Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN DISKUSI PROSTHODONTIA

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

Oleh:

DYLAN PEBRI ILHAM


19100707360804094

ITA WAHYUNI
19100707360804110

Dosen Pembimbing:
Drg. OKMES FADRIYANTI, Sp. Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURAHMAH
PADANG
2019
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
(GTSL)

Nama Pasien : Nurdaini


Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : korong gadang
Tanggal Pemeriksaan : 26 September 2019
Dosen Pembimbing : drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros

Hari/ Kasus Tindakan yang dilakukan Operator


Tanggal
26 GTSL  Anamnesa  Dylan pebri ilham
September  Pemeriksaan klinis (19-094)
2019  Diagnosa  Ita wahyuni
 Rencana perawatan (19-110)
 Prognosa

Padang, 26 September 2019

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

(drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros)

2
MODUL IV : KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah Disetujui Laporan Diskusi Modul IV Tentang “Gigi Tiruan Sebagian Lepasan”
Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik
pada Bagian Modul IV

Padang, 26 September 2019

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

(drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros)

3
PROSEDUR KERJAGTSL

No. Jenis pekerjaan Tanggal Paraf Keterangan


1. Anamnesa & indikasi
2. Membuat model studi
3. Diskusi
4. Sendok cetak fisiologis
5. Mencetak fisiologis
6. Survey model
7. Desain cangkolan
8. Membuat cangkolan
9. Pembuatan basis sementara
10. Transfer articulator
11. Menentukan warna gigi
12. Penyusunan gigi
13. Try in penyusunan gigi
14. Processing
15. Remounting articulator
16. Try in dan insersi
17. Kontrol

Pembayaran Dosen Pembimbing

( ) drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Prostho

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

4
Kehilangan gigi merupakan salah satu perubahan jaringan rongga
mulut.Jika gigi yang hilang tidak segera diganti dapat menimbulkan
kesulitan bagi pasien sendiri, seperti mengunyah makanan, adanya gigi yang
supraerupsi, miring atau bergeser.Penggantian gigi yang hilang dapat
dilakukan dengan pembuatan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat.1Gigi
tiruan digunakan untuk menggantikangigiyanghilangdanmengembalikan
estetika serta kondisi fungsional pasien.2
Menurut Glossary of Prosthodontic gigi tiruan sebagian lepasan adalah
gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli ,tetapi tidak seluruh
gigi asli dan atau struktur pendukungnya, didukung oleh gigi serta
mukosa, yang dapat dilepas dari mulut dan dipasangkan kembali oleh
pasien sendiri.Sedangkan gigi tiruan penuh adalah gigi tiruan lepasan
yang menggantikan seluruh gigi geligi asli dan struktur pendukungnya
baik di maksila maupun mandibula.3
Gigi tiruan lepasan secara garis besar di bagidua, gigi tiruan sebagian
lepasan (partial denture) dan gigi tiruan penuh (full denture atau complete
denture).Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) diindikasikan untuk
menggantikan beberapa gigi, area edentulous, dan untuk estetik yang lebih
baik,sedangkan gigi tiruan penuh( GTP) diindikasikan untuk pasien
edentulous, gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan dantidak dapat
menyokong GTSL.4
Pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, rencana perawatan dan

perawatan pendahuluan harus ditetapkan terlebih dahulu, karena beberapa

keadaan dapat mempengaruhi keadaan yang lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

5
Menurut Osborne (1959), adalah gigi tiruan yang menganti gigi asli yang
hilangsebagian dapat dilepas oleh pasien.Menurut Mc. Craken (1973), adalah suatu
restorasiprostetik yang mengganti gigi asli yang hilang dan bagian lain rahang yang
tidak bergigisebagian, mendapat dukungan terutama dari jaringan dibawahnya, dan
sebagian dari gigiasli yang masih tinggal akan menjadi gigi pegangan. Menurut
Applegate (1959), gigi tiruansebagian adalah salah satu alat yang berfungsi untuk
mengembalikan beberapa gigi asliyang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak
di bawah plat dasar dan dukungantambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan
terpilih sebagai pilar. Menurut Gunadidkk. (1959), adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau lebih gigi, tapi tidak semuagigi, serta jaringan sekitarnya,
didukung oleh gigi dan jaringan di bawahnya dan dapatdikeluar masukkan ke dalam
mulut pemakainya.5

A. Indikasi pemakaian GTSL, yaitu:5


1. Pasien mengeluhkan berkurangnya kemampuan mengunyah
2. Hilangnya satu gigi atau lebih
3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi
pegangan
4. Keadaan processus alveolaris masih baik
5. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
6. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan

2.2 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan:6

Tujuan utama pembuatan klasifikasi rahang dengan sebagian gigi yang telah
hilangadalah untuk memungkinkan dokter gigi berkomunikasi sejelas mungkin
tentangkeadaan rongga mulut yang akan dibuatkan geligi tiruan. Suatu klasifikasi
yang baikakan membantu pengelompokan geligi yang hilang termasuk kombinasinya,
sertavariasi-variasi yang jumlahnya tak terbatas dan terjadi karena adanya gigi yang
dicabut.

6
Gigi tiruan sebagian lepasan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macamberdasarkan beberapa hal, yaitu :
1. Berdasarkan bahan yang digunakan:
a. Gigi tiruan kerangka logam (frame prosthesa/ metal prosthesa)
b. Gigi tiruan akrilik
c. Kombinasi kerangka logam dan akrilik.

