Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PERENCANAAN STRATEGIS

PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAERAH PESISIR KABUPATEN PURWOREJO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester

Mata Kuliah : Perencanaan Pembangunan

Dosen Pengampu : R.M.Mahendradi ,S,H,M.Si

Penyusun

MIFTACKUR ROHMAH

1610201092

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TIDAR

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia selain dikenal sebagai bangsa agraris, ternyata juga dikenal sebagai
bangsa maritim. Hal ini disebabkan oleh wilayah lautnya yang lebih luas, dibandingkan
dengan wilayah daratannya. Berdasarkan penjelasan diatas wilayah pesisir juga
memiliki banyak sumberdaya yang terkandung didalamnya. Sehingga dalam
pengelolaan sumberdaya yang terkandung didalamnya perlu adanya pembangunan
yang bersifat terpadu diwilayah pesisir. Pembangunan wilayah pesisir dan laut dalam
kaitannya dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, merupakan kegiatan megolah
sumber daya alam menjadi barang dan jasa sehingga memiliki nilai ekonomi. Wilayah
pesisir dan laut memiliki karakteristik ekosistem yang khas karena terletak diantara
ekosistem darat dan ekosistem laut. Sumber daya wilayah pesisir sangat besar didukung
adanya garis pantai yang panjang. Garis pantai tersebut meyimpan potensi kekayaan
sumber alam yang besar. Potensi tersebut diantaranya potensi hayati dan potensi
nonhayati. Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang,
sedangkan potensi nonhayati misalnya: mineral dan bahan tambang serta pariwisata. Di
daerah ini juga berdiam para nelayan yang sebagian besar masih prasejahtera. Keadaan
pantai di Indonesia sangat bervariasi, yaitu mulai dari pantai pasir putih-berbatu, landai-
terjal, bervegetasi-berlumpur, teduh, bergelombang yang semua ini sangat cocok
dengan berbagai peruntukannya, seperti perikanan pantai, budidaya perikanan, industri
perhotelan, turisme, dan lain-lain.
Peneglolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat meruapakan salah satu pengelolaan
seumber daya alam misalnya, perikanan, penambangan, pariwisata yang meletakkan
pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar
pengelolaannya. Selain itu, mereka juga memiliki akar budaya yang kuat dan biasanya
tergantung dalam kepercayaan. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam sistem pengelolaan
ini, masyarakat diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan
pengelolaan terhadap sumber daya dimilikinya, dimana masyarakat sendiri yang
mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan aspirasinya serta masyarakat pula yang membuat
keputusan demi kesejahteraannya. Wilayah pesisir meruapkan daerah yang memiliki
karakteristik ekosistem yang khas karena terletak diantara ekosistem darat dan laut.
Oleh karena itu, perubahan ekosistem yang terjadi di darat dapat berpengaruh terhadap

