Disusun oleh
Pada tahun 25 H ayahnya sedang menjabat sebagai gubernur wilayah Palestina yang
meliputi Suriah dan sekitarnya yang berkedudukan di Damaskus. Pada masa itulah Yazid
lahir. Dengan demikian, Yazid lahir dan besar dalam lingkup istana yang penuh dengan
kemewahan. Tidak seperti Khulafaur Rasyidin sebelumnya yang dipilih oleh kaum Muslimin.
Begitu mendengar sikap penduduk Irak di Kufah dan adanya keberangkatan Husain
bin Ali dan pasukannya ke kota itu, Khalifah Yazid murka. Ia segera memecat Nukman bin
Basyir, gubernur wilayah Irak dan menggabungkan wilayah itu dalam kekuasaan Abdullah bin
Ziyad, gubernur wilayah Iran. Bersamaan dengan itu, Yazid juga memerintahkan untuk
menangkap Husain bin Ali dan pasukannya. Gubernur Abdullah bin Ziyad tiba di Kufah terlebih
dahulu. Dengan mudah ia merebut dan menduduki Kufah. Para penduduknya berbalik
mengangkat baiat kepada Yazid bin Muawiyah. Muslim bin Uqail ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati. Abdullah bin Ziyad segera membentuk pasukan besar dari penduduk Irak
sendiri dan memercayakan pimpinannya kepada Alhur bin Yazid At-Tamimi untuk
menghadang Husain dan rombongannya.
Berita tentang dikuasainya Kufah dan dibunuhnya Muslim bin Uqail sampai ke telinga
Husain. Karena yakin penduduk Iran dan Irak tetap berpihak kepadanya, Husain tetap
bersikeras melanjutkan perjalanan. Walau demikian, ia membolehkan pasukannya untuk
menentukan pilihan sendiri, ikut atau kembali ke Makkah. Akhirnya, sebagian pengikutnya
kembali ke Makkah. Hanya 31 orang penunggang kuda dan 40 pejalan kaki yang mengiringi
Husain dan keluarganya.
Sirrah, rombongan Husain berpapasan dengan pasukan Alhur bin Yazid. Alhur sempat
kaget melihat rombongan kecil di hadapannya, sebab berita yang ia dengar, Husain datang
bersama pasukan besar. Sepucuk surat datang dari Abdullah bin Ziyad yang
memerintahkan untuk segera mendesak pasukan Husain. Dalam pertempuran yang tidak
seimbang di Karbala, tentara Husain yang tidak bersenjata lengkap kalah dan Husain sendiri
mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirm ke damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur
di Karbal.
segera mencabut baiatnya atas Yazid bin Muawiyah. Abdullah bin Zubair segera dinobatkan
sebagai khalifah
Mendengar itu, khalifah Yazid kembali murka. Ia pun segera mengirim pasukan
di Madinah sampai membunuh ratusan sahabat dan anak – anak mereka hingga akhirnya
Madinah takluk. Pasukan Yazid pun melanjutkan perjalanan ke Makkah. Namun saat
pengepungan di Mekkah inilah ia meninggal dan pimpinan pasukan diambil alih Alhushain
bin Alnamir.
Pasukan Abdullah bin Zubair mampu bertahan selama 40 hari di Makkah. Karena tak
mampu menembus pertahanan itu, Alhushain mengajak damai. Akhirnya kedua belah pihak
sepakat gencatan senjata. Pada detik-detik itulah Yazid bin Muawiyah meninggal dunia
dalam usia 38 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama tiga tahun enam bulan.
Saat ayahnya memegang pemerintahan, Yazid menjadi pemimpin ekspansi Islam ke
Bizantium. Saat masa pemerintahan Yazid memperkuat stuktur administrasi khalifah dan
memperkuat sistem kemiliteran suriah, memperbaiki sistem keuangan, mengurangi beberapa
pajak kristen dan memeperbaiki sistem irigasi di oasis damsyik, namun ekspansi tidak banyak
terjadi dan hanya terjadi di Afrika saja.
Sumber :
http://sejarahislamarab.blogspot.com/2015/02/para-khalifah-dinasti-umayyah.html
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/04/21/ljzikd-daulah-umayyah-
yazid-bin-muawiyah-680683-m-tak-lepas-dari-karbala
http://id.wikishia.net/view/Yazid_bin_Muawiyah