2. Berdasarkan saat pemasangan:


a. Protesa immediate, dipasang segera setelah pencabutan
b. Protesa konvensional, dipasang setelah gigi lama dicabut.

3. Berdasarkan ada tidaknya wing:


a. Open face denture: GTS dibuat tanpa gusi tiruan di bagian bukal/labial.
Gigitiruan open face diindikasikan pada bagian anterior bila tulang
alveolar belumresorbsi sehingga gigi artifisial dapat dipasang seolah-olah
keluar dari gusi (tampakestetik seperti gigi asli).
b. Close face denture: GTS dibuat dengan gusi tiruan di bagian
bukal/labial. Gigitiruan close face diindikasikan pada bagian anterior bila
tulang alveolar telah resorpsikarena sayap dapat meningkatkan estetika
dengan memberi dukungan bagi bibir.

4. Berdasarkan jaringan pendukungnya menurut Victor L.S. (1975):


a. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa (mucosa supported) , yaitu gigi
tiruanyang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa
b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi tiruan
yanghanya mendapat dukungan dari gigi asli.
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth
supported),yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dan
gigi asli

5. Berdasarkan letak sadel dan free end menurut Kennedy, cit. Soelarko R. M.
DanWachijaati H., (1980), yaitu :

7
a. Klas I, yaitu adanya Bilateral Free End (ujung bebas pada dua
sisi),mempunyai daerah tak bergigi di belakang gigi yang tertinggal pada
kedua sisi rahang.
b. Klas II, yaitu adanya Unilateral Free End (ujung bebas pada satu sisi),
mempunyai daerah tak bergigi di belakang gigi yang tertinggal pada satu
sisi rahang.
c. Klas III, yaitu bila tidak ada Free End, daerah tak bergigi terletak di
antaragigi yang masih ada di bagian posterior (bounded sadel).
d. Klas IV, yaitu adanya daerah tak bergigi di daerah anterior dan
melewatimedian line.

6. Klasifikasi menurut Applegate Kennedy:


a. Klas I
Daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal pada kedua sisi rahang (bilateral free end).
b. Klas II
Daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapihanya pada satu sisi rahang (unilateral free end).
c. Klas III
Daerah yang tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada yang
kedua gigitetangga tidak mampu memberi dukungan pada gigi tiruan.
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median.
e. Klas V
Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagaigigi penahan.
f. Klas VI
Daerah tak bergigi padadental dengan kedua gigi tetangga asli dapat
dipakai sebagaipenahan.Bila terdapat daerah tak bergigi tambahan oleh

8
Applegate-Kennedy disebut sebagaimodifikasi, kecuali kelas IV tidak ada
modifikasi.

7. Berdasarkan letak klamer menurut Miller:


a. Klas I, yaitu ada dua klamer yang letaknya lurus berhadapan dan tegak
lurusterhadap median line.
b. Klas II, yaitu ada dua klamer yang letaknya membentuk diagonal dan
melewati median line.
c. Klas III, yaitu ada tiga klamer yang membentuk segitiga di tengah
protesa biladihubungkan dengan garis.
d. Klas IV, yaitu ada empat klamer yang membentuk segi empat di tengah
protesa bila dihubungkan dengan garis.

A. Bagian-bagian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan:7


Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah suatu gigi tiruan sebagian lepasan
yangterdiri dari akrilik serta elemen gigi tiruan. Bagian-bagian dari gigi tiruan
sebagianlepasan akrilik adalah:
a. Retainer/penahan
Retainer merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
memberi retensi sehingga menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer
dibagi menjadi 2kelompok:
 Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
berkontaklangsung dengan permukaan gigi abutment, dan dapat berupa
cengkeram ataukaitan presisi.
 Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan
yangmemberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas
protesa ke arahoklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini
diperoleh dengan caramemberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis
fulkrum dimana gaya tadibekerja. Retensi tidak langsung dapat berupa lengan
pengimbang, sandaran/rest(bagian dari cangkolan yang bersandar pada bidang

9
oklusal atau insisal gigipegangan yang memberikan dukungan vertikal
terhadap gigi tiruan).
b. Basis / Plat Akrilik
Merupakan pendukung atau landasan gigi tiruan sebagian lepasan yang
terbuatdari resin akrilik. Fungsinya :
a. Mendukung gigi (elemen) tiruan
b. Meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya.
c. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan.
Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin, atau kombinasi metal-resin.
d. Gigi Pengganti / Artificial Teeth
Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang
hilang.

B. Desain Gigi Tiruan Sebagia Lepasan Akrilik:8


Rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan
merupakansalah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan.
Dalampembuatan desain gigi tiruan dikenal empat tahap yaitu:
a. Tahap I: menentukan klasifikasi dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel).
b. Tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel.
Dukungan bagi gigi tiruan sebagian lepasan merupakan semua dukungan
yangditerima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan atau menyangga
gayaoklusal yang diterima protesa. Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan
dapatdiperoleh dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa faktor,
sepertikeadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang
yangakan dipasangi gigi tiruan.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup (paradental)dan
daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan untuk dukungan sadelparadental,
yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan mukosa(kombinasi),
sedangkan untuk sadel berujung bebas, dukungan bisa berasal darimukosa, atau gigi
dan mukosa (kombinasi).
c. Tahap III: menentukan jenis penahan (retainer)

10
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan
indirectretainer. Penentuan jenis retainer yang akan dipilih perlu memperhatikan
faktor daridukungan sadel, stabilisasi gigi tiruan, dan estetika.
d. Tahap IV: menentukan jenis konektor
Konektor pada tiap rahang terbagi menjadi:
a. Konektor utama (major connector)
Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan
bagianprotesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada
sisilainnya. Konektor untuk protesa resin yang dipakai biasanya adalah
konektorberbentuk plat.
b. Konektor minor atau tambahan (minor connector)
Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang mengubungkan
konektorutama dengan bagian lain, misalnya suatu penahan langsung atau
sandaran oklusaldihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor
minor.

C. Pemilihan Gigi Abutment:8


1. Gigi harus cukup kuat.
a. Akarnya panjang
b. Masuk kedalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c. Makin banyak akar makin kuat
d. Gigi pilar tidak boleh goyang
e. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi penyangga.
2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang
digunakan.
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris,
gigi yangletaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar.
4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi
yangletaknya sejajar.

D. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain GTSL:8

11
1. Retensi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang
cenderungmemindah protesa ke arah oklusal. Retensi diperoleh dari lengan
retentif, klamer,occlusal rest, kontur dan landasan gigi, oklusi, adhesi, tekanan
atmosfer, dan surfacetension.
2. Stabilisasi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah dalam arah
horizontal.Semua bagian cengkeram berfungsi kecuali bagian terminal/ujung
lengan retentif.Stabilisasi terlihat bila dalam keadaan berfungsi. Gigi yang
mempunyai stabilisasi.

2.3 Penahan Langsung/ Direct Retainer


Cangkolan merupakan penahan langsung, dan berfungsi menahan, mendukung
dan menstabilkan GTSL.9
Prinsip dasar cangokolan kawat dan cangkolan tuang pada dasarnya sama, untuk
dapat berfungsi dengan baik satu kesatuan cangkolan harus mempunyai 3 fungsi:9
1. Lengan retentif, terdiri dari:
 Lengan retentif: fungsinya menahan gigi tiruan tetap pada tempatnya,
bertahan terhadap pergeseran atau daya melepaskan, yaitu yang
melingkari bukal gigi (jari/bahu).
2. Lengan resiprokal: fungsinya mengimbangi pergerakan horizontal atau
gaya yang ditimbulkan oleh lengan retentif, yaitu melingkari lingual atau
palatal gigi, letaknya pada atau diatas garis survei.
3. Dukungan/support: berfungsi mencegah gigi tiruan bergerak ke arah
gingiva.

Syarat cekraman kawat:9


a. Kontak garis
b. Pasif (tidak menekan)
c. Ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak tajam (harus
bulat)
d. Tidak ada lekukan bekas tang pada lengan cengkraman
e. Jarak jari keservikal gigi : Paradental: -1 mm. gingival 1 1/2 -2 mm

12
f. Tidak mengganggu oklusi dan artikulasi
g. Retensi dalam akrilik harus dibengkokan

Macam-macam cangkolan:9
a. 3 jari: untuk gigi P dan M
b. Jackson (full Jackson): untuk gigi P dan M
c. Half jackson paradental: untuk gigi P dan M
d. Cangkolan S: untuk C dengan singulum besar seperti pada RA

2.4 Penahan Tidak Langsung/Indirect Retainer:


Fungsi Penahan tidak langsung:9
1. Merupakan Retensi tambahan untuk mengimbangi gerakan-gerakan yang
terjadi sewaktu pengunyahan.
2. Menambah stabilisasi GTSL
3. Sebagai vertikal stop untuk mencegah tertekannya jaringan lunak
dibawah GTSL
4. Membantu splint gigi depan
4.5 Survey Model
Merupakan prosedur untuk menentukan dan membatasi kontur dan posisi gigi
penyangga serta jaringan yang berhubungan sebelum merancang gigi tiruan. Surveyor
merupakan alat yang terdiri dari bidang horizontal dengan tangan vertikal yang lurus
terhadap bidang horizontal.10
Fungsi dari survey model:
a. Menentukan arah pasang dan lepas paling estetis dan menguntungkan
b. Menentukan permukaan proksimal yang sejajar untuk proksimal plate (guiding
surface)
c. Menentukan undercut untuk retensi
d. Identifikasi undercut yang tidak menguntungkan dan harus di bloking out
e. Menentukan garis survey
f. Menentukan desain gigi tiruan dan persiapan rongga mulut
g. Menentukan arah insersi: potensial guiding surface, undercut untulk retensi,
hambatan dari jaringan lunak dan jaringan keras, pertimbangan estetis.

Komponen surveyor:
a. Meja basis : bagian dasar yang datar dan horizontal
b. Tiang tegak (vertical column) : tiang yang tegak lurus basis dasar
c. Horizontal arm (lengan datar): bagian memegang gelendong tegak.
d. Surveying arm
e. Mandrel

13
f. Surveyor tool
 Analyzing tool : permukaan paralel gigi
 Carbon marker: garis survey
 Undercut gauges: undercut yang diinginkan
 Wax knife: menghilang undercut yang tidak diinginkan
Teknik dan Cara Survey Model:
a. Posisi model horizontal dan tilting model  untuk menentukan bidang bimbing
b. Retentif  melihat undercut
c. Interen  bloking atau pengasahan
d. Estetis  untuk gigi anterior

Tilting (kemiringan model)


Berfungsi untuk menentukan arah pasang dan arah lepas dari gigi tiruan. Tilting
dibagi menjadi beberapa bagian:
a. Tilting anterior
Dimana model dimiringkan kearah anterior (arah pasang posterior arah lepas
anterior). Diindikasikan untuk kasus free end dari gigi premolar.
b. Tilting posterior
Model dimiringkan kearah posterior (arah pasang anterior arah lepas
posterior).Diindikasikan untuk kasus dengan kehilangan gigi yang banyak
dibagian anterior seperti klas IV Kennedy.
c. Tilting lateral
Model dimiringkan ke kiri atau ke kanan. Diindikasikan untuk kasus yang salah
satu gigi penyangganya abnormal seperti mobiliti derajat 1, miring dan sedikit
crowded.

14
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama pasien : nurdaini


Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : korong gadang .

Tanggal pemeriksan : 26 September 2019

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Keluhan utama : Pasien datang ke RSGM dengan keluhan gigi telah


banyak hilang pada rahang atas dan rahang bawah.
Pasien mengeluhkan susah makan dan ketika berbicara
kurang jelas sebelumnya.
Keluhan tambahan :
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.
Tujuan pembuatan gigi
Bekas pemakaian gigi tiruan terlihat merah dan sakit
tiruan :
Riwayat kesehatan umum : Sebagai fungsi pengunyahan dan estetik.
Riwayat kesehatan gigi dan Tidak ada penyakit sistemik
mulut :
Tidak ada
Riwayat dental :
Pernah memasang gigi tiruan sebagian tidak bisa di
Sikap mental : lepas dengan tukang gigi.
Filosofis

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Pemeriksaan ekstra oral
a. Bentuk wajah : Persegi
b. Profil wajah : Cembung
c. Proporsi dan simetris wajah : Simetris
d. Mata : Sama tinggi

15
e. Hidung : Simetris, pernafasan hidung lancar
f. Bibir : Normal, tipis simetris, dan pendek (bibir atas)
Normal dan tipis simetris (bibir bawah)
g. Warna kulit : Sawo matang
h. Kelainan/defek pada wajah : Tidak ada
i. TMJ
-Inspeksi
ROM : Deviasi ke kiri
Asimetris/simetris : Simetris
-Palpasi : Normal
-Auskultasi
Clicking : Bunyi ( sebelah kiri)
Krepitasi : Tidak ada
Trismus : Tidak ada
2. Pemeriksaan intra oral
a. Saliva : Kuantitas  Sedikit
Kualitas  Kental
b. Lidah : Ukuran  Normal
Posisi Wright  Klas 1
Mobilitas  Normal
c. Refleks muntah : Rendah
d. Gigitan : tidak ada
- Gigitan terbuka : tidak ada
- Gigitan silang : tidak ada
- Hubungan rahang : prognati
e. Artikulasi : artikulasi seimbang
- Kanan : tidak ada
- Kiri : tidak ada
- Kontak prematur : tidak ada
- Blocking : tidak ada
f. Pemeriksaan gigi dan tulang alveolar
- Bentuk umum gigi : normal
- Fraktur gigi : tidak ada
- Lain-lain : crowdid dan labio versi
g. Vestibulum :
- RA : post. Kanan : sedang
Post. Kiri : sedang
Anterior : dalam
- RB : post. Kanan : dangkal
Post. Kiri : dangkal
Anterior : dalam
h. Prosesus alveolaris :

Rahang Atas Post kanan Post kiri Anterior

16
Bentuk oval oval Oval
Ketinggian Sedang Sedang Tinggi
Tahanan jaringan Rendah Rendah Rendah
Bentuk permukaan Rata Rata Rata

Rahang Bawah Post kanan Post kiri Anterior


Bentuk Oval oval Oval
Ketinggian Sedang sedang Tinggi
Tahanan jaringan Rendah rendah Rendah
Bentuk permukaan rata rata rata
i. Frenulum :
- Labialis superior : rendah
- bukalis rahang atas kanan : rendah
- bukalis rahang atas kiri : rendah
- bukalis rahang bawah kanan : rendah
- bukalis rahang bawah kiri : rendah
j. Palatum : oval
k. Tuber maksila :
- kanan : besar
- kiri : besar
l. exostosis : tidak ada
m. Ruang Retromilohioid
- Kanan : sedang
- Kiri : sedang
n. Bentuk lengkung rahang
- Rahang atas : persegi
- Rahang bawah : persegi

Odontogram

diastem dan labioversi

diastem

17
Keterangan :

Gigi 18,17,16,14,25,27, 28, 38,37,36, 46, 47, 48: missing

Desain gigi tiruan :


Keterangan:

1. Anasir Gigi
5
2. Direct Retainer
2 3. Gigi Penyangga
4. Basis
3 5. Indirect retainer

Gambar 1.Desain Gigi Tiruan

Langkah – langkah desain untuk RA :

1. Gigi penyangga : gigi 15, 24, dan 26


Alasan: a. Gigi tidak goyang
b. Tidak ada kelainan jaringan periodontal
c. Bentuk mahkota sesuai dengan macam klamer yang akan digunakan
d. Kedudukan 15, 24, dan 26 tegak lurus dengan prosesus alveolaris.
e. Dekat dengan daerah edentulus atau daerah sadel.
2. Tipe Ungkitan : pada gigi 15 ungkitan tipe I (titik fulkrum berada ditengah,
tahanan pada salah satu ujung dan tekanan pada ujung yang berlawanan)
3. Tipe Ungkitan : pada gigi 26 ungkitan tipe 2 (titik fulkrum berada pada salah satu
ujung, tekanan pada ujung berlawanan dan tahan di tengah )
4. Desain cangkolan (berhubungan dengan tipe ungkitan):
a. Gigi 15 (cangkolan 3 jari dengan menggunakan kawat ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan daridistal ke mesial, berada dibawah garis survey,
sifatnya fleksible

18
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas garis
survey, sifatnya semi rigid.
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk/bracing(1:2)
 Lengan reciprocal/lengan pengimbang.
-terletak pada sisi yang bersebelahan dan berada di atas garis survey,
sehingga resiprocal dapat menetralisir daya yang disebabkan oleh lengan
retentif termasuk clasp tip/retention yang berada di bawah garis survey.
 Rest oklusal/sandaran oklusal di mesial mendekati sadel
b. Gigi 24 (cangkolan half jackson/cangkolan C dengan menggunakan kawat
ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal
c. Gigi 26 (cangkolan 3 jari dengan menggunakan kawat ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan daridistal ke mesial, berada dibawah garis survey,
sifatnya fleksible
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas garis
survey, sifatnya semi rigid.
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk/bracing(1:2)
5. Perluasan basis : perluasan basis sampai ke linggir alveolar, palatum, verkeilung
sampai ke fornik dengan membebaskan frenulum labialis, frenulum bukalis,sampai
ke vestibulum labialis, vestibulum bukalis sampai hamular notch, lalu menutupi
2/3 dari tuberositas maksilaris.
6. Survey model : arah pasang anteriorkarena model tilting ke posterior.

Tahap - tahap desain

1. Klasifikasi : Klas 1 Kennedy modifikasi II


2. Dukungan : Gigi dan mukosa
3. Retainer : Direct (15, 24, dan 26) indirect retainer (perluasan basis
menutupi palatum sampai ke tuberositas maksilaris, verkeilung dan hamular
notch).
4. Konektor : Basis akrilik

Prognosa baik karena jaringan pendukung gigi penyangga sehat, kebersihan


mulut baik, gigi pasien tidak goyang, pasien komunikatif dan kooperatif.

19
5 Keterangan:

2 1. Anasir Gigi
2. Direct Retainer
3
3. Gigi Penyangga
4
4. Basis
5. Indirect retainer
1

Langkah – langkah desain untuk RB :

7. Gigi penyangga : gigi 34 dan 44


Alasan: a. Gigi tidak goyang
b. Tidak ada kelainan jaringan periodontal
c. Bentuk mahkota sesuai dengan macam klamer yang akan digunakan
d. Kedudukan gigi 34 dan 44 tegak lurus dengan prosesus alveolaris.
e. Dekat dengan daerah edentulus atau daerah sadel.
8. Tipe Ungkitan : pada gigi 34 ungkitan tipe I (titik fulkrum berada ditengah,
tahanan pada salah satu ujung dan tekanan pada ujung yang berlawanan)
9. Tipe Ungkitan : pada gigi 44 ungkitan tipe 2 (titik fulkrum berada pada salah satu
ujung, tekanan pada ujung berlawanan dan tahan di tengah )
10. Desain cangkolan (berhubungan dengan tipe ungkitan):
d. Gigi 34 (cangkolan 3 jari dengan menggunakan kawat ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan daridistal ke mesial, berada dibawah garis survey,
sifatnya fleksible
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas garis
survey, sifatnya semi rigid.
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk/bracing(1:2)
 Lengan reciprocal/lengan pengimbang.
-terletak pada sisi yang bersebelahan dan berada di atas garis survey,
sehingga resiprocal dapat menetralisir daya yang disebabkan oleh lengan
retentif termasuk clasp tip/retention yang berada di bawah garis survey.
 Rest oklusal/sandaran oklusal di mesial mendekati sadel
e. Gigi 44 (cangkolan 3 jari dengan menggunakan kawat ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif

20
-Ujung retentif berjalan daridistal ke mesial, berada dibawah garis survey,
sifatnya fleksible
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas garis
survey, sifatnya semi rigid.
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk/bracing(1:2)
11. Perluasan basis : perluasan basis sampai ke linggir alveolar, palatum,
verkeilung sampai ke fornik dengan membebaskan frenulum labialis, frenulum
bukalis,sampai ke vestibulum labialis, vestibulum bukalis sampai hamular notch,
lalu menutupi 2/3 dari tuberositas maksilaris.
12. Survey model : arah pasang anteriorkarena model tilting ke posterior.

Tahap - tahap desain

5. Klasifikasi : Klas 1 Kennedy


6. Dukungan : Gigi dan mukosa
7. Retainer : Direct (gigi 34 dan 44) indirect retainer (perluasan basis
menutupi palatum sampai ke tuberositas maksilaris, verkeilung dan hamular
notch).
8. Konektor : Basis akrilik

Prognosa baik karena jaringan pendukung gigi penyangga sehat, kebersihan


mulut baik, gigi pasien tidak goyang, pasien komunikatif dan kooperatif.

21
BAB IV
RENCANA PERAWATAN

Tahap Awal
1. Rencana perawatan awal : RA dan RB : scalling
2. Rencana perawatan akhir
Pembuatan gigi tiruan lepasan untuk menggantikan gigi 18,17,16,14,25,27, 28,
38,37,36, 46, 47, 48 yang missing. Dengan menggunakan lima gigi penyangga
dengan cangkolan 3 jari pada gigi 15, 26, 34, 44 dancangkolan half
jackson/cangkolan C pada gigi 24.