2
ekosistem laut. Jika aktifitas pengolahan sumber daya di daratan tidak memperhatikan
aspek lingkungan ,maka ekosistem daerah aliran sungai akan rusak,sehingga ekosistem
wilayah pesisir otomatis akan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, pembangunan
wilayah pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dan holistik, dengan
mengintegrasikan perencanaan pembangunan dari berbagai tingkat pemerintahan
antara ekosistem darat dan laut. Sehingga pengolahan sumber daya pesisir dapat
menghasilkan keuntungan ekonomi yang bekelanjutan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Kabupaten Purworejo merupakan salah satu wilayah yang terletak digaris pantai selatan
Pulau Jawa, berbatasan dengan Samudra Hindia, menjadikan area laut Purworejo
memiliki gelombang yang tinggi. Wilayah pesisir Kabupaten Purworejo memiliki
potensi-potensi sumberdaya pesisir yang sangat memadai dan dapat dikembangkan.
Pemanfaatan potensi-potensi tersebut untuk berbagai aktivitas perkembangan wilayah
menimbulkan dampak positif bagi segi ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat.
Aktivitas tersebut diantaranya perikanan, pemukiman, pelabuhan ,pariwisata dan
penambangan. Aakan tetapi aktivitas pengembangan wilayah tersebut tidak
memperhatikan segi ekologisnya. Salah satu contohnya adalah aktivitas penambangan
pasir besi diwilayah pesisir Kabupaten Purworejo tersebut yang meimbulkan
permasalahan lingkungan fisik. Kerusakan yang terjadi di kawasan pesisir Desa
Ketawangrejo merupakan aktivitas fisik manusia yang bertujuan untuk kepentingan
pihak tertentu. Kerusakan fisik yang disebabkan oleh bekas penambangan pasir
menyebabkan kerusakan bentang lahan gumuk pasir dengan terbentuknya banyak
lembah atau kubangan akibat pengambilan pasir. Proses pengambilan pasir sampai
kedalaman lebih dari 10 meter sehingga terdapat banyak kubangan yang dalam dan
beberapa tempat belum dilakukan reklamasi yang menyebabkan beberapa
ekosistemnya rusak. Sehingga menyebabkan terjadinya abrasi pantai , kerusakan aspek
biologis, perubahan bentuk pesisir ,rentan terhadap bencana serta kebisingan serta
kerusakan jalan.
Selain penambangan pasir yang besar pengalih fungsikan hutan mangrove mejadi lahan
pertambakan atau area persawahan banyak dilakukan oleh warga disekitar wialayah
pesisir Kabupaten Purworejo. Warga yang berprofesi sebagai nelayan sering beralasan
ikan semakin sedikit. Sehingga membabat hutan mangrove dan menjadikannya areal
pertambakan menjadi salah satu pilihan untuk dapat bertahan hidup. Sehingga
ekosistem hutan mangrove semakin berkurang yang meyebabkan wilayah pantai

3
mengalami abrasi dan perkembangbiakan ikan juga meurun. Selain pengalifungsian
hutan mangrove juga menjadikan wilayah pesisir sebagai tempat wisata dengan
mendirikan berbagai bangunan-bangunan yang tanpa memperhatikan lingkungan
sekitar pantai. Selain itu, rendahnya kesadaran akan sampah membuat wilayah
pariwisata pantai banyak sampah yang berserakan di pantai yang mana akan terbawa
gelombang air laut sehingga meyebabkan kerusakan biota yang berada di laut.
Adanya keterbatasan sarana penangkapan ikan pada nelayan tradisional, menyebabkan
sebagian besar mereka melakukan aktivitas mennagkap ikan disekitar dan menyusuri
pantai. Akibatnya lingkungan pesisir dimana sebagian nelayan menangkap ikan telah
terjadi berbagai kerusakan habitat, seperti hutan mangrove, kotornya pasir pinggir
pantai, abrasi atau pegikisan pantai. Selain itu, ada juga nelayan yang meggunakan
teknologi yang tidak ramah lingkungan. Cara-cara menangkap ikan seperti itu dalam
jangka pendek memang diperoleh ikan lebih banyak, tetapi dalam jangka panjang hasil
tangkapan nelayan akan berkurang, karena penangkapan ikan seperti itu akan
menyebabkan habitat ikan kecil akan ikut mati atau terjaring sehingga siklus
pertumbuhan atau kelstarian ikan akan berkurang.

