Oleh:
Jihan Istighfaroh
H1A 014 034
Pembimbing Fakultas
Dr. Rika Hastuti Setyorini, M.Kes, FISPH, FISCM
Dr. Deasy Irawati, M.Sc, Ph.D
PENDAHULUAN
2.1 Statistik Pasien Berdasarkan 20 Penyakit Terbanyak Periode 2017-2019 di Puskesmas Kediri8
1 Kediri
44 44 88 - - - 44 - 44 - 88 -
Kediri
2
Selatan 24 36 60 - - - 24 - 36 - 60 -
Monto
3
ng Are 13 11 24 - - - 13 - 11 - 24 -
Jagara
4 ga
12 11 23 - - - 12 - 11 - 23 -
Indah
Gelogo
5
r 40 41 81 - - - 40 - 41 - 81 -
Ombe
6
Baru 18 13 31 - - - 18 - 13 - 31 -
Luar
wilaya
- - - - - - - - - - - -
h
JUMLAH
151 156 307 - - - 151 - 156 - 307 -
6
100,0
%
Tatalaksana Wheezing:
Pemberian Bronkodilatator Kerja Cepat (Inhalasi):13
Salbutamol nebulisasi
Salbutamol MDI (Metered Doses Inhaler) dengan Spacer
Bila kedua cara tidak tersedia berikan dengan epinefrin (adrenalin) secara
subkutan
Pada bayi berumur <2 bulan, wheezing merupakan tanda bahaya dan harus
dirujuk segera. Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, berikut penatalaksanaan
wheezing:3
Tatalaksana Lanjutan13
Sesudah 2 hari
Tanyakan:
Apakah napas lebih lambat?
Apakah ada tarikan dinding dada ke dalam?
Apakah nafsu makan anak membaik?
Periksa :
Tanda bahaya umum
Lakukan penilaian untuk batuk atau sukar bernapas
Tindakan:
Jika ada tanda bahaya umum atau stridor atau tarikan dinding dada ke dalam
beri 1 dosis antibiotik pra rujukan, Selanjutnya RUJUK SEGERA
Jika napas melambat dan nafsu makan membaik, lanjutkan pemberian
antibiotik hingga seluruhnya 5 hari
Jika frekuensi napas atau nafsu makan anak tidak menunjukkan perbaikan
atau lebih buruk, RUJUK SEGERA
Edukasi13
Jelaskan alasan pemberian obat
Uraikan langkah-langkah pengobatan
Amati cara ibu melakukan pengobatan di klinik
Jelaskan berapa kali dia harus mengerjakannya di rumah
Berikan obat yang telah digunakan dalam peragaan untuk dilanjutkan di
rumah
Cek pemahaman ibu.
Meredakan Batuk dan Melegakan tenggorokan dengan Bahan yang Aman
Bahan aman yang dianjurkan:
ASI eksklusif sampai umur 6 bulan
Kecap manis atau madu dicampur dengan air jeruk nipis (Madu tidak
dianjurkan untuk anak umur < 1 tahun)
Obat yang tidak dianjurkan:
Semua jenis obat batuk yang dijual bebas yang mengandung atropin, codein
dan derivatnya atau alkohol
Obat-obatan dekongestan oral dan nasal
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama Pasien : An. GR
Umur : 1 tahun 10 bulan
Tanggal Lahir : 4 Juni 2017
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Karang Kuripan Timur, Kediri
3.2 Heteroanamnesis
Keluhan utama: sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Anak Puskesmas Kediri dengan keluhan sesak
napas. Sesak napas dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Pasien awalnya batuk
pilek dan demam sejak 3 hari yang lalu. Batuk yang dialami pasien
mengeluarkan dahak yang encer, pilek dan demam timbul bersamaan
dengan batuk tersebut.
Riwayat BAK normal berwarna kuning jernih, darah (-) frekuensi 5 - 6
kali per hari. BAB normal dengan konsistensi padat dan berwarna kuning,
darah (-), lendir (-), frekuensi 2 - 3 kali per hari
Riwayat Penyakit Dahulu:
Ibu pasien mengatakan pasien sejak usia 6 bulan setiap batuk disertai
dengan sesak napas, sekitar kurang lebih sudah 5 kali di uap di
puskesmas. Usia 1 tahun sempat dirawat karena setiap batuk muntah dan
diare, dikatakan dehidrasi.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami keluhan
serupa dengan pasien.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Ibu:
Pasien merupakan anak tunggal. Ibu tidak pernah mengalami abortus
sebelumnya. Ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya di Puskesmas.
Riwayat sakit berat selama hamil disangkal. Riwayat minum obat-obatan
selama hamil disangkal, ibu hanya mengonsumsi obat penambah darah
dari puskesmas (+) sejak bulan pertama kehamilan sampai menjelang
persalinan. Ibu pasien ANC sebanyak lebih dari 4 kali. Selama ANC,
tidak ditemukan kelainan pada janin atau ibu (riwayat perdarahan,
muntah berlebihan, demam selama kehamilan disangkal; bidan juga
mengatakan letak dan perkembangan janin normal). Pasien lahir cukup
bulan secara normal di RS Gerung dengan berat lahir 2980 gram, dirujuk
ke rumah sakit karena ketuban pecah dini dan diberikan perangsang drip.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut penuturan ibu, selama ditimbang di posyandu setiap 1 bulan
sekali pasien tidak pernah berada di bawah garis kuning dan merah.
Perkembangan pasien tidak ada yang terlambat malah cenderung cepat,
misalnya untuk berjalan, usia 11 bulan pasien sudah bisa.
