PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat
di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan
gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan
linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial
dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki
tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit.
Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan
terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5
besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil
Riskesdas 2016, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di
Indonesia adalah 29% . Angka ini mengalami penurunan pada 2017 menjadi 27,5%. Namun
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat
di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan
gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan
linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting
memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan
penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual
akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder
(2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5
besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil
Riskesdas 2016, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di
Indonesia adalah 29% . Angka ini mengalami penurunan pada 2017 menjadi 27,5%. Namun
1
B. Tanda dan gejala stunting
1. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat bayi lahir rendah)
pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh kelenjarnya tidak sempurna.
3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan hormonal.
4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
C. Patofisiologi stunting
Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru
terlihat ternyata balita tersebut pendek Masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cuk up lama akibat orang tua/keluarga tidak tahu
atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi
anaknya. Riskesdas 2016 menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2-4 tahun yang
mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang mengonsumsi protein di
bawah kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan
Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan
minimal dan 49,5% wanita hamil yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal
yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya. S elain asupan
yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan.
anak terhadap penyakit infeksi. Anak yang sering sakit akibat rendahnyaperilak
2
hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kronis dan berdampak
Dari hasil Riskesdas, 2018 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita memiliki akses
sumber air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakat yang terakses dengan sanitasi,
di perkotaan 71,4% dan pedesaan 38,5%. Penanganan sampah di masyarakat 52% dibakar
dan penggunaan bahan bakar arang dan kayu bakar 40,0%. Selain itu juga ternyata Dua dari
3 perokok kita (76,7%) merokok di rumah dan dampak dari semua ini berpotensi
D. Penyebab Stunti ng
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan.
Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan
gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR),
sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan
3
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut
saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu
sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
3. Riwayat penyakit.
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan
energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak
sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunting meningkat dengan bertambahnya usia,
peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunting dan pengaruhnya antara
1. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental
sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak
dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk
4
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan
perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI
yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi
mengkonsumsi makanan yang berada d i bawah ketentuan rekomendasi kad ar gizi, berasal
dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat mengganggu
Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan
pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi
wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan
Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam
Untuk menentukan stunting pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran
tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri
merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari
beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang
5
Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan
(Gibson, 2005).
WHO.
standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak- anak.
Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai individu
dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi
dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan
Z-score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan
indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan
2. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunting) adalah penting
dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak
masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai
dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut
G . . Dampak Stunti ng
menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal
tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang
berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi
kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanyapada
6
fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak
setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang
yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-
fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat
kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit
diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di
masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan
prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur, n
amun pertambahan tinggi badan relati f kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu
singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk
mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak
usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk
mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang
baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun padabalita. Selain
7
tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu
hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat
ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat
makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin
A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan
dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar.
Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi
dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti.
10
10
1. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama:
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi
stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil
dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka
perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI)
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak
11
11
2. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk
kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan
segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan
gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta
kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga
kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu
protein, selama itu juga perlu tamb ahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan
ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang
bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan
kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari
jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar
air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum
sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air
buah.
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini
12
12
20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila
hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan
cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak
juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks
seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh
kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan ju ga
makanan keluarga secara bertahap sesuai k emampuan anak. Variasi makanan harus
diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam,
zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah
J. Penatalaksaan
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,udang.
3. Zat Besi
13
13
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan,
4. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel, me
mproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :
1. Pemberi perawatan
individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai
dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat
sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan
informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapat
14
14
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi
kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
3. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan
kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek
yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan
tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus
bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator )
4. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam
15
15
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
(MCN, 2009).
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis
atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan.Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain
kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian
makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk menentukan stunted pada anak
dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan
pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan
antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh
16
16
ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang menderita stunting berdampak tidak
hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
B. SARAN
kesehatan kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC berupa gizi ibu hamil, imunisasi
TT, dan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi harus di berikan ASI sampai umur 6
bulan. Setelah 6 bulan bayi harus diberikan makan pendamping ASI(M-ASI). Anak harus
di bawa ke posyandu secara rutin untuk mendapat pelayanan secara lengkap. Bagi balita
17
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=5433
http://kualitasnews.com/stunting-dan-dampak-kehidupannya-kedepan/
http://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/
http://eprints.ums.ac.id/20419/2/4._BAB_I.pdf
http://adindascabiosa.co.id/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html
https://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef Indonesia.Oktober 2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
18
18