Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN


VERTIGO

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

A. PENGERTIAN VERTIGO
 ”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan
dengan pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau
linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti
atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh
saraf otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan menurut Gowers
Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan
atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita yang
bersangkutan dengan gangguan sistem keseimbangan (ekuilibrum).
 Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada
bolamata (Lumban Tobing, 2003).
 Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa
terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
 Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan
oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di
daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin
muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh
karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak
kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan
di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga
tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005)
 Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau
kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak
mungkin diobati (CDK, 2009)

B. Jenis vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo
periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional
vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere
(gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran),
vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan
labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di
dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah
percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

C. ETIOLOGI VERTIGO
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan
atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari
vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
 Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
 Alkohol
 Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zoster
 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
 Peradangan saraf vestibuler
 Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
 Sklerosis multipel
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
 Tumor otak
 Tumor yang menekan saraf vestibularis.
D. PATOFISISIOLOGI VERTIGO
1. Anatomi Vertigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses
transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
 Reseptor mekanis divestibulum
 Resptor cahaya diretina
 Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
 Saraf vestibularis
 Saraf optikus
 Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex
serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
2. Patofisiologi Vertigo

Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular,
visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya
sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon.
Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak
tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala
dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala
kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan
tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung
dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari
jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.

Pathway Vertigo

Pathway Vertigo

E. TANDA DAN GEJALA VERTIGO


1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye
secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan
buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo
perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab
vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang,
TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa
posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling
sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih
tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab
vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga
atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang
spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada
permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu
berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi
oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti
tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan
cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita
mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo.
Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang
serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah
mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali
dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan
digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara
gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan
gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat
pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan
serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak
dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah.
Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi
pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan
system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo
pasca trauma
VERTIGO
VERTIGO PERIFERAL
NO SENTRAL (NON-
(VESTIBULOGENIK)
VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina Sukar menelan
3 menurun Kelumpuhan otot-otot
4 Jantung berdebar wajah Sakit kepala yang parah
5 Hilang keseimbangan Kesadaran terganggu
6 Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu berkata-kata
7 Perasaan seperti mabuk Hilangnya koordinasi
8 Otot terasa sakit Mual dan muntah-muntah
9 Mual dan muntah-muntah Tubuh terasa lemah
10 Memori dan daya pikir
11 menurun
Sensitif pada cahaya terang
dan Suara
Berkeringat

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG VERTIGO


1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari
satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal
akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system
visual, vestibular dan somatosensorik.

G. PENATALAKSANAAN VERTIGO
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
 Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir
tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk
membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali
keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo
melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari
sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
 Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan
pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka
dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika
dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih
meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena
dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat
atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk
penyakit meniere. Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
 Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan
upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo.
Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan
akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi
terhadap serangan berikutnya.
 Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi
lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat
anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan
yang baik.
 Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan
oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat
bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu
obat supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini
latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat
agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang
diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
 TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya
pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
 RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan
yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.

Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:


Tujuannya:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban laun
2. Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
contoh latihan:
 Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
 Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi, gerak
miring)
 Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup
 Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup
 Berjalan “tandem”
 Jalan menaiki dan menuruni lereng
 Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
 Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga
menfiksasi pada objek yang diam
Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
Penatalaksanaan Vertigo

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO


A. PENGKAJIAN VERTIGO
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigotanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor
otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid,
antikonvulsan dan salisilat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik
e. Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
f. Sirkulasi
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
 Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. Integritas Ego
 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog,
MSG (pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan5.
9. Neurosensoris
 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
11. Keamanan
 Riwayat alergi atau reaksi alergi
 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
12. Interaksi sosial
 Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
13. Penyuluhan / pembelajaran
 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.
14. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda
yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integumen
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan
15. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b. Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi yang dapat memicu vertigo.
c. Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
g. Persepsi diri atau konsep diri
h. Pola toleransi dan koping stress
i. Pola sexual reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan kenyakinan

B. DIANOGSA KEPERAWATAN VERTIGO


1. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakan kepala.
2. Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
3. Defisit self care: toileting, bathing, feeding.
4. Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan berhubungan
dengan kurangnya paparan informasi.
5. Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.

IV RENCANA KEPERAWATAN VERTIGO


DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Environmental Management: Safety:
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 jam awasi dan gunakan lingkungan fisik
pusing ketika pasien diharapakan tidak jatuh untuk meningkatkan keamanan
menggerakkan NOC: 2. Falls Prevention:
kepala a. Safeti status: Falls  Kaji penurunan kognitif dan fisik
Occurrence pasien yang mungkin dapat
b. Falls prevention: meningkatkan resiko jatuh
 Kaji tingkat gait, keseimbangan
know ledge personal safety dan kelelahan dengan ambulasi
c. Safety beheviour:  Instruksikan pasien agar
Falls prevention memanggil asisten ketika
melakukan pergerakan
Dengan kreteria:
3. Teaching: disease proles
a. pasien mampu
 jelaskan pada pasien tanda dan
berdiri, d uduk, berjalan
gejala dari penyakit yang diderita
tanpa pusing
 Anjurkan pasien
b. Klien mampu
untuk bedrest pada fase akut
menjelaskan jika terjadi
 Jelaskan pada pasien tentang
serangan dan cara
terapi rehabilitatif pada pasien
mengantisipasinya
vertigo

2. Nauseaberhubungan Setelah dilakukan tindak 1. Patient / family teaching


dengan stimulasi keperawatan selama…x24 -Anjurkan pasien agar pelen-pelan
visual yang tidak jam, nausea berkurang / hilang nafas dalam dan menelan untuk
mengenakkan, N.O.C: menurunkan rasa mual dan
meniere, labirintitis a. Comfort level muntah.
b. Hidration -Ajarkan pasien untuk tidak minum
c. Nutritional status 1 jam sebelum,1 jam setelah dan
food finid intake sewaktu makan.
Dengan kreteria: 2.NUTRITIONAL MONITORING
b. Terdapat tanda-tanda fisik dan -Monitor tipe kehilangan berat badan
psikologik membaik dan pertumbuhan
c. Turgor kulit, mukosa mulut baik -Monitor kelembaban,turgor kulit dan
d. Tidak panas dan tidak terdapat depigmentasi.
edeme perifer -Monitor tingkat
Intake makanan dan minuman baik energi,malaise,fatigue dan
kelemahan pasien.
-Monitor asupan kalori dan nutrisi.
-Kolaborasi;
kelola pemberian
anticmetic sebelum makan atau
sesuai jadwal
3. Fluid managmen:
 Awasi secara akurat intake dan
output
 Monitor vital sign
 Monitor status nutrisi pasien
 Monitor status hydrasi misal
kelembaban membranmukosa, tekanan
nadi dan orthostatic BP
Kelola pemberian terapi IV
3 Kurang perawatan Setelah dilakukan tindakan  NIC:Membantu perawatn diri pasien
diri: makan, mandi, keperawatan selama ... x 24 jam mandi dan toileting
berpakaian, toileting diharapkan kebutuhan mandiri Aktifitas:
b.d kerusakan klien 1.Tempatkan alat-alat mandi
neurovaskuler terpenuhi, NOC;PERAWATAN ditempat yang mudah dikenali
DIRI dan mudah dijangkau klien
Batasan (Mandi,makan,toileting,berpakaian) 2.Libatkan klien dan danpingi
Karakteristik : Dengan kriteria : 3.Berikan bantuan selama klien
 Kelumpuhan wajah  Klien dapat makan de-ngan tidak mampu mengerjakan
atau anggota bantuan orang lain / mandiri sendiri
badan sehingga  Klien dapat mandi de-ngan NIC : ADL berpakaian
menyebab-kan : bantuan orang lain Aktifitas :
 Ketidakmampuan  Klien dapat memakai pakaian 1. Informasikan pada klien
dalam menyuap, dengan bantuan orang lain / dalam memilih pakaian selama
memegang alat mandiri perawatan
makan  Klien dapat toileting de-ngan 2. Sediakan pakaian
 Ketidakmampuan bantuan alat ditempat yang mudah dijangkau
dalam membasuh
3. Bantu berpakaian yang
badan, mongering-
sesuai
kan, keluar masuk
4. Jaga privasi klien
kamar mandi
 Ketidakmampuan 5. Berikan pakaian pribadi
pergi ke kamar yang digemari dan sesuai
mandi, mengguna- NIC : ADL Makan
kan pispot Aktifitas :
1. Anjurkan klien duduk dan
berdoa bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum
mampu dan beri contoh
4. Beri rasa nyaman saat
makan
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan penjelasan Teaching individual (5606)
ten-tang penyakit, selama ...x pertemuan, pe- 1. Tentukan kebutuhan pembelajaran
pengobatan dan ngetahuan klien tentang pe-nyakit, klien
perawatan klien b.d pengobatan dan pe-rawatan klien 2. Kaji tingkat pengetahuan dan
keterbatasan kognitif, meningkat pemahaman klien tentang vertigo
ku-rang paparan 3. Kaji tingkat pendidikan
atau mudah lupa NOC : 4. Kaji kesiapan klien dalam
- Knowledge : Disease mempelajari informasi spesifik
process (1803) 5. Atur agar realita
- Knowladge : Illness care tujuan pembelajaran dengan klien
(1824) saling menguntungkan
6. Pilih metode / strategi mengajar
Dengan kriteria : yang sesuai
- Klien dan keluarga mam-pu 7. Sediakan lingkungan yang kondusif
menjelaskan penger-tian, untuk pembelajaran
proses penyakit, penyebab, 8. Koreksi adanya kesalahan informasi
tanda dan gejala, efek 9. Sediakan waktu untuk bertanya
penyakit, tindakan pada klien
pencegahan, pe-ngobatan dan 10.
perawatan vertigo Teaching : disease process (5602)
1. Nilai tingkat pengetahuan klien
tentang penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi vertigo
3. Jelaskan tanda dan gejala vertigo
4. Jelaskan kemungkinan
penyebabnya
5. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin dapat mencegah
komplikasi dimasa yang akan
datang
6. Diskusikan pilihan-pilihan terapi pe-
ngobatan dan perawatan
7. Jelaskan alasan rasional dari terapi
pengobatan yang
direkomendasikan
8. Kaji sumber-sumber pendukung
yang memungkinkan
5. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Monitorang neurologis (2620)
efektif (spesifik: keperawatan selama ..... x 24 jam 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
cerebral) b.d aliran diharapkan dan bentuk pupil
darah arteri  Nyeri kepala / vertigo berkurang 2. Monitor tingkat kesadaran klien
terhambat sampai de-ngan hilang 3. Monitir tanda-tanda vital
 Tanda-tanda vital stabil 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
Batasan muntah
Karakteristik : 5. Monitor respon klien terhadap
 Nyeri kepala / pengobatan
vertigo 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
 Perubahan status 7. Observasi kondisi fisik klien
mental
 perubahan respon Terapi oksigen (3320)
motorik  Bersihkan jalan nafas dari sekret
 dis-artria  Pertahankan jalan nafas tetap efektif
 Kelumpuhan wa-  Berikan oksigen sesuai intruksi
jah  Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen dan sistem humidifier
 Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
 Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
 Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
 Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur
. Konsep Dasar Vertigo

Vertigo adalah suatu gejala dengan sensasi diri sendiri atau sekeliling terasa berputar yang
terjadi secara tiba-tiba. Ada kondisi vertigo yang ringan serta tidak terlalu terasa dan ada yang
parah sehingga menghambat rutinitas.

Serangan vertigo bisa bervariasi, mulai dari pusing yang ringan dan muncul secara berkala
hingga yang parah dan berlangsung lama. Serangan yang parah bisa terus berlangsung selama
beberapa hari sehingga penderitanya tidak bisa beraktivitas dengan normal

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitasvestibulocerebellar.

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun
karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI VERTIGO

System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan medula
spinalis dan system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.

1. Jaringan syaraf

a. Neuron

Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah suatu sel
saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan. Biasanya terdiri dari
dendrit sebagai bagian peneriman rangsangan dari saraf – saraf lain; badan sel yang
mengandung inti sel; akson yang menjadi perpanjangan atau serat tempat lewatnya sinyal
yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta terminal sel; serta terminal akson yang
menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua dan
apabila disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif
Muttaqin, 2008, hlm. 2)

Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut
neuron sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf
pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik atau
eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar neuron susunan saraf pusat,
menyampaikan pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini disebut
interneuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 3)

b. Transmisi sinap
Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita
kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia
di antara neuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)

c. Neutransmiter

Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)

2. Sistem Syaraf Pusat

a. Otak

Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia
dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak merupakan
proses tetap dan kontinue, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik
saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit
saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak irreversible. (Valeria C. Scanlon Tina
Sanders, 2006, hlm. 157)

b. Cerebrum

Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-
kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh Korpus
Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian otak dengan
bagian yang lain dan substansia grisea yang terdapat diluar terbentuk dari badan – badan sel
saraf. Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital

1) Lobus Prontal :Berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi
fisik. Pada bagian prontal kiri terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai pusat motorik
bahasa dan mengontrol ekspirasi bicara.

2) Lobus parietal :Terdapat sensasi primer dari korteks berfungsi sebagai proses input
sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan, perubahan suhu ringan dan pendengaran.

3) Lobus temporal :Mengandung area auditorius, tempat tujuan area asosiasi primer untuk
informasi auditorik dan mencakup Area Wernicke tempat interpretasi bau dan penyimpanan
bahasa.

4) Lobus occipital:Mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi


dan menafsirkan warna refleks visual. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina
mata.
c. Batang Otak : Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak
tengah atau Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk
fungsi vital tubuh

1) Otak tengah : berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus
pada nervus kranial III dan IV,

2) Pons: Menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai pusat-
pusat refleks pernafasan.

3) Medula oblongata : Mengandung pusat reflek yang penting untuk jantung,


vasokontriktor, pernafasan, bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX,
X, XI dan XII keluar dari medula oblongata.

d. Cerebellum

Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh tentorium
serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus otot,
mempertahankan postur dan keseimbangan dan melakukan program akan gerakan – gerakan
pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 11)

a. Hipotalamus

Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur asupan
makanan, mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus, merangsang
respons organ viseral selama dalam kondisi emosional, mengatur ritme tubuh seperti siklus
tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm.
159).

b. Thalamus

Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi
pengindraan sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan. (Valeria C. Scanlon
Tina Sanders, 2006, hlm. 160)

c. Sirkulasi serebral

Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi
serebral menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit.

Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri
vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan dua
karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri – arteri vertebral adalah
cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada satu sisi tulang(Lihat pada
gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen
magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri
vertebrobasialis paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris
membagi menjadi dua cabang pada arteri serebralis bagian posterior.
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara
rangkaian arteri karotis internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkullus willisi (Lihat
gambar 2.5) yang dibentuk dari cabang – cabang arteri karotis internal, anterior dan arteri
serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Aliran darah dari
sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri
– arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran
arteri mayor tersumbat.

Sirkulus Willisi dan beberapa variasi anatomik yang sering dijumpai. Anormali diberi tanda
panah. A. Sirkulus willisi yang normal. B. Reduplikasi arteri komunikans anterior. C. Arteri
serebri anterior yang menyempit seperti tali. D. Arteria komunikans posterior yang
menyempit seperti tali. E. Arteria serebri posterior yang secara embrionik berasal dari arteri
interna. ACA. Arteria serebri anterior. AcomA, arteria komunikans anterior. MCA, arteria
serebri media. ICA, arteria korotis interna. PcomA, arteria komunikans posterior.PCA, arteria
serebri posterior. SCA, arteri serebri superior. BA, arteria basilaris. AICA, arteri serebralis
inferior anterior. PICA,arteri serebralis inferior posterior. VA, arteria vertebralis

Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trombus, dapat
menyebabkan sumbatan aliran darah ke distal neuron – neuron dan mengakibatkan sel neuron
cepat nekrosis. Keadaan ini mengakibatkan stroke (cedera serebrospinal atau infark).
Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada pembuluh darah dan pada daerah otak
yang terserang.

d. Medula Spinalis

Medula Spinalis atau sum-sum tulang belakang bermula pada medula oblongata. Fungsi
medula spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.

3. Sistem Saraf Perifer

Sistem Saraf Perifer terbagi atas Saraf Spinal dan Saraf Kranial

a. Saraf Spinal

Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas :

1) 8 pasang Saraf Servikal

2) 12 pasang Saraf Torakal

3) 5 pasang Saraf lumbal

4) 5 pasang Saraf Sacral

5) 1 pasang Saraf Coccigeal


b. Saraf Kranial

Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial yang masing-
masing terbagi berdasarkan fungsinya masing-masing, diantaranya adalah:

C. Etiologi Vertigo

1. Otologi 24-61% kasus, a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), b) Meniere


Desease c) Parese N VIII Uni/bilateral, d) Otitis Media

2. Neurologik 23-30% kasus. a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum. b)


Ataksia karena neuropati. c) Gangguan visus. d) Gangguan serebelum. e) Gangguan sirkulasi
LCS. f) Multiple sklerosis. g) Vertigo servikal

3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler. a) Tekanan darah naik
turunb) Aritmia kordis. c) Penyakit koroner. d) Infeksi. e) < glikemia. f) Intoksikasi
Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

4. Psikiatrik > 50% kasus; a) Depresi, b) Fobia, c) Anxietas, d) Psikosomatis

5. Fisiologik Melihat turun dari ketinggian.

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat,
nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien
akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang
tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita
biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan
gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus
atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,
tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi
kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan
akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada
pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak
ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh
pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan
didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri
atau lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa

3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

4.Gerakan mata yang abnormal

5.Tiba - tiba muncul keringat dingin

6.Telinga sering terasa berdenging

7.Mengalami kesulitan bicara

8.Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar

9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

E. Komplikasi

1. Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf
VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri
dan berjalan.
2. Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas
dapat menyebabkan kelemahan otot.

F. Patofisiologi dan Pathway

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII,
otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan
gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun
virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus,
multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII
yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang
tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan
keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat
menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga
dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

G. Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan mata, Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh, Pemeriksaan neurologik,


Pemeriksaan otologik, Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus :

ENG, Audiometri dan BAEP , Psikiatrik


3. Pemeriksaan tambahan: Radiologik dan Imaging, EEG, EMG

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :

a) Anti kolinergik

· Sulfas Atropin : 0,4 mg/im

· Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

b) Simpatomimetika

Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :

i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :

a) Terapi kausal

b) Terapi simtomatik

c) Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam
dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif


vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis.
Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang
dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak
daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya ver-
tigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual
yang kuat.

d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.

e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa
sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada
kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan
sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo
menghilang setelah beberapa hari.

f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini
untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular
akut.

H. Asuhan Keperawatan sesuai teori

1. P. Pengumpulan data

1) Identitas

Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku
bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM, tanggal masuk, tanggal kaji,
dan ruangan tempat klien dirawat.

Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku
bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.

2) Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo hal – hal
sebagai berikut :

a) Alasan Masuk Perawatan

Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari pertolongan.


b) Keluhan Utama

Pada umumnya klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo berupa pusing seperti
berputar.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang

menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :

Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang


mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat
atau memperingan. Pada klien dengan vertigo biasanya
klien mengeluh pusing bila klien banyak bergerak dan
P: dirasakan berkurang bila klien beristirahat.
Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penvakit yang
dirasakan. Pada klien dengan vertigo biasanya pusing yang
Q: dirasakan seperti berputar.
Region : daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan.
pada klien dengan vertigo biasanya lemah dirasakan pada
R: daerah kepala.
Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Pusing yang dirasakan seperti berputar dengan
S: skala nyeri (0-5)
Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga
menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan pusing pada
T: klien dengan vertigo dirasakan hilang timbul.

d) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan system persyarafan maupun
penyakit sistemik lainnya.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dam merupakan penyakit
turunan.

f) Riwayat Psikososial

Apabila mengkaji pasien dengan gangguan system persyarafan perhatikan juga lingkungan
rumah dan pekerjaan yang bersangkutan, ketegangan yan g bersumber dari rumah, adanya
kontak terhadap bahan toksik tertentu dan pemahaman akan kondisi psikososial klien penting
untuk dikaji.
3) Data Biologis dan Fisiologis

Meliputi hal-hal sebagai berikut :

a) Pola Nutrisi

Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantrangan dan napsu makan,
serta diet yang diberikan. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi, biasanya pada klien
dengan vertigo terdapat mual-mual selama fase akut yang diakibatkan karena peningkatan
TIK (Tekanan Intra Kranial).

b) Pola Eliminasi

Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi
berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang
dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan.

c) Pola Istirahat dan Tidur

Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar tidur serta
kesulitan dalam hal tidur. Biasanya klien dengan vertigo akan mengalami gangguan istirahat
tidur karena adanya nyeri kepala yang hebat.

d) Pola Aktivitas

Dikaji perubahan pola aktivitas klien, klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk
melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta merasa mudah
lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala.

d) Pola Personal Hygiene

Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral
hygiene, gunting kuku, keramas). Klien dengan vertigo akan tergantung pada orang lain
dalam memenuhi personal hygiene karena adanya keterbatasan aktivitas fisik atau kelemahan.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya akan mengalami
kesadaran, kadang tampak lemas.

b) Pemeriksaan Persistem

(1) Sistem Persarafan


Pada system pesarafan yang dikaji adalah tingkat kesadaran diorientasi orang, waktu, dan
tempat, perubahan tanda-tanda vital, kemampuan klien mengingat kejadian sebelum dan
sesudah sadar.

Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan adanya gangguan kesadaran dimana klien
sadar dapat terlihat linglung atau tidak dapat mempertahankan keseimbangan tubuh.

(2) Sistem kardiovaskuler

Ditemukan perubahan yaitu tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi peningkatan
tekanan intracranial, maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradicardi, dan kemudian
takikardi dan iramanya tidak terarah.

(3) Sistem Pernafasan

Pada klien dengan vertigo biasanya terjadi pola napas umumnya klien sesak karena terjadi
penyumbatan trakeo brokial karena adanya secret pada trakeogrankeolus irama nafas tidak
teratur nutrisi kedalam maupun frekuensi cepat dan dangkal.

(4) Sistem musculoskeletal

Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya gangguan fungsi motoris yang
dapat berakibat terjadinya mobilisasi, pusing atau kerusakan pada motor neuron
mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan aktifitas reflek .

(5) Sistem eliminasi

Pada klien dengan vertigo sistem eliminasi akan terdapat referensi atau trikontinen dalam
BAB dan BAK, terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiporat
remia atau sipokalemia.

5) Data Psikologis

Menurut (Keliat, 2006 : 77) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :

a) Citra tubuh

Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai. Biasanya klien dengan vertigo menyadari akan keterbatasan aktivitasnya.

b) Ideal diri

Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap
penyakitnya. Klien dengan vertigo berharap akan sembuh seperti sediakala.

c) Harga diri

Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain. Biasanya klien dengan
vertigo mengalami penurunan harga diri.
d) Identitas

Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya.
Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dengan keadaannya karena fungsinya tidak
bisa berjalan dengan baik.

e) Peran

Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan
tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.

6) Data Sosial dan Budaya

Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga, tetangga,


masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio kultural dan support
sistem (Keliat, 2006 :78)

7) Stresor

Setiap faktor yang menentukan stress atau menaganggu keseimbangan. Seseorang


yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatupenyembuhan penyakit.

8) Koping Mekanisme

Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang
dihadapi (Keliat, 2006 :78).

9) Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji agar tim
kesehatan dapat memberikan bantuan dengan

efisien

10) Data Spiritual

Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang
Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan
kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan
kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78).

11) Data Penunjang

a) Farmakoterafi

Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat

b) Prosedur Diagnostik Medik

c) Pemeriksaan Laboratorium
pengkajian data keperawatan

a) Aktivitas / Istirahat

Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

b) Sirkulasi

Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak
kemerahan

c) Integritas Ego

Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,


keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama
sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

d) Makanan dan cairan

Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur,
daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah,
anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan

e) Neurosensoris

Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi,
trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap
cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi
tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus,
penurunan refleks tendon dalam, papiledema.

f) Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g) Keamanan

Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit

i) Penyuluhan/ Pembelajaran

Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain
termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul :

1. Risiko infeksi dengan factor resiko : prosedur invasive


2. Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis
3. Nyeri akut b/d agen injuri biologi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah

no Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi keperawatan


keperawatan
1 Risiko infeksi NOC: Intervensi NIC:
dengan factor Pengetahuan 1.Pemberian vaksinasi:
risiko : prosedur pengendalian infeksi: pemberian imunisasi
invasif tingkat pemahaman untuk mencegah
mengenai pencegahan penyakit menular
dan pengendalian 2.Pengendalian infeksi
infeksi : meminimalkan
Pengendalian risiko: penularan agen
tindakan untuk infeksius
menghilangkan atau 3. Perlindungan
mengurangi ancaman terhadap infeksi
kesehatan actual,
pribadi serta dapat Aktivitas keperawatan:
dimodifikasi · Pantau tanda/ gejala
infeksi : suhu tubuh,
Tercapai setelah denyut jantung,suhu
menjalani perawatan kulit, lesi kulit,
selama 3 hari keletihan,
malaise,sekresi,
Criteria hasil: penampilan urine,
· faktor risiko akan penampilan luka
hilang dengan · Kaji factor yang
dibuktikan oleh meningkatkan serangan
keadekuatan status infeksi
imun klien · Pantau hasil
· memantau factor laboratorium: albumin,
risiko lingkungan dan protein serum,dll
perilaku seseorang · Amati penampilan
· menghindari praktik hygine pribadi
pajanan terhadap untuk perlindungan
ancaman kesehatan infeksi
· Menguah gaya · Jelaskan kepada
hidup untuk klien/keuarga mengapa
mengurangi risiko sakit/pengobatan
meningkatkan
risikoterhadap infeksi
· Ajarkan kepada
klien untuk tehnik
mencuci tangan yang
benar
· Lindungi klien
terhadap kontaminasi
silang
2 Mual b/d NOC: Intervensi NIC:
stimulasi Tingkat 1.penatalaksanaan
mekanisme kenyamanan:perasaan cairan : peningkatan
neurofarmakologi lega secara fisik dan keseimbangan cairan
psikologis dan pencegahan
Keseimbangan cairan: komplikasi
keseimbangan cairan 2.pemantauan cairan :
dalam ruang pengumpulan dan
intraseular dan analisis data klien
ekstraselular tubuh untuk mengatur
Status nutrisi: asupan keseimbangan cairan
makanan dan cairan: 3.pemantauan nutrisi
jumlah makanan dan
cairan yang masuk Aktivitas keperawatan:
kedalam tubuh dalam· pantau gejala
24 jam subyektif mual pada
klien
Tercapai setelah · pantau adanya
menjalani perawatan peningkatan berat
selama 3 hari badan
· pantau tingkat
Criteria hasil: energy,
· Berat badan stabil malaise,keletihan,
· Tidak tedapat mata kelelahan.
cekung · Pantau turgor kulit
· Hidrasi kulit tidak · Ajarkan klien tehnik
terganggu napas dalam untuk
· keseimbangan menekan reflex muntah
asupan dan haluaran · Ajarkan klien untuk
dalam 24 jam makan dengan perlahan
· klien melaporkan tapi sering
tidak mual · Kolaboratif : obat
· menunjukkan antimetik sesuai
keseimbangan cairan dengan anjuran
dengan indicator 1-5 · Naikkan bagian
:ekstrem, berat, kepala tempat tidur
sedang, ringan, tidak pada posisi lateral
bermasalah untuk mencegah
aspirasi
· Pantau status nutrisi
3. Nyeri akut b/d NOC: Intervensi NIC:
agen injuri Tingkat kenyamanan: 1.pemberian analgesic
biologi perasaan senang 2.penatalaksanaan
secara fisik dan nyeri
psikologi 3.sedasi sadar :
Nyeri: efek merusak: pemberian sedative,
efek merusak dari memantau respon klien
nyeri terhadap emosi dan pemberian
kliendan perilaku dukungan fisiologis
yang diamati yang dibutuhkan
Perilaku selama prosedur
mengendalikan nyeri: terapautik
tindakan seseorang
untuk mengendalikan Aktivitas keperawatan :
nyeri · Meminta klien untuk
Tingkat nyeri: jumlah menilai nyeri dengan
nyeri yang dilaporkan menggunakan skala 0-
dan di tunjukkan 10 ( 0-tidak ada
nyeri/ketidaknyamanan
Tercapai setelah , 10= nyeri sangat)
menjalani perawatan · Lakukan pengkajian
selama 3 hari: nyeri yang
komperehensif meliputi
Criteria hasil: lokasi, karakteristik,dll
· Menunjukkan · Bantu klien untk
tingkat nyeri dengan mengidentifikasi
indicator 1-5 : tindakan pemenuhan
eksterm, berat,sedang, kebutuhan rasa nyaman
ringan, tidak sama yang telah berhasil
sekali. dilakukan seperti:
· Klien mampu distraksi, relaksasi,
menunjukkan tehnik kompres hangat atau
relaksasi secara dingingunakan
individual yang efektif pendekatan positif
untuk mencapai dengan tujuan untuk
Kenyamanan. mengoptimiskan respon
· Klien mampu klien terhadap
meningkatkan analgesic
konsentrasi · Bantu klien untuk
· Klien dapat tidur lebih berfokus pada
dengan efektif aktivitas daripada
ketidaknyamanan deng
an melakukan
pengalihan melalui
televise, tape, radio,dll
· Observasi
ketidaknyamanan
verbal, khususnya pada
mereka yang tidak
mampu
mengkomunikasikanny
a secara efektif.
· Instruksikan klien
untuk
menginformasikan
kepada perawat jika
pengurang nyeri tidak
dapat dicapai
· Masukkan pada
instruksi saat
pemulangan klien
mengenai pengobatan
khusus yang harus
dikonsumsi, frekuensi
pemberian, efek
samping, dll
4 Nutrisi kurang NOC: Intervensi NIC:
dari kebutuhan Status gizi: tingkat zat 1.Pengelolaan
tubuh b/d gizi yang tersedia gangguan makan
hilangnya nafsu untuk memenuhi 2.Pengelolaan nutrisi
makan, mual dan kebutuhan metabolic 3.Bantu menaikkan BB
muntah Status gizi: asupan
makanan dan cairan: Aktivitas keperawatan:
jumlah makanan dan · Timbang BB klien
cairan yang di pada interval yang
konsumsi tubuh sesuai
selama waktu 24 jam · Tentukan BB idea
Status gizi: nilai gizi: klien
keadekuatan zat gizi · Berikan informasi
yang dikonsumsi menyangkut sumber-
tubuh sumber yang tersedia .
seperti: konseling
Tercapai setelah diet,program latihan.
menjalani perawatan · Diskusikan dengan
selama 3 hari klien tentang kondisi
medis yang
Criteria hasil: mempengaruhi BB
· Klien akan · Diskusikan tentang
mempertahankan berat risiko yang berkaitan
badan ideal dengan kelebihan atau
· Klien menyatakan kekurangan BB
toleransi terhadap diet· Bantu klien dalam
ang dianjurkan mengembangkan
· Mempertahankan rencana makan yang
massa tubuh dan berat seimbang dan konsisten
badan dalam batas dengan tingkat
normal penggunaan energi
· Melaporkan
keadekuatan tingkat
energy

LP vertigo
1.1 DEFINISI
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan
mual dan kehilangan keseimbangan. (www. medicastore.com)
Vertigo adalah pusing tujuh keliling, perasaan seolah-olah dunia sekeliling mengitari
penderita (vertigo objektif) atau penderita sendiri berasa berputar dalam ruangan
(vertigo subjektif). (Ramali, 2003)
Vertigo adalah sensasi gerakan atau putar yang sering dijelaskan sebagai perasaan
kehilangan keseimbangan, yang kadang disertai mual, rasa lemas dan kebingungan
mental. (Elizabeth, 2000)
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.
Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan
alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari
(http://www.kalbefarma.com).
Vertigo adalah sensasi rotasi yang pasti di mana pasien merasa seolah-olah dia atau
lingkungan berputar. Sensasi sering dimulai secara spontan, yang episodik, dan bila
parah, biasanya disertai dengan mual, muntah, dan jalannya sempoyongan. Gejala-
gejala dari vertigo hampir selalu karena masalah dalam labirin perifer.
(Medscape.com)
1.2 KLASIFIKASI
Menurut Entjep Hadjar, vertigo dibagi menjadi dua yaitu:
1.2.1 Vertigo subyektif
Vertigo yang suyektif, badannya merasa berputar, ada juga vertigo yang merupakan
sensasi visual, dia seakan-akan melihat benda-benda disekelilingnya berputar, sedang
badanya merasa diam
1.2.2 Vertigo objektif
Vertigo objektif adalah gejala yang kita lihat bersamaan dengan terjadinya vertigo,
misalnya jalan yang sempoyongan dan gerakan mata yang disebut nistagmus.
Menurut penyebabnya vertigo dibagi menjadi tiga yaitu:
1.2.1 Vertigo spontan
Dikatakan vertigo spontan, bila vertigo timbul tanpa kita memberikan rangsangan
pada pasien. Terjadi karena rangsangan pada saraf vestibularnya, pengrusakan
misalnya disebabkan oleh infeksi, trauma, degenerasi dll,atau penekanan misalnya
oleh tumor, penekanan cairan endolimf pada penyakit meniere
1.2.2 Vertigo posisi
Dikatakan vertigo posisi bila vertigo ditimbulkan oleh perubahan posisi kepala
(digerakkan atau ditndukkan). Tidak ada keluhan sakit telinga, telinga berair, ataupun
tuli.

1.2.3 Vertigo kalori


Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo
kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan sewaktu uji kalori, dan pasien mengingat-
ingat serangan vertigoyang pernah dideritanya. Bila sama, maka keluhan vertigonya
betul dan juga dapat diketahui kekeuatan serangannya dibandingkan dengan kekuatan
vertigo kalori.

Berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, vertigo dibagi menjadi


dua yaitu:
1.2.1 vertigo periver
Vertigo perifer terjadi jika terdapat ganguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
1.2.3 vertigo sentral
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal dalam otak, khususnya
dibagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi menjadi tiga kelompok :


1.2.1 Vertigo proksimal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau
hari, kemudian menghilang sempurna,tapi suatu ketika serangan tersebut dapat
muncul lagi.

1.2.2 Vertigo kronis


Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
1.2.3 Vertigo yang serangannya mendadak/ akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang

1.3 ETIOLOGI
Peradangan telinga tengah terutama kanalis semisirkularis adalah penyebab tersering
vertigo dan gangguan saraf kranialis juga dapat menyebabkan vertigo (Elisabeth,
2000)
Penyebab umum dari vertigo adalah :
1.3.1 Keadaan lingkungan
Motion sicknees (mabuk darat, mabuk laut)
1.3.2 Obat-obatan
Alcohol
Gentamisin
1.3.3 Kelainan sirkulasi
Trainsient iscemik attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
1.3.4 Kelainan telinga
1.3.4.1 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxymal positional vertigo).
1.3.4.2 Infeksi telinga bagian kanan karena bakteri
1.3.4.3 Herpes zoster
1.3.4.4 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
1.3.4.5 Peradangan saraf vestibuler
1.3.4.6 Penyakit meniere
1.3.5 Kelainan neurologis
1.3.5.1 Sclerosis multipel
1.3.5.2 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada libirin, persarafannya atau
keduanya
1.3.5.3 Tumor otak
1.3.5.4 Tumor yang menekan saraf vestibularis
(www.medicastore.com)

1.4 PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke
pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus-manerus menyampaikan implsnya ke
pusat keseimbangan.
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh diperifer atau sentral dalm kondisi tidak normal/
tidak fisiologis, atau ada rangsang gerak yang aneh atau berlebih, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom, disamping itu respon penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadines, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Menurut Priguna (1999)
Susunan saraf mempunyai bagian-bagian yang mengurus soal
keseimbangan (ekuilibrum) adapun bagian itu adalah:
1.4.1 Susunan vestibular (utrikulus, ampula, dan kanalis semi sirkularis)
1.4.2 Serebelum
1.4.3 Kortek serebri dan batang otak.
Impuls-impuls keseimbangan yang disampaikan kepada sebelum dan inti vestibularis
merupakan informasi yang akan diteruskan kepada pusat pola gerak volunter dan
reflektorik di tingkat kortek serebri. Berdasarkan informasi tersebut gerakan dan
semua sikap tubuh yang mendahuluinya. Dengan demikian stabilitas tubuh dangan
bagian-bagiannya terpelihara.
Adapun 3 gerakan ynag dikendalikan dalam pemeliharaan keseimbangan tersebut
adalah:
1.4.1 Gerakan volunter dari reflektorik dari kepala, leher, badan dan keempat
anggota gerak.
1.4.2 Gerakan volunter dan reflektorik kedua bola mata
1.4.3 Gerakan involunter visceral
Dalam mekanisme pelaksanaan gerakan-gerakan tersebut korteks serebri
merencanakan dan mengatur bangunan-banguanandi batang otak dan medulla spinalis.
Dalam pengendalian viseromotorik, korteks serebri memberikan pesannya kepada inti
vestibularis yang meneruskan keinti vervus glsofaringeus dan vagus. Dari hal tersebut
dapat dimengerti bahwa gangguan pada susunan vestibular mangakibatkan timbulnya
:
1.4.1 Kecenderungan untuuk jatuh penyimpangan gerakan volunteer ke arah lesi.
1.4.2 Mistagmus ritmik.
1.4.3 Mual dan muntah

1.5 PATHWAYS

1.6 MANIFESTASI KLINIS


1.6.1 Tanda dan gejala vertigo :
1.6.1.1 Mual
1.6.1.2 Sering pusing berputar-putar
1.6.1.3 Muntah
1.6.1.4 Diaforesis
1.6.1.5 Tinitus pada telinga yang sakit
1.6.1.6 Rasa penuh pada teling
1.6.1.7 Tuli yang terus bertambah (progresif)
1.6.1.8 Mula-mula tinitus
1.6.1.9 Pendengaran kurang.
1.6.1.10 Kelemahan vasial tahap lanjut
1.6.1.11 Banyak berkeringat.
1.6.2 Gejala-gejala pada vertigo perifer :
1.6.2.1 Pandangan gelap.
1.6.2.2 Rasa leleh dan stamina menurun.
1.6.2.3 Jantung berdabar.
1.6.2.4 Hilang keseimbangan.
1.6.2.5 Tidak mampu berkonsentrasi.
1.6.2.6 Perasaan seperti mabuk.
1.6.2.7 Otot terasa sakit.
1.6.2.8 Mual dan muntah
1.6.2.9 Memoridan daya piker menurun
1.6.2.10 Sensatif pada cahaya terang.
1.6.2.11 Berkeringat.
1.6.3 Gejala-gejala pada vertigo sentral :
1.6.3.1 Penglihatan ganda
1.6.3.2 Sukar menelan
1.6.3.3 Kelumpuhan otot-otot wajah
1.6.3.4 Sakit kepala yang parah
1.6.3.5 Kesadaran terganggu
1.6.3.6 Tidak mampu berkata-kata
1.6.3.7 Hilang koordinasi
1.6.3.8 Mual dan muntah
1.6.3.9 Tubuh terasa lemah
1.7 KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, Suprohaita, Wardhani dan Setiowulan (2000) :
1.7.1 Neuritis
1.7.2 Iskemia batang otak
1.7.3 Tumor

1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.8.1 Pemeriksaan mata untuk melihat nistagmus.
1.8.2 Pemeriksaan audiogram pada penyakit meniere biasanya ditemukan tuli
perseptif.
1.8.3 Foto rontgen untk melihat liang telinga dalam.
1.8.4 Uji kalori untuk melihat fungsi labirin terangsang dan pada mata dapat dilihat
reaksi pergerakan bola mata dalam posisi horizontal (nistagmus).
1.8.5 Pemeriksaan neurologik untuk menyingkirkan dugaan penyakit susunan saraf
pusat.
1.8.6 Tes Nylen-barany membantu membedakan nistagmus posisional jinak dari
penyebab sentral.
1.8.7 Elektroensefalografi mencatat aktifitas otak selama aktifitas saat episode sakit
kepala.

1.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan vertigo yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan
bisa dari medikametosa dan atau tindak. Medikametosa berupa simtomatis, misalnya
obat-obat anti vertigo, obat-obat anti muntah.
Pada fase akut penderita harus dibaringkan dan diberi Avomin 25 mg tiap 6 jam.
Kalau muntah dan vertigo hebat penderita perlu dirawat di RS. Promethazine 1,25 mg
IM tiap 6 jam selama 24 jam akan mengurangi muntah dan vertigo yang hebat.
Pada fase yang tenang penderita dianjurkan untuk :
1.9.1 Mengurangi minum hanya sampai 3 gelas sehari/ banyak minum.
1.9.2 Pantang garam.
1.9.3 Berhenti merokok.
1.9.4 Tidak bekerja keras
Untuk vertigo debris dilakukan tindakan khusus terapi vibrator yaitu memberikan
getaran tertentu kepada kepala didaerah mastoid. Dengan getaran yang diberikan
maka kotoran yang melekat diharapkan akan hancur atau lepas.
Tidakan yang lain adalah fisioterapi,misalnya fraksi leher, atau usaha lain yang dapat
melatih alat vestibuler supaya kebal terhadap rangsang yang terjadi.
Bilamana pendengaran masih baik dianjurkan operasi untuk menghilangkan vertigo
sambil mempertahankan pendengaran.
1.9.1 Miringotomi dan pemasangan grommet, dapat mengurangi terulangnya
vertigo.
1.9.2 Dekompresi sakus endolimfatikus untuk mengurangi tekanan didalam labirin
membranosa dapat menghilangkan vertigo.
1.9.3 Perusakan dengan ultra sonic terhadap labirin untuk mempertahankan kohlea
telah dicoba pula tetapi tindakan ini sudah banyak ditinggalkan oleh ahli THT.

Lankah-langkah berikut dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo :


1.9.1 tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
1.9.2 bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari
tempat tidur.
1.9.3 hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
1.9.4 hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda
dari ketinggian.
1.9.5 Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar
(horizontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.

1.10 ASUHAN KEPERAWATAN


1.10.1 Pengkajian
1.10.1.1 Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca,
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat
saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
1.10.1.2 Sirkulasi
Riwayat hypertensi, Denyutan vaskuler; misal daerah temporal, Pucat, wajah tampak
kemerahan.
1.10.1.3 Integritas Ego
Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu, Perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala, Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
1.10.1.4 Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya (misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain)),
Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), Penurunan berat badan.
1.10.1.5 Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), Riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, Aura (fasialis, olfaktorius, tinitus), Perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, Parastesia, kelemahan progresif/paralysis
satu sisi tempore, Perubahan pada pola bicara/pola pikir, Mudah terangsang, peka
terhadap stimulus, Penurunan refleks tendon dalam, Papiledema.
1.10.1.6 Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala (misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis), Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah
wajah, Fokus menyempit, Fokus pada diri sendiri, Respon emosional / perilaku tak
terarah seperti menangis, gelisah, Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas
vokal.
1.10.1.7 Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, Demam (sakit kepala), Gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
1.10.1.8 Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit.
1.10.1.9 Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, Penggunaan alcohol/obat
lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
1.10.2 Diagnosa Keperawatan
1.10.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan vasospasme.
1.10.2.2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
1.10.2.3 Potensial cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan.
1.10.2.4 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentangan personal.
1.10.2.5 kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal informasi.