Tahap kerja

Kunjunga Cara kerja


n Klinis Labor
I 1. Mencetak anatomis  Cor gips tipe 3
 stock tray  SC fisiologis
 alginate
II 2. Muscle trimming dan  Cor beading dan boxing

22
mencetak fisiologis  Desain GTSL
 Surveyor
 Basis dan cangkolan
 Galengan gigit
III 3. Try in basis dan  Transfer artikulator
cangkolan  Penyusunan gigi
 Menentukan gigitan kerja
 Pemilihan warna gigi
IV 4. Try in penyusunan gigi  Wax countering
 Prosessing akrilik
 Remounting
V 5. Insersi
VI 6. Kontrol

Kunjungan I
Klinis
MENCETAK AWAL
Sendok cetak : stock tray, rubber bowl, spatel
Bahan cetak : hidrokoloid irreversible
Metode mencetak : mukostatis
Prosedur :
1. Pesiapan alat dan bahan
2. Mengatur posisi pasien dan operator
RA:
 Posisi pasien setinggi siku operator.
 Kepala pasien sedikit menunduk.
 Saat pencetakan instruksikan pasien untuk tidak bernafas melalui
mulut dan menyebutkan O.
 Posisi operator pada jam 11 atau berada dibelakang kanan pasien.
RB:
 Posisi pasien setinggi dada operator.
 Kepala pasien sedikit menengadah.
 Saat pencetakan instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya ke
bagian palatum.
Posisi operator pada jam 8 atau berada didepan kanan pasien
3. Persiapan operator memakai masker dan handscoon.
4. Memilih sendok cetak stock tray RA dan RB yang berlubang dan bersudut.
5. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan Rb yang digunakan untuk
mencetak, sesuai dengan besar lengkung rahang pasien.

23
6. Manipulasi material cetak dengan cara mencampur bubuk bahan cetak
alginatte (takaran bubuk sesuai ketetuan pabrik) tersebut ke dalam
mangkok karet berisi air (takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan dan
adonan tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkok karet hingga
homogen. Perhatikan working time dan setting time bahan cetak (sesuai
aturan pabrik)
7. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak lalu lakukan
pencetakan pada RA/RB. Gunakan kaca mulut untuk meretraksi bibir dan
pipi pasien.
8. Saat mencetak RB, intruksikan pasien untuk: mengangkat lidahnya dan
menyentuh ujung lidah pada palatum sesaat setelah sendok cetak
dimasukkan dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan
lidahnya. Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil cetakan yang meluas
didaerah lingual hingga ke retromylodyoid dan menentukan posisi
frenulum lingualis pasien.
9. Intruksi pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas melalui hidung sehingga
refleks muntah berkurang.
10. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari mulut pasien. Cuci
bersih pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran/saliva yang
menempel.
11. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas, robekan, dan detail cetakan,
apakah ada landmark anatomi yang tidak tercetak (terutama pada denture-
bearing area). Detail hasil cetakan haruslah akurat dan tidak robek.
12. Lakukan desinfeksi cetakan dengan cara merendam larutan iodophor:
1. Cuci hasil cetakan dibawah air yang mengalir.
2. Rendam cetakan dalam larutan iodophor selama 10 menit.
3. Cuci kembali, lalu keringkan dengan udara.
13. Lakukan pengecoran cetakan segera dengan dental stone tope III.

Laboratorium
Alat : rubber bowl, spatel
Bahan : gips tipe 2 (plaster of paris), gips tipe 3 (gips stone)
Prosedur :
a. Manipulasi bubuk gips tipe III dengan air ( sesuai takaran pabrik) pada
mangkok karet lalu letakkan mangkok karet tersebut diatas vibrator

24
supaya gelembung udara yang terperangkap terlepas sehingga mencegah
hasil cetakan tidak poreus.
b. Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe III sesegera mungkin setelah
cetakan dilepas dari rongga mulut pasien untuk menghindari penyusutan
cetakan agar didapatkan model kerja yang detai dan akurat.
c. Pengisian gips pada rahang atas diawali dari palatum mengarah ke
residual ridge, sedangkan pada rahang bawah diawali dari residual
ridge anterior menuju posterior. Pengisian hasil cetakan dilakukan
secara bertahap dan tidak sekaligus, terperangkapnya gelembung udara
pada undercut cetakan.
d. Tunggu hingga gips mengeras (setting) selama kurang lebih 30 menit.
e. Pembuatan model studi dengan hasil cor dibasis menggunakan gips tipe
2 (plaster of paris).
f. Tahapan membuat basis model :
1. Siapkan lempeng kaca (glass slab), gips keras tipe II, mangkuk
karet, spatula dan air untuk membuat basis model studi.
2. Manipulasi gips tipe II dan air (sesuai takaran) dalam mangkuk
karet hingga homogen lalu letakkan adonan gips pada lempeng
kaca.
3. Letakkan model gips RA yang masih menempel pada sendok
cetaknya diatas adonan gips tipe II tersebut. Rapikan dan bentuk
tepian gips menjadi basis model kerja dengan menggunakan
spatula saat gips tipe II masih lunak.
4. Model kerja dirapikan dan dipotong kelebihan gipsumnya
menggunakan mesin trimmer. Ketebalan basis model kerja kurang
lebih 15-16 mm.
g. Tujuan model studi untuk mendapatkan diagnosa, menentukan rencana
perawatan, dan untuk membuat sendok cetak fisiologis.
h. Blocking out dengan menutup daerah bergigi dengan gips tipe 2
i. Sendok cetak fisiologis dengan desain terdiri dari 2 garis. Garis pertama 2
mm diatas fornik sebagai batas muscle trimming. Garis kedua pas di garis
fornik.
j. Desain vertical stop berfungsi untuk mengatur tekanan saat mencetak. Wax
up dengan ketebalan 2 mm melapisi model studi yang berfungsi untuk

25
menentukan tebal sendok cetak fisiologis. Pada wax up bebaskan vertikal
stop.
k. Gunakan bahan separating medium (cms) dan self curing akrilik untuk
membuat sendok cetak fisiologis.
l. Setelah sendok cetak fisiologis siap lakukan pelubangan dengan karbit bur.

Kunjungan II
1. Try in sendok cetak fisiologis
Yang diperiksa mencakup semua batas anatomis, batas SC 2 mm diatas garis
fornik, frenulum sudah dibebaskan.
2. Muscle trimming
Alat : lampu spiritus, wadah berisi air,lekron
Bahan :green stick compound
Caranya :panaskan green stick dengan api lampu spiritus kemudian teteskan
pada tepi sendok cetak fisiologis lalu rendam dalam air dengan tujuan agar tidak
panas saat dimasukkan dalam mulut pasien. Dengan menggerakkan pipi, bibir,
lidah pasien sehingga didapatkan batas anatomis.
3. Mencetak fisiologis/mencetak fungsional
Alat: sendok cetak perorangan, glass plate, semen spatel, rubber bowl, spatel
Bahan : elastomer/polyvinil siloxane (medium bady), gips tipe IV.
Prosedur kerja:
a. Persiapan alat dan bahan.
b. Persiapkan posisi pasien dan operator.
c. Siapkan sendok cetak individual RA atau RB.
d. Aduk bahan cetak elastomer (monophase) untuk daerah tidak bergigi
dan bahan cetak alginat untuk daerah bergigi dengan teknik one phase.
e. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut teknik selective pressure.
f. Setelah cetakan mengeras, lepaskan.
g. Lakukan desinfeksi cetakan dengan merendam larutan iodophor
selama 10 menit.

Laboratorium
 Alat : rubbel bowl, spatel
 Bahan :gips tipe 4 (hard stone), gips tipe 2 (plaster of paris), wax.
 Cara kerja :cor sendok cetak menggunakan gips tipe 4 (hard stone).
 Desain gigi tiruan lepasan, dimana dilakukan desain untuk basis dan arah
berjalannya cangkolan.

26
 Surveyor adalah alat untuk menentukan garis survey pada model survey
model mengidentifikasi permukaan proksimal agar dapat dibuat sejajar,
menentukan lingkar terbesar dari gigi penyangga sebagai pedoman
menentukan posisi cangkolan yang tepat, menentukan permukaan gigi dan
jaringan lunak yang perlu dibloking out, mengukur derajat undercut,
menentukan arah pasang dan arah lepas, mencatat posisi model yang
berhubungan dengan arah pasang, membantu menentukan prosedur
restorasi yang mungkin diperlukan pada gigi penyangga.

Teknik Survey Model


a. Memasangkan alat dan model pada surveyor
1. Memasang analyzing rod pada surveyor.
2. Memasang model studi pada meja survey dengan posisi analiyzing rod
tegak lurus terhadap model (model posisi zero atau datar).
b. Melakukan prosedur survei untuk menentukan arah pasang gigi tiruan
1. Untuk mendapatkan kesejajaran distal dan mesial gigi lakukan
kemiringan model (tilting) ke arah anterior atau ke arah posterior
sampai ke dua bagian dari gigi penyangga sejajar.
2. Setelah memposisikan model yang terpasang pada meja survey
sehingga analyzing rodrelatif sejajar dengan bagian distal dan mesial
gigi.
3. Apabila ada dua undercut pada kedua sisi gigi maka dilakukan
blocking out.
c. Tripoding
1. Kemiringan atau arah pasang yang didapatkan dipertahankan dengan
mengunci posisi meja surveyor.
2. Lengan vertikal ditekan sampai menyentuh model studi, kemudian
lengan vertikal tersebut di kunci dan dibuat teraan di tiga tempat
dengan jarak yang proposional.
d. Menentukan kontur terbesar gigi penyangga
1. Memasang alat yang digunakan untuk menentukan kontur terbesar gigi
penyangga (mengganti analyzing rod dengan carbon marker).
2. Menggerakkan meja survei sehingga carbon marker berkontak dengan
kontur terbesar gigi penyangga.

Kunjungan III

27
1. Try in basis dan cangkolan
Yang perlu diperhatikan:
a. Retensi dan stabilisasi
b. Mencakup semua batas anatomis
c. Frenulum sudah dibebaskan .
d. Tidak ada keluhan pasien
e. Cangkolan tidak traumatik oklusi

2. Penentuan Gigit
a. GTSL tanpa kunci oklusi
1. Posisikan pasien duduk dengan kepala tegak.
2. Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB. Fiksasi basis dan galangan
gigit RA dengan ibu jari dan telunjuk kiri operator sedangkan basis dan
galangan gigit RB difiksasi dengan ibu jari dan telunjuk kanan.
3. Kemudian instruksikan pasien untuk menutup mulut perlahan-lahan hingga
seluruh permukaan insisal dan oklusal galangan gigit RA dan RB saling
berkontak bidang merata.
4. Apabila belum terjadi kontak bidang yang merata, maka permukaan insisal
dan oklusal galangan gigit yang dirubah dan disesuaikan dengan RA
sehingga diperoleh kontak bidang yang merata. Ukur jarak antara kedua
titik, lakukan penyesuaian pada galangan gigit RB hingga mencapai DVO
yang diinginkan.
5. Kontak gigi natural normal dan apabila salah satu rahang masih ada gigi
natural dan antagonisnya galangan gigit maka jejak oklusal atau insisal gigi
terlihat pada oklusal rim.
6. Fiksasi penetapan gigit dan mounting articulator.