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. PEMBANGUNAN
Menurut Fandeli dalam Ismail (2003), bahwa pembangunan pada hakekatnya adalah
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk tujuan tertentu. Bila pemanfaatan sumber
daya dilaksanakan secara besar-besaran , maka akan terjadi perubahan ekosistem yang
mendasar. Sedangkan menurut Rogers dan Suryono (2010,h.3-4) adalah suatu proses
perubahan sosial untuk menjadi lebih baik yang dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasii dan berkontribusi untuk
mendapatkan kemajuan baik secara sosial maupun material masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan pengertian pembangunan diatas ,paradigma pengelolaan pesisir tidak
hanya dilihat dari sudut konsep pembangunan berkelanjutan, tetapi diperlukan
epistemologi yang kompleks dalam upaya mencermati pengelolaan wilayah pedesaan
pesisir, dengan mempertimbangkan pengetahuan-pengetahuan lokal sebagai landasan
utama otonomi daerah diwilayah pesisir laut. Dartoyo (2004:8) mengatakan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan untuk wilayah pesisir yang perlu diperhatikan
yakni :
1) Bahwa instrumen ekonomi lingkungan telah menjadi instrumen pengambilan
keputusan yang memasukkan parameter lingkungan untuk melihat ke depan
melalui anlisa biaya manfaat
2) Didalam pembangunan berkelanjutan issue lingkungan sperti konservasi,
keanekaragaman hayati menjadi perhatian utama dalam pengambilan
keputusan.
3) Dalam pembangunan berkelanjutan sangat memperhatikan kualitas hidup
manusia pada saat sekarang dan amsa yang akan datang.
Prinsip pembangunan tersebut sangat diperlukan karena sumber daya pesisir sangat
berperan dalam pengembangan desa pantai dan sosial ekonomi masyarakat, disamping
pengembangan usaha perikanan tangkap sendiri dan budidaya berbagai jeis ikan,
melainkan usaha pertambangan ,perhubungan dan jasa-jasa lingkungan (Resosoedarmo
,et al,1987).
B. WILAYAH PESISIR
Menurut Dahuri (2001 ) memberikan penjelasan wilayah peisisir adalah suatu wialyah
peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastal) ,maka
wilayah suatu pesisir memiliki dua macam batas (boundaries) ,yaitu batas yang sejajar

5
garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore).
Menurut Poernomosidhi (2007 memberikan pengertian wilayah pesisir merupakan
interface antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu
sama lainnya ,baik secara biogeofisik maupun sosial ekonomi. Wilayah pesisir
mempunyai karakteristik yang khusus sebagai akibat dari interaksi antara proses-proses
yang terjadi dilautan dan di daratan. Ke arah darat, wilayah pesisir meliputi bagian
daratan,baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin ;sedangkan ke arah laut
,wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran tawar, maupun yang diebabkan
oleh kegiatan manusia di darat sperti penggundulan hutan dan pencemaran. Bagian –
bagian lingkungan perairan secara singkat dapat dibagi menjadi dua :
1) Bagian air yang dikenal sebagai Pelagik
2) Bagian dasar laut yang dikenal sebagai Bentik
Berdasarkan penjelasan diatas wialyah pesisir sebagai wilayah peralihan antara
lingkungan kelautan dan daratan, diamna aspek pengelolaan dan perencanaan ruang
wilayah pesisir saling memiliki keterkaitan dengan lingkungan daratan sepanjang
aktivitas pemanfaatan yang berhubungan secara langsung dengan wilayah pesisir.
C. NELAYAN
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para
nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas
nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di
desa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari
berbagai segi, sebagai berikut:
a) Segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan
dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan
sebagai mata pencaharian mereka.
b) Segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan
gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk
mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga
yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan
gelombang di sekitar desa.
c) Segi ketrampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada
umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka

6
bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang
dipelajari secara professional. Sedangkan menurut M.Khalil Mansyur (dalam
Imron:2012 ) mengartikan nelayan dengan artian yang lebih luas lagi, yaitu
masyarakat nelayan bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya
mencari ikan dilaut untuk meghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang
internal dalam lingkungan itu.
D. PENCEMARAN LAUT
Pencemaran laut menurut PP NO.19 Tahun 1999 tentang pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Laut adalah sebagai amsuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat ,
energi, dan/ kompone lain ke dalam laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi
dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Komponen-komponen yang menyebabkan
pencemaran laut seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah
pertanian dab perumahan, kebisingan atau penyebaran organisme invasif (asing) di
dalam laut yang berpotensi memberi.

