Anda di halaman 1dari 12

PERBANDINGAN RISK ASSASMENT KEGAGALAN PELAYANAN PASIEN

OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM


SURABAYA

Comparison of Risk Assasment of FailurePatient Care by Nurses in inpatient unit


at Rumah Sakit Islam Surabaya

Dhevy Citra Ayu Lestari


1
S1 Kesehatan Masyarakat,Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,
Surabaya
Email: dvcitra@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Setiap tindakan medis mengandung risiko didalamnyasehingga dalam upaya pencegahannya
dilakukan dengan meminimalisir kemungkinan risiko yang akan terjadi. Diketahui bahwa angka probabilitas
insiden keselamatan pasien di unit rawat inap dengan KNC sejumlah 22 kasus (68,75% )pada bulan Januari –
Maret tahun 2016 di RS Islam Surabaya.Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian risiko (risk
assasment)insiden keselamatan pasien dilihat dari proses pelayanan, potensi kegagalan, penyebab, dampak,
dan tingkat risiko pada tahapan proses yang diprioritaskan. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan crossectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada kepala
perawat, kepala unit rawat inap, kepala ruangan, dan perawat. Pengolahan data menggunakan metode failure
modes and effect analysis (FMEA). Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai RPN tertinggi
pada ruang ke-1 sebesar 168 pada kegagalan pemasangan gelang pasien,sedangkan pada ruang ke-2 sebesar
126 pada kegagalan penentuan triage. Pembahasan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kegagalan pelayanan tiap ruangan di unit rawat inap berbeda-beda tergantung potensi risiko proses pelayanan
yang dilakukan.Perbaikan kegagalan yang perlu dilakukan adalah dengan menerapkan pelatihan secara
periodik dan pelaksanaan supervisi dari pihak rumah sakit terkait kinerja perawat, serta mengembangkan
metode Failure Modes and Effect Analysis untuk meminimalisir risiko yang terjadi sebelum terjadi insiden
pada pasien.

Kata Kunci : potensi kegagalan, pelayanan rawat inap,penilaian risiko

ABSTRACT

Introduction : Every medical act to contain risk in it so that the prevention efforts made to minimize the
possibility of risk that will happen. It is known that the probability figures of patient safety incidents in
inpatient unit with KNC representatives of 22 cases (68.75%) in January-March 2016 at the
RumahSakitlslam Surabaya. This study aims to conduct a risk assessment (risk assasment) patient safety
incidents seen from the service process, the potential for failure, causes, impacts, and the level of risk in the
process the priority. Method : This research is a descriptive cross sectional approach. The data collection is
done by interviews with the head nurse, head of the inpatient unit, the head of the room, and the nurse.
Processing Data using failure modes and effects analysis (FMEA) method. Result : Based on research results
was RPN highest at the 1st room amounted to 168 at the installation failure patient wristbands, while the 2nd
room for 126 at the failure determination triage. Discussion : From these results it can be concluded that the
service failure every room in inpatient units vary depending on the potential risks ofservice failure process is
done. Repair failure that needs to be done are apply the training periodically and supervision of the
implementation of performance-related hospital nurses, and develop Failure Modes and Effects Analysis
method to minimize the risk that occur before incidence to patients.

Keywords :failure potential,Inpatient service, risk assasment

PENDAHULUAN serta meminimalisir risiko yang terjadi pada


pasien. Setiap tindakan medis mengandung
Berbagai upaya peningkatan kualitas risiko didalamnya, sehingga dalam upaya
pelayanan di Rumah Sakit ditujukan untuk pencegahannya dilakukan meminimalisir
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat kemungkinan risiko yang akan terjadi yang
kemungkinan dapat menyebabkan insiden risiko kegagalan proses pelayanan di ruang
keselamatan pasien.Keselamatan pasien rawat inap untuk mencegah terjadinya
didefinisikan sebagai “the prevention of insiden keselamatan pasien adalah
harm to patients” yaitu pencegahan kerugian menggunakan penilaian risiko (risk
pada pasien dengan mencegah terjadinya assasment) dengan didukung penggunaan
kesalahan, belajar dari kesalahan yang pernah metodeFailure Model and Effect Analysis
terjadi, dan dibangun diatas budaya (FMEA). Penelitian ini bertujuan untuk
keselamatan yang melibatkan para mengidentifikasi proses pelayanan terkait
profesional medis, organisasi, dan pasien potensi kegagalan, penyebab, dampak, dan
(Institution of Medicine,2000)Serta terhindar tingkat risiko pada tahapan proses yang
dari berbagai kerugian yang tidak diinginkan diprioritaskan di Unit Rawat Inap RS Islam
atau potensi bahaya yang berhubungan Surabaya menggunakan metode Failure
dengan kesehatan yang meliputi Kejadian Modes and Effect Analysis
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris (FMEA).Penelitian ini diharapkan
Cidera(KNC), dan Kejadian Sentinel(KS). bermanfaat bagi rumah sakit dan fakultas
Hal tersebut dapat berakibat terhadap kesehatan massyarakat UNAIR tempat
menurunnya loyalitas pasien terhadap peneliti belajar terkait pengembangan teori
pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit analisis risiko peningkatan program
serta penurunan tingkat keselamatan keselamatan pasien menggunakan metode
pasien(Depkes RI,2008) Failure Modes and Effect Analysis (FMEA).
Di Indonesia, dari laporan insiden
keselamatan pasien berdasarkan jenisnya dari METODE PENELITIAN
145 insiden yang dilaporkan didapatkan
angka kejadian nyaris cedera (KNC) sebesar Penelitian ini merupakan penelitian
69 kasus (47,6%), kejadian tidak diharapkan kualitatif semi kuantitatif dengan
(KTD) sebanyak 67 kasus (46,2%), dan lain- menggunakan metode dalam menganalisis
lain sebanyak 9 kasus (6,2%). Meskipun faktor – faktor resiko pada proses pelayanan
telah ada laporan insiden yang diperoleh, yang dapat berisiko menimbulkan insiden
perhitungan kejadian yang berhubungan keselamatan.Rancang bangun penelitian ini
dengan keselamatan pasien masih terbatas adalah penelitian deskriptif yang
(Lumenta, 2008).Angka tersebut diatas rata- menggunakan pendekatan
rata yang seharusnya o% atau zero accident crossectional.Penelitian dilakukan sejak
yang ditetapkanoleh PERMENKES Nomor Desember 2015 – selesai. Pengumpulan data
1691 Tahun 2009 tentang keselamatan pasien dan pelaksanaan penelitian dilakukan di
(Kemenkes RI,2011). Rumah Sakit Islam Surabaya, yang berlokasi
Penelitian ini dilakukan di RS Islam di JL Ahmad Yani Surabaya, Jawa Timur.
Surabaya, dimana berdasarkanhasil studi Sumber informasi berasal dari berdasarkan
pendahuluan diketahui bahwa dari angka hasil wawancara yang dilakukan dengan
probabilitas insiden keselamatan pasien bulan Kepala Unit Rawat Inap, Kepala Ruang
Januari-Maret tahun 2016 berdasarkan lokasi Rawat Inap, dan Kepala Bagian Keperawatan
kejadian yang memiliki angka tertinggi di Rumah Sakit Islam Surabaya.
adalah Unit Rawat Inap dengan rerata sebesar Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan risk
1,23%. Diketahui bahwa pada triwulan assasment yaitu, pada tahapan pertama pada
pertama selama bulan januari sampai dengan penelitian ini dilakukan identifikasi risiko
februari angka probabilitas insiden (risk identification) dengan mengidentifikasi
keselamatan pasien di ruang Rawat Inap jenis kegagalan dan prioritas proses yang
cenderung meningkat antara 0,70% - 2,29 %. paling berisiko. Pada tahap kedua melakukan
Berdasarkan data insiden yang terjadi dari 32 analisis risiko(risk analysis) gambaran alur
kasus yang terjadi di Unit Rawat Inap, proses pelayanan di Unit Rawat Inap,
didapatkan angka KNC sejumlah 22 kasus selanjutnya dilakukan identifikasi risiko pada
(68,75%), KTD sejumlah 3 kasus (9,37%), failure mode, potencial cause, dan effect
KTC sejumlah 6 kasus (18,75%), dan KS failure yang dapat timbul pada tahapan
sejumlah 1 kasus (3,13%). proses. Selain itu juga menghitung severity,
Salah satu metode yang dapat occurence, dan detection untuk menentukan
digunakan untuk mengidentifikasi tingkat Risk Priority Number (RPN). Pada tahapan
ketiga adalah prioritas risiko(risk priority) Effect Analysis (FMEA) untuk menentukan
yaitu dengan menentukan prioritas jumlah Seferity (Tingkat Keparahan),
tingkatrisk priority number(RPN) Dari hasil Occurence (Frekuensi kegagalan), dan
risk priority number (RPN) akan diketahui Detection pada kegagalan proses yang dapat
kegagalan yang sangat berisiko untuk berdampak pada insiden keselamatan pasien.
menimbulkan insiden keselamatan pasien Dari hasil analisis menggunakan metode
yang diprioritaskan untuk diselesaikan Failure Mode and Analysis Effect (FMEA)
terlebih dahulu. ditemukan seberapa besar potensi kegagalan
Pengolahan semua data hasil penelitian proses yang diprioritaskan untuk
akan dilakukan pengolahan dengan dibandingkan antar ruangan yang
penerapan Metode Failure Mode and diteliti.Parameter dalam menentukan tingkat
Analysis Effect (FMEA). Data hasil Seferity (Tingkat Keparahan), Occurence
wawancara digunakan untuk identifikasi (Frekuensi kegagalan), dan Detection
kegagalan yang timbul dari proses pelayanan berdasarkanGuidlines For Failure Modes
rawat inap, penyebab kegagalan proses, dan And Effect Analysis For Medical Devices
menentukan dampak dari kegagalan tersebut. Tahun200(Anonim,2003).Dijelaskan yaitu
Selanjutnya data akan dianalisis sebagai berikut:
menggunakan metode Failure Modes and

Tabel 1. Penentuan Severity

Rank Efek Penjelasan


10 Amat sangat berbahaya Kegagalan dapat menyebabkan kematian pada pelanggan
(pasien, pengunjung, karyawan,dll) dan menyebakan
kerusakan total sistem tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya
9 Sangat berbahaya Kegagalan dapat menyebabkan cedera berat atau permanen
8 pada pelanggan, kerusakan pada sistem yang dapat
menghentikan pelayanan dengan adanya tanda-tanda
sebelumnya
7 Berbahaya Kegagalan menyebabkan cedera ringan hingga sedang
dengan tingkat ketidakpuasan yang tinggi pada pelanggan
dan atau menyebabkan gangguan sistem yang membutuhkan
perbaikan berat atau pengulangan
6 Bahaya sedang Kegagalan menyebabkan cedera ringan dengan sedikit
5 ketidakpuasan pada pelanggan dan atau menimbulkan
masalah padasistem
4 Ringan sampai sedang Kegagalan menyebabkan cedera sangat ringan atau tidak
3 cedera tetapi dirasa mengganggu pelanggan dan atau
menimbulkan masalah ringan pada sistem yang dapat diatasi
dengan modifikasi ringan
2 Ringan Kegagalan tidak menyebabkan cedera, pelanggan tidak
menyadari adanya masalah tetapi berpotensi menyebabkan
cedera ringan dan tidak berdampak pada sistem
1. Tidak ada Kegagalan tidak menyebabkan cedera dan tidak memberikan
dampak pada sistem

Tabel 2. Penentuan Occurrence

Rank Frekuensi Penjelasan


10 Kemungkinan Kegagalan terjadi paling tidak sekali sehari atau hampir
terjadinya dapat setiap waktu
dipastikan
9 Hampir tidak dapat
Kegagalan dapat diprediksi terjadi setiap 3 atau 4 hari
dihindarkan
8 Sangat tinggi Kegagalan terjadi setiap satu kali dalam seminggu
7
6 Tinggi Kegagalan terjadi setiap sebulan sekali
5
4 Sedang Kegagalan terjadi setiap 3 bulan sekali
3
2 Rendah Kegagalan terjadi setiap satu tahun sekali atau jarang terjadi
1 Sangat rendah Kegagalan hampir tidak pernah terjadi

Tabel 3. Penentuan Detection

Rank Deteksi Penjelasan


10 Tidak mungkin diketahui Tidak ada mekanisme untuk mengetahui
adanya kesalahan

9 Kegagalan dapat dideteksi hanya dengan


Sangat sulit diketahui inspeksi yang menyeluruh, tidak layak, dan
tidak segera dapat dilakukan
8
7 Kegagalan dapat diketahui dengan inspeksi
manual atau tidak ada proses yang baku
Sulit diketahui
untuk mengetahui, sehingga ketahuan
karena kebetulan
6
5 Ada proses untuk double check atau
Sedang inspeksi tetapi tidak otomatis atau dilakukan
secara sampling
4 Dapat dipastikan terdapat proses inspeksi
Tinggi
yang rutin tetapi tidak otomatis
3
2 Sangat tinggi Dapat dipastikan terdapat proses inspeksi
yang rutin tetapi otomatis
1 Hampir pasti Terdapat proses otomatis yang dapat
menghentikan proses untuk mencegah
kegagalan

HASIL PENELITIAN 1 kepala bagian keperawatan, dan perwakilan


2 orang kepala ruang dari 2 ruangan yang
Karakteristik Responden berbeda di unit rawat inap RS Islam
Surabaya.
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Islam
Surabaya memiliki 9 ruang rawat inap yang Risk Identification
dikepalai oleh 7 orang kepala ruang. Pada
penelitian ini peneliti membatasi hanya 2 Pada tahap identifikasi risiko atau risk
ruangan saja yang akan diteliti untuk identification akan dilakukan identifikasi
dilakukan perbandingan, dimana kedua terkait jenis kegagalan yang timbul yang
ruangan tersebut memiliki risiko insiden meliputi:
tertinggi dari 9 ruangan yang terdapat di Unit 1. Pasien Masuk Rawat Inap
Rawat Inap RS Islam Surabaya. Responden a. Kegagalan menentukan triage
pada penelitian ini terdiri 6 orang yang b. Kegagalan dalam entri data jenis
dilakukan wawancara dengan menggunakan pasien
instrumen panduan wawancara yang telah c. Kelengkapan persyaratan administrasi
disusun oleh peneliti. Dari 4 responden pasien
tersebut terdiri atas 1 kepala unit rawat inap,
d. Malfunction krane/tempat mengangkut membantu mengidentifikasi potensi
pasien kegagalan pada sistem, desain, proses dan
2. Serah Terima Pasien atau servis serta merekomendasikan tindakan
a. Kegagalan identifikasi status pasien korektif untuk memperbaiki kegagalan ini
b. Kegagalan koreksi pemeriksaan sebelum sampai kepada pelanggan (Stamatis,
penunjang yang belum dilakukan 2003)
c. Kegagalan pemasangan gelang pasien
(belum terpasang) Tahapan pelaksanaan failure modes and
d. Kegagalan konfirmasi kepada dr DPJP effect analysis (FMEA)sebagai berikut:

3. Manajemen Asuhan Keperawatan 1. Identifikasi Proses pelayanan Rawat Inap


a. Kegagalan dalam personal brand Pelaksanaan perawatan pada pasien
perawat yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit
b. MAKP yang belum bisa berjalan Islam Surabaya dimulai dari pasien masuk
optimal oleh perawat rumah sakit yang ditentukan dari dua pintu
c. Kegagalan pelaporan ulang pada DPJP utama yaitu melalui Instalasi Gawat Darurat
yang terlupakan (IGD) atau dari Rawat Jalan menuju ke Unit
Rawat Inap dengan didukung oleh unit
Risk Analysis penunjang. Pada Gambar 1 adalah proses
pelayanan pasien yang akan melakukan rawat
Dalam melakukan analisis risiko terkait inap mulai dari pasien masuk ruangan,
merupakan tahapan penggunaan metode mendapatkan perawatan dan pengobatan
failure modes and effect analysis (FMEA) sampai dengan diijinkan untuk pulang.
yaitu merupakan suatu metode yang

Pasien
Masuk

Serah Terima Pasien

Manajemen Asuhan Keperawatan

Monitoring Gizi Pasien

Pemeriksaan DPJP

Pemeriksaan Penunjang

Pasien
Pulang

Gambar 1. Alur pelayanan pasien rawat inap RS Islam Surabaya


Pada proses tersebut, peneliti hanya Pada proses ini dilakukan serah terima
membatasi pada proses pasien masuk, serah status pasien dari perawat IGD pada
terima pasien dan manajemen asuhan perawat ruang rawat inap. selanjutnya
keperawatan (MAKP). Dimana proses perawat melakukan pengecekan apakah
tersebut merupakan sebagian besar tanggung tindakan pemeriksaan awal dan
jawab perawat yang bertugas. Penjelasan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
terkait alur proses pelayanan pasien rawat di IGD sudah dilakukan. Perawat
inap sebagai berikut: memeriksa pemasangan gelang identitas
a. Pasien masuk pasien, dan melakukan pemeberitahuan
Pada proses ini perawat dalam pada Dokter Penanggung Jawab Pasien
kinerjanya melalui beberapa tahapan (DPJP).
proses dalam pelayanan yang diberikan c. Manajemen asuhan keperawatan
pada pasien yang meliputi memastikan Perawat pada proses ini melakukan
bahwa pasien harus rawat inap atau orientasi keluarga terkait peraturan rumah
tidak melalui koordinasi dengan dokter sakit, fasilitas, dan lain sebagainya. Perawat
IGD. Selanjutnya memastikan data diwajibkan membuat asuhan keperawatan,
pasien benar adanya dari admission serta melakukan pelaporan ulang kepada
TPPRI, dan memastikan pasien menuju Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
ruang rawat inap dengan aman. Menentukan failure modes, cause failure,
b. Serah terima pasien dan effect failure

Tabel 5. Kemungkinan kegagalan proses pelayanan pasien rawat inap secara

Proses
(Tahapan) Failure mode Cause failure Effect failure

1. Pasien masuk 1. Kegagalan 1. Kompetensi dan skill 1. Tidak dapat


menentukan triage dokter yang memprioritaskan
2. Kegagalan dalam menanganani dalam pasien untuk rawat
entri data jenis pasien menentukan triage inap atau pulang
3. Kelengkapan 2. Kurangya ketelitian 2. Biaya yang
persyaratan petugas pendaftaran di dikeluarkan pasien
administrasi pasien TPPRI tinggi
4. Malfunction tempat 3. Pasien tidak membawa 3. Salah identitas
mengangkut pasien kartu BPJS atau pasien
lainnya 4. Waktu tunggu
pendaftaran pasien
menjadi lama
2. Serah terima 1. Kegagalan 1. Kurangnya ketelitian 1. Salah pasien,
pasien identifikasi status petugas koreksi kesalahan
pasien kelengkapan pengisian pengobatan ,
2. Kegagalan koreksi status pasien perawatan, salah
pemeriksaan 2. Kurangnya ketelitian pemberian obat
penunjang yang petugas koreksi 2. Kesalahan
belum dilakukan (tindakan tidak ditulis) tindakan lanjutan
3. Kegagalan 3. Kurangnya ketelitian yang diberikan
pemasangan gelang petugas koreksi 3. Salah pasien,
pasien (belum pemasangan gelang kesalahan
terpasang) pasien pengobatan ,
4. Kegagalan konfirmasi 4. Dokter lupa karena perawatan, salah
kepada dr DPJP banyak pasien, dokter pemberian obat
tidak ditempat saat 4. Keterlambatan
akan dikonfirmasi pasien mendapat
pemeriksaan/visite
3. Manajemen 1. Kegagalan 1. Kerapian pakaian 1. Informasi terkait
Asuhan dalam personal brand perawat, ketepatan orientasi yang
Keperawatan perawat ( cara penyampaian diberikan tidak
(MAKP) berkomunikasi, informasi, kurangnya dipahami dan
perilaku,dll) skill komunikasi. dilaksanakan oleh
2. MAKP yang 2. Perawat kurang keluarga pasien
belum bisa berjalan memprioritaskan 2. Pelayanan yang
optimal oleh perawat penugasan yang dijalankan tidak
3. Kegagalan dibebankan tertata dengan
pelaporan ulang pada 3. Dokter tidak baik
DPJP yang terlupakan berada di tempat, atau 3. Kondisi pasien
sedang menangani tidak dapat
banyak pasien diketahui jika ada
4. Perawat lupa perubahan klinis
melaporkan karena
beban kerja yang tinggi

2. Penilaian severity, occurence, dan detection

Tabel 6. Penetapan kemungkinan tingkat risiko kegagalan proses pada pasien

No Proses Kegagalan Ruang 1 Ruang 2


Sev Oc Det RP Sev Oc Det RP
c N c N
1. Pasien 1. Kegagalan menentukan 6 6 3 108 2 9 7 126
Masuk triage 1 5 4 20 2 3 6 36
Rawat 2. Kegagalan dalam entri
Inap data jenis pasien 1 5 4 20 2 3 6 36
3. Kelengkapan
persyaratan 3 2 3 18 2 1 6 12
administrasi pasien
4. Malfunction
krane/tempat
mengangkut pasien
2. Serah 1. Kegagalan identifikasi 6 8 3 144 2 2 6 24
Terima status pasien
Pasien 2. Kegagalan koreksi 5 4 5 100 2 2 5 20
pemeriksaan
penunjang yang belum 7 6 4 168 2 3 6 36
dilakukan
3. Kegagalan 6 4 3 72 2 2 3 24
pemasangan gelang
pasien (belum
terpasang)
4. Kegagalan konfirmasi
kepada dr DPJP
3. Manaje 1. Kegagalan dalam 3 2 8 48 2 3 3 18
men personal brand perawat
Asuhan 2. MAKP yang belum 6 5 3 90 4 2 1 8
Kepera bisa berjalan optimal
watan oleh perawat 3 2 4 24 4 2 1 8
3. Kegagalan pelaporan
ulang pada DPJP yang
terlupakan

Risk Priority

Tabel 7. Penentuan prioritas risiko kegagalan pada proses pelayanan rawat inap

No Tahapan Proses Kegagalan RPN (R1) RPN


(R2)
1. Pasien Masuk 1. Kegagalan menentukan triage 108 126
Rawat Inap 2. Kegagalan dalam entri data jenis 20 36
pasien
3. Kelengkapan persyaratan administrasi 20 36
pasien
4. Malfunction krane/tempat mengangkut 18 12
pasien
2. Serah Terima 1. Kegagalan identifikasi status pasien 144 24
Pasien 2. Kegagalan koreksi pemeriksaan 100 20
penunjang yang belum dilakukan
3. Kegagalan pemasangan gelang pasien 168 36
(belum terpasang)
4. Kegagalan konfirmasi kepada dr DPJP 72 24
3. Manajemen 1. Kegagalan dalam personal brand 48 18
Asuhan perawat
Keperawatan 2. MAKP yang belum bisa berjalan 90 8
optimal oleh perawat
3. Kegagalan pelaporan ulang pada DPJP 24 8
yang terlupakan

Berdasarkan tabel 7. Diketahui bahwa yang dilakukan yang mengacu pada


tingkat prioritas tertinggi di ruang ke-1 yang pengalamannya(Berg, 1996)
memiliki tingkat keggagalan tertinggi pada Dilihat dari pendidikan yang dimiliki
pada kegagalan pemasangan gelang pasien responden, sebagian besar memiliki gelas S1
dengan nilai RPN sebesar 168 pada proses keperawatan, dan terdapat 1 orang responden
serah terima pasien, sedangkan paada ruang yang berprofesi sebagai Dokter Umum.
ke-2 yang memiliki tingkat kegagalan Tingkat pendidikan perawat sangat
tertinggi pada pada kegagalan menentukan berpengaruh terhadap kinerja perawat (Yeni
triage dengan nilai RPN sebesar 126 pada Warni Isesreni,,2009)
proses pelaksanaan manajemen asuhan Sebagian besar perawat atau responden
keperawatan. pada penelitian ini memiliki lama bekerja
antara 2-30 tahun masa kerja. Masa kerja
PEMBAHASAN perawat berhubungan dengan kepemimpinan
efektif pada komunikasi dan pengambilan
Karakteristik Responden tindakan, terdapat hubungan bermakna
tentang masa kerja perawat pelaksana dengan
Sebagian besar responden pada budaya kerja. Masa kerja berhubungan
penelitian ini merupakan perawat dengan dengan pengalaman kerja seseorang yang
karakteristik yang berbeda-beda dan dari melibatkan kebijaksanaan moral dan
kategori pendidikan yang berbeda-beda. kepekaan etik (A Bishop dan J Scudder,
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 2001)
keseluruhan responden memiliki jenis
kelamin perempuan dengan rata-rata berusia Risk Identification
20-50 tahun. Usia perawat menjadi indikator
dalam mengambil keputusan dalam tindakan Risk Identification adalah proses untuk
menentukan risiko yang secara potensial
menghalangi program untuk mencapai patologi, area keperawatan, objektif,
tujuannya (PR Garvey, 2008).Risko-risko serta kritis. Tahap selanjutnya adalah
pada penelitian ini merupakan kegagalan intervensi dan implementasi dari hasil
yang terjadi pada proses pelayanan rawat perencanaan yang telah disusun sesuai
inap yang dapat berdampak pada dengan kondisi pasien dan lingkungan
keselamatan pasien dan mengganggu sistem rumah sakit sesuai Standar Operasional
pelayanan rawat inap. yang berlaku. Tahap terakhir adalah
1. Pasien masuk evaluasi atas hasil kinerja yang
Pada proses pasien masuk ruangan dilakukan. Pada tahap ini
merupakan proses awal dalam memungkinkan perawat untuk
melakukan identifikasi pada pasien. mengalami berberapa halangan atau
disini peran perawat dibutuhkan untuk kegagalan dalam pelaksanaan proses
melakukan pengecekan ulang pada salah satunya adalah
pasien yang akan rawat inap. selain itu kegagalanoptimalisasi MAKP yang
perawat diharapkan untuk memastikan belum berjalan optimal dan pelaporan
keselamatan dan keamanan pasien saat ulang DPJP yang terlupakan.
dibawa dari IGD menuju ruangan rawat
inap. salah satu kegagalan yang Risk Analysis
mungkin dapat terjadi adalah pasien
jatuh dari tempat tidur atau kursi roda. Analisis risiko adalah sebuah prosedur
Ketidaktelitian pihak admisi TPPRI juga untuk mengenali satu ancaman dan
perlu diperhatikan terkait input data kerentanan, kemudian menganalisanya untuk
pasien, sehingga perawat diharapkan memastikan hasil tindakan, dan menyoroti
memastikan kembali data pasien secara bagaimana dampak yang ditimbulkan
jelas. sehinggga dapat dihilangkan atau dikurangi.
2. Serah Terima Pasien
Pada proses serah terima pasien perawat 1. Potensi kegagalan, penyebab, dan
IGD dan perawat ruangan rawat inap dampak
melakukan operan pasien dengan data Analisis risiko kegagalan terkait jenis
status pasien yang diterima. Pada proses kegagalan dapat dilakukan dengan
ini sebagian besar dapat berpotensi wawancara ada pihak yang secara
terjadinya kegagalan pada identifikasi langsung berhubungan dengan unit
pasien. Pada tahap ini perawat perlu rawat inap atau melakukan observasi
meningkatkan tindakan korektif pada secara langsung. Berdasarkan penelitian
data-data pasien untuk menghindari ini diketahui bahwa pada setiap proses
adanya kesalahan pada identitas pasien. pelayanan memiliki tingkat kegagalan
selain itu pengecekan gelang pasien juga yang berbeda-beda tergantung dengan
diperlukan dalam hal pemberian perilaku atau tindakan yang diberikan
pengobatan, apabila pemeriksaan dan oleh tenaga medis dan kondisi pasien itu
pengobatan yang diberikan salah maka sendiri.Penyebab dan kegagalan tersebut
dapat berakibat pada memburuknya dapat dilihat pada Tabel 5. dengan
kondisi pasien. mendeskripsikan tiap proses yang
3. Manajemen Asuhan Keperawatan kemungkinan menimbulkan kegagalan.
Manajemen asuhan keperawatan Kedua ruangan yang diteliti memiliki
merupakan tahapan selanjutnya yang kemungkinan keggalan yang hampir
harus dilakukan perawat dalam sama, hanya saja yang membedakannya
mendukung kinerjanya. Tahapan terkait penentuan tingkat keparahan,
manajemen asuhan keperawatan frekuensi kegagalan, dan cara
meliputi pengkajian data pasien, melakukan deteksi yang berbeda-beda.
validasi, danmelakukan interpretasi data
pasien. Selanjutnya melakukan diagnosa 2. Penilaian severity, occurence, dan
keperawatan, yaitu pengambilan detection
keputusan dengan menganalisis data a. Pasien masuk ruangan
pasien yang telah dikumpulkan, yang Pada proses pasien masuk
didukung dengan pengetahuan fisiologi, ruangan terdapat beberapa kemungkinan
kegagalan proses yang memiliki tingkat dan kenyamanan pasien, dengan tidak
risiko tertinggi. Dari ruangan pertama memiliki tingkat keparahan yang dapat
risiko tertinggi terdapat pada kegagalan mennyebabkan cedera pada pasien, serta
menentukan triage oleh dokter IGD frekuensi kegagalan masuk pada
dengan tingkat keparahan (severity) kategori sedang, untuk deteksi yang
yang tergolong bahaya sedang, dilakukan tergolong tinggi untuk
frekuensi kegagalan (occurence) diketahui.
dikatakan tinggi yaitu kemungkinan
dapat terjadi sebulan sekali, dan untuk Risk Priority
Deteksi (Detection) dirasa tinggi untuk
melakukan deteksi. Prioritas risiko merupakan urutan atau
Sedangkan pada ruangan kedua prioritas penanganan risiko yang harus
risiko kegagalan tertinggi juga terdapat dilakukan terlebih dahulu, dengan
pada kegagalan penentuan triage. memasukkan nomor respon risiko serta
Dengan tingkat keparahan dirasa ringan, tingkat urgensi atau menetapkan risiko mana
sering terjdai, akan tetapi cukup sulit yang memiliki prioritas paling tinggi melalui
untuk dideteksi. identifikasi bahaya yang ditimbulkan
b. Serah Terima Pasien (Bushido,2010).Prioritas risiko diperoleh dari
Pada tahapan serah terima pasien hasil RPN tertinggi yang akan diprioritaskan
untuk ruangan pertama memiliki risiko untuk ditangani. Risk Priority Number (RPN)
yang tinggi yang hampir sama yaitu didapatkan dari perkalian antara severity,
pada kegagalan pemasangan gelang occurence, dan detectionpada tahap
pasien. pada ruang pertama tingkat sebelumnya.
keparahan memiliki bahaya sedang, Pada tahapan prioritas risiko tersebut,
dengan frekuensi kegagalan sangat dari hasil penelitian yang dilakukan telah
tinggi, serta kemungkinan deteksi tinggi diketahui bahwa tingkat risiko kegagalan
untuk diketahui. Sedangkan pada tertinggi antara kedua ruangan yang
ruangan kedua dianggap memiliki dianalisis untuk ruang pertama terdapat pada
tingkat keparahan yang ringan, dengan kegagalan pemasangan gelang identitas
frekuensi kegagalan yang dimungkinkan ppasien (belum terpasang) dengan nilai RPN
bisa terjadi selang tiga bulan sekali, sebesar 168, untuk tingkat severity dikatakan
serta kemampuan deteksi yang sulit berbahaya dimana dapat memungkinkan
untuk diketahui. menyebabkan cedera berat atau permanen
c. Manajemen Asuhan Keperawatan apabila tidak segera ditangani atau
Keberhasilan pelayanan kesehatan menimbulkan ketidakpuasan pasien.
tergantung pada partisipasi perawat Sedangkan tingkat occurencepada kategori
dalam memberikan asuhan keperawatan tinggi atau frekuensi kegagalan sering terjadi,
yang berkualitas bagi pasien (Potter PA, dan detection yang dapat dikatakan tinggi
Perry,A.G. 2005). Pada ruangan kemungkinan untuk dideteksi. Kegagalan
pertama, tingkat risiko tertinggi pada tersebut disebabkan oleh kurangnya ketelitian
kegagalan pelaksanaan MAKP yang petugas atau perawat pelaksana yang
belum bias berjalan optimal oleh melakukan koreksi pemasangan gelang
perawat. Pada kegagalan tersebut identitas pasien. Kegagalan tersebut dapat
memiliki tingkat keparahan dengan berdampak padasalah pasien, kesalahan
bahaya sedang, denganfrekuensi pemberian pengobatan , perawatan, dan
kegagalan tinggi, serta deteksi yang sulit kesalahan pemberian obat.Menurut WHO
untuk diketahui. (2007),( WHO, 2007) bahwa kegagalan
Sedangkan pada ruangan kedua terkait identifikasi pasien yang meluas dan
untuk tingkat risiko tertinggi pada terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
kegagalan dalam personal brandyaitu secara benar sering mengarah kepada
perilaku dan tutur kata perawat, kesalahan yang dapat menyebabkan insiden
sertapenampilan perawat dalam keselamatan pasien.
pelaksanaan pelayanan, dinilai apabila Sedangkan pada ruang kedua yang
tidak dilakukan dengan baik dapak diteliti memiliki tingkat RPN yang berbeda
berdampak terhadap tingkat kepuasan yaitu sebesar 126 yang terdapat pada
kegagalan memastikan penentuan triage. diperluakan adanya pelatihan secara periodik
Kegagalan tersebut memiliki tingkat severity dan pelaksanaan supervisi dari pihak rumah
yang tergolong masih ringan yaitu tidak sakit terkait kinerja perawat, khususnya
menyebabkan cedera pada pasien ataupun Komite Penjaminan Mutu dan Keselamatan
tidak berdampak pada sistem pelayanan, Pasien (PMKP) terkait risiko-risiko yang
sedangkan tingkat occurence tergolong berpotensi menyebabkan insiden di ruang
cukup sering terjadi, serta untuk tngkat rawat inap Rumah Sakit Islam Surabaya.
detection masih tergolong sulit untuk Serta mengembangkan metode Failure
diketahui. Kegagalan tersebut disebabkan Modes and Effect Analysis untuk
oleh dimungkinkan terkait kompetensi dan meminimalisir risiko yang terjadi sebelum
skill dokter yang menanganani dalam terjadii insiden pada pasien.
menentukan triage dan kecekatan perawat
dalam melakukan konfirmasi pada IGD. DAFTAR PUSTAKA
Dampak yang dapat dirasakan apabila
kegagalan tersebut terjadi adalah Tidak dapat Institution of Medicine,2000. To Err is
memprioritaskan pasien untuk rawat inap Human : Building a Safer Healthn
atau pulang. System. Washington DC: National
Berdasarkan hasil penelitian yang Academy press.
dilakukan terhadap kedua ruangan rawat inap Depkes RI. 2008. Panduan Nasional
tersebut terkait kegagalan pelayanan terutama Keselamatan Pasien Rumah Sakit
oleh perawat, akan dilakukan perbandingan (Patient Safety). Jakarta: Bhakti
pada keduanya untuk menentukan tingkat Husada.Bishop,A.,Scudder,J. 2001
RPN tertinggi sehingga dapat diprioritaskan Nurshing ethics : Holistic caring
dalam melakukan perbaikan terlebih dahulu. practice (2nd ed). Boston : Jones and
Dapat diketahui bahwa tingkat RPN pada Bartlett Publisher.
ruang pertama tergolong tinggi daripada Lumenta, N.A. 2008. State of the art patient
ruang kedua dengan memiliki dampak yang safety. Disampaikan pada workshop
cukup besar pada keselamatan pasien Keselamatan Pasien dan Manajemen
sehingga dapat ditentukan bahwa Resiko Klinis di RSAB Harapan Kita
identifikasi pasien lebih diutamakan pada tanggal 1-3 April 2008.
dilakukan penenganan terlebih dahulu. Kemenkes RI. Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor 1691 Tahun 2011 tentang
KESIMPULAN DAN SARAN Keselamatan Pasien. Jakarta : DepKes
RI
Kesimpulan ________ . 2003. Guideline for Failure
Modes and Effect Analysis for Medical
Hasil penelitian ini menunjukanbahwa Devices. Ontario : Dyadem Press.
kegagalan pelayanan tiap ruangan di unit Stamatis,D.H. 2003. Failure Modes and
rawat inap berbeda-beda tergantung potensi Effect Analysis : FMEA from Theory to
risiko proses peelayanan yang dilakukan. Eecution. ASQ Quality Press
Perbaikan kegagalan yang perludilakukan Berg. 1996. Peranan Gizi dalam
adalah dengan pelatihan secara periodik dan pembangunana nasional. Jakarta: CV
pelaksanaan supervisi dari pihak rumah sakit Rajawali
terkait kinerja perawat, serta Isesreni, Yeni Warni. 2009. Hubungan
mengembangkan metode Failure Modes and Karakteristik Perawat Dengan Konerja
Effect Analysis untuk meminimalisir risiko Perawat di RSJ Prof. HB. Sa’anin
yang terjadi sebelum terjadii insiden pada Padang. MNM volume 1. Padang .
pasien. Bishop,A.,Scudder,J. 2001 Nurshing ethics :
Holistic caring practice (2nd ed).
Saran Boston : Jones and Bartlett Publisher.
Garvey, PR.. 2008. Analytical Methods for
Untuk meminimalisisr risiko insiden Risk Management : A Systems
keselamatana pasien dan meningkatkan Engineering Perspective. New York:
kualitas pelayanan di ruang rawat inap Taylor & Francis Group (UK).
Rumah Sakit Islam Surabaya maka
Potter, P.A, Perry,A.G. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik. Edisi 4. Volume
1. Alih Bahasa: YasminAsih, dkk.
Jakarta: EGC.
Bushido. 2010. Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA).
http://bushido02.wordpress.com/2010/
12/26/failure-mode-and-effect-
analysis-fmea/. [Diakses: 30 Juli 2016]
WHO, 2007. Nine Life Saving patient Savety
Solution. http://www.who.int. Diakses
26 juni 2016

Anda mungkin juga menyukai