Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas adalah masalah kesehatan yang paling umum di dunia. Menurut

(Singh et.al, 2011 :28) masalah ini sangat serius sehinnga pada tahun 2020 yang selama ini di

perkiran menduduki posisi ke – 9 penyebab kecatatan di dunia akan menggerak menjadi posisi

ke – 3 dunia, dan juga di Negara berkembang di dunia. Selain itu World Health Statistic juga

memperkirakan kecelakaanlalu lintas adalah masalah yang sangat berkembang pesat di dunia (

Delevar et.al, 2012 :218 ). Oleh karena itu sangat di butuhkan penanganan serius mengingat

besarnya kerugian yang di akibatkannya agar korban kecelakaan tidak semakin memuncak (

Utama, 2008 : 16; Fitriah, 2012 :253 ).

Kecelakaan lalu lintas sebagai kecelakaan kendaraan di jalan umum atau di mana saja

bisa terjadi ( Singh et.al, 2011 : 53 ), kejadian ini merupakan kejadian yang tidak di rencanakan

oleh siapapun, tidak diduga – duga dan merupakan kemalangan yang tidak untuk menyebabkan

kerusakan dan kerugian ( Gulzar et.al, 2012 : 365 ). Dari peristiwa kecelakaan tersebut

menyebabkan korban terluka, korban kecelakaan biasanya mengalami luka ringan ( slight injury

), luka berat ( serious injury ), dan korban mati ( fatal ) ( Pemungkas 2014: 14 ).

Kecelakaan lalu lintas di sebabkan oleh 3 faktor utama kelalaian manusia ( host ), faktor

kendaraan ( agent ), dan faktor lingkungan ( environment ) dari ke tiga faktor tersebut saling

berkaitan. Fator – faktor tersebut berpengaruh pada tingkat keparahan cedera pada korban, di

samping itu ada faktor lain saperti faktor penanganan cedera baik di pra rumah sakit dan di

rumah sakit ( Riyadina & Subik ,2007 : 66 ).


Pada tahun 2002 salah satu jenis penyebab kecelakaan yang banyak menimbulkan

kematian di dunia adalah kecelakaan lalu lintas ( 22,8% ), disusul nomor dua dengan kecelakaan

yang tidak sengaja ( 18,1% ), dan nomor tiga akibat bunuh diri ( 16,9% ) (WHO, 2004 dan

Utama 2008 : 16 ). Menurut World Health Organizing ( WHO ) yang di sebutkan dengan

pencegahan kerusakan lalu lintas, menyebutkan secara umum setiap tahun 1,2 juta orang

meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan sebanyak 50 juta orang mengalami luka. Angka ini

di perkirakan meningkat sekitar 65% pada tahun mendatang jika tidak di lakukan pencegahan (

WHO 2004, dalam Gulzar et.al, 2012 : 366 ).

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi.

Menrut Dinas Perhubungan dan Badan Intelejen Negara, kecelakaan lalu lintas menjadi

penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah serangan jantung dan stoke ( Media

Indonesia, 2011 & Fitriah, 2012 : 253 ). Data POLRI pada tahun 2011, tercatat jika kematian

akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 mencapai 31.186 jiwa. Rata – rata 84 orang

meninggal setiap harinya atau 3 – 4 orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan lalu lintas.

Korban dari kecelakan tersebut sebesar 67% berada pada usia produktif ( 22 – 50 ) ( Pikiran

Rakyat 2011 dalam Fitriah 2012 : 253 ).

Berdasarkan laporan kepolisian, tahun 2012 tercatat angka kecelakaan lalu lintas yang

terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejumlah 109.038 kasus. Dari angka kecelakaan yang terjadi

tahun 2012, tercatat sebanyak 25.131 orang meniggal dunia, jumlah korban yang luka berat

tercatat mencapai 36.710 orang dan jumlah korban luka ringan mencapai 118.158 orang. Untuk

kerugian material yang di akibatkan kecelakaan lalu lintas pada tahun 2012 mencapai

Rp.222.185.078.333 ( Yuliadi, 2014 :18 ).


Kecelakaan dapat terjadi dimana dan kapan saja. Kekagetan yang di timbulkan dan rasa

takut melihat kejadian membuat orang yang menemuinya sering mengalami kepanikan yang

justru malah menambah penderitan korban ( TBM Panacea, 2014 : 1 ). Penelitian menunjukan

bahwa luka – luka dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas bisa dikurangi jika

teknik manajemen pasca kecelakaan diberikan dengan tepat dan di gabungkan dengan pelayanan

pre – hospital. Masyarakat atau bystanders ( orang yang berada di tempat kejadian ) juga

memiliki peran penting dalam memberikan perawatan di tempat kejadian ( Hadigal & Rao, 2011

: 9). Akan tetapi banyak orang yang tidak mau memberikan pertolongan pertama karena tkut

salah dan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang pertolongan pertama

(Bolig et.at, 2011 : 1; Arbon,2007 :45 ). Padahal keterlambatan semenit saja dalam memberikan

pertolongan bisa berakibat fatal dan bisa memperparah cedera atau bahkan kematian (

Thygerson, 2009 : 2). Inilah yang menjadi dasar perlunya dilakukan pendidikan atau pelatihan

tentang pertolongan pertama ( Bolig et.al, 2011 : 1).

Pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama perlu di berikan kepada semua level

baik iti pelajar, guru, ataupun komunita masyarakat. Organisasi pelayanan kesehatan harus juga

mulai memberikan taupun pelatihan tentang pertolongan pertama ( Rao, 2011 : 4). Setiap orang

harus mampu melakukan pertolongan pertama, karena sebagian besar pada orang akan berada

dalam situasi yang memerlukan pertolongan pertama untuk orang lain atau diri mereka sendiri (

Thygerson 2009 : 2 ).

Pertolongan pertama di artikan sebagai pemberian pertolongan segera atau secepatnya

pada korban ( sakit, cedera, luka, kecelakaan ) yang membutuhkan medis dasar. Pertolongan

medis dasar adalah pertolongan berdasrkan ilmu kedokteran sederhana yang dimiliki orang

awam. Pertolongan medis dasar dilakukan oleh orang pada jarak terdekat dengan korban. Pelaku
pertolongan pertama harus memiliki kemampuan dasar dalam penangangan medis dasar (

Saswanti & Putra, 2014 ). Pertolongan pertama tidak menggantikan perawatan medis yang tepat.

Pertolongan pertama hanya memberi bantuan sementara sampai mendapatkan perwatan medis

yang kompeten, bila perlu sampai kesempatan pulih tanpa perawatan medis terpenuhi.

Pertolongan pertama yang di terapakan secara tepat dan mempercepat pemulihan menurunkan

resiko kecacatan bahkan kematian ( Thygerson 2009 : 3 ).

Berdasarkan data Kepolisian Satuan Kecelakaan Lalu Lintas Resort Malang Kota tercatat

bahwa kecelakaan di kota Malang sepanjang tahun 2014 berjumlah 199 kasus. Dari kasus

kecelakaan yang terjadi sepanjang tahun 2014 tercatat korban meninggal dunia berjumlah 59

orang korban luka berat 4 orang dan korban luka ringan berjumlah 251 orang. Kerugian material

yang di sebabkan kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2014 mencapai Rp.291.350.000.

Anda mungkin juga menyukai