7
BAB III
PEMBAHASAN
A. PROYEKSI DAN PERKIRAAN
Pada umunya satu wilayah berkembang dari keadaan yang tingkat kompleksitasnya
lebih rendah menuju kepada kompleksitas keadaan yang lebih tinggi. Meningkatnya
kompleksitas tersebut meyebabkan banyaknya problem kebijakan pengembangan
wilayah yang sering tidak muadah diselesaikan. Terdapat banyak kasus pada
pengembangan wialayah yang tidak mudah diselesaikan dan problem-problem
semacam ini akan terjadi pula pada pengembangan wilayah pesisir. Sebagaimana
diketahui bahwa suatu wilayah itu memounyai kondisi yang spesisfik ,apabila
dibandingkan dengan wilayah satu dengan yang lainnya. Adapun karakteristik wilayah
pesisir yang spesisfik adalah bahwa pada wilayah ini merupakan agregrasi dari berbagai
komponen ekologi dan fisik yang saling mempengaruhi. Pengembangan atau
pengusahaan sumberdaya alam yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip ekologi akan
sangat mudah merusak proses atau fungsi ekosistem pantai. Disamping itu ditunjukkan
adanya komunitas serta terdapatnya multi kegiatan pada wilayah pesisir ,misalnya :
petambak, nelayan, petani,pengusaha industri, hotel, dan rekreasi wisata, dan usaha-
usaha yang behubungan dengan laut atau pesisir.
Kabupaten Purworejo merupakan salah satu wilayah yang terletak digaris pantai selatan
Pulau Jawa, berbatasan dengan Samudra Hindia, menjadikan area laut Purworejo
memiliki gelombang yang tinggi. Pantai-pantai di Kabupaten Purworejo meiliki
berbagai macam pemanfaatan lahan mulai dari pariwisata, tambaka hingga perkebunan
namun umumnya pantai dimanfaatkan sebagai lahan tambak udang intensif dan sebagai
pantai pariwisata. Namun ,dalam pemanfaatan potensi wialyah pesisir di Kabupaten
Purworejo banyak terjadi kerusakan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Salah
satunya adalah penambangan pasir secara liar tanpa memperhatikan lingkungan sekitar.
Untuk megatasi hal tersebut perlu memberikan arahan kepada masyarakat dalam
pemanfaatan sumberdaya pedesaan dan pesisir secara optimal dan berkelanjutan guna
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir Kabupaten
Purworejo. Selain itu, dalam pembangunan perlu peran lembaga pemerintahan agar
pembanguna sesuai degan rencana serta tindakan dari pemerintah mengenai
pengambilan sumberdaya pesisir yang hanya menguntungkan pihak tertentu dan
merusak ekosistem lainnya di wilayah pesisir.

8
Selain itu, dalam pembangunan wialyah pesisir Kabupaten Purworejo terlebih dahulu
melakukan delinasi wilayah (region) yang didalamnya terdapat kegiatan untuk
menentukan batas-batas wilayah. Penetuan batas wilayah dengan memperhatikan
terhadap konsep wilayah. Dalam kaitannnya konsep wilayah lebih menekankan
wilayah sebagai alat untuk suatu tujuan dibandingkan dengan tujuannya sendiri. Salah
satu konsep wilayah harus memperhatikan dua fase :
1) Fase pertama memperlihatkan wilayah formal (menyangkut uniformitas, dan
didefinisikan melalui homogenitas.
2) Fase kedua menunjukkan perkembangannya sebagai wilayah fungsional
(menyangkut interdependen, interrelationship dan didefinisikan berdasarkan
hubungan internasional).

