PENDAHULUAN
dan protein sehingga kadar glukosa darah cendrung mengalami peningkatan yang diakibatkan
oleh kerusakan sintesis pada sel beta pancreas atau pengeluaran insulin, atau ketidakmampuan
penanganan yang tepat dan serius. Jika tidak diatasi, DM akan menimbulkan berbagai
komplikasi penyakit serius lainnya seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal
dan kerusakan sistemsaraf.oleh karena itu DM merupakan salah satu ancaman terbesar bagi
Jumlah kasus diabetes mellitus ( DM ) mengalami peningkatan yang signifikan pada sepuluh
berdampak pada menurunya usia dan harapan hidup, meningkat angka kesakitan dan
Data kementrian kesehatan yang di peroleh dari Sample Registration Survey 2014
menunjukan diabetes mellitus menjadi penyebab kematian terbesar nomor tiga di indonesia
dengan presentase sebesar 6,7% setelah stroke (21,1% ), dan penyakit jantung coroner (12,9%).
Di indonesia, prevalensi diabetes mellitus mengalami peningktan dari 5,7% pada tahun 2007
menjadi 6,9% atau 9,1 juta jiwa pada tahun 2013. Data terbaru dari International Diabetes
Fedaration (IDF) Atlas tahun 2017 menunjukan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke – 6
dunia dengan jumlah diabetes sebanyak 10,3 juta jiwa. Jika ditangani dengan baik, World Healt
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) pada tahun 2007 diperoleh proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki rangking
ke-2 yaitu 14,7% dan untuk di daerah pedesaan menduduki rangking ke-6 yaitu 5,8%. Data
Riskesdas terbaru tahun 2013 menunjukan prevalensi DM sebesar 1,5 juta jiwa untuk total
Data penderita diabetes mellitus di wilayah Kota Malang pada tahun 2015 menunjukan
penderita baru sebesar 5.905 pasien dan penderita lama sebesar 22.025 pasien dengan total
keseluruhan sebesar 27.930 pasien penderita diabetes mellitus (Dinkes Kota Malang, 2015).
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang kondisinya sangat ditentukan oleh kadar
glukosa darah. Seseorang dapat dikatakan Diabetes Melitus jika memiliki kadar glukosa darah
sewaktu >200 mg/dL dan kadar glukosa puasa >126 mg/dL. Penderita yang patuh secara tidak
langsung akan melakukan perawatan mandiri, sehingga secara tidak langsung pasien aan
mengetahui ketika harus memeriksakan dirinya ke dokter untuk melakukan kontrol kesehatan
yang berkala dan untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut. Perilaku kepatuhan juga sering
didefinisikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilaku yang terkait dengan timbulnya
diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya
gangguan metabolik glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronik. Diabetes mellitus tipe 2
adalah jenis diabetes mellitus yang paling sering terjadi, keadaan ini ditandai oleh resistensi
Self Care merupakan gambaran prilaku seseorang individu yang dilakukan dengan sadar,
bersifat universal, dan terbatas pada diri sendiri ( Weiler & Junice, 2007 dalam Kusniawati, 2011
). Menurut Siguardardottir ( 2005 ); Xu Yin et all ( 2008 ); dan didalam The Summary of
Diabetes Self-Care Activities ( SDSCA ) oleh Toobert, D.J et all ( 2009 ), self care yang
dilakukan pada pasien diabetes mellitus meliputi pengaturan pola makan ( Diet ), pemantauan
kadar gula darah, terapi obat, perawatan kaki, dan latihan fisik ( olah raga ). Pengaturan pola
makan bertujuan untukmengontrol metabolic sehingga kadar gula darah dapat dipertahankan
dengan normal. Pemantauan kadar gula darah bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang
dilakukan sudah efektif atau belum. Terapi obat bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Perawatan kaki bertujuan untuk mencegah
terjadinya kakidiabetik. Latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan kadar sensitivitas reseptor
insulin sehingga dapat beraktivitas dengan baik. Aktivitas yang dilakukan oleh pasien Diabetes
Mellitus lebih mengutamakan pengontrolan gula darah dan pencegahan komplikasi sehingga
self care sangat penting bagi pasien diabetes mellitus, baik diabetes mellitus tipe 1 maupun
Diabetes tipe 2.
Teori self care merupakan teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem ( 1959 ). Menurut
Orem self care dapat meningkatkan peningkatan fungsi-fungsi manusia dan perkembangan
dalam kelompok social yang sejalan dengan potensi manusia, tahu ketebatasan manusia, dan
keinginan manusia untuk menjadi normal. Penyimpangan pada self care biasanya dapat terlihat
pada saat terjadinya penyakit. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan
fisiologisnya atau mekanisme psikologis tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai manusia (
Munawaroh, 2011 ).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti merumuskan
masalah “ Apa Saja Analisis Faktor Yang Memengaruhi Self Care Management Pada Pasien
Diabetes Mellitus ( DM ).
Untuk mengetahui analisis faktor yang memengaruhi self care manajemen pada pasien
Diabetes Melitus ( DM )
1. Mendeskripsikan karakteristik analisis faktor yang memengaruhi self care managemen pada
2. Mendeskripsikan kepatuhan pasien analisis faktor yang memengaruhi self care managemen
Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan serta wawasan tentang analisis faktor
Sebagai bahan tambahan pengetahuan kepada perawat tentang analisis faktor yang
3. Bagi masyarakat
DM).
PROPOSAL
Disusun Oleh :
( 2015610117 )
MALANG
2018