengar mendadak pada satu sisi
telinga disertai tinitus dan atau vertigo.

Pada pasien tersebut diketahui mengalami gangguan dengar mendadak disertai dengan
tinitus dan tanpa vertigo, pasien juga memiliki riwayat penyakit DM tipe 2 dan mengonsumsi
obat diabetes yaitu glimepirid (1x1) dan metformin (2x1). Pasien memiliki alergi terhadap
cuaca dingin yang berefek timbulnya biduran pada tubuh pasien.

Penatalaksanaan pada pasien tersebut adalah dengan segera memberikan injeksi


kortikosteroid dosis tinggi untuk hasil yang lebih baik terutama pada golden time perjalanan
penyakitnya. Perlu dilakukan pemeriksaan gula darah yang rutin dikarenakan pasien memiliki
riwayat DM tipe 2 dengan mengonsultasikan kepada spesialis penyakit dalam berhubung
kortikosteriod dosis tinggi dapat meningkatkan kadar gula darah sehingga dengan pemberian
insulin sebagai agen kontrol terhadap pasien tersebut.

27
Pasien masuk IGD RS Untan pada hari kamis tanggal 15 november 2019 jam 16.10
dengan keluhan sulit mendengar pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Berdasarkan surat
rujukan, pasien dirawat inap ke bangsal bedah untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Terapi yang diberikan adalah IVFD RL 20 Rpm, injeksi Methyl Prednisolon 125 mg/8 jam
dan injeksi micobalamin 500 mg/8 jam. Sambil pengecekan gula darah dan setelah diketahui
kadar gula darah pasien yang meningkat yaitu 210, diberikan terapi tambahan yaitu lantus 10
unit dan novorapid 3-12 unit.

Setelah 24 jam pertama pemberian terapi, pasien merasakan sedikit berkurangnya


gangguan pendengaran namun masih dengan tinitus. Observasi terus dilanjutkan selama 3
hari dengan terus memantau kemajuan pemulihan pendengaran pasien. Pada 24 jam kedua,
didapat kemajuan pada pendengaran pasien yang ditandai dengan dapatnya pasien
mendengarkan telepon, keluhan tinitus berkurang. Pada hari ketiga dilakukan pemeriksaan
audiometri untuk menilai kemajuan pemilihan pendengaran pasien dengan hasil rerata 60 dB
pada telinga kanan (tuli sedang).

Pasien di pulangkan dan diberikan terapi methyl prednisolon 16 mg tablet (3X1) dan
mecobalamin 500 mg (3X1). Pada pasien tersebut memiliki prognosis baik dan respon yang
baik dalam pengobatan sehingga SSNHL yang dialaminya dapat teratasi dengan derajat
kesembuhan hampir sembuh total. Setelah seminggu, pasien kontrol dengan hasil audiometri
normal yang menunjukkan respon terhadap pengobatan sangat baik (gambar 12).

Gambar 12. Hasil audiometri Ny. S setelah seminggu

28
29
BAB V

KESIMPULAN

Gangguan pendengaran sensorik mendadak terjadi pada kejadian tahunan 5 sampai 20


kasus per 100.000 populasi. Beberapa kasus sembuh secara spontan dan perhatian medis
tidak dilakukan; karena itu. tingkat kejadian sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Prognosis
untuk beberapa pemulihan gangguan pendengaran adalah baik. Tingkat pemulihan spontan
mungkin setinggi 63%.

Ada tiga teori yang diterima secara umum untuk patogenesis ISSNHL, infeksi virus,
kompromi pembuluh darah. dan membran intracochlear pecah dianggap menjelaskan
sebagian besar episode yang menentang penyebab yang jelas. Entitas keempat, penyakit
telinga bagian dalam autoimun. juga dapat menambah jumlah kasus.

Evaluasi pasien dengan gangguan pendengaran mendadak harus mencakup riwayat


menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Anamnesis teliti untuk mencari penyebab gangguan
pendengaran sangat penting. Tes laboratorium dapat bermanfaat untuk tujuan ini.

Ada banyak jenis pengobatan. dan alasan di balik terapi tertentu yang digunakan harus
dipaham karena hanya ada waktu 2 hingga 4 minggu untuk pengobatan SSNHL yang efektif,
penting untuk memulai terapi sesegera mungkin. Tidak ada pengobatan pilihan tunggal untuk
ISSNHL. Banyak penyakit menghasilkan gangguan pendengaran mendadak, dan pengobatan
harus diarahkan ke penyebab yang paling mungkin.

Petugas kesehatan pelayanan primer yang menemui pasien dengan keluhan


kehilangan pendengaran akut harus menentukan karakternya sebagai konduktif atau
sensorineural, dan membawa ambang batas rendah untuk pengujian audiometri dan
konsultasi otolaringologi.

Pada kasus ini didapat prognosis yang baik dengan peningkatan pendengaran yang
cepat dan normal.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Oliver ER, Hashisaki GT. Sudden sensory hearing loss, section ix otology, Bailey’s
head and neck surgery otology; 2014
2. Mangunkusumo, E., Soetjipto, D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok- Kepala dan Leher. Jakarta: FK UI; 2007.
3. Chen WT, Lee JW, Yuan CH, Chen RF. Oral steroid treatment for idiopathic sudden
sensorineural hearing loss. Saudi Med J. 2015;36(3):291–296.
doi:10.15537/smj.2015.3.9940
4. Drake RL, Vogi W, Mitchell AWM. Gray’s dasar-dasar anatomi edisi internasional.
Philandephia : Elsevier; 2012

31

Anda mungkin juga menyukai