Wialayah pesisir mempunyai karakteristik yang sangat spesifik. Sebagaimana yang


telah disinggung diatas bahwa pembangunan pada daerah pesisir di Kabupaten
Purworejo harus memperhatikan prinsip-prinsip ekologi yang sangat berpengaruh
terhadap proses atu berfungsinya ekosistem pantai. Karena komponen ekosistem pantai
berfungsi sebagai unit yang meyimpan “energy supply”. Cadangan energi ini berfungsi
menstabilisasikan ekosistem dan sebagai “buffer” tehadapa kebutuhan energi yang
besar yang terjadi pada musim atau periode waktu tertentu. Perubahan yang menonjol
pada komponen dan rantai interaksi utama pada ekosistem pantai, terutama diakibatkan
oleh proses pembangunan dan pendayagunaan sumber daya alam pantai, dapat
menyebabkan terganggunya proses dan integritas ekosistem selanjutnya yang
meimbulkan degradasi lingkungan yang megakibatkan kerugian pada masyarakat
diwilayah pentai. Berdasarkan penjelasan tersebut pembangunan dan pengembangan
wilayah pesisir Kabupaten Purworejo bersifat kelanjutan dan memperhatikan ekosistem
yang ada diwilayah pesisir.

B. PENGEMBANGAN ALTERNATIF
Tekanan yang keras pada proses pembangunan di wilayah pantai akan berakibat pada
gangguan atau dampak yang merusak pada fungsi dan interaksi ekosistem laut. Akibat
yang timbul adalah degradasi lingkungan dan meurunnya tingkat kesejahteraan sosial
dan ekonomi masyarakat pesisir. Kerusakan yang terjadi di kawasan pesisir Desa
Ketawangrejo merupakan aktivitas fisik manusia yang bertujuan untuk kepentingan
pihak tertentu. Dalam hal ini, perlu adanya pengembangan alternatif dalam mengatasi
masalah tersebut. Pengembangan pasir tersebut dapat menyebabkan abrasi atau

9
terkikisnya pasir akibat gelombang air laut dan merusak bentuk pasir pantai tersebut.
Dalam hal ini perlu adanya ketegasan peraturan yang dijalankan oleh Pemerintah
Kabupaten Purworejo, pemerintah harus membuat hukuman atau denda bagi siapa saja
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti penebangan pohon mangrove dan
penambangan tanpa izin. Selain itu, perlu adanya pembatasan terhadap petani tambak
udang agar penebangan hutan mangrove tidak semakin luas, karena hutan mangrove
memiliki banyak fungsi terhadap kelestarian biotik laut dan lingkungan pesisir.
Melihat sumber daya alam pesisir wilayah Kabupaten Purworejo, seharusnya
pemerintah perlu megembangkan pariwisata bahari yang sudah ada, sebagai wisata
wialayah pesisir yang bertema konservasi yang berwawasan lingkungan,selain itu
menawarkan kesenangan dalam rekreasi ,wisata tersebut juga bisa berfungsi sebagai
edukasi yang dapat mentrans!ormasikan nilai nilai lestari kepadawisatawan.
Pengembangan kawasan pariwisata juga sebagai usaha pemerintah dalam membuka
lapangan kerja, sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat yang tinggal
diwilayah Pesisir Kabupaten Purworejo.
Selain itu, pertanian pesisir meruapakan usaha megolah lahan pasir yang beupa pasir
menjadi lahan yang bisa digunakan untuk pengolahan pertanian. Pertanian pesisir
dilakukan dengan mengolah lahan pasir dengan tanah dan material lain yang akhirnya
membuat tanah berstektur pasir mampu menahan air dan memiliki kemampuan untuk
tumbuh tumbuhan tertentu. Pertanian pasir sudah lama berkembang di Kabupaten
Purworejo yang komoditas utamanya melon, pepaya, cabai ,terong dan sebagainya
,namun dapat dikatakan dalam pertanian ini masyarakat kurang memperhatikan
lingkungan sekitar. Sehingga pemerintah perlu melakukan pembangunan yang mampu
meingkatkan pendapatan masyarakat pesisir tetapi diimbangi dengan kelestarian biotik
maupun lingkungan sekitar pesisir.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai uapaya efektif dalam meminimalkan dampak
negatif pembangunan ekonomi dan integritas ekosistem pantai adalah dengan
menekankan usaha konservasi sumber daya alam di daerah wilayah pesisir Kabupaten
Purworejo dengan menunjang pembangunan jangka panjang dan berkelanjutan.Namun
dalam prakteknya pengelolaan tersebut tidak sepenuhnya fleksibel secara politis dan
sukar dilaksanakan. Pembangunan jangka pendek dari pembangunan ekonomi pada
dasarnya dibutuhkan didalam pengembangan ekonomi dan perbaikan kondisi sosial
masyarakat pantai. Dengan demikian dalam pembangunan wilayah pesisir harus
melakukan pertimbangan-pertimbangan praktis dari berbagai pandangan harus

