PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas adalah masalah kesehatan yang paling umum di dunia. Menurut
(Singh et.al, 2011 :28) masalah ini sangat serius sehinnga pada tahun 2020 yang selama ini di
perkiran menduduki posisi ke – 9 penyebab kecatatan di dunia akan menggerak menjadi posisi
ke – 3 dunia, dan juga di Negara berkembang di dunia. Selain itu World Health Statistic juga
memperkirakan kecelakaanlalu lintas adalah masalah yang sangat berkembang pesat di dunia (
Delevar et.al, 2012 :218 ). Oleh karena itu sangat di butuhkan penanganan serius mengingat
besarnya kerugian yang di akibatkannya agar korban kecelakaan tidak semakin memuncak (
Kecelakaan lalu lintas sebagai kecelakaan kendaraan di jalan umum atau di mana saja
bisa terjadi ( Singh et.al, 2011 : 53 ), kejadian ini merupakan kejadian yang tidak di rencanakan
oleh siapapun, tidak diduga – duga dan merupakan kemalangan yang tidak untuk menyebabkan
kerusakan dan kerugian ( Gulzar et.al, 2012 : 365 ). Dari peristiwa kecelakaan tersebut
menyebabkan korban terluka, korban kecelakaan biasanya mengalami luka ringan ( slight injury
), luka berat ( serious injury ), dan korban mati ( fatal ) ( Pemungkas 2014: 14 ).
Kecelakaan lalu lintas di sebabkan oleh 3 faktor utama kelalaian manusia ( host ), faktor
kendaraan ( agent ), dan faktor lingkungan ( environment ) dari ke tiga faktor tersebut saling
berkaitan. Fator – faktor tersebut berpengaruh pada tingkat keparahan cedera pada korban, di
samping itu ada faktor lain saperti faktor penanganan cedera baik di pra rumah sakit dan di
kematian di dunia adalah kecelakaan lalu lintas ( 22,8% ), disusul nomor dua dengan kecelakaan
yang tidak sengaja ( 18,1% ), dan nomor tiga akibat bunuh diri ( 16,9% ) (WHO, 2004 dan
Utama 2008 : 16 ). Menurut World Health Organizing ( WHO ) yang di sebutkan dengan
pencegahan kerusakan lalu lintas, menyebutkan secara umum setiap tahun 1,2 juta orang
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan sebanyak 50 juta orang mengalami luka. Angka ini
di perkirakan meningkat sekitar 65% pada tahun mendatang jika tidak di lakukan pencegahan (
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi.
Menrut Dinas Perhubungan dan Badan Intelejen Negara, kecelakaan lalu lintas menjadi
penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah serangan jantung dan stoke ( Media
Indonesia, 2011 & Fitriah, 2012 : 253 ). Data POLRI pada tahun 2011, tercatat jika kematian
akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 mencapai 31.186 jiwa. Rata – rata 84 orang
meninggal setiap harinya atau 3 – 4 orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan lalu lintas.
Korban dari kecelakan tersebut sebesar 67% berada pada usia produktif ( 22 – 50 ) ( Pikiran
Berdasarkan laporan kepolisian, tahun 2012 tercatat angka kecelakaan lalu lintas yang
terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejumlah 109.038 kasus. Dari angka kecelakaan yang terjadi
tahun 2012, tercatat sebanyak 25.131 orang meniggal dunia, jumlah korban yang luka berat
tercatat mencapai 36.710 orang dan jumlah korban luka ringan mencapai 118.158 orang. Untuk
kerugian material yang di akibatkan kecelakaan lalu lintas pada tahun 2012 mencapai
takut melihat kejadian membuat orang yang menemuinya sering mengalami kepanikan yang
justru malah menambah penderitan korban ( TBM Panacea, 2014 : 1 ). Penelitian menunjukan
bahwa luka – luka dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas bisa dikurangi jika
teknik manajemen pasca kecelakaan diberikan dengan tepat dan di gabungkan dengan pelayanan
pre – hospital. Masyarakat atau bystanders ( orang yang berada di tempat kejadian ) juga
memiliki peran penting dalam memberikan perawatan di tempat kejadian ( Hadigal & Rao, 2011
: 9). Akan tetapi banyak orang yang tidak mau memberikan pertolongan pertama karena tkut
salah dan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang pertolongan pertama
(Bolig et.at, 2011 : 1; Arbon,2007 :45 ). Padahal keterlambatan semenit saja dalam memberikan
pertolongan bisa berakibat fatal dan bisa memperparah cedera atau bahkan kematian (
Thygerson, 2009 : 2). Inilah yang menjadi dasar perlunya dilakukan pendidikan atau pelatihan
Pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama perlu di berikan kepada semua level
baik iti pelajar, guru, ataupun komunita masyarakat. Organisasi pelayanan kesehatan harus juga
mulai memberikan taupun pelatihan tentang pertolongan pertama ( Rao, 2011 : 4). Setiap orang
harus mampu melakukan pertolongan pertama, karena sebagian besar pada orang akan berada
dalam situasi yang memerlukan pertolongan pertama untuk orang lain atau diri mereka sendiri (
Thygerson 2009 : 2 ).
pada korban ( sakit, cedera, luka, kecelakaan ) yang membutuhkan medis dasar. Pertolongan
medis dasar adalah pertolongan berdasrkan ilmu kedokteran sederhana yang dimiliki orang
awam. Pertolongan medis dasar dilakukan oleh orang pada jarak terdekat dengan korban. Pelaku
pertolongan pertama harus memiliki kemampuan dasar dalam penangangan medis dasar (
Saswanti & Putra, 2014 ). Pertolongan pertama tidak menggantikan perawatan medis yang tepat.
Pertolongan pertama hanya memberi bantuan sementara sampai mendapatkan perwatan medis
yang kompeten, bila perlu sampai kesempatan pulih tanpa perawatan medis terpenuhi.
Pertolongan pertama yang di terapakan secara tepat dan mempercepat pemulihan menurunkan
Berdasarkan data Kepolisian Satuan Kecelakaan Lalu Lintas Resort Malang Kota tercatat
bahwa kecelakaan di kota Malang sepanjang tahun 2014 berjumlah 199 kasus. Dari kasus
kecelakaan yang terjadi sepanjang tahun 2014 tercatat korban meninggal dunia berjumlah 59
orang korban luka berat 4 orang dan korban luka ringan berjumlah 251 orang. Kerugian material
yang di sebabkan kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2014 mencapai Rp.291.350.000.