Riwayat Makan
Pasien saat ini sudah mengonsumsi makanan dewasa. ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan. Usia 7 bulan sudah dicoba MP ASI yakni bubur
susu, bubur lembek, sekitar 1 tahun sudah makan nasi. Pasien jarang
makan, paling tidak makan 2 kali sehari, menggunakan ikan, daging,
ayam, wortel, maupun sayur bening, makanan kesukaan pasien. Pasien
lebih suka makan jajan-jananan seperti yakult, susu kotak, teh gelas, dan
lain sebagainya.
Riwayat Pengobatan dan Imunisasi:
Pasien belum dibawa berobat ke tempat lain dan baru berobat ke
puskesmas. Imunisasi lengkap dilakukan sesuai jadwal posyandu
(terakhir imunisasi campak pada 10 Januari 2019). Tetapi pasien tidak
mendapat imunisasi PCV.
Riwayat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan:
Keluarga pasien merupakan kelompok ekonomi menengah ke bawah
yang tinggal di Karang Kuripan Timur. Ayah pasien bekerja sebagai
pedagang gorengan dengan penghasilan kurang lebih 1 juta sebulan dan
ibunya tidak bekerja. Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya. Pasien
tinggal di rumah yang padat pendududuk, jarak antar rumah sangat
berdekatan. Di rumah pasien hanya terdapat 2 jendela yang terletak di
depan rumah. Ayah pasien merupakan perokok, 1 hari dapat
menghabiskan 1 bungkus rokok. Tidak ada penggorengan kerupuk di
dekat rumah pasien, namun orang tua pasien jika memasak, di dapur yang
terletak dekat kamar mandi dan kamar tidur.
MA Ny. RA MA R Tn. S S
25 thn 22 thn 20 thn 15 thn 26 thn 24 thn
Keterangan:
: Laki - laki
: Perempuan
An. GR
: Pasien 1 thn 8 bln
: Tinggal serumah
Status General
Kepala : normochepali
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor, cowong (-)
THT
Telinga : hiperemis (-), edema (-), sekret (-), bagian dalam sde
Hidung : nafas cuping hidung (+), rinore (+) bening
Tenggorokan : hiperemis (-)
Mukosa bibir : pucat (-), sianosis (-)
Leher
Inspeksi : benjolan (-), peningkatan vena jugularis (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Thorax
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCL kiri, kuat angkat (-),
thrill (-)
Perkusi : Sde
Auskultasi : S1 tunggal S2 split tak konstan, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : Gerakan dada simetris (+), retraksi subkosta (+)
minimal
Palpasi : sde
Perkusi : sde
Auskultasi : vesikuler -/-, rhonki +/+, wheezing +/+
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar - lien tidak teraba
Perkusi : timpani, dalam batas normal
Ekstremitas:
3.7 Penatalaksanaan
Terapi berdasarkan diagnosis pasien:
- Observasi KU dan TTV
- Nebulasi Combivent 1/3 Respul ditambah 3 cc NaCL 0,9%
- Paracetamol syrup 3 x ½ cth (hanya jika demam)
- Amoxillin syrup 125 mg 3 x 1 cth
- Puyer : Ambroxol tab 3
CTM tab 2
M f l a pulv dtd No. X
S 3 d d pulv. I
Tujuan Terapi
- Mengeradikasi bakteri penyebab pneumonia
- Mengatasi wheezing yang terdapat pada pasien
- Mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan pasien sehingga
lebih mudah dikeluarkan dan mengurangi batuk yang terjadi
- Mencegah dan mengatasi demam
Konseling
− Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit yang diderita pasien
adalah pneumonia atau peradangan paru-paru.
− Menjelaskan faktor risiko apa saja yang dapat memicu terjadinya penyakit
ini.
− Menganjurkan ibu untuk memberi makan anak dan membawa kembali
anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat bila keadaan anak memburuk atau
tidak bisa minum atau menyusu.
− Mengedukasi keluarga pasien untuk menerapkan PHBS.
3.8 Prognosis pasien
− Ad vitam : dubia ad bonam
− Ad functionam : dubia ad bonam
− Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
4.1. Tujuan
Mengetahui faktor penyebab terjadinya pneumonia pada pasien, baik faktor
internal maupun eksternal.
4.2. Metodologi
Metodologi yang dipakai meliputi wawancara dan pengamatan langsung
terhadap lingkungan tempat tinggal pasien.
Ruang Tamu 3
U
Dapur
1,5m
Rumah Tetangga
Keterangan
Luas/ Ukuran
Pintu
Jendela
Gambar. Tampak depan rumah pasien
BIOLOGIS
PERILAKU
LINGKUNGAN
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Pada Pelayanan Kesehatan
a. Perlu lebih mengoptimalkan lagi Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit (P2P) ISPA agar lebih optimal.
b. Perlunya pemberian edukasi dan penyuluhan agar masyarakat lebih
memahami faktor resiko, bahaya dan pencegahan pneumonia serta program
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) agar orang tua pasien lebih
waspada.
c. Perlunya kerja sama lintas sektor demi menyokong kegiatan puskesmas
terkait P2P ISPA.
d. Peningkatan penjaringan pasien suspek pneumonia dengan meningkatkan
peran kader dalam kasus pneumonia.
2. Pada Masyarakat
a. Pasien dianjurkan untuk lebih memerhatikan lingkungan dengan
menghindari faktor risiko pneumonia berulang dengan sebisa mungkin
menjauhi polusi udara yang ada.
b. Lebih mengenal gejala dan tanda bahaya dari pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA