Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek

hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan

pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan

gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan

linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk

dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial

dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki

tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit.

Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan

terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder

(2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi

kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan

laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5

besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil

Riskesdas 2016, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di

Indonesia adalah 29% . Angka ini mengalami penurunan pada 2017 menjadi 27,5%. Namun

prevalensi balita pendek kembali meningkat 29,6% pada 2018.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian stunting ?

2. Apa tanda dan gejala stunting ?

3. Bagaimana patofisiologi pada stunting ?

4. Apa saja penyebab stunting ?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting ?

6. Bagaimana penilaian Stunting secara Antropometri ?

7. Apa dampak stunting ?

8. Bagaimana cara mencegah stunting ?

9. Apa penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi ?

10. Apa saja pengobatan pada stunting ?

11. Apa saja peran perawat dalam stunting?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian sunting.

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala stunting.

3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada stunting.

4. Untuk mengetahui penyebab stunting.

5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.

6. Untuk mengetahui bagaimana penilaian pada stunting secara Atropometri.

7. Untuk mengetahui dampak stunting.

8. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah stunting.

9. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi.

10. Untuk mengetahui pengobatan pada stunting.

11. Untuk mengetahui peran perawat dalam stunting

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Balita pendek (Stunting)

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek

hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan

pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan

gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan

linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang

buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan

sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting

memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan

penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual

akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder

(2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan

dan meningkatkan risiko kematian.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan

laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5

besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil

Riskesdas 2016, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di

Indonesia adalah 29% . Angka ini mengalami penurunan pada 2017 menjadi 27,5%. Namun

prevalensi balita pendek kembali meningkat 29,6% pada 2018

1
B. Tanda dan gejala stunting

1. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat bayi lahir rendah)

pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh kelenjarnya tidak sempurna.

2. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun desimal.

3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan hormonal.

4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.

5. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.

C. Patofisiologi stunting

Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru

terlihat ternyata balita tersebut pendek Masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cuk up lama akibat orang tua/keluarga tidak tahu

atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi

anaknya. Riskesdas 2016 menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2-4 tahun yang

mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang mengonsumsi protein di

bawah kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan

mengganggu pertumbuhan berat dan tinggi badan.

Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan

minimal dan 49,5% wanita hamil yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal

yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya. S elain asupan

yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan.

Sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui peningkatan kerawanan

anak terhadap penyakit infeksi. Anak yang sering sakit akibat rendahnyaperilak

2
hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kronis dan berdampak

anak menjadi pendek.

Dari hasil Riskesdas, 2018 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita memiliki akses

sumber air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakat yang terakses dengan sanitasi,

di perkotaan 71,4% dan pedesaan 38,5%. Penanganan sampah di masyarakat 52% dibakar

dan penggunaan bahan bakar arang dan kayu bakar 40,0%. Selain itu juga ternyata Dua dari

3 perokok kita (76,7%) merokok di rumah dan dampak dari semua ini berpotensi

menyebabkan penyakit diare dan gangguan pernapasan pada balita.

D. Penyebab Stunti ng

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses

kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan.

Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan

stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung

yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan

gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR),

sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan.

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya

asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya

kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan

gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan

yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen dan Gi

3
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang

telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut

saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu

sebagai berikut :

1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan

yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air)

2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)

3. Riwayat penyakit.

E. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunti ng

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan

energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak

sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunting meningkat dengan bertambahnya usia,

peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa

lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.

Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunting dan pengaruhnya antara

lain sebagai berikut :

1. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan

mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah pada

anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental

sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak

dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk

sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak

4
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan

anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.

2. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak.

Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI

yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi

pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunting

mengkonsumsi makanan yang berada d i bawah ketentuan rekomendasi kad ar gizi, berasal

dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah

pinggiran kota dan komunitas pedesaan.

3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.

Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan

pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi

wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan

dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.

Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam

proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

F. . Penilaian Stunting secara Antropometri

Untuk menentukan stunting pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran

tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri

merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari

beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang

digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan proteindanenergi.

5
Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan

(Gibson, 2005).

1. Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan

WHO.

Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median, dan

standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak- anak.

Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai individu

dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi

dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan

Z-score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan

indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan

secara statistik dari pengukuran antropometri.

2. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunting) adalah penting

dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak

masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai

dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita

berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut

(Sumber WHO 2006)

G . . Dampak Stunti ng

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar

menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal

tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang

berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi

kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanyapada

6
fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak

setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang

yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya

angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-

fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat

kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit

diperbaiki.

Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu

kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

H. Cara Mencegah Stunti ng

1. Mencegah Stunti ng pada Balita

Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di

masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan

prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak

pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur, n

amun pertambahan tinggi badan relati f kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu

singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk

mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak

usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk

mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang

baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun padabalita. Selain

itu, menangani balita yang dengan

7
tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang

telah stunting agar tidak semakin berat.

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan

dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu

hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi

(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat

ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan

pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat

makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin

A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan

dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar.

Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk

mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan

terjadinya balita stunting.

Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan

kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada

dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi

dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti.

10
10
1. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama:

a. Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi

stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil

dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka

perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu

mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus

tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

b. Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI)

saja (ASI Eksklusif).

c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak

memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap

11
11
2. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

a. Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk

kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan

segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan

gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta

kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga

kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk

pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu

protein, selama itu juga perlu tamb ahan vitamin dan mineral untuk membantu proses

pertumbuhan itu.

b. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan

ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi

makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang

bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan

kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari

jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar

air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum

sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air

buah.

1) Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah

makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.

Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini

sebaiknya bayi disusui selama minimal

12
12
20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila

hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan

memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.

2) Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun

Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi

perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan

cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak

juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks

seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh

kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan ju ga

makanan keluarga secara bertahap sesuai k emampuan anak. Variasi makanan harus

diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam,

zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah

hati anda tanpa efek samping.

J. Penatalaksaan

Pengobatan pada stunting antara lain :

1. Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan

kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,

susu, keju, kacang-kacangan.

2. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur

metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk

mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,udang.

3. Zat Besi

13
13
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan

metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan,

sayuran hijau dan buah-buahan.

4. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel, me

mproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :

bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

K. Peran perawat pada anak stunting

1. Pemberi perawatan

Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada

individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai

dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat

sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar

seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.

2. Sebagai Advocat keluarga

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan

informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapat

ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan

14
14
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi

kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.

3. Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan

kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek

yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan

tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus

bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan stunting (bayi pendek)

merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator )

4. Konseling

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap

keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam

perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan

masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat.

15
15
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau

keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya

(MCN, 2009).

Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan

terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi

badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis

atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk

gizi kurang pada anak.

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur

yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan

indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau

kesehatan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung

yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil

dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation

(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan

dan perkembangan.Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain

kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian

makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk menentukan stunted pada anak

dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan

pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan

antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh

menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui

16
16
ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang menderita stunting berdampak tidak

hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan

prestasinya kelak setelah

B. SARAN

Stunting harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan pelayanan

kesehatan kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC berupa gizi ibu hamil, imunisasi

TT, dan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi harus di berikan ASI sampai umur 6

bulan. Setelah 6 bulan bayi harus diberikan makan pendamping ASI(M-ASI). Anak harus

di bawa ke posyandu secara rutin untuk mendapat pelayanan secara lengkap. Bagi balita

stunting segera di berikan pelayanan kesehatan.

17
17
DAFTAR PUSTAKA

http://www.stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=5433

http://kualitasnews.com/stunting-dan-dampak-kehidupannya-kedepan/

http://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/

http://eprints.ums.ac.id/20419/2/4._BAB_I.pdf

http://adindascabiosa.co.id/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html

https://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/

Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef Indonesia.Oktober 2012.

Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.

18
18

Anda mungkin juga menyukai