1.10.3 Intervensi
1.10.3.1 DX.1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nyeri teratasi/ terkontrol, dengan kriteria hasil :
- Pasien melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi :
- Kaji keluhan nyeri dengan PQRST.
Rasional : nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien.
- Observasi tanda-tanda nyeri nonverbal (ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,
menangis/ meringis, menarik diri, perubahan frekuensi jantung).
Rasional : indicator/ derajat nyeri yang tidak langsung.sakit kepala mingkin bersifat
akut/ kronis jadi menifestasinya fisiologis bisa muncul.
- Anjurkan untuk istirahat dalam ruangan yang tenang.
Rasuonal : menurunkan stimulasi yang berlebih yang dapat mengurangi sakit kepala.
- Berikan kompres dingin pada kepala.
Rasional : meningkatkan kenyamanan dengan menurunkan vasodilatasi.
- Masase daerah kepala/ leher/ lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
Rasional : menghilangkan ketegangan dan meningkatkan relaksasi otot.
- Gunakan tehnik distraksi/ relaksasi untuk mengurangi nyeri.
Rasional : memberikan pesien pengendalian nyeri dan atau mengubah mekanisme
sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri.
- Kolaborasi medis dengan pemberian analgetik sesai indikasi.
Rasional : penanganan sakit kepala secara umum hanya kadang-kadang bermanfaat
pada sakit kepala karena gangguan vaskuler.
1.10.3.2 DX. 2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan volume cairan adekuat dengan criteria hasil :
- Mempertahankan volume caran adaket
- Turgor kulit baik
- Mukosa lembab dan TTV stabil
Intervensi :
- Monitor tanda- tanda vital
Rasional : hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap/ efek
kehilangan cairan.
- Pantau masukan dan haluaran urine.
Rasional : indicator langsung dan memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
- Hindari dari lingkungan yang berbau.
Rasional : menurunkan rangsang pada pusat muntah.
- Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional : mempertahankan dan memperbaiki kehilangan cairan.
- Kolaborasi medis pemberian obat antemetik sesuai indikasi (trimetobentamida,
maroksin, proklampisin).
Rasional : mengontrol mual/ muntah.
1.10.3.3 DX.3
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien tidak mengalami cidera. Dengan kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami cidera
- Mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang kemungkinan trauma.
Intervensi :
- Anjurkan pasien berjalan secara perlahan-lahan.
Rasional : meningkatkan koordinasi motorik.
- Hindari cahaya untuk mencegah jatuh
Rasional : cahaya yang menyilaukan merangsan terjadinya pusing.
- Bantu jalan untuk menghindari jatuh.
Rasional : mengurangi resiko injury.
- Bantu pasien istirahat ditempat tidur, bantu ADL pasien sesuai kebutuhan dan
pasang pengaman tempat tidur.
Rasional : mengurangi resiko injury dan menghemat energi.

1.10.3.4 DX. 4
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien dapat menggunakan mekanisme koping dirinya dengan baik.
Dengan kriteria hasil :
- Mengidentifikasi perilaku koping yang tak efektif dan akibatnya.
- Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki.
- Mengkaji situasi saat ini dengan akurat
- Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/ situasi yang tepat
Intervensi :
- Kaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum.
Rasional : sakit kepala dapat mengurangi kemampuan koping.
- Diskusikan metode koping seperti pemakaian alcohol, merokok, pola makan,
strategi relaksasi mental/ fisik.
Rasional : tingkah laku maladaptif mungkin digunakan untuk mengatasi nyeri yang
menetap atau mungkin berperan dalam mengatasi nyeri.
- Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian.
Rasional : menemukan kebutuhan psikologis yang meningkatkan harga diri dan
kesempatan belajar dengan cara baru.
- Sarankan pasien mengekspresikan perasaan dan diskusikan bagaimana sakit kepala
itu mengganggu kesenangan.
Rasional : pasien mampu mengenali perasaan yang berhubungan dengan nyeri yang
terjadi.

1.10.3.5 DX. 5
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan tingkat pengetahuan pasien bertambah. Dengan kriteria hasil :
- Mengungkapkan pemahaman dan pengobatan
- Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala kondisi
Intervensi :
- Bantu pasien mengidentifikasi kemungkinan faktor predisposisi (stress, emosi,
suhu berlebih, alergi, lingkungan).
Rasional : menghindari/ membatasi faktor yang seringkali mencegah/ kambuhnya
serangan.
- Diskusikan obat dan efek sampingnya, nilai kebutuhan menurunkan dan
menghentikan pengobatan sesuai indikasi.
Rasional : pasien mungkin sangat ketergantungan obat dan tidak mengenali bentuk
terapi lain.
- Jelaskan pentingnya mengenai posisi tubuh yang normal.
Rasional : menirunkan tegangan pada otot daerah leher dan lengan dapat
menghilangkan ketegangan tubuh yang berarti.
- Anjurkan menggunakan otak dengan benar, mencintai, tertawa, tersenyum.
Rasional : pengeluaran penghilang nyeri alami (endorfin) membantu penurunan nyeri.
- Berikan informasi tertulis/ catat petunjuk
Rasional : sumber pasien untuk merujuk pada saat kapan pasien merasa ragu-ragu
mengenai latihan tertentu, diet, efek/ interaksi obat.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., Moorhous, M. F., Gelislerr, A.C. (1999). Rencana asuhan


keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Elizabeth, j. Cetwin. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=25&idktg=4&UID=20060911
120 923202.149.88.2.
Lumbatobing. (2000). Neurologis klinis pemeriksaan fisik. Jakarta : FKUI.
Mansjoer,A.,Suprahaita., Wardhani, W. Ika., Setiowulan,W. (2000). Kapita selekta
kedokteran. Edisi 3. jilid 2. Jakarta :Media Aesculapius.
Ramali, A., Pamoentjak. (2003). Kamus kedokteran. Edisi revisi. Cetakan 25. Jakarta
:Djambatan.
Reeves, C. J., Roux, G., Lockhart, Robin. (2001). Keperawatan medical bedah. Edisi
pertama. Jakarta : Salemba Medika.
Soepardi, E.A., Hadjat, F.,Iskandar, N. (2000). Penatalaksanaan penyakit dan kelainan
telinga hidung tenggorok. Edisi kedua. Jakarta : FKUI.
http://www.medscape.com
http://www.wikipedia.com
Diposting oleh Ngainun nangim di 14.40

DEFINISI VERTIGO

Vertigo adalah suatu keadaan pusing kepala yang dirasakan luar biasa. Seseorang
yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar. Vertigo ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah
siput di daerah telinga.

Perasaan pusing tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah,
bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah
keseimbangan.

Keseimbangan tubuh manusia dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo
biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan
penglihatan.

KLASIFIKASI VERTIGO

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular


yang mengalami kerusakan, yaitu sebagai berikut.

Vertigo Periferal

Vertigo periferal pada umumnya terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang
disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan tubuh.

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain


penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang
sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).
Vertigo Sentral

Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya
di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil). Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan..

PENYEBAB VERTIGO

Penyebab umum dari vertigo adalah sebagai berikut:


Keadaan lingkungan
 Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
 Obat-obatan
 Alkohol
 Gentamisin

Kelainan sirkulasi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri
basiler

Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zoster
 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
 Peradangan saraf vestibuler
 Penyakit Meniere

Kelainan neurologis
 Sklerosis multipel
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
 Tumor otak
 Tumor yang menekan saraf vestibularis.

PATHWAY VERTIGO

TANDA DAN GEJALA


Vertigo peripheral
 Pandangan gelap
 Rasa lelah dan stamina menurun
 Jantung berdebar wajah
 Hilang keseimbangan
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Perasaan seperti mabuk
 Otot terasa sakit
 Mual dan muntah-muntah
 Memori dan daya pikir menurun
 Sensitif pada cahaya terang dan Suara
 Berkeringat

Vertigo Sentral
 Penglihatan ganda
 Sukar menelan
 Kelumpuhan otot-otot
 Sakit kepala yang parah
 Kesadaran terganggu
 Tidak mampu berkata-kata
 Hilangnya koordinasi
 Mual dan muntah-muntah
 Tubuh terasa lemah

PEEMERIKSAAN PENUNJANG VERTIGO

Tes Romberg yang dipertajam

Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih

Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)

Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.


Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat

Salah Tunjuk(post-pointing)

Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)


kemudian kembali kesemula
Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike

Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus

Tes Kalori: dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita

Elektronistagmografi: Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus


yang timbul

Posturografi: Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,


vestibular dansomatosensorik.

PENATALAKSANAAN VERTIGO

Vertigo posisional Benigna (VPB)

Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian


besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia
merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya.
Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang
kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali
sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.

Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
munculeksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan
rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.

Neurotis Vestibular

Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang
jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.

Penyakit Meniere

Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:

Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya :


tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan
bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat
penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.

Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan
diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin
pula menberikan efek tambahan yang baik.

Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh
obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau
kemungkinan kehilangan pekerjaannya.

Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)

Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi.
MisalnyaDramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan
latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri
meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.

Sindrom Vertigo Fisiologis

Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.

Stroke (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)


TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam

RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna terjadi


lebih dari 24 jam.

Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan yang
efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.

Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:


 Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
 Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi, gerak
miring)
 Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup
 Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup
 Berjalan “tandem”
 Jalan menaiki dan menuruni lereng
 Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
 Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga
menfiksasi pada objek yang
Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati.

Tujuannya adalah untuk:


 Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau
disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban
laun
 Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
 Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

ASKEP VERTIGO APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan Vertigo Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat
dari literature-literatur.

Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan yang sering dirasakan pasien vertigo adalah kepala pusing dan berputar-
putar.

Riwayat penyakit masa lalu


Riwayat penyakit masa lalu seperti infeksi telinga, labirintitis, tomur otak, hipertensi
dan lain-lain.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP VERTIGO MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

NUTRISI
DS:
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah.

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Aktivitas
DS:
Klien vertigo biasanya mengalami keterbatasan aktivitas karena pusing kepala

DO:
Tampak selalu berbaring karena kepala pusing.

KENYAMANAN
DS:
Pada pasien vertigo biasanya akan mengalami pusing kepala hingga berputar-putar.

DO:
Klien tampak kesakitan, meringis, dan menghindari nyeri

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK


MENUNJANG DIAGNOSA VERTIGO
Tes Romberg yang dipertajam

Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih

Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)

Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.


Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat

Salah Tunjuk(post-pointing)

Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)


kemudian kembali kesemula

Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike

Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus

Tes Kalori: dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita

Elektronistagmografi: Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus


yang timbul

Posturografi: Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,


vestibular dansomatosensorik.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


VERTIGO
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
Mual berhubungan dengan nyeri kepala
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kognitis
Risiko jatuh
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai


kenyamanan
mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor
tersebut
melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
 Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
 Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Manajemen nyeri:
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
 Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif
 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

Perawatan dirumah
 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan
dalam pemberian obat

Untuk lansia
 Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek
analgesic opiate, dengan efek puncak yang lebih tinggi dan durasi peredaan nyeri
yang lebih lama
 Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obat dan obat penyakit pada lansia,
karena lansia sering mengalami penyakit multiple dan mengonsumsi banyak obat
 Kenali bahwa nyeri bukan bagian dari proses norma penuaan
 Pertimbangkan untuk menurunkan dosis opioid dari dosis biasanya untuk
lansia, karena lansia lebih sensitive terhadap opioid
 Hindari penggunaan meperidin (demerol) dan propoksifen (darvon) atau obat
lain yang dimetabolisme diginjal
 Hindari penggunaan obat dengan waktu paruh yang panjang karena yang
meningkatkan kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat
 Ketika mendiskusikan nyeri, pastikan pasien dapat mendengar suara saudara
dan dapat melihat tulisan yang ada diskala nyeri
 Ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi, ulangi informasi sesering
mungkin, tinggalkan informasi tertulis untuk pasien
 Kaji interaksi obat termasuk obat bebas

Mual berhubungan dengan nyeri kepala

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


 Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat
kenyamanan, Hidrasi, Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek
gangguan, Keparahan mual dan muntah, Status nutrisi yang adekuat
 Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan

Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah
Nadi cepat dan lemah

Melaporkan terbebas dari mual


Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
 Pantau gejala subjektif mual pada pasien
 Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
 Kaji penyebab mual

Pemantauan nutrisi (NIC):


 Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan
 Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
 Pantau turgorkulit jika diperlukan
 Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
 Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
 Pantau asupan kalori dan makanan

Manajemen cairan (NIC):


 Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin
 Pantau TTV jika perlu
 Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap
hari, jika perlu
 Pantau status hidrasi, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


 Jelaskan penyebab mual
 Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua
akan terjadi
 Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk
menekan reflek muntah
 Ajarkan untuk makan secara perlahan
 Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama
makan

Aktivitas kolaboratif
 Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
 Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang
adekuat dan tidak menyebabkan mua pada pasien
 Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

Aktivitas lain
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
 Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
 Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
 Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
 Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
 Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
 Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
 Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu

Perawatan dirumah
 Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang
disiapkan dirumah
 Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kognitis

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan


oleh indicator sebagai berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan sendi dan otot
berjalan
Bergerak dengan mudah

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian merupakan proses yang kontinu untuk menentukan tingkat performa


hambatan mobilitas pasien.

Aktivitas keperawatan tingkat 1


 Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan
kebutuhan terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama
 Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
 Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
 Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
 Berikan penguatan positif selama aktivitas
 Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki antiselip yang mendukung untuk
berjalan

Pengaturan posisi (NIC):


 Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang
benar pada saat melakukan aktiivtas
 Pantau ketepatan pemasangan traksi

Aktivitas keperawatan tingkat 2


 Kaji kebutuhan belajar pasien
 Kaji terhadap kehutuhan bantuan layanan kesehatan dari lembaga kesehatan
dirumah dan alat kesehatan yang tahan lama
 Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
 Instruksikan dan dukung pasien untuk menggunakan trapeze atau pemberat
untuk meningkatkan serta mempertahankan kekuatan ekstremitas atas
 Ajarkan tehnik ambulasi dan berpindah yang aman
 Instruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
 Instruksikan pasien untuk mempertahankan kesejajaran tubuh yang benar
 Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
 Berikan penguatan positif selama aktivitas
 Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika perlu
 Gunakan sabuk penyokong saat memberikan bantuan ambulasi atau
perpindahan

Aktivitas keperawatan tingkat 3 dan 4


 Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau megambalikan
mobilitas sendi dan otot
 Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
 Dukung pasien dan keluarga untuk memandang keterbatasan dengan realitas
 Berikan penguatan positif selama aktivitas
 Berikan analgesic sebelum memulai latihan fisik

Penguatan posisi (NIC):


 Pantau pemasangan alat traksi yang benar
 Letakkan matras atau tempat tidur terapeutik dengan benar
 Atur posisi pasien dengan kesejajaran tubuh yang benar
 Letakkan pasien pada posisi terapeutik
 Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap 2 jam, berdasarkan jadwal
spesefik
 Letakkan tombol pengubah posisi tempat tidur dan lampu pemanggil dalam
jangkauan pasien
 Dukung latihan ROM aktif datau pasif jika perlu

Perawatan dirumah
 Kaji lingkungan rumah terhadap kendala dalam mobilitas
 Rujuk untuk mendapat layanan kesehatan dirumah
 Rujuk ke layanan fisioterapi untuk memperoleh latihan kekuatan,
keseimbangan dan cara berjalan
 Rujuk kelayanan ke terapi okupasi untuk alat bantu
 Anjurkan untuk berlatih bersama anggota keluarga atau teman
 Ajarkan cara bangun dari tempat tidur secara perlahan

Itulah konsep Askep Vertigo Aplikasi Nanda NIC NOC. Mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi anda.

Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.

Anda mungkin juga menyukai