10
diupayakan untuk menyelaraskan kepentingan yang berorientasi antara jangka pendek
dan jangka panjang.
C. ANALISIS KELAYAKAN
Strategi pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Purworejo adalah memadukan
pelestarian, pembangunan dan pemanfaatan diwujudkan dengan zonasi yang terdiri dari
3 sub kawasan yang mempunyai karakteristik danfungsi tersendiri. Pembangunan
kawasan pantai selatan Kabupaten Purworejo diwujudkan dengan dibangunnya jalan
dan jembatan di sepanjang pantai selatan . Berdasrakan penjelasan diatas bahwa
sebenarnya kawasan pesisir Kabupaten Purworejo memiliki banyak potensi untuk
kepenytingan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Purworejo
memiliki tempat strategis yang berhubungan langsung dengan laut di tiga kecamatan
yaitu kecamatan Grabag, Ngombol , Purwodadi. Ketiga kecamatan memiliki potensi
laut yang sangat besar apabila dapat dikembangkan secara optimal. Namun apa daya
sampai saat ini masyarakat wilayah pesisir masih dianggap sebagai masyarakat yang
termaginalkan. Karena termaginal maka penghidupan masyarakat pesisir perlu
mendapat perhatian dari pemerintah layaknya kemiskinan yang terjadi di desa dan kota.
Kehidupan masyarakat pesisir di Kabupaten Purworejo, tidak hanya kemiskinan yang
dialami karena dampak struktural dan natural, namun juga kultur masyarakat pesisir
menjadi salah satu penyebab kemiskinan masyarakat pesisir. Oleh sebab itu, proses
pembangunan di wilayah peisir Kabupaten Purworejo masih kurang karena selain
belum mampu meningkatkan perekonomian sekitar juga kurangnya perhatian
masyarakat terhadap lingkungan sekitar.
D. EVALUASI
Kondisi geomorfologi di pantai Kabuapaten Purworejo secara umum sama dengan
kondisi pantai di Jawa Tengah lainnya. Handartoputra (2014) meuturkan bahwa pantai
pasir termasuk dalam kerentanan sangat tinggi karena pantai tersebut biasanya
menerima terpaan energi yang redah sedangkan pada pantai betebing dan berbatu
menerima dan bertembok beton nilai kerentanan termasuk dalam kategori kerentanan
rendah karena pantai tersebut mampu menerima tepaan energi yang kuat. Keberadaan
pasang surut sangat besar pengaruhnya terhadap geomorfologi pantai karena pasang
surut tersebut mampu meyebabkan perubahan-perubahan secara teratur pada
permukaaan dasar laut serta sepanjang pantai.
Berdasarkan hasil pengukuran abrasi/akresi pantai dari pengolahan citra satelit landsat
8 ,dilihat dari perubahan garis pantai terjadi akresi yang cukup tinggi hampi diseluruh

