Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTEK ANESTESI BLOK SARAF TEPI PADA PASIEN DEWASA

KLINIS (PROSEDUR)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/4

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur Utama

Dr. Bambang Wibowo,SpOG (K) MARS


NIP. 196108201988121001
PENGERTIAN Anestesi blok saraf tepi adalah pemberian obat anestesi pada saraf
tertentu di suatu bagian tubuh untuk menghilangkan sensasi nyeri
dari daerah tertentu pada tubuh.
TUJUAN Melaksanakan tindakan anestesi blok saraf tepi dengan aman serta
menghindari terjadinya risiko dan komplikasi.
INDIKASI - Tindakan yang membutuhkan hilangnya rasa sakit pada satu
atau lebih bagian tubuh pasien.
- Pengelolaan nyeri yang diindikasikan menggunakan teknik
anestesi blok saraf perifer.
KONTRAINDIKASI - Pasien menolak tindakan.
- Infeksi aktif pada tempat suntikan jarum anestesi regional.
PROSEDUR TINDAKAN 1. Puasa pre anestesi
a. Puasa pre anestesi pada tindakan elektif / terencana
Puasa (tidak makan dan minum) dilakukan sebelum
tindakan anestesi dengan lama waktu :
1. Cairan jernih : 2 jam
2. Air susu ibu : 4 jam
3. Makan : 6 jam
b. Puasa pre anestesi pada tindakan darurat / cito
Puasa (tidak makan dan minum) dilakukan sebelum
tindakan anestesi dengan lama waktu yang dimulai
sejak diputuskan akan dilakukan tindakan anestesi.
2. Premedikasi / pemberian obat sebelum anestesi
Obat yang dapat diberikan yaitu :
a. Golongan Benzodiazepin :
i. Midazolam : 1 – 2,5 mg intravena
b. Golongan Antihistamin :
i. Diphenhydramine : 12,5 – 50 mg intravena
c. Golongan Antiemetik
i. Dexametasone : 4 mg intravena
ii. Ondansetron : 4 mg intravena
d. Golongan H2-Antagonis
i. Ranitidin : 50 mg intravena
e. Golongan Stimulan Gastrointestinal
i. Metoklopramid : 10 mg intravena
3. Tindakan anestesi
a. Monitoring
i. Monitoring oleh dokter yang sudah dilatih ilmu
anestesiologi.
ii. Monitoring fisik pasien :
1. Oksigenasi dengan oksimeter ( pulse
oxymetri)
2. Ventilasi di evaluasi terus menerus
dengan pemeriksaan klinis :
PANDUAN PRAKTEK ANESTESI BLOK SARAF TEPI PADA PASIEN DEWASA
KLINIS (PROSEDUR)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/4

a. Pergerakan dinding dada dan


atau
b. Pergerakan reservoir breathing
bag dan atau
c. Auskultasi suara paru
3. Sirkulasi sistemik di evaluasi dengan :
a. Pemeriksaan elektrokardiografi
secara terus menerus.
b. Pemeriksaan tekanan darah
dan denyut jantung maksimal
setiap 5 menit.
4. Suhu dievaluasi bila dicurigai atau
diindikasikan terjadi perubahan suhu
tubuh.
iii. Alat monitoring tambahan
Alat monitoring atau evaluasi tambahan dapat
dipasangkan pada pasien sesuai kondisi
pasien dan atau keadaan hemodinamik
pasien, baik alat yang invasif maupun non
invasif.
b. Pelaksanaan tindakan
i. Persiapan alat
1. Duk steril
2. Kasa steril
3. Sarung tangan steril
4. Povidone iodine
5. Alkohol 70%
6. Spuit
7. Jarum blok
8. Bila diperlukan dapat disediakan :
stimulator saraf dan atau USG (
UltraSonografi )
9. Bila diperlukan dapat disediakan set
jarum dan kateter epidural
ii. Persiapan pasien
1. Pasien posisi menyesuaikan letak
saraf yang akan dilakukan injeksi obat
anestesi.
iii. Persiapan obat
Obat yang dapat digunakan :
1. Bupivacaine 0,5% Isobarik/plain
Dosis : 50 – 100 mg,dapat diberikan
sesuai dengan respon pasien.
2. Ropivacaine 0,75% Isobarik/plain
Dosis : 112,5 – 187,5 mg, dapat
diberikan sesuai dengan respon
pasien
3. Epinefrin
Digunakan sebagai obat
tambahan/adjuvant yang dicampur
PANDUAN PRAKTEK ANESTESI BLOK SARAF TEPI PADA PASIEN DEWASA
KLINIS (PROSEDUR)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/4

