Anda di halaman 1dari 12

Thabiea : Journal of Natural Science Teaching

Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Agama Islam Negeri Kudus
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Thabiea
p-issn: 2580-8974, e-issn: 2655-898x

Efektivitas Pembelajaran Biologi Berorientasi Literasi Saintifik


Adib Rifqi Setiawan
Madrasah Aliyah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS), Jl. KH. Turaichan Adjhuri No. 23 Kudus, Indonesia, 59315
alobatnic@gmail.com

ABSTRAK
Kata kunci: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan keefektifan pendekatan
literasi saintifik saintifik dalam pembelajaran biologi berorientasi literasi saintifik. Subjek
pembelajaran biologi dari penelitian ini adalah siswa program ilmu pengetahuan alam sekolah
pendekatan saintifik menengah di Kudus. Keefektifan diukur berdasarkan nilai ukuran efek
Cohen d berdasarkan hasil pretest dan posttest yang diambil menggunakan
desain deret waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keefektifan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi berorientasi literasi
saintifik berada di kategori sedang dengan nilai 0,548. Pendekatan
saintifik dapat menjadi tawaran model pembelajaran berorientasi literasi
saintifik serta tidak dapat ditemukan model terbaik untuk digunakan
dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam termasuk biologi.

ABSTRACT
Keyword: Effectiveness of biology learning scientific literacy oriented. The goals
biology learning of this work were to find the effectiveness of scientific approach in
scientific approach scientific literacy biological learning oriented. The subject of this study is
scientific literacy students of natural science program class in secondary school in Kudus.
To reveal effectiveness is measured based on the value of Cohen’s d effect
size based on pretest and posttest result gained with time series design.
The results of this work revealed that the effectiveness of scientific
approach in scientific literacy biological learning oriented were in medium
category with the value were 0,548. Scientific approach can be used as
alternative model for scientific literacy learning oriented nor did not found
the best model for science learning include biology.
Copyright © 2019 Institut Agama Islam Negeri Kudus. All Right Reserved
Pendahuluan tersebut ialah menggunakan pendekatan
Pembelajaran yang bertujuan untuk saintifik.
meningkatkan kemampuan siswa secara Pendekatan saintifik adalah pendekatan
optimal harus dilakukan melalui langkah pedagogis yang menggunakan langkah sesuai
terstruktur dan terukur (Setiawan & Koimah, dengan metode ilmiah (Setiawan, 2019).
2019). Struktur pembelajaran yang baik Nurohmah (2015) melalui one-group pretest-
diterapkan secara bertahap mulai dari langkah posttest menemukan bahwa pendekatan
sederhana sampai rumit. Seluruh langkah saintifik mempunyai keefektifan tinggi dalam
tersebut dibuat agar dapat diukur, baik dari sisi meningkatkan hasil belajar tiap aspek kognitif
pelaksanaan maupun pencapaian. Hal ini siswa pada jenjang pengetahuan, pemahaman,
berlaku secara umum, termasuk dalam dan penerapan. Setiawan (2017) kemudian
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menerapkan pendekatan saintifik dalam
seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan pembelajaran fisika berorientasi literasi
astronomi. Salah satu cara untuk menyusun saintifik. Hasil yang diperoleh menggunakan
pembelajaran yang sesuai dengan prinsip one-group pretest-posttest menyebutkan bahwa
pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika

JURNAL THABIEA Vol. 02 No. 02 Tahun 2019 | 83 – 94


topik mekanika dapat meningkatkan literasi experimental akan lebih kuat kalau
saintifik siswa di kategori sedang dengan nilai menggunakan dari kelompok true experimental
gain yang dinormalisasi sebesar 0,61. lantaran peneliti dapat mengontrol beberapa
Nurohmah (2015) berupaya untuk faktor yang tidak diharapkan memengaruhi
mengetahui seberapa besar keefektifan hasil penelitian.
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hasil Berdasarkan tuturan tersebut, kami
belajar. Besar keefektifan diukur berdasarkan memandang perlu dilakukan tindak lanjut
ukuran efek 𝐶𝑜ℎ𝑒𝑛 𝑑 terhadap hasil pretest dan terhadap Nurohmah (2015) dan Setiawan
posttest. Hasil pretest dan posttets diambil (2017) berupa penelitian yang memaduan
menggunakan tes objektif sebanyak 20 butir tujuan dan pembahasan data serta perbaikan
soal yang disusun sebagai alat pengukur hasil desain penelitian dari keduanya. Sehingga kami
belajar tiap aspek kognitif. Tes tersebut menerapkan pendekatan saintifik dalam
diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran biologi berorientasi literasi
pembelajaran sebanyak 3 pertemuan. Sementara saintifik siswa. Karena itu rumusan masalah
tujuan penelitian Setiawan (2017) ialah untuk yang menjadi fokus kami ialah, “Bagaimana
mendapat gambaran peningkatan literasi keefektifan pendekatan saintifik dalam
saintifik setelah diterapkan pendekatan saintifik pembelajaran biologi berorientasi literasi
dalam pembelajaran fisika topik mekanika. saintifik?”
Penerapan tersebut dilakukan menggunakan
desain pembelajaran yang diadaptasi dari Metode
usulan Utari, dkk. (2015). Peningkatan literasi Tujuan penelitian ini ialah untuk
saintifik diukur berdasarkan nilai gain yang menemukan keefektifan pendekatan saintifik
dinormalisasi terhadap hasil pretest dan dalam pembelajaran biologi berorientasi literasi
posttest. Alat ukur pretest dan posttets berupa saintifik. Karena itu dibutuhkan data berupa
tes tipe uraian sebanyak 18 butir soal yang profil literasi saintifik sebelum dan sesudah
disusun berdasarkan indikator kompetensi pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
literasi saintifik dari Programme for saintifik. Berdasarkan tujuan penelitian dan
International Student Assessment (PISA). Tes kebutuhan data, metode penelitian yang dapat
tersebut diberikan kepada siswa sebelum dan dipakai ialah pendekatan kualitatif tipe
sesudah pembelajaran sebanyak 3 pertemuan. experimental jenis action research (Fraenkel &
Dari penyampaian informasi tersebut Wallen, 2009). Dalam metode ini dapat
tampak bahwa pembelajaran yang dilaksanakan digunakan kelompok desain quasi-
oleh Nurohmah (2015) tidak diarahkan untuk experimental, yang kami pilih karena kesulitan
melatih literasi saintifik sepertihalnya dilakukan menggunakan true experimental, tapi hasilnya
oleh Setiawan (2017). Namun, Setiawan (2017) lebih kuat daripada weak eksperimental.
luput tidak mengulas keefektifan penerapan Desain penelitian yang dipilih dari
pendekatan saintifik dalam pembelajaran kelompok quasi-experimental yakni time series,
laiknya dikerjakan oleh Nurohmah (2015). karena tidak memerlukan kelompok kontrol
Ditilik dari sisi metode penelitian, keduanya untuk dibandingkan dengan kelompok
menggunakan desain yang sama berupa one- eksperimen, tidak menggunakan penyamaan
group pretest-posttest. Desain tersebut karakteristik dalam satu kelompok tindakan,
termasuk dalam tipe experimental dari serta tidak memerlukan pengontrol variabel.
kelompok weak experimental karena tidak Untuk desain time series, kelompok yang
memiliki kontrol untuk ancaman terhadap digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih
kualitas pelaksanaan rancangan penelitian, secara random sampling, sehingga sampel
sehingga hasilnya bukan semata dipengaruhi diambil menggunakan teknik convenience
oleh tindakan yang diberikan (Fraenkel & sampling (Fraenkel & Wallen, 2009). Target
Wallen, 2009). Keabsahan hasil penelitian tipe

JURNAL THABIEA |84


populasi di sini adalah siswa sekolah menengah OA1 ⇒ P1 ⇒ OH1
program ilmu pengetahuan alam (IPA) di OA2 ⇒ P2 ⇒ OH2
Kabupaten Kudus. Sampel yang diambul OA3 ⇒ P3 ⇒ OH3
sebanyak 120 siswa dengan kisaran usia 15-17 OA4 ⇒ P4 ⇒ OH4
tahun dari salah satu sekolah menengah. OA5 ⇒ P5 ⇒ OH5
Desain penelitian berupa 16 kali OA6 ⇒ P6 ⇒ OH6
pengamatan terhitung mulai 6 Januari sampai 3 OA7 ⇒ P7 ⇒ OH7
Maret 2019. Rincian desain yakni: 8 kali OA8 ⇒ P8 ⇒ OH8
pengamatan sebelum diberikan tindakan berupa Penerapan pendekatan saintifik
hasil pretest (OA1, OA2, OA3, OA4, OA5, OA6, OA7, dilaksanakan menggunakan desain
OA8); 8 kali pengamatan setelah diberikan pembelajaran usulan Utari, dkk. (2015) yang
tindakan berupa hasil posttest (OH1, OH2, OH3, diperbaiki oleh Setiawan (2017). Komponen
OH4, OH5, OH6, OH7, OH8); serta tindakan berupa literasi saintifik yang dilatih untuk setiap
penerapan pendekatan saintifik yang langkah berfokus kepada domain kompetensi,
dilaksanakan secara malar dalam pembelajaran ialah: menjelaskan fenomena secara ilmiah
biologi topik plantae meliputi bryophyta (P1), (K1), merancang dan mengevaluasi
pteridophyta (P2), gymnospermae (P3), dan penyelidikan ilmiah (K2), dan menafsirkan data
angiospermae (P4) serta animalia mencakup dan bukti secara ilmiah (K3).
annelida (P5), arthropoda (P6), pisces (P7), dan Instrumen yang dipakai untuk mengukur
tetrapoda (P8). Desain tersebut ditunjukkan literasi saintifik berupa tes tipe uraian dengan
dengan pola berikut: konten terkait topik bryophyta, pteridophyta,
gymnospermae, angiospermae, annelida,
arthropoda, pisces, dan tetrapoda masing-
masing sebanyak 3 butir soal yang disusun
berdasarkan indikator kompetensi dari kerangka
kerja PISA.

Tabel 1. Indikator Kompetensi Literasi Saintifik


Kompetensi Kode Indikator
Mengingat dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang sesuai
Mengidentifikasi, menggunakan, serta menghasilkan model dan
Menjelaskan fenomena
K1 representasi yang jelas
secara ilmiah
Menjelaskan implikasi potensial dari pengetahuan ilmiah bagi
masyarakat
Mengusulkan cara mengeksplorasi secara ilmiah terhadap pertanyaan
yang diberikan
Merancang dan Mengevaluasi cara mengeksplorasi secara ilmiah pertanyaan yang
mengevaluasi penyelidikan K2 diberikan
ilmiah Mendeskripsikan dan mengevaluasi berbagai cara yang digunakan oleh
ilmuan untuk menentukan keabsahan dan keobjektifan data serta
keumuman penjelasan
Menafsirkan data dan bukti Mengubah data dari satu representasi ke representasi yang lain
K3
secara ilmiah Menganalisis dan menafsirkan data dan menarik kesimpulan yang tepat
(OECD, 2018)

JURNAL THABIEA |85


Tabel 2. Kompetensi yang dilatihkan untuk Setiap Langkah Pembelajaran

Literasi
Langkah Pembelajaran Gambaran Kegiatan
Saintifik

Kegiatan Apersepsi Memberi contoh penerapan masalah keseharian K1


Pendahuluan Motivasi terkait dengan konsep yang akan disampaikan. K1
Melakukan simpulan dari hasil pengamatan,
Mengamati mendapatkan data untuk memunculkan K1, K3
pertanyaan penyelidikan.
Kegiatan Inti
Mengajukan pertanyaan penyelidikan terkait
Menanya objek yang dimati, memprediksi hubungan antar K1, K2
variabel.
Merencanakan eksperimen, melakukan
Mengumpulkan Informasi
eksperimen, mengumpulkan informasi pustaka K1, K2, K3
(pustaka)
yang relevan.
Mengolah Data
(laboratorium atau Menganalisis data dan membuat kesimpulan. K2, K3
lapangan)
Menyampaikan kesimpulan yang didapatkan
Mengomunikasikan Hasil K2, K3
secara lisan dan tulisan.
Memberi soal terkait dengan konsep yang telah
Evaluasi K1, K2, K3
dibahas.
Kegiatan
Memberi tugas yang memacu siswa untuk
Penutup
Penugasan menuangkan gagasan dalam memecahkan K1, K2, K3
masalah keseharian.
Setiawan (2017)

Tabel 3. Sebaran Topik Instrumen Pengukuran


Topik Rincian Penggunaan
Plantae Bryophyta OA1 dan OH1
Pteridophyta OA2 dan OH2
Gymnospermae OA3 dan OH3
Angiospermae OA4 dan OH4
Animalia Annelida OA5 dan OH5
Arthropoda OA6 dan OH6
Pisces OA7 dan OH7
Tetrapoda OA8 dan OH8
(OECD, 2018)

Keabsahan instrumen ditentukan pembelajaran biologi sekolah menengah dan


berdasarkan validasi pakar, masing-masing bidang profesional terkait biologi.
terhadap kesesuaian indikator dengan soal, Sementara keandalan instrumen
kesesuaian jawaban dengan pertanyaan, serta ditentukan berdasarkan internal consistency.
kesesuaian soal dengan jenjang sekolah. Pakar Dengan cara ini, dibutuhkan satu kali uji coba
yang dipilih yaitu akademisi dengan bidang yang hasilnya diolah dengan ketentuan
kepakaran literasi saintifik dan evaluasi instrumen dapat digunakan kalau nilai koefisien
pembelajaran biologi serta praktisi keandalan persamaan Kuder-Richardson

JURNAL THABIEA |86


Approaches (KR20) lebih besar dari 0,70 bentuk garis memenuhi persamaan persamaan
(Fraenkel & Wallen, 2009; Cronbach, 1951). 𝑦 = −0,0045𝑥 + 0,6179, tapi karena
Setelah dilakukan validasi kepada 4 memiliki rentang perbedaan yang kecil dapat
pakar dan uji coba terhadap 40 siswa ditemukan dikatakan bahwa ketidakstabilan kurang
bahwa instrumen layak dipakai serta nilai signifikan. Ketidakstabilan serupa juga
koefisien keabsahan memenuhi kriteria dapat diperoleh dari hasil posttest memenuhi
digunakan. persamaan 𝑦 = −0,0152𝑥 + 1,4886.
Dalam mengukur literasi saintifik Persamaan garis 𝑦 = 0,075𝑥 + 0,3717
siswa, digunakan panduan penilaian jawaban diperoleh untuk keseluruhan tahap pengamatan.
berikut: Koefisien positif dalam persamaan tersebut
Tabel 4. Klasifikasi Skor Setiap Jawaban menyampaikan makna bahwa terdapat
Skor Jawaban kecenderungan peningkatan nilai dari setiap
3 Sesuai seperti yang diharapkan tahap. Perhitungan hasil tersebut memberi nilai
2 Hampir seperti yang diharapkan tanpa Cohen d sebesar 0,548, yang berarti secara
terdapat pernyataan yang salah
keseluruhan penerapan pendekatan saintifik
1 Mengandung hal yang benar dan terdapat
dalam pembelajaran biologi berorientasi literasi
pula pernyataan yang salah
0 Jawaban tidak berhubungan dengan saintifik memiliki keefektifan di kategori
pertanyaan yang diajukan sedang.
0 Tidak menjawab Dapat dilihat dari Gambar 1 bahwa
pendekatan saintifik terbilang efektif untuk
Dari skor tersebut, keefektifan dicari melatih literasi saintifik dalam pembelajaran
melalui perhitungan nilai ukuran efek (effect biologi. Hasil ini menguatkan Nurohmah
size) dari nilai Cohen d (Nissen, dkk., 2018). (2015) yang mengungkap bahwa pendekatan
Hasil perhitungan tersebut kemudian ditafsirkan saintifik efektif dalam meningkatkan hasil
berdasarkan tabel berikut: belajar tiap aspek kognitif siswa pada jenjang
pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
Tabel 5. Besar Keefektifan Namun, kategori keefektifan yang didapat oleh
Nilai Kategori Nurohmah (2015) berada di kategori tinggi,
0,01 Sangat Kecil sedangkan kami berada di kategori sedang. Hal
0,20 Kecil ini mungkin disebabkan oleh indikator hasil
0,50 Sedang belajar yang dirancang dalam pembelajaran.
0,80 Tinggi Nurohmah (2015) merancang pembelajaran
1,20 Sangat Tinggi
berdasarkan aspek kognitif tanpa mengaitkan
2,00 Luar Biasa
dengan literasi saintifik seperti yang kami
(Sawilowsky, 2009)
lakukan. Kemungkinan tersebut didukung oleh
temuan PISA yang menyebutkan bahwa rata-
Hasil dan pembahasan
rata skor literasi saintifik siswa Indonesia
Hasil penelitian ditunjukkan melalui sebesar 403, lebih rendah 90 poin dari rata-rata
gambar 1, yang menampakkan bahwa terdapat internasional sebesar 493 serta jauh di bawah
peningkatan hasil dari pretest ke posttest. Hasil peringkat pertama yakni Singapura dengan rata-
yang diperoleh dari pretest tidak stabil dengan rata 556 poin (OECD, 2018).

JURNAL THABIEA |87


1.600

1.400

1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Gambar 1. Kecenderungan data dari tahap pretest (black) ke posttest (pink)

Temuan PISA berbanding terbalik sebagai bahan evaluasi pembelajaran di


dengan pendapat Suwarma (2012), yang beberapa negara, PISA juga memberikan
melalui kajian deskriptif terhadap kurikulum kerangka kerja yang digunakan dasar
Indonesia sejak 1947 sampai 2006 pengukuran. Kerangka kerja dari PISA dapat
menyampaikan bahwa kualitas pendidikan di diadopsi atau minimal diadaptasi ke dalam
Indonesia mulai meningkat secara bertahap proses pembelajaran karena menekankan
dilihat dari persentase siswa yang lulus ujian kemampuan siswa untuk menerapkan hasil
nasional (UN). Anggapan berdasarkan hasil UN pembelajaran terhadap masalah keseharian.
ini dapat memberi kesimpulan bahwa hasil Kerangka kerja tersebut secara ringkas dapat
pembelajaran IPA di Indonesia sudah bagus. disebut dengan literasi saintifik.
Artinya ketika acuan penilaian hasil Corebima (2016) mengungkap fakta
pembelajaran IPA berupa ujian nasional dengan berupa pembelajaran dilakukan mengacu pada
susunan indikator berdasarkan rincian aspek acuan utama, yaitu supaya para siswa lulus
kognitif, diperoleh kesimpulan lebih baik ujian, yang membuat guru berupaya dengan
daripada menggunakan indikator literasi segala cara, baik halal maupun setengah halal,
saintifik. Hasil ini selaras dengan perbandingan agar siswa memahami sajian konten
hasil yang kami peroleh dengan temuan pembelajaran sementara siswa juga berupaya
Nurohmah (2015). dengan segala cara serupa agar dapat menjawab
Penilaian dari PISA memang bukan soal ujian sehingga dinyatakan lulus. Artinya
harga mati dalam mengukur hasil pembelajaran. fakta di lapangan menunjukkan bahwa ketika
Pasalnya PISA hanya menunjukkan umur ujian nasional, yang menjadi dasar Suwarma
sampel tanpa menyampaikan wilayah sekolah (2012) dalam mengungkap pendapat, cenderung
yang menjadi lokasi pengambilan data. Aspek berupaya menumpuk pengetahuan ketimbang
wilayah terbilang penting karena Indonesia memupuk keterampilan. Hal ini berbeda kalau
masih memiliki masalah kesenjangan acuan utama yang digunakan ialah literasi
pendidikan antar wilayah. Sehingga penilaian di saintifik. Rustaman (2017) menyebutkan bahwa
wilayah tertentu misalnya di Bandung, dengan pembelajaran IPA, termasuk biologi,
di wilayah lain seperti Malang, memungkinkan berorientasi literasi saintifik dapat dilakukan
hasil yang berbeda. Meski demikian, bukan dengan cara mengkaji indikator guna
berarti penilaian PISA tidak perlu diperhatikan dibekalkan kepada siswa, bukan sekadar
sama sekali. Selain menyediakan informasi membiasakan berlatih soal menurut PISA. Dari

JURNAL THABIEA |88


sini tampak bahwa pembelajaran berorientasi Pendekatan saintifik dipakai guna memberi
literasi saintifik lebih berupaya memupuk pengalaman kepada siswa agar hasil yang
keterampilan ketimbang menumpuk diperoleh dapat absah, andal, dan objektif
pengetahuan. melalui langkah pembelajaran terstruktur dan
Utari, dkk. (2015) menyediakan hasil terukur. Struktur pembelajaran diterapkan
bagus berupa matriks kaitan antara literasi secara bertahap mulai dari langkah sederhana
saintifik untuk domain pengetahuan dan sampai rumit dengan langkah yang dapat
kompetensi dengan langkah pembelajaran diukur, baik dari sisi pelaksanaan maupun
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan pencapaian. Rustaman (2017) menyebut bahwa
Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran IPA selayaknya terdapat
(K13). Nilai penting dari karya Utari, dkk. kegiatan yang membekali siswa untuk
(2015) ialah menyediakan panduan operasional mengembangkan operasi mereka menjadi
dalam menyusun desain pembelajaran sesuatu yang lebih bermakna dalam memahami
berorientasi literasi saintifik. Panduan tersebut pola di alam dan hakikat sains sekaligus melatih
kemudian diadaptasi dalam bentuk matriks oleh keterampilan ilmiah serta menumbuhkan
Setiawan (2017) untuk menerapkan pendekatan kepedulian terhadap alam dan upaya pelestarian
saintifik dalam pembelajaran fisika berorientasi fungsinya. Dari sini dapat dikatakan bahwa
literasi saintifik. Walau sayang seperti telah langkah pendekatan saintifik mendukung
disebutkan sebelumnya, Setiawan (2017) luput pembelajaran IPA.
tidak mengulas keefektifan penerapan Kompetensi merancang dan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran. mengevaluasi penyelidikan ilmiah mengalami
Selain itu, baik Utari, dkk. (2015) maupun nilai keefektifan paling tinggi, yang secara
Setiawan (2017), memperoleh profil literasi berurutan diikuti oleh menjelaskan fenomena
saintifik dalam pembelajaran fisika, bukan secara ilmiah kemudian menafsirkan data dan
biologi. Untuk itulah diperlukan penelitian bukti secara ilmiah. Hasil yang ditampilkan
berlanjut di luar topik fisika seperti yang kami dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa pendekatan
lakukan melalui desain time series dalam saintifik lebih efektif dalam melatih siswa
pembelajaran biologi ini, walau untuk saat ini untuk merancang dan mengevaluasi
keefektifan yang diperoleh belum mencapai penyelidikan ilmiah daripada menjelaskan
kategori tinggi. fenomena serta menafsirkan data dan bukti
Desain time series dalam praktiknya secara ilmiah. Hasil ini memiliki perbedaan
sama seperti dengan penelitian tindakan kelas dengan dengan Setiawan (2017) yang memberi
(PTK), tapi tanpa terdapat tahap refleksi. informasi bahwa peningkatan literasi saintifik
Melalui PTK yang terdiri dari 4 siklus Wahyuni untuk pembelajaran fisika topik mekanika
(2018) memperoleh kesimpulan bahwa berada di kategori sedang dengan urutan:
penerapan pendekatan saintifik dapat menafsirkan data dan bukti secara ilmiah,
meningkatkan aspek pengetahuan dan merancang dan mengevaluasi penyelidikan
keterampilan pada pelajaran biologi di sekolah ilmiah, dan menjelaskan fenomena secara
menengah. Wahyuni (2018), laiknya Nurohmah ilmiah. Perbandingan hasil tersebut
(2015), tidak mengaitkan pembelajaran dengan menunjukkan bahwa peningkatan untuk
literasi saintifik. Namun, perbandingan tersebut kompetensi menjelaskan fenomena secara
menunjukkan bahwa pendekatan saintifik dapat ilmiah dan merancang dan mengevaluasi
memberikan hasil belajar yang baik. Secara penyelidikan ilmiah untuk topik biologi lebih
umum pendekatan saintifik tersusun dari tinggi daripada fisika, tapi hal ini berlaku
beberapa langkah pembelajaran berurutan, sebaliknya untuk kompetensi menjelaskan
ialah: mengamati, menanya, mengumpulkan fenomena serta menafsirkan data dan bukti
informasi, melakukan percobaan, mengolah secara ilmiah. Tampak bahwa siswa lebih sulit
data, serta mengomunikasikan hasil.

JURNAL THABIEA |89


menafsirkan data dan bukti secara ilmiah di kompetensi dengan setiap topik yang
topik biologi daripada fisika. ditunjukkan melalui tabel 7 diperoleh
keefektifan kategori sedang hampir di setiap
Tabel 6. Rincian Keefektifan rincian, kecuali kompetensi menjelaskan
Keefektifan fenomena secara ilmiah di topik pisces serta
Kompetensi kompetensi menafsirkan data dan bukti secara
Nilai Kategori
ilmiah di topik tetrapoda, yang keduanya
K1 0,555 Sedang
mendapat keefektifan rendah. Hasil ini
K2 0,581 Sedang
cenderung selaras dengan gambar 1 yang
K3 0,509 Sedang
memperlihatkan bahwa pendekatan saintifik
memiliki keefektifan berbeda untuk melatih
Biologi memang disiplin ilmu yang kompetensi literasi saintifik di kategori sedang
rumit dibanding dengan cabang lain dalam IPA dengan nilai beragam untuk setiap topik. Secara
(Koimah & Setiawan, 2019). Marcharis (2015) beruntun urutannya ialah: pteridophyta (P2),
menyebut bahwa biologi kerap dianggap bryophyta (P1), gymnospermae (P3),
sebagai pelajaran hafalan yang membuat siswa angiospermae (P4), tetrapoda (P8), pisces (P7),
cenderung merasa berat dalam mempelajari. annelida (P5), kemudian arthropoda (P6). Urutan
Melalui kajian deskriptif terungkap bahwa tersebut justru berbeda dengan pembelajaran
siswa di pondok pesantren memiliki yang dilaksanakan, secara malar yakni
kemampuan menerima dan mengolah informasi bryophyta (P1), pteridophyta (P2),
yang termasuk ke dalam kategori sedang, hanya gymnospermae (P3), dan angiospermae (P4)
menggunakan sedikit usaha mentalnya dalam serta animalia mencakup annelida (P5),
mempelajari materi biologi di dalam kelas, serta arthropoda (P6), pisces (P7), dan tetrapoda (P8).
hasil belajar termasuk ke dalam kategori Keefektifan seperti itu menunjukkan
kurang. Nilai penting dari gambaran yang bahwa dalam pembelajaran biologi pendekatan
didapat oleh Marcharis (2015) ialah saintifik lebih efektif untuk melatih kompetensi
menunjukkan bahwa terdapat perjuangan berat literasi saintifik menggunakan topik plantae
bagi guru biologi untuk memandu pembelajaran daripada topik animalia. Dalam proses
seiring topik yang dibahas memiliki kerumitan. pembelajaran secara umum, siswa diminta
Kerumitan biologi cukup berbahaya karena untuk mengamati organisme terkait topik yang
ketika topik pembelajaran terlampau rumit sedang dipelajari. Misalnya untuk topik
siswa dapat mengalami beban kognitif, tapi angiospermae (P4), siswa diminta untuk
pada saat bersamaan ketika hal ini disampaikan mengamati mawar merah (Rosa centifolia)
secara sederhana membuka peluang timbulnya dengan fokus pengamatan terhadap bentuk
kesalahpahaman serta mempromosikan hafalan akar, letak pembuluh angkut, bentuk tulang
bukan pemahaman (Koimah & Setiawan, 2019; daun, serta pola bagian bunga. Dengan
Si’ayah, 2010). keefektifan pembelajaran di kategori sedang
Literasi saintifik tampak tidak terkait sebesar 0,547, diharapkan pembelajaran
maupun identik dengan topik tertentu. Hal ini berikutnya yakni annelida (P5) dapat lebih
diperlihatkan oleh temuan yang menunjukkan efektif dalam melatih siswa. Sayang dalam
bahwa pembelajaran memiliki keefektifan pembelajaran annelida menggunakan Cacing
relatif setara meski berbeda topik untuk tanah (Lumbricus terrestris) yang fokus
kompetensi merancang dan mengevaluasi pengamatan terhadap jaringan tubuh, simetri
penyelidikan ilmiah. Dalam kompetensi ini, tubuh, lapisan nutfah, dan tulang belakang
siswa tidak dikaitkan secara langsung dengan justru memiliki keefektifan sedang sebesar
objek pengamatan dan/atau percobaan karena 0,526. Artinya, keefektifan yang diperoleh dari
lebih menekankan terhadap penggunaan metode pembelajaran angiospermae (P4) terasa kurang
ilmiah. Walau begitu, kaitan antara semua berguna ketika memasuki topik annelida (P5).

JURNAL THABIEA |90


Pasalnya dalam topik annelida, siswa harus tinggi dibandingkan dengan annelida
berurusan dengan organisme yang lebih lentur, menggunakan Cacing tanah (Lumbricus
sehingga lebih menyulitkan mereka buat terrestris) dan arthropoda menggunakan Udang
memotong setiap bagian organisme untuk jerbung (Fenneropenaeus merguiensis).
mengamati lapisan nutfah. Hasil potongan pun Paparan hasil di Tabel 7 justru
akhirnya sulit untuk diamati, sehingga data melemahkan anggapan bahwa literasi saintifik
yang diperoleh sulit untuk ditafsirkan. Keadaan tidak identik dengan topik tertentu. Pasalnya
seperti ini dikuatkan oleh temuan yang perbedaan tingkat kerumitan antar topik ketika
menunjukkan bahwa keefektifan pembelajaran disampaikan dengan pendekatan yang sama dan
dalam topik animalia untuk tetrapoda diukur menggunakan indikator yang sama,
menggunakan Mencit (Mus musculus) dan hasilnya tampak berbeda. Kian rumit topik yang
pisces menggunakan Bandeng (Chanos dibahas, keefektifan pembelajaran untuk
chanos), yang lebih mudah dipotong, lebih

Tabel 7. Rincian Keefektifan


Keefektifan
Topik Kompetensi
Nilai Kategori
Bryophyta Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,620 Sedang
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,596 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,515 Sedang
Pteridophyta Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,583 Sedang
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,607 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,548 Sedang
Gymnospermae Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,556 Sedang
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,567 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,571 Sedang
Angiospermae Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,516 Sedang
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,592 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,535 Sedang
Annelida Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,560 Sedang
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,517 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,503 Sedang
Arthropoda Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,484 Rendah
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,607 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,413 Rendah
Pisces Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,520 Sedang
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,580 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,531 Sedang
Tetrapoda Menjelaskan fenomena secara ilmiah 0,600 Sedang
Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah 0,583 Sedang
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah 0,457 Rendah

melatih literasi saintifik kian rendah. Karena seksama berdasarkan tingkat kerumitannya di
itu dalam menyiapkan pembelajaran, urutan mata siswa tanpa perlu terpaku dengan
topik yang dibahas perlu diperhatikan secara panduan dalam kurikulum yang diberlakukan.

JURNAL THABIEA |91


Dilihat dari sisi peningkatan tinggi saintifik dalam pembelajaran biologi efektif
dari kompetensi merancang dan mengevaluasi untuk melatih literasi saintifik. Pendekatan
penyelidikan ilmiah, hasil yang kami peroleh saintifik dipandang cocok digunakan untuk
sama seperti Dinata (2018) ketika melakukan melatih kompetensi literasi saintifik karena
field trip di topik ekosistem. Dinata (2018) siswa dibiasakan untuk menggunakan metode
juga memberi hasil berupa peningkatan ilmiah dalam memperoleh informasi. Hal ini
kategori tinggi untuk kompetensi menjelaskan membuat pembelajaran lebih berupaya untuk
fenomena secara ilmiah serta sedang untuk memupuk keterampilan ketimbang menumpuk
menafsirkan data dan bukti secara ilmiah. pengetahuan. Beberapa perbandingan tersebut
Field trip memang memberi hasil lebih baik di sekaligus menunjukkan bahwa tidak
topik ekosistem, tapi kami memandang bahwa ditemukan perbedaan menyolok dengan
strategi tersebut tidak cocok diterapkan di beragam model pembelajaran. Dengan
topik plantae dan animalia. Hal ini terjadi demikian, melalui penelitian ini kami belum
karena konten pembelajaran plantae dan dapat menentukan model terbaik untuk
animalia berupa organisme tertentu akan tetap digunakan dalam pembelajaran IPA termasuk
bermakna bagi siswa ketika diamati di biologi. Sehingga kami menganggap bahwa
laboratorium tanpa harus melakukan field trip. setiap model dapat digunakan dalam
Sedangkan konten pembelajaran ekosistem pembelajaran IPA selama tidak mengabaikan
mempelajari interaksi, baik interaksi antar kegiatan pengamatan (observation) dan/atau
makhluk hidup maupun antara makhluk hidup peramalan (eksperiment) yang merupakan
dengan lingkungannya, sehingga karakteristik IPA, yakni biologi dan fisika.
membutuhkan pembelajaran dengan
menggunakan field trip (Dinata, 2018). Simpulan
Perbandingan dengan beberapa hasil
Secara keseluruhan penerapan
penelitian lain memberi pesan bahwa guru pendekatan saintifik dalam pembelajaran
selayaknya mengerti karakteristik topik biologi berorientasi literasi saintifik memiliki
pelajaran, keterampilan yang hendak dilatih keefektifan di kategori sedang dengan nilai
dalam pembelajaran, serta keadaan siswa agar sebesar 0,548. Hasil ini menunjukkan bahwa
proses dapat dilaksanakan secara maksimal
pendekatan saintifik bisa menjadi sarana untuk
guna memperoleh hasil optimal. melatih kompetensi literasi saintifik. Melalui
Terdapat pendapat yang menyebut perbandingan terhadap beberapa penelitian
bahwa pembelajaran sebaiknya berorientasi terungkap bahwa tidak ditemukan perbedaan
terhadap proses bukan hasil pembelajaran. menyolok dengan beragam model
Kami menyangkal pendapat ini dengan pembelajaran. Dengan demikian, kami tidak
memilih pembelajaran yang berorientasi dapat menemukan model terbaik untuk
terhadap hasil. Hasil optimal secara konsisten digunakan dalam pembelajaran IPA termasuk
tentu dapat diperoleh melalui proses maksimal sekalius bukan hanya biologi.
yang dibiasakan. Agar hasil yang diperoleh
tidak sia-sia, orientasi pembelajaran perlu Ucapan Terima Kasih
diarahkan terhadap literasi saintifik bukan
sekadar meningkatkan aspek kognitif seperti Adib Rifqi Setiawan mengucapkan
HOTS (higher order of thinking skill) apalagi terima kasih kepada semua warga Madrasah
sekadar lulus ujian nasional. Sehingga Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus
pembelajaran yang dialami oleh siswa tidak yang memberi dukungan pembelajaran aktual;
sia-sia ketika sudah menyelesaikan pendidikan serta Dr. Setiya Utari dan Dr. Kusnadi dari
di sekolah (Si’ayah, 2010). Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Secara keseluruhan, dapat Indonesia (SPs UPI) Bandung maupun
disampaikan bahwa penerapan pendekatan Syarofis Si’ayah, S.Ked. dari Program Studi

JURNAL THABIEA |92


Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang siswa smp. Skripsi Universitas
(UNISMA) atas dorongan dan bantuan teknis. Pendidikan Indonesia. URL:
http://repository.upi.edu/22537/
Referensi OECD. 2013. Pisa 2015 draft science
Corebima, Aloysius Duran. 2016. framework march 2013. Paris: OECD.
Pembelajaran biologi di indonesia bukan OECD. 2018. Pisa 2015 results in focus. Paris:
untuk hidup. Proceeding Biology OECD.
Education Conference, 13(1): 8-22. Rustaman, Nuryani Y. 2017. Mewujudkan
URL: sistem pembelajaran sains/biologi
https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/vie berorientasi pengembangan literasi
wFile/5640/5008 peserta didik. Dalam Prosiding Seminar
Nasional III Tahun 2017 “Biologi,
Cronbach, Lee J. 1951. Coefficient alpha and
the internal structure of tests. Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup
Psychometrika, 16: 297–334. DOI: Perspektif Interdisipliner”: KS.URL:
http://research-
https://dx.doi.org/10.1007/BF02310555
Dinata, Anita Nurlela. 2018. The influence of report.umm.ac.id/index.php/research-
field trip on high school student's report/article/download/944/1157
scientific literacy and attitude towards Sawilowsky, Shlomo S. 2009. New Effect size
science in ecosystem concept. rules of thumb. Journal of Modern
Applied Statistical Methods, 8(2): 597-
Assimilation: Indonesian Journal of
Biology Education, 1(1): 8-13. DOI: 599. URL:
http://dx.doi.org/10.17509/aijbe.v1i1.11 https://digitalcommons.wayne.edu/jmas
449 m/vol8/iss2/26/
Setiawan, Adib Rifqi & Koimah, Siti. 2019.
Fraenkel, Jack R. & Wallen, Norman E. 2009.
How to design and evaluate research in Effective learning and teaching. Thesis
education (7th ed.). New York. Commons. DOI:
McGraw-Hill Companies. https://dx.doi.org/10.31237/osf.io/p42nx
Koimah, Siti & Setiawan, Adib Rifqi. 2019. A Setiawan, Adib Rifqi. 2017. Penerapan
pendekatan saintifik untuk melatihkan
glance overview of the living
environment. Thesis Commons. DOI: literasi saintifik dalam domain
https://dx.doi.org/10.31237/osf.io/6wyq4 kompetensi pada topik gerak lurus di
Marcharis, Dita Alawiyah. (2015). Beban sekolah menengah pertama. Skripsi
kognitif siswa pada pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia. URL:
biologi di sma berbasis pesantren. http://repository.upi.edu/29074/
Skripsi Universitas Pendidikan Setiawan, Adib Rifqi. 2019. A brief
Indonesia. URL: explanation of scientific teaching. INA-
http://repository.upi.edu/20265/ Rxiv. DOI:
https://doi.org/10.31227/osf.io/by9sm
Nissen, Jayson M. 2018.Comparison of
normalized gain and cohen’s d for Si’ayah, Syarofis. 2010. Pendidikan di
analyzing gains on concept inventories. indonesia?? what happen???. Open
Physical Review Physics Education Science Framework. DOI:
Research, 14(1): 010115. DOI: http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/ubg2k
https://dx.doi.org/10.1103/PhysRevPhys Suwarma, Irma Rahma. 2012. Science
EducRes.14.010115 education development in Indonesia:
Nurohmah, Eva Fauziah. 2015. Efektivitas curriculum changes from 1947 – 2010, a
pendekatan saintifik dalam way to improve education quality in
meningkatkan hasil dan motivasi belajar indonesia. Japan Society for Science
Education (JSSE) National Seminar, 36:

JURNAL THABIEA |93


381-382. URL: timur- sultra. Jurnal Pendidikan Biologi,
https://www.jstage.jst.go.jp/article/jssep/ 9(2): 47-55. DOI:
36/0/36_381/_pdf http://dx.doi.org/10.17977/jpb.v9i2.5301
Utari, Setiya, dkk. 2015. Designing science
learning for training students’ science
literacies at junior high school level.
International Conference on
Mathematics, Science, and Education
2015 (ICMSE 2015): SE. URL:
http://icmseunnes.com/2015/wp-
content/uploads/2016/03/82_SE.pdf
Wahyuni, Sri. 2018. Implementasi pendekatan
sainstifik pada pelajaran biologi untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif dan
keterampilan sains siswa kelas xi-ipa
sma negeri 2 lambandia, kab. kolaka

JURNAL THABIEA |94

Anda mungkin juga menyukai