11
titik,dan lokasi yang akresi tertinggi mencapai 28,59 m. Akresi yang terjadi membentuk
pola, setiap sebelah timur dari sungai , akresi akan menunjukkan nilai tinggi dan
menurun semakin ke arah timur. Hal tersebut disebabkan karena arah arus laut begerak
ke arah timur sehingga menyebabkan sedimen dari sungai akan terdampar lagi kearah
timur sungai. Hal ini dikarenakan dengan adanya erosi zat pencemar akan dapat lebih
meresap ke dalam lahan pantai dibandingkan dengan pantai yang megalami akresi.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan untuk mecari kisaran kemiringan pantai,
presentase kemiringan pantai di Kabupaten Purworejo bervariasi sekitar 0,076%-
0,28%. Nilai presentase tersebut meunjukkan bahwa bahwa pantai di Kabuapaten
Purworejo bervariasi namun tidak memiliki perbedaan yang sangat jauh.
Kerentanan dari daerah pesisir Kabupaten Purworejo tergolong dalam kerentanan
tinggi, yang didapat berdasarkan pengamatan dan perhitungan variabel-variabel
kerentanan pesisir seperti diantaranya adalah geomorfologi pantai, abrasi/akresi, tinggi
pasang maksimal,kemiringan pantai,dan tinggi gelombang maksimal. Kerentanan
pantai yang sangat tinggi ini merupakan hal yang negatif dan perlu menjadi perhatian
dari pihak-pihak terkait karena dapat merusak keberadaan sumberdaya perikanan
disekitarnya, sehingga dalam pengembangan dan pembangunan diperlukan perhatian
yang sangat teliti agar pembangunan dan ekosistem lainnya tidak bertolak belakang.
E. IMPLEMENTASI
Kondisi biogeofisik Kabupaten Purworejo sebagian besar berupa tanah datar dengan
rincian bagian selatan dan barat berupa tanah datar dan bagian timur dan utara berupa
pegunungan. Dalam hal ini Kabupaten Purworejo mengembangkan Kawasan Bahari
Terpadu. Pengelolaan tersebut didasrakan pada Perda No.11 Tahun 2004 tentang
Kawasan Bahari Terpadu dan pelaksanaan dengan melakukan langkah-langkah konkrit
pengolahan wilayah pesisir pemberdayaan masyarakat, penguatan kelembagaan,
pembangunan fisik yang terangkum dalam design pembangunan yang berupa rencana
strategi dan rencana zonasi. Strategi pegembangan kawasan bahari terpadu Kabupaten
Purworejo mengedepankan pemanfaatan dan pengelolaan secara terpadu seluruh
potensi sumber daya di wilayah selatan Kabupaten Purworejo seluas 21km x 5 km
meliputi kecamatan Grabag, Kecamatan Ngombol, dan Kecamatan Purwodadi. Kondisi
umum Kawasan Bahari Kabupaten Purworejo didukung oleh adanya jalan deandles
yang telah ditetapkan sebagai jalan lintas selatan diwilayah Kabupaten Purworejo.
Kondisi jalan yang rlatif lurus dan melintasi seluruh kawasan sangat penting artinya
bagi perkembangan dan pembangunan kawasan selanjutnya.

12
Di bidang pariwisata , potensi Kabupaten Purworejo yang dikembangkan meliputi
potensi wisata pantai Jatimalang di Kecamatan Purwodadi dan pantai Keburuhan di
Kecamatan Ngombol. Eksistensi wisata tersebut didukung degan event tahunan seperti
Labuhan laut, bersih desa ,lomba pacuan kuda, dan lomba memancing. Sedngkan
dibidang pertambangan wilay3ah pantai selatan Kabupaten Purworejo memiliki pasir
besi yang sangat potensial. Kandungan pasir besi yang ada diperkirakan tidak habis
lebih dari 20 tahun. Saat ini sebagian telah ditambang oleh PT.Aneka Tambang yang
mana menyebabkan berbagai permasalahan terhadap dampak dari penambangan
tersebut, salah satunya adalah terbentuknya kubangan-kubangan dan gundukan pasir
yang telah merubah bentuk wilayah pesisir. Disektor perikanan pantai Kabupaten
Purworejo memiliki sumber daya ikan yang melimpah . Potensi perikanan tangkap
mencapai 908.000 ton/tahun,sedang untuk perikanan darat mencapai 460.921
ton/tahun. Masyarakat nelayan di daerah pesisir saat ini telah memiliki perahu semut
sebegai sarana dalam menangkap ikan.