pada bupivacain atau ropivacain,


dengan dosis : 2,5 - 5 mcg/mL. Dosis
dapat disesuaikan dengan respon
pasien.
iv. Tindakan anestesi blok saraf tepi
1. Pasien diposisikan pada meja operasi.
2. Petugas mencuci tangan dan memakai
sarung tangan steril.
3. Ambil obat anestesi menggunakan
spuit.
4. Tempat injeksi didesinfeksi dengan
povidone iodine diikuti alkohol 70%.
5. Menusukkan jarum spuit atau jarum
blok pada tempat yang diinginkan.
6. Lakukan pemeriksaan bila jarum blok
telah berada pada posisi yang
diinginkan, dengan pemeriksaan fisik
dan atau menggunakan USG dan atau
stimulator saraf.
7. Fiksasi jarum dengan tangan yang
lain.
8. Injeksi obat anestesi dengan
menggunakan spuit melalui jarum blok.
9. Lokasi bekas injeksi ditutup dengan
kasa steril.
10. Bila menggunakan kateter, maka
setelah jarum epidural dipastikan
posisinya dengan USG, kateter
dimasukkan melalui jarum epidural,
kemudian setelah jarum epidural
dilepas, tempat injeksi ditutup dengan
kasa steril. Kateter epidural di fiksasi
ke kulit pasien dengan plester, dan
obat anestesi dimasukkan melalui
kateter.
v. Obat tambahan lain
Obat tambahan selain yang disebutkan diatas
dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi fisik pasien.
c. Periode Pemulihan
Proses pemulihan dari anestesi regional dievaluasi
dari tanda – tanda fisik.
d. Periode perawatan
Bila tindakan anestesi blok saraf tepi dimaksudkan
sebagai terapi analgetik secara terus – menerus di
ruang rawat inap, maka pengawasan pasien
selanjutnya dapat dilakukan secara periodik oleh
perawat ruangan yang ditempati pasien meliputi :
1. Keadaan umum.
2. Tekanan darah.
PANDUAN PRAKTEK ANESTESI BLOK SARAF TEPI PADA PASIEN DEWASA
KLINIS (PROSEDUR)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4

3. Nadi.
4. Frekuensi dan usaha nafas pasien.
TINGKAT EVIDENS Level II Grade B Kepustakaan 1,
Level V Grade D Kepustakaan 2, 3, 5, 6,
Level III Grade B Kepustakaan 4,
Mampu kelola di RS DR Kariadi.
KOMPETENSI Dokter Spesialis Anestesi
KOMPETENSI PPDS Merah Kuning Hijau
Prosedur - X X
Pengelolaan Medis - X X
INDIKATOR Bagian tubuh yang menjadi sasaran blok saraf tepi mengalami
PROSEDUR TINDAKAN kehilangan kemampuan sensorik.
KEPUSTAKAAN 1. Apfelbaum JL, Caplan RA, Connis RT, Epstein BS,
Nickinovich DG, Warner MA. Practice guidelines for
preoperative fasting and the use of pharmacologic agents
to reduce the risk of pulmonary aspiration: application to
healthy patients undergoing elective procedures: an
updated report by the American Society of
Anesthesiologists Committee on Standards and Practice
Parameters. Anesthesiology. 2011 Mar;114(3):495-511
2. http://www.emedicinehealth.com/peripheral_nerve_block
s_for_anesthesia-health/article_em.htm.
3. Basics of anesthesia/Ronald D. Miller, Manuel C. Pardo
Jr. – 6th ed. P. 184
4. ASA House of Delegates. Standards For Basic
Anesthetic Monitoring. https://www.asahq.org/For-
Members/Standards-Guidelines-and-Statements.aspx
5. Martindale Drug Refference 36th ed.
6. Lennart Christiansson.Update on adjuvants in regional
anaesthesia. Periodicum Biologorum VOL. 111, No 2,
161–170, 2009
7. Epidural Anaesthesia. Dr Leon Visser. Update In
Anesthesia. Issue 13 (2001) Article 11
8. Siddik-Sayyid SM, Taha SK, Azar MS, Hakki MA, Yaman
RA, Baraka AS, Aouad MT. Comparison of three doses
of epidural fentanyl followed by bupivacaine and fentanyl
for labor analgesia. Acta Anaesthesiol Scand. 2008
Oct;52(9):1285-90
9. Roelants F. The use of neuraxial adjuvant drugs
(neostigmine, clonidine) in obstetrics. Curr Opin
Anaesthesiol. 2006 Jun;19(3):233-7.

Anda mungkin juga menyukai