Prepared by:
Himsar AMBARITA
Bab II
Topik yang dibahas pada bab ini adalah siklus tenaga uap, selanjutnya akan disingkat STU. Selama siklus terjadi
perubahan fasa pada fluida kerjanya, mulai dari cair, uap, dan kembali cair. Siklus ini sering juga disebut dengan siklus
Rankine. Saat ini, STU sangat banyak dijumpai, sekitar 90% dari listrik yang dihasilkan di dunia ini, dibangkitkan dengan
STU. Sebagai seorang engineer adalah wajib hukumnya untuk menguasai analysis Termodinamika STU. Pada bagian awal
akan dijelaskan secara ringkas tentang STU, kemudian pembahasan akan dilanjutkan dengan analysis termodinamika pada
STU sederhana. Parameter utama sebuah siklus tenaga adalah efisiensi thermal. Pada bagian berikutnya akan dilanjutkan
pembahasan modifikasi yang umum dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sebuah STU. Pada bagian akhir akan dibahas
siklus rankine organik, yang penggunaannya semakin populer karena dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga dengan
memanfaatkan panas pada temperatur yang relatif rendah. Tujuan utama bab ini adalah memberikan gambaran dan
pengetahuan cara kerja STU dan bagaimana meningkatkan efisiensi sebuah STU.
yang akan disebut sebagai energi dalam bentuk kerja atau b. Proses 2-3 : Pemanasan fluida kerja secara isobarik
energi mekanik. Setelah melewati turbin, tekanan dan pada boiler
temperatur uap akan turun. Kemudian uap ini akan c. Proses 3-4 : Ekspansi isentropik pada Turbin
dikondensasikan di dalam kondensor. Proses ini aken d. Proses 4-1 : Perpindahan panas dari fluida ke
melepaskan sebagian energi dalam bentuk panas ke luar lingkungan secara isobarik.
dari siklus. Setelah melalui kondensor, uap akan berubah Dengan menggunakan proses ideal ini, maka analysis
menjadi air dan kembali masuk ke dalam pompa, dan hukum kekekalan energi pada masing-masing komponen
siklus akan berulang. Dari penjelasan ini dapat dilihat dapat dijabarkan.
bahwa fluida kerja mengalami perubahan fasa dari cair ke
uap dan kembali cair. Pompa
Pompa adalah termasuk mesin fluida dimana energi
Q& in (dalam bentuk kerja) digunakan untuk menaikkan tekanan
fluida kerja dari tekanan kondensor ( p1 ) ke tekanan boiler
( p2 ). Jika kehilangan panas ke lingkungan diabaikan, pada
kondisi steady, kerja pompa dapat dituliskan dengan
persamaan berikut:
W&net W& p = m& ( h2 − h1 ) (1)
W& p ηt
ηp Dimana m& [kg/s] adalah laju aliran fluida kerja dan
h [kJ/kg] adalah entalpi dari fluida kerja pada masing-
masing kondisi yang diberikan.
Pada proses ideal (isentropik), kerja pompa ini dapat
dinyatakan dengan persamaan:
Q& out W& ps ≈ m& × v1 ( p2 − p1 ) (2)
Gambar 2 Komponen STU sederhana Proses kompresi pada pompa ini sebenarnya tidak secara
isentropis, tetapi ada penyimpangan yang dinyatakan
dengan efisiensi isentropis pompa dan dirumuskan:
W& ps
ns
ta
n W& p = (3)
pi
ko η sp
tr o
En Proses penyimpangan dari garis isentropik pada pompa
dapat dilihat pada Gambar 4.
Boiler
Fungsi boiler pada STU adalah mengubah fluida cair
dari pompa (biasa disebut air umpan/feedwater) menjadi
uap. Secara ideal proses ini terjadi secara isobarik, dan
dapat dibagi atas 3 jenis. Pertama pemanasan, yaitu
menaikkan temperatur air umpan (saat ini belum terjadi
perubahan fasa), kedua proses pendidihan (evaporasi),
dimana temperaturnya konstan, dan proses ketiga
pemanasan lanjut, yaitu menaikkan temperatur uap yang
terbentuk. Pada Gambar 3 hanya dua proses yang
ditunjukan, yaitu proses pemanasan dan proses pendidihan.
Karepa pada kondisi akhir di titik 3 kondisi yang terjadi
tepat uap saturasi atau tidak dilanjutkan pada kondisi
pemanasan lanjut. Pada STU, umumnya prosesnya sampai
ke panas lanjut. Jika kehilangan panas ke lingkungan
diabaikan, maka laju perpindahan panas ke fluida kerja
dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:
Gambar 3 Diagram P-h dan T-s STU
Q& i = m& (h3 − h2 ) (4)
Proses termodinamika yang dialami fluida pada STU
dapat digambarkan dengan menggunakan diagram T-s dan Turbin
diagram P-h. Fluida yang umum digunakna pada STU Fluida yang keluar dari boiler dalam fasa uap,
adalah air, maka pada gambar berikut digram yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi (entalpinya juga
ditampilkan adalah untuk air. tinggi), digunakan memutar sudu-sudu turbin. Pada sisi
Secara ideal proses ini dapat dibagi atas, 4 proses, keluar, tekanan dan temperatur uap akan turun (demikian
yaitu: juga entalpinya). Perbedaan entalpi sisi masuk dan sisi
a. Proses 1-2 : Proses kompresi isentropik oleh pompa keluar turbin inilah yang berubah menjadi kerja sekaligus
merupakan keluaran turbin. Jika kehilangan panas ke mengkondensasikan uap keluar turbin menjadi cair. Untuk
lingkungan dan perubahan energi kinetik dan potensial melakukan tugas ini, kondensor akan memerlukan media
fluida diabaikan, maka kerja yang dihasilkan turbin dapat pendingin. Besarnya panas yang harus dibuang kondensor
dirumuskan dengan persamaan: untuk mengkondensasikan uap ini dapat dihitung dengan
W&t = m& (h3 − h4 ) (5) persamaan:
Pada kondisi ideal proses ini terjadi secara isentropik, Qo = m& (h4 − h1 ) (9)
tetapi pada kondisi aktual terjadi penyimpangan. Proses
isentropik dan aktual pada turbin ini dapat dilihat pada Parameter Performansi STU
Gambar 4. Pada gambar dapat dilihat akibat proses tidak Sebuah STU dapat diasumsikan sebagai sebuah
isentropik, kondidi uap keluar tubin tidak pada titik 4s, volume atur. Jika asumsi-asumsi berikut: kondisi steady,
tetapi akan bergeser ke sebelah kanan ke titik 4. Dengan tidak ada penambahan atau pengurangan energi di dalam
kata lain entropi akan bertambah dari s4s ke s4. Hal yang volume atur, kehilangan panas ke lingkungan diabaiakan
sama juga terjadi pada pompa. Jika pada proses isentropik, (kecuali ada kondensor), maka hukum kekekalan energi
kondisi fluida keluar pompa adalah 2s, tetapi karena akan memberikan persamaan berikut:
prosesnya tidak isentropik, kondisi fluida keluar pompa Q& in + W& p = W& t + Q& out (10)
adalah titik 2. Persamaan ini mempunyai 4 komponen energi yang dapat
digolongkan atas 2 bagian, yaitu energi bertentuk panas
( Q& in dan Q& out ) dan energi berbentuk kerja W& p dan W& t .
Biaya yang harus dibayar dalam mengoperasikan sebuah
STU adalah Qin dan kerja pompa W& p . Kemudian energi
yang dipanen dari STU adalah kerja turbin, sementara
panas dari kondensor adalah terbuang ke lingkungan.
Parameter-parameter yang dapat digunakan untuk
menyatakan performasi dari sebuah STU antara lain
adalah:
Kerja netto turbin
Adalah kerja bersih yang dihasilkan dari sebuah STU:
W& net = W& t − W& p (11)
Efisiensi thermal
Efisiensi ini didefenisikan sebagai perbandingan kerja
Gambar 4 Proses aktual pada turbin dan pompa netto yang dihasilkan STU dengan energi panas yang
masuk sistem.
Pada proses isentropik, kerja yang dilakukan turbin W& net
dapat dihitung dengan persamaan: ηth = (12)
Qin
W& ts = m& (h3 − h4 s ) (6) Efisiensi berbeda dengan efisiensi isentropik pada turbin
Kerja turbin secara isentropik (biasa disebut kerja ideal) dan pada pompa. Efisiensi thermal adalah efisiensi siklus
akan lebih besar dari kerja aktual. Perbandingan kerja secara keseluruhan, sementara efisiensi isentropis pada
aktual dan kerja ideal ini disebut efisiensi isentropik turbin. turbin dan pada pompa adalah menyatakan penyimpangan
W& masing-masing komponen tersebut dari kondisi idealnya.
η st = & t (7) Back work ratio (bwr)
Wts
Kerja pompa yang digunakan mengalirkan fluida
Persamaan (5), (6), dan (7) dapat digabungkan untuk dibandingkan dengan kerja yang dihasilkan turbin.
mendapatkan nilai entalpi aktual uap keluar dari turbin
W& p
( h4 ). bwr = (13)
(h3 − h4 ) Wt
ηt = (8)
(h3 − h4 s ) Metode Analysis STU
Analysis suatu STU tidak begitu sulit, langkah awal
Kondensor yang sangat menentukan adalah proses penentuan entalpi
Uap keluar turbin bisa saja langsung dibuang ke dan entropi pada masing-masing titik. Yaitu titik 1 sampai
lingkungan, dengan catatan tersedia banyak air untuk dengan titik 4 pada diagram P-h. Ada beberapa metode
diumpankan lagi oleh pompa ke boiler. Tetapi hal ini akan yang dapat digunakan untuk menentukan entalpi di tiap
membutuhkan air dalam jumlah yang sangat besar. Oleh titik sebuah STU. Urutan metode yang umum digunakan
karena itu, uap yang keluar dari turbin dapat digunakan adalah: (1) menggunakan Tabel, (2) menggunakan diagram
kembali dengan catatan harus dicairkan dulu agar dapat P-h, dan (3) menggunakan Perangkat lunak. Salah satu dari
dipompakan. Karena uap tidak dapat dipompakan. Tugas metode itu atau gabungannya dapat digunakan. Metode
mencairkan uap keluar turbin ini adalah tanggung jawab mencari sifat-sifat ini telah direview pada bab sebelumnya.
kondensor. Maka fungsi kondensor adalah sesuai namanya
Diskusi: (a) m& = 198,28 kg/s, (b) W&t = 159,95 MW, (c)
Pada pembahasan ini terlihat beberapa fakta berikut,
&
W p = 2,22 MW, (d) Qout = 342,27 MW, (e)
pertama bahwa sebagian besar energi bahan bakar yang
dimasukkan ke STU melalui boiler hanya sebagian yang W& net = 157,73 MW, (f) ηth = 31,6 %, (g) bwr = 1,39%, (h)
dapat dimanfaatkan menjadi kerja pada turbin (sebesar
37,2%), sementara bagian terbesar malah terbuang pada T3 = 170,4 0C dan T4 = 41,51 0C.
kondensor (sebesar 62,7%). Kemudian, kerja yang
digunakan untuk menggerakkan pompa juga hanya Diskusi:
merupakan bagian kecil, jika dibandingkan dengan kerja Dari perbandingan jawaban kedua contoh soal ini dapat
yang dihasilkan turbin. Analysis ini masih memperlakukan dilihat bahwa, efisiensi isntropik berpengaruh besar
asumsi bahwa pompa dan turbin bekerja secara isentropik. terhadap perfomansi STU. Kerja keluaran turbin akan
Efisiensi thermal akan berkurang, bagaimana pengaruhnya berkurang, kerja pompa akan bertambah, dan panas yang
akan dibahas pada contoh soal berikut. dibuang kondensor akan bertambah dan akhirnya efisiensi
thermal akan berkurang.
Untuk menghindari kedua efek merugikan ini, perlu lanjut pada garis isobarik sampai ke titik 3. Temperatur
dilakukan modifikasi. Pertama, sebelum memasuki turbin, fluida di sini akan berada jauh di atas temperatur mendidih
uap saturasi sebaiknya dipanasi lanjut. Proses pemanasan (saturasi). Setelah keluar dari Turbin 1 di titik 4s, jika
lanjut uap saturasi disebut superheat. Kedua, untuk diteruskan sampai kondensor, maka kualitas fluida akan
menjamin kualitas uap keluar turbin, perlu dilakukan jauh dibawah 90%, hal ini tidak diinginkan. Untuk
pemanasan ulang baru dimasukkan ke turbin lagi. Proses menghindari hal ini, maka fluida di panaskan kembali
pemanasan ulang ini disebut reheat. Agar proses reheat (reheat) dengan mengirimnya kembali ke boiler sampai
dapat berlangsung, maka turbin harus dibuat bertingkat. kondisi titik 5. Dari kondisi ini, fluida dimasukkan ke
Komponen utama STU yang dilengkapi reheater Turbin 2. Karena posisi masuknya lebih tinggi, maka
ditampilkan pada Gambar 5. kualitas uap pada titik 6 akan lebih besar dari 90%. Efek
dari superheat dan reheat ini terhadap performansi akan
dibahas pada Contoh 3 berikut.
Penyelesaian:
Gambar 5 STU dengan reheat Diketahui p1 = 0,01MPa, p2 = 10MPa, dan tekanan antara
p4 = 1.MPa. Kondisi masuk turbin 1 superheat 480oC,
Perbedaan utama STU sederhana pada Gambar 3
kondisi masuk turbin 2 superheat 400oC dan keluar
dengan STU dengan reheat yang ditampilkan pada Gambar
kondensor cair saturasi.
5 dengan adalah pada turbin dan boilernya. Turbin pada
gambar ini dibagi atas Turbin tingkat pertama dan Turbin Ditanya: (a) m& , (b) W& t , (c) W& p , (d) Qout , (e) W& net , (f)
kedua. Setelah keluar dari Turbin 1, fluida dikembalikan ke ηth , dan (g) bwr
boiler, dan kemudian dimasukkan ke Turbin 2. Oleh karena Komponen pada Gambar 5 sama dengan yang diinginkan
itu, boiler juga dirancang khusus agar mempunyai fungsi contoh soal ini, tetapi diagram T-s nya sedikit berbeda
tambahan reheat. Proses ideal dari STU dengan superheat seperti pada gambar berikut.
dan reheat ini, ditampilkan pada Gambar 6.
Tititk 1 dan Titik 2s telah dibuat caranya pada contoh bwr = 0,68 %
soal sebelumnya.
W&
h1 = 191,83kJ/kg , h2 s = 201,92 kJ/kg ηth = &net = 40,13 %
Q in
Titik 3: kondisinya adalah superheat pada temperatur
480oC dan temperatur saturasinya 311,1oC (10 MPa). Diskusi: Pada soal ini terlihat bahwa terjadi peningkatan
h3 = 3321,4 kJ/kg dan s3 = 6,5282 kJ/kgK efisiensi yang cukup signifikan, dari yang sebelumnya
37,2% menjadi 40,13%. Pada soal ini, pembahasan masih
Catatan: Nilainya dapat dilihat pada tabel superheat, hanya pada siklus ideal, untuk melihat pengaruh superheat
tetapi kadang harus melakukan interpolasi. dan reheat pada STU aktual akan dibahas pada contoh soal
Tititk 4s: proses isentropik dari titik 3 sampai kondisi berikut.
saturasi pada tekanan 1 MPa.
s f 4 = 2,1387 kJ/kgK, s g 4 = 6,5863 kJ/kgK Contoh 4 STU dengan Superheat dan Reheat
h f 4 = 762,81 kJ/kg, hg 4 = 2778,1 kJ/kg Sebuah STU sederhana ideal menggunakan air sebagai
fluida kerjanya, bekerja pada tekanan kondensor 0,01 MPa
Kualitas uap di titik 4s: (isentropik s4 = s3 )
dan tekanan boiler 10 MPa. Kondisi uap masuk turbin
s3 − s4 g pertama adalah superheat dengan temperatur 480oC,
x= = 0,9869
s4 f − s4 g kemudian keluar pada tekanan 1MPa. Kemudian fluida
keluar turbin pertama dipanaskan kembali (reheat) dan
Dengan menggunakan kualitas ini, maka entalpi dapat masuk turbin 2 pada temperatur 400oC. Keluar dari turbin 2,
dicari: fluida masuk kondensor hingga akhirnya masuk pompa
h4 s = h4 f + x (h4 g − h4 f ) = 2751,774kJ/kg pada keadaan cair saturasi. Untuk menjalankan STU ini
Titik 5: kondisi superheat pada temperatur 400oC dan digunakan batubara sebagai bahan bakar, sesuai hasil
temperatur saturasinya 179,9oC (1 MPa). perhitungan panas yang masuk ke dalam fluida kerja
h5 = 3263,9 kJ/kg dan s5 = 7,4651 kJ/kgK adalah 500 MW. Jika efisiensi isentropi pompa dan turbin
Titik 6: proses isentropik dari titik 5 sampai kondisi masing-masing 90% dan 85%, tentukanlah: (a) laju aliran
saturasi pada tekanan kondensor 0,1 MPa. fluida kerja, (b) Kerja yang dihasilkan turbin, (c) kerja
s f 6 = 0,6493 kJ/kgK, s g 4 = 8,1502 kJ/kgK yang dibutuhkan pompa, (d) panas yang dibuang di
kondensor, (e) kerja netto turbin , (f) Efisiensi thermal
h f 4 = 191,83 kJ/kg, hg 4 = 2584,7 kJ/kg siklus, dan (g) bwr
Kualitas uap di titik 6s: (isentropik s5 = s6 )
Penyelesaian soal ini, hampir sama dengan penyelesaian
s5 − s6 g
x= = 0,908 Contoh soal no 3. Perbedaannya hanya terletak pada
s 6 f − s6 g menentukan entalpi pada titik 2 (pengganti 2s), titik 4
Dengan menggunakan kualitas ini, maka entalpi dapat (pengganti 4s), dan titik 6(pengganti titik 4s). Posisi
dicari: masing-masing titik ini ditampilkan pada gambar berikut.
h6 s = h6 f + x ( h6 g − h6 f ) = 2366,146kJ/kg
• h 4 = h3 − ηts (h3 − h4 s ) = 2837,22 kJ/kg akan dicampur secara langsung dengan fluida panas yang
• h 6 = h5 − ηts (h5 − h6 s ) = 2500,81 kJ/kg diekstrak dari turbin pada kondidi 6. Hasil pencampuran ini
akan diambil oleh pompa kedua untuk dikirim ke boiler.
Analysis pada masing-masing komponen akan memberikan Fakta yang perlu dicatat di sini adalah laju aliran fluida
(a) m& = 141,04 kg/s, yang melalui pompa pertama tidak sama dengan pompa
(b) W&t = 68290 + 107628 = 175918 kW, kedua. Jika rasio fluida yang diekstrak dari turbin disebut
(c) W& p = 1581,54 kW, (d) Qout = 325663,4 kW, r , maka yang masuk dari pompa pertama adalah 1 − r dan
yang masuk pompa kedua adalah 1. Fakta ini akan
(e) W&net = 174336,6 kW, digunakan saat melakukan analysis termodinamika.
(f) ηth = 34,87% , dan (g) bwr=0,89%
Q& out
Gambar 7 Proses yang terjadi pada boiler STU sederhana Diagram T-s dari STU dengan regenerasi sistem
terbuka ditampilkan pada Gambar 9. Pada gambar dapat
Seandainya proses ini dapat diperpendek, maka jumlah dilihat akibat menerapkan teknik regeneratif sistem terbuka,
energi panas yang dimasukkan akan dapat digunakan untuk pada boiler prosesnya tinggal hanya dari titik 4-c-u- sampai
lebih menaikkan temperatur fluida kerja keluar dari boiler. titik 5. Hal ini jauh lebih pendek daripada harus membawa
Memperpendek proses ini, dapat dilakukan dengan fluida kerja dari kondisi titik 2 ke titik 5.
memanaskan fluida dari titik 2 sebelum dimasukkan ke
dalam boiler. Untuk ini diperlukan fluida lain yang lebih
panas tentunya. Fluida untuk memanaskan ini dapat
diambil (diekstrak) dari pertengahan turbin. Proses
mengambil sebagian fluida dari turbin dan digunakan
untuk memanaskan fluida sebelum masuk ke boiler disebut m&
teknik regenerasi. Ada dua kemungkinan, yang dapat
r m&
dilakukan terhadap fluida hasil ekstraksi dari turbin saat
memanaskan air umpan. Pertama, fluida ekstraksi tersebut
dicampur langsung dengan fluida keluar dari kondensor (1 − r ) m&
dan langsung dijadikan air umpan boiler. Kedua, fluida
ekstraksi tersebut hanya digunakan memanaskan air keluar
dari pompa kemudian dikembalikan ke kondensor.
Sebuah STU yang dilengkapi dengan regenerasi Gambar 9 Diagram T-s STU dengan regenerasi terbuka
ditampilkan sistem terbuka ditampilkan pada Gambar 8.
Pada gambar dapat dilihat bahwa pompa pada STU dengan Pada STU ini terjadi sedikit perbedaan analysis
regenerasi ada dua. Setelah fluida keluar dari pompa termodinamika. Perbandingan massa fluida yang mengalir
pertama akan memasuki pemanas air umpan. Disini fluida dari masing-masing komponen tidak lagi sama, hal ini
dikarenakan adanya ekstraksi pada turbin untuk Contoh 5 STU dengan Regeneratif sistem terbuka
dimasukkan kepada pemanas air umpan. Hal pertama yang Sebuah STU sederhana ideal menggunakan air sebagai
harus dicari adalah nilai perbandingan aliran massa fluida kerjanya, bekerja pada tekanan kondensor 0,01 MPa
tersebut, seperti yang ditampilkan pada Gambar 9. dan tekanan boiler 10 MPa. Kondisi uap masuk turbin
Misalkan laju aliran massa yang melalui boiler dan pertama adalah superheat dengan temperatur 480oC. Pada
yang masuk ke turbin 1 adalah, m& dan bagian yang tekanan 1MPa sebagian uap diekstrak untuk melakukan
diekstrak adalah r yang masuk ke turbin 2 adalah sisanya. pemanasan air umpan sistem terbuka dan sebagian lagi
Hukum kekekalan energi pada pemanas ini menjadi: diteruskan ke turbin kedua. Pada masing-masing sisi masuk
m& h3 = rm& h6 + (1 − r )m& h2 (14) pompa fluidanya adalah cair saturasi. Untuk menjalankan
STU ini digunakan batubara sebagai bahan bakar, sesuai
Dengan menyelesaiakan persamaan ini, maka nilai r dapat
hasil perhitungan panas yang masuk ke dalam fluida kerja
dihitung dengan persamaan:
adalah 500 MW. Jika efisiensi isentropi pompa dan turbin
h3 − h2 masing-masing 90% dan 85%, tentukanlah: (a) laju aliran
r= (15)
h6 − h2 fluida kerja, (b) Kerja yang dihasilkan turbin, (c) kerja
Nilai r ini adalah persentase dari fluida kerja yang yang dibutuhkan pompa, (d) panas yang dibuang di
diekstrak dari turbin. Maka nilainya akan bervariasi mulai kondensor, (e) kerja netto turbin , (f) Efisiensi thermal
dari 0 sampai dengan 1. Setelah nilai ini diperoleh, maka siklus, dan (g) bwr
analysis pada masing-masing komponen dapat dilakukan.
Penyelesaian:
Diagram soal ini, sama dengan yang ditampilkan pada
m& Gambar 8. Langkah berikutnya yang harus dilakukan
r m& adalah menentukan nilai entalpi pada masing-masing titik.
Nilai entalpi yang dapat langsung diperoleh dari tabel
adalah: titik 1, titik 3, dan titik 5. Selain dari titik-titik ini
(1 − r ) m& harus dicari dengan menggunakan prinsip-prinsip yang
sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Mengacu pada
diagram T-s pada Gambar 8, diketahui p1 = 0,01 MPa,
Gambar 10 Hukum kekekalan massa dan energi pada
pemanas air umpan sistem berbuka p2 = 1 MPa, p4 = 10MPa.
Berikut entalpi pada masing-masing titik.
Boiler: • Titik 1: h1 = 191,83kJ/kg, s1 = s f = 0,6493kJ/kgK,
Q& in = m& ( h5 − h4 ) (16) s1g = 8,1502kJ/kgK, dan v1 = 1,0102 × 10 −3 m3/kg.
Turbin:
Karena ada dua, maka kerja yang dihasilkan masing- • Titik 2: Pemompaan isentropis ke tekanan p2 = 1 MPa
masing turbin dapat dihitung dengan persaman berikut: h2 s = h1 + v1 ( p2 − p1 ) = 192,83 kJ/kg.
W&t1 = m& ( h5 − h6 ) (17) h2 = h1 + ( h2 s − h1 ) η ps = 192,94 kJ/kg
W&t 2 = (1 − r )m& ( h6 − h7 ) (18) • Titik 3: cair saturasi pada tekanan p3 = p2 = 1MPa
h3 = 762,81 kJ/kg dan v3 = 1,1273 × 10 −3 m3/kg
Kondensor: • Titik 4: Pemompaan isentropis ke tekanan p4 = 10
Q& out = (1 − r )m& ( h7 − h1 ) (19) MPa
h4 s = h3 + v3 ( p4 − p3 ) = 772,9557 kJ/kg.
Pompa:
Pada STU ini ada dua pompa, dan masing-masing
h4 = h3 + ( h4 s − h3 ) η ps = 774,083 kJ/kg
kebutuhan dayanya dihitung dengan persamaan: • Titik 5: Superheat p = 10 MPa dan temperatur 4800C.
W& p1 = (1 − r )m& ( h2 − h1 ) (20) h5 = 3321,4 kJ/kg dan s5 = 6,5282 kJ/kgK
W& p 2 = m& ( h4 − h3 ) (21) • Titik 6: Pada kondisi saturasi:
s6 f = 2,1387 h6 f = 762,81 , s6 g = 6,5863 , dan
Dengan menggunakan persamaan-persamaan ini, maka
efisiensi thermal siklus ini akan dapat dihitung. Untuk h6 g = 2778,1 .
lebih memantapkan pengertian penggunaan regeneratif ini, Kualitas uap di 6s jika s6 = s5
soal yang diberikan sebelumnya akan dibahas jika yang
diterapkan adalah regeneratif. s5 − s6 f
x6 s = = 0,9869 Maka entalpi di 6s:
s6 g − s6 f
h6 s = h6 f + x6 s (h6 g − h6 f ) = 2751,774 kJ/kg
Sementara proses aktualnya dgn ηts = 0,85
h6 = h5 − ηts ( h5 − h6 s ) = 2837,218 kJ/kg
12
m& 7
11
Gambar 13 Hukum kekekalan energi pada pemanas air
umpan sistem tertutup HE3
16
6 Q& in 8 Turbin
3.3 Modifikasi STU Gabungan Reheat dan Regenerasi 17
HE2 W&t
Modifikasi STU yang ditampilkan pada sub bab 3.1
dan sub bab 3.2, terdiri dari teknik reheat dan teknik 18
5
regenerasi. Pada prinsipnya pemilihan tekanan ekstraksi W&p2 9
dan penambahan reheater serta regenerator akan
menaikkan efisiensi siklus. Tetapi pada saat yang sama 10
penambahan ini akan berakibat pada penambahan jumlah 4 19
komponen pada STU. Misalnya penambahan pompa,
sistem pemipaan, heater, dll. Pada akhirnya ini akan Dearator pemanas 13
menambah biaya investasi. Dari fakta ini akan selalu ada 3 terbuka 14
kondisi yang optimum secara ekonomi dalam menentukan
HE1 20
sistem dengan modifikasi terbaik. Oleh karena banyaknya
21
opsi yang ada, maka seorang perancang STU (plant 2
designer) akan menggunaan perangkat lunak untuk W& p1 1 15
menentukan design yang optimum dengan
mempertimbangkan biaya operasi dan biaya investasi. Pompa
Teknik yang biasa digunakan untuk mendapatkan Kondensor
kondisi optimum ini adalah menggabungkan teknik-teknik Q& out
yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Salah satu
kombinasi yang umum dijumpai saat ini adalah seperti Gambar 13 STU dengan gabungan regenerasi dan reheat
yang ditampilkan pada Gambar 13.