13
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan dalam
upaya mengelola sumber daya di wilayah pesisir, yang cukup menjanjikan
dalam rangka meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat dan dalam
mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan.Setidaknya ada 4 (empat) keuntungan yang didapatkan dalam
pengelolaan berbasis masyarakat : (1) masyarakat ikut mengontrol sumber daya
di sekitar mereka, (2) dukungan yang luas dari masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya yang ada, (3) ketersediaan data yang dibutuhkan dalam
pemanfaatan sumber daya tersebut, (4) pengelolaan sumber daya dapat
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di sekitarnya.
2. Permasalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan potensi wilayah pesisir
Kabupaten Purworejo meliputi permasalahan yang kompleks dengan
stakeholder yang terkait dalam pengembangan potensi tersebut yang sangat
berpengaruh terhadap tenaga kerja, lingkungan wilayah pesisir dan ekonomi
masyarakat pesisir. Adapun permasalahan tersebut ialah rendahnya SDM
terkait rendahnya pendidikan masyarakat pesisir dan kurang luasnya wawasan
masyarakat pesisir tentang pengelolaan wilayah pesisir.
3. Pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Purworejo membutuhkan pendekatan
khusus yang dapat memadukan antara tuntutan kebutuhan ekonomi dan
kapasitas daya dukung lingkungan. Pengelolaan wilayah peisisir (terutama
terkait dengan sumberdaya ) bagaimanapun membutuhkan partisipasi
masyarakat.Ide-ide dan solusi atas kerusakan lingkungan kadan muncul dari
inisiatif masyarakat lokal sendiri. Hal ini meunjukkan bahwa pada
realita,masyarakat seringkali memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap
lingkungan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Suib, Elvira Santi .2015. “ Analisis Potensi Permasalahan Pengembangan Wilayah


Pesisir Kabupaten Batu Bara “. Universitas Negeri Medan
https://www.academia.edu/35372416/Analisis_Potensi_Dan_Permasalahan_Pe
ngembangan_Wilayah_Pesisir_Kabupaten_Batu_Bara
R.Maulana. “Sistem Pengembangan Wilayah pesisir dan laut secara terpadu.
https://www.academia.edu/8725104/sistem_pembangunan_wilayah_pesisir_da
n_laut_secara_terpadu
Biara,Bagus dkk. 2016. “ Analisa Kerentanan Pantai dan Sumberdaya Perikanan
dengan Pendekatan SIG Di Pantai Kabupaten Purworejo”.Dalam Diponegoro
Journal of Maquares vol.5 No.2 .
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares
Amanah,siti. 2004. “Perencanaan Strategis Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Terpadu
Dikelurahan Pulau Panggang Kecamatan Seribu Utara, Kabupaten kepulauan
Seribu Provinsi DKI Jakarta. Dalam Buletin Ekonomi Perikanan Vol.V. 2.
https://media.neliti.com/media/publications/11047-ID-perencanaan-strategis-
pengelolaan-sumberdaya-pesisir-terpadu-di-kelurahan-pulau.pdf
Tampubolon,Dahlan. Anonim. “Strategi Pemberdayaan Masyarakata Pesisir Di
Kabupaten Kepulauan Meranti. Dalam Jurnal SOROT Vol.8 No.2 Halaman 1-
190.
file:///E:/SEMESTER%205/jurnal%20tgas%20pemper/2358-4700-1-SM.pdf
Lasabuda, Ridwan.2013. “Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam
Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Dalam Jurnal Ilmiah Platax
Vol 1-2.
file:///E:/SEMESTER%205/perencanaan%20pembangunan/pembangunan%20
pantai%201.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai