Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


TENTANG BIOGRAFI KHALIFAH
YAZID BIN MUAWIYAH 60 – 64 H / 680 – 683 M

Disusun oleh

NAMA : TIRA TAZKIA HANIFA


KELAS : XI IPA 3

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA SERANG MAN MODEL


DAN KETERAMPILAN BOARDING SCHOOL
JL. KH. ABDUL HADI NO. 3 CIJAWA SERANG
Yazid bin Muawiyah adalah khalifah kedua dinasti Bani Umayah yang lahir pada 25 H
/ 645 M. Nama lengkapnya adalah Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb.
Ayahnya bernama Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ibunya bernama Maisun binti Bahdal dari
Arab Badui. Anaknya bernama Muawiyah bin Yazid dan Atikah binti Yazid bin Muawiyah.
Menurut sumber, istrinya bernama Ummu Kulsum.

Pada tahun 25 H ayahnya sedang menjabat sebagai gubernur wilayah Palestina yang
meliputi Suriah dan sekitarnya yang berkedudukan di Damaskus. Pada masa itulah Yazid
lahir. Dengan demikian, Yazid lahir dan besar dalam lingkup istana yang penuh dengan
kemewahan. Tidak seperti Khulafaur Rasyidin sebelumnya yang dipilih oleh kaum Muslimin.

Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan anaknnya, Yazid untuk menggantikan


dirinya. Dia orang pertama yang menyalahi sunnah para khalifah sebelumnya, karena dipilih
oleh ayahnya dan mengklaimkan kekhilafahan secara turun temurun. Pengambilan baiat
paksaan dari sanak kerabat terdekat dan sebagian para sahabat besar. Yazid menjabat
sebagai khalifah dalam usia 34 tahun. Ketika Yazid naik tahta , sejumlah tokoh di madinah
tidak mau mengangkat baiat kepadanya. Khalifah Yazid kemudian mengirim surat kepada
gubernur Madinah dan memintanya untuk mengangkat baiat kepada Yazid beserta warga
hijaz secara keseluruhan. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk kecuali Husain bin
Ali dan Abdulloh bin Zubair.

Bersamaan dengan itu, pengikut Ali melakukan rekonsidasi kekuatan. Perlawanan


terhadap bani Umayyah dimulai oleh Husain bin Ali. Dimulai saat penduduk Kufah
mengundang Husain ke Irak untuk dinobatkan sebagai Khalifah. Husain bin Ali setuju. Ia pun
mengirimkan Muslim bin Uqail bin Abi Thalib ke Kufah. Muslim bin Uqail berangkat dan
berhasil mengambil baiat 30.000 penduduk Irak. Semuanya berjanji akan mendukung Husain
sebagai khalifah. Akan tetapi, rombongan Husain tidak didukung oleh milisi atau tentara
kemudian dihadang oleh pasukan khalifah Yazid.

Begitu mendengar sikap penduduk Irak di Kufah dan adanya keberangkatan Husain
bin Ali dan pasukannya ke kota itu, Khalifah Yazid murka. Ia segera memecat Nukman bin
Basyir, gubernur wilayah Irak dan menggabungkan wilayah itu dalam kekuasaan Abdullah bin
Ziyad, gubernur wilayah Iran. Bersamaan dengan itu, Yazid juga memerintahkan untuk
menangkap Husain bin Ali dan pasukannya. Gubernur Abdullah bin Ziyad tiba di Kufah terlebih
dahulu. Dengan mudah ia merebut dan menduduki Kufah. Para penduduknya berbalik
mengangkat baiat kepada Yazid bin Muawiyah. Muslim bin Uqail ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati. Abdullah bin Ziyad segera membentuk pasukan besar dari penduduk Irak
sendiri dan memercayakan pimpinannya kepada Alhur bin Yazid At-Tamimi untuk
menghadang Husain dan rombongannya.
Berita tentang dikuasainya Kufah dan dibunuhnya Muslim bin Uqail sampai ke telinga
Husain. Karena yakin penduduk Iran dan Irak tetap berpihak kepadanya, Husain tetap
bersikeras melanjutkan perjalanan. Walau demikian, ia membolehkan pasukannya untuk
menentukan pilihan sendiri, ikut atau kembali ke Makkah. Akhirnya, sebagian pengikutnya
kembali ke Makkah. Hanya 31 orang penunggang kuda dan 40 pejalan kaki yang mengiringi
Husain dan keluarganya.

Rombongan kecil itu terus melanjutkan perjalanan. Di sebuah tempat bernama

Sirrah, rombongan Husain berpapasan dengan pasukan Alhur bin Yazid. Alhur sempat

kaget melihat rombongan kecil di hadapannya, sebab berita yang ia dengar, Husain datang

bersama pasukan besar. Sepucuk surat datang dari Abdullah bin Ziyad yang

memerintahkan untuk segera mendesak pasukan Husain. Dalam pertempuran yang tidak

seimbang di Karbala, tentara Husain yang tidak bersenjata lengkap kalah dan Husain sendiri

mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirm ke damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur

di Karbal.

Peristiwa Karbala itu menggemparkan penduduk Hijaz. Sebagian penduduk Madinah

segera mencabut baiatnya atas Yazid bin Muawiyah. Abdullah bin Zubair segera dinobatkan

sebagai khalifah

Mendengar itu, khalifah Yazid kembali murka. Ia pun segera mengirim pasukan

besar. Setelah berhasil menaklukkannya yaitu dengan mengahalalkan pertumpahan darah

di Madinah sampai membunuh ratusan sahabat dan anak – anak mereka hingga akhirnya

Madinah takluk. Pasukan Yazid pun melanjutkan perjalanan ke Makkah. Namun saat

pengepungan di Mekkah inilah ia meninggal dan pimpinan pasukan diambil alih Alhushain

bin Alnamir.

Pasukan Abdullah bin Zubair mampu bertahan selama 40 hari di Makkah. Karena tak

mampu menembus pertahanan itu, Alhushain mengajak damai. Akhirnya kedua belah pihak

sepakat gencatan senjata. Pada detik-detik itulah Yazid bin Muawiyah meninggal dunia

dalam usia 38 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama tiga tahun enam bulan.
Saat ayahnya memegang pemerintahan, Yazid menjadi pemimpin ekspansi Islam ke
Bizantium. Saat masa pemerintahan Yazid memperkuat stuktur administrasi khalifah dan
memperkuat sistem kemiliteran suriah, memperbaiki sistem keuangan, mengurangi beberapa
pajak kristen dan memeperbaiki sistem irigasi di oasis damsyik, namun ekspansi tidak banyak
terjadi dan hanya terjadi di Afrika saja.

Sumber :
http://sejarahislamarab.blogspot.com/2015/02/para-khalifah-dinasti-umayyah.html
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/04/21/ljzikd-daulah-umayyah-
yazid-bin-muawiyah-680683-m-tak-lepas-dari-karbala
http://id.wikishia.net/view/Yazid_bin_Muawiyah

Anda mungkin juga menyukai