Pada gambar dapat dilihat hal-hal berikut: Turbin
dibagi atas 6 tingkatan. Setelah melewati tingkat pertama,
sebagian fluida diekstrak sebagai fluida pemanas air umpan
pada HE3. Setelah melewati turbin tingkat kedua, sebagian
lagi fluida digunakan sebagai pamanas air umpan pada HE2. m&
Fluida keluaran dari HE3, karena temperaturnya masih r1 m&
relatif tinggi, akan digunakan lagi sebagai fluida pemanas
r2 m&
pada HE2. Setelah melalui turbin tingkat ketiga,
diperkirakan, temperatur fluida sudah semakin rendah dan
r3 m&
mendekati garis uap saturasi. Untuk menghindari masuk ke
kubah cair-uap, maka fluida kerja akan dipanaskan kembali r4 m&
(reheat) dengan mengirimnya ke boiler. Setelah keluar dari
(1 − r1 − r2 − r3 − r4 ) m&
boiler, fluida kemudian dikirim kembali ke turbin dan
masuk melalui tingkat 4. Setelah melalui tingkat 4 ini,
sebagian lagi diekstrak sebagai fluida pemanas pada
pemanas air umpan sistem terbuka. Tekanan kerja pemanas
air umpan sistem terbuka ini, biasanya, dijaga lebih tinggi
daripada tekanan udara luar (atmosfer). Tujuannya adalah
untuk melepaskan gas oksigen atau gas-gas lainnya yang Gambar 14 Diagram T-s STU dengan gabungan regenerasi
terjebak pada fluida kerja ke udara luar. Dengan kata lain dan reheat
fungsi lain dari pemanas air umpan sistem terbuka ini
terjadi kondensasi pada temperatur 30oC. Jika besarnya h2 s = 241,65 + (3000 − 770) 1187,2 = 243,53 kJ/kg
energi yang masuk dari air panas ke "boiler" adalah 100kW,
(h − h )
tentukanlah besarnya energi listrik yang dihasilkan turbin, h2 = h1 + 2 s 1 = 243,74 kJ/kg
efisiensi isentropik pompa dan turbin masing-masing 0,9 η ps
dan 0,85. • Titik 3: Superheat pada 100oC
Penyelesaian: h3 = 453,2 kJ/kg dan s3 = 1,7455 kJ/kgK
Diagram dari SRO ini ditunjukkan pada gambar berikut:
Q& out • Titik 4s: Ekspansi isentropik pada turbin
Pada tekanan kondensor, nilai entropi uap adalah
sebesar s g = 1,7149. Nilai ini lebih kecil dari entropi
di titik 3 ( s3 ). Artinya titik 4s tidak berada di dalam
kubah uap, tetapi berada di luar kubah atau (superheat).
W& p W&net Maka diagram T-s yang cocok untuk kasus ini adalah
ηp
ηt seperti pada gambar di bawah ini.
m& a
Di sini ada dua aliran fluida, yaitu (1) aliran fluida kerja
dan (2) aliran udara panas. Laju aliran exegi pada masing-
masing aliran ini dapat dihitung dengan persamaan berikut:
(1) Aliran fluida kerja
daya keluaran turbin 80MW. Jika efisiensi isentropi temperatur yang relatif tinggi. Jika langsung dibuag ke
pompa dan turbin masing-masing 90% dan 85%, kondensor, maka ini akan menjadi kerugian. Untuk
tentukanlah: (a) laju aliran fluida kerja, (b) Energi kasus seperti ini umumnya kondensor digunakan lagi
yang masuk melalui boiler , (c) kerja yang dibutuhkan sebagai sumber energi pembangkit tenaga dengan
pompa, (d) panas yang dibuang di kondensor, (e) fluida kerja organik (SRO). Sistem ini biasa disebut
Efisiensi thermal siklus, dan (f) bwr sistem kogenerasi.
HE Q& in Turbin Pada gambar, 10 kg/s uap air superheat 60bar 450oC
diekspansikan pada turbin ( ηts = 0,85 ) sampai
W&t
tekanannya 2 bar. Sebanya 6 kg/s uap keluaran turbin
digunakan untuk proses perebusan pada proses
W&p2
produksi industri dan sisanya dimasukkan ke heat
exchanger untuk digunakan sumber energi pada siklus
Rankine Organik R-134a. Keluar kondensor kondisi
Pemanas terbuka air adalah cair saturasi pada 1,5 bar. R134a masuk
turbin pada tekanan 16 bar 100oC dan keluar
kondensor pada cair saturasi 9bar. Tentukanlah: (a)
Laju pemasukan energi pada boiler, dan (b) kerja total
Kondensor yang dihasilkan kedua turbin
W& p1
Pompa
Q& out