Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. STANDAR STRUKTUR TAHAN GEMPA


• SNI 03 1726 2002 –Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan.
• SNI 03 2847 1992 Tata cara Perencanaan Struktur Beton utk Bangunan
Gedung.
• RSNI T 02 2003 Tata cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia
• SNI 03 1729 2002 Tata cara Perencanaan Struktur Baja utk Bangunan
• SNI 03 6816 2002 Tata cara Perencanaan Pendetailan Penulangan
Beton Bertulang Indonesia.

1.2. MATERI

1) Pendahuluan
2) Struktur Tahan Gempa Untuk Rumah
3) Kerusakan dan Rehabiitasi Struktur
4) Perencanaan Gedung Beraturan
5) Desain Kapasitas Balok Beton Bertulang
6) Desain Kapasitas Kolom Beton Bertulang
7) Desain Kapasitas Balok-Kolom Beton Bertulang
8) Desain Kapasitas Pondasi Beton Bertulang
9) Sistem Rangka Pemikul Momen
10) Desain Dinding Geser

1.3. DASAR-DASAR PERENCANAAN

1.3.1. Metode Perencanaan


(1) Metode Perencanaan Kekuatan ( Ultimate Strength Design Method ) .
Metode ini pada prinsipnya pada beban ultimit, kapasitas batas
kekuatan beton terlampaui dan tulangan baja mencapai luluh sehingga balok
mengalami hancur. Pendekatan dan pengembangan metode perancangan
kekuatan didasarkan atas anggapan-anggapan sebagai berikut ini.
a. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan. Nilai renggangan dalam
penampang komponen struktur terdistribusi linier atau sebanding lurus
terhadap jarak ke garis netral.
b. Tegangan sebanding dengan regangan kira-kira hanya sampai pada
beban sedang, tegangan beton tekan tidak melampaui ± ½ fc’. Apabila
beban meningkat sampai beban ultimit, distribusi tegangan yang timbul
tidak linier lagi, berupa garis lengkung dimulai dari garis netral dan
berakhir pada serat tepi tekan terluar.
7

c. Dalam memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur,


kuat tarik beton diabaikan dan seluruh gaya tarik dilimpahkan ke tulangan
baja. (Dipohusodo, 1990 ).

(2) Metode Perencanaan Elastik ( Elastic Design Method ).


Metode Perencanaan Elastik didasarkan pada anggapan sifat dan
perilaku bahan beton bertulang disamakan dengan bahan homogen seperti
kayu, baja, dan sebagainya. Tegangan dan regangan pada penampang balok
terlentur bahan homogen terdistribusi linier membentuk garis lurus dari nol di
garis netral ke nilai maksimum di serat tepi terluar. Nilai tegangan berbanding
lurus dengan nilai regangannya, dianggap berperilaku elastik sempurna
sebagaimana bahan homogen lainnya. Anggapan-anggapan dasar yang
digunakan dalam metode ini untuk komponen struktur terlentur adalah
sebagai berikut ini.
a. Bidang penampang rata saat sebelum terjadi lenturan akan tetap rata
setelah mengalami lenturan, berarti distribusi regangan sebanding atau
linier.
b. Bagi bahan baja maupun beton diberlakukan sepenuhnya hukum Hooke
dimana nilai tegangan sebanding linier dengan nilai regangannya.
c. Bahan beton tidak diperhitungkan untuk menahan gaya tarik, sehingga
seluruhnya dibebankan kepada tulangan tarik baja.
d. Batang tulangan baja terekat sempurna dengan beton sehingga tidak
terjadi penggelinciran.

(3) Metode Perencanaan Kapasitas ( Capacity Design Method ).


Metode ini dipakai untuk struktur tahan gempa yang menetapkan
suatu taraf beban-gempa rencana yang menjamin suatu struktur agar tidak
rusak karena gempa-gempa kecil atau sedang, tetapi saat dilanda gempa
kuat yang jarang terjadi struktur tersebut mampu berperilaku daktail dengan
memencarkan energi gempa dan sekaligus membatasi beban gempa yang
masuk ke dalam struktur. Dalam perencanaan bangunan tahan gempa,
terbentuknya sendi-sendi plastis yang mampu memancarkan energi gempa
dan membatasi besarnya beban-gempa yang masuk kedalam struktur, harus
dikendalikan sedemikian rupa sehingga struktur tidak sampai runtuh saat
terjadi gempa kuat. Pengendalian terbentuknya sendi-sendi plastis pada
lokasi yang telah ditentukan terlebih dahulu dapat dilakukan secara pasti
terlepas dari kekuatan dan karakteristik gempa.
Mekanisme goyang dengan pembentukan sebagian besar sendi plastis
pada balok-balok lebih dikehendaki daripada mekanisme dengan
pembentukan sendi plastis yang terpusat hanya pada ujung-ujung kolom
suatu lantai. Guna menjamin terjadinya mekanisme goyang dengan
pembentukan sebagian besar sendi plastis pada balok, metode perencanaan
kapasitas diterapkan untuk merencanakan kolom-kolom lebih kuat dari balok-
balok portal ( strong column weak beam ). Pada prinsipnya, dengan metode
perencanaan kapasitas elemen utama penahan beban-gempa dapat dipilih,
direncanakan dan didetail sedemikian rupa, sehingga mampu memencarkan
energi gempa dengan deformasi inelastis yang cukup besar tanpa runtuh.

I-7
8

1.4. DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG DI DAERAH GEMPA

Desain Struktur Beton Bertulang Di Daerah Gempa dengan SRPMK


(Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus) adalah desain strukur beton
bertulang dengan pendetailan yang menghasilkan struktur yang fleksibel
(memiliki daktilitas yang tinggi). Dengan pendetailan mengikuti ketentuan
SRPMK, maka faktor reduksi gaya gempa R dapat diambil sebesar 8, yang
artinya bahwa gaya gempa rencana hanya 1/8 dari gaya gempa untuk elastis
desain (Pengambilan nilai R>1 artinya mempertimbangkan post-elastic
desain, yaitu struktur mengalami kelelehan tanpa kegagalan fungsi).
Ketentuan SRPMK dijelaskan dalam SNI 03-2847-2002 bab 23.3 yang idem
dengan ketentuan ACI 318-02.

a. Prinsip SPRMK.
Struktur diharapkan memiliki tingkat daktilitas yang tinggi, yaitu mampu
menerima mengalami siklus respon inelasitis pada saat menerima beban
gempa rencana. Pendetailan dalam ketentuan SRPMK adalah untuk
memastikan bahwa respon inelastis dari strukur bersifat daktail. Prinsip ini
terdiri dari tiga:
1) Strong-Column/weak-beam yang bekerja menyebar di sebagian besar
lantai
2) Tidak terjadi kegagalan geser pada balok, kolom dan joint
3) Menyediakan detail yang memungkinkan perilaku daktail

b. Strong-Column/Weak-Beam
Pada saat struktur mengalami gaya lateral gempa, distribusi kerusakan
sepanjang ketinggian bangunan bergantung pada distribusi lateral story drift
(simpangan antar lantai). Jika struktur memiliki kolom yang lemah,
simpangan antar lantai akan cenderung terpusat pada satu lantai (gambar
a). Sebaliknya jika kolom sangat kuat, maka drift akan tersebar merata, dan
keruntuhan lokal di satu lantai dapat diminimalkan (gambar c dan b).

Gambar 1. Desain SPRMK mencegah terjadinya mekanisme soft story (a)


dengan membuat kolom kuat sehingga drfit tersebar merata sepanjang lantai
(c) atau sebagian besar lantai (b). (sumber 3)

I-8
9

c. Menghindari Keruntuhan Geser


Respon yang bersifat daktail diharapkan terjadi pada balok, dan pada
saat yang sama tidak boleh terjadi keruntuhan geser. Keruntuhan geser,
khususnya pada kolom, sangat fatal bagi struktur karena kolom pada satu
lantai menumpu semua lantai di atasnya. Dalam ketentuan SRPMK,
keruntuhan geser dihindari dengan pendekatan desain kapasitas. Gaya
geser yang diperhitungkan bukan hanya berasal dari gaya geser akibat
beban gravitasi (beban hidup, beban mati) tapi juga mempertimbangkan
beban geser yang berasal dari kapasitas momen maksimum balok pada saat
balok mengalami yielding.

d. Pendetailan untuk Perilaku Daktail


Pendetailan dalam SRPMK bertujuan untuk mendapatkan struktur
yang bersifat daktail. Beberapa ketentuan SRPMK:
• Tulangan sengkang dipasang dengan rapat terutama pada bagian
struktur yang mengalami kelelehan seperti hubungan balok-kolom untuk
mencegah keruntuhan geser
• Pada analisa kekuatan geser pada balok atau kolom, kekuatan geser dari
beton (Vc) diabaikan terutama pada balok yang mengalami gaya aksial
kecil, sehingga hanya tulangan saja yang menahan gaya geser.
• Lokasi dan pendetailan splice untuk mencegah keruntuhan akibat splice

I-9

Anda mungkin juga menyukai