3. Pemilihan warna gigi


Berdasarkan jenis kelamin, warna kulit, dan umur.
Laboratorium
 Pembuatan bite rim atau gelengan gigit
Alat : lampu spiritus, capi, lekron
Bahan : wax
Ketentuan : lebar biterim RA-RB anterior 3-4 mm, posterior 5-6
mm, tinggi biterim RA anterior 10-12, poterior 8-10, tinggi biterim RB
anterior 8-10, posterior 10-12.

28
 Transfer artikulator menggunakan gips tipe II
 Menyusun gigi.
 Gigi posterior
a. Tepat diatas linggir alveolar
b. Mengikuti lengkung rahang
c. Sesuaikan dengan permukaan gigi antagonis.
 Pada kasus ini gigi yang diganti yaitu gigi 16,15, 14, 13, 12, 11, 21,
22, 24, 25, 26, 27. Dengan penyusunannya tepat diatas linggir sisa
dan mengikuti lengkung rahang serta penyesuaian dengan
permukaan gigi antagonis.

Kunjungan IV
1. Try in penyusunan gigi
Intra oral : retensi, stabilisasi, dan estetis
-Retensi : Dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan
kuat-kuat dalam mulut dan mencoba melepaskannya dengan gaya
tegak lurus terhadap bidang oklusal.
-Stabilisasi : Dilakukan saat mulut berfungsi, tidak boleh
mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi wajah dan
sebagainya.
-Estetis : Pemilihan warna gigi yang sesuai umur, jenis kelamin
dan warna kulit pasien dan pemilihan ukuran gigi yang sesuai.
Ekstra oral : dilihat penampilan pasien dalam keadaan mulut tertutup tanpa oklusi,
rest posisi (fisiologis) dukungan pipi, bibir, traumatik oklusi.

Laboratorium
 Wax counturing untuk membentuk akar imaginer.
 Prossesing
Dengan bahan CMS, heat curing, dan gips tipe 2.

29
Kunjungan V
1. Insersi
Prosedur kerja:
a. Tahapan persiapan:
1. Perhatikan permukaan anatomis atau permukaan cetakan dari basis tidak yang
tajam dan bersih dari sisa gips.
2. Pemeriksaan permukaan polis dari basis dan tidak porus dan mengkilat.
3. Tepi klamer tidak tajam.
b. Tahapan memasang gigi tiruan dalam mulut
1. Menentukan arah pasang gigi tiruan
2. Setelah gigi tiruan didalam mulut lakukan pemeriksaan dan evaluasi:
-Retensi, kedudukan basis terhadap mukosa dan posisi klamer pada gigi
penyangga
-Stabilisasi, perluasan basis dan penyusunan anasir gigi
-Oklusi sentrik dan eksentrik
-Psikologis, adaptasi dan penerimaan pasien terhadap gigi tiruannya
(kenyamanan pasien, estetik, bicara, mastikasi)
c. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan gigi tiruan akrilik, yaitu: setelah
insersi, pasien diminta untuk memakai gigi tiruannya selama 24 jam kecuali saat
mengunyah, gigi tiruan harus dilepas saat membersihkan dan dibuka malam hari.

Kunjungan VI
1. Kontrol
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi tindakan
yang perlu dilakukan.
1. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.

30
2. Pemeriksaan objektif
Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut, melihat keadaan gigi tiruan dan
memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

31
BAB V
KESIMPULAN

Dari penjelasan penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan kasus yang
telah dipaparkan di atas, maka dalam penatalaksanaannya dibutuhkan kerjasama
antara pasien dan dokter gigi.keterampilan yang tepat dari dokter gigi sebagai
operator dalam mengobservasi keadaan rongga mulut pasien merupakan suatu yang
harus dilakukan.Hal ini dikarenakan agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam gigi
tiruan yang telah dibuat.Model gigi tiruan yang akan dipasang tentu sangat penting
demi menunjang perbaikan fungsi dari gigi yang digantikan itu sendiri, sehingga
dalam hal ini sangat dibutuhkan pengetahuan dan kecermatan dalam memilih jenis
dari gigi tiruan agar pasien dapat menghindari kerugian yang tidak diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

32
1.McMillan, Anne S. Emotional effects of tooth loss. Int J prosthodontics
2004; 17(2) : 172-6.
2.Peranci A. Behaviour and hyiene habits of complete denture wearers.
Braz Dent J 2010; 21(3):247-52.
3.The Glossary of Prosthodontic Terms. J Prosthet Dent 2005; 94(1): 25,51.
4.Phoenix RD, Cagna DR. Stewart’s. Clinical removable

partialprostodonics.3thed.Chicago.2003;p.1-3,6-8.
5. Osborne, J & Lammie. G.E.1968. Partial Dentures. Blackwell Scientiefic
PublicationsOxford & Edinburgh
6. Gunadi, H.A., 1982, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan , jilid 1,
Hipocrates,Jakarta.
7.Suryatenggara, F. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Lepasan. Edisi 2. Jakarta:
Hipokrates
8.Gunadi HA, Suryatenggara F. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan Jilid II. Jakarta: Hipokrate
9.McGivney GP, Castleberry DJ,2005. Removable Partial Prosthodontics.
10th.ed, Louis: Mosby Company, pp. 160-86, 324.
10. Haryanto, A.G., 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II.
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.

33

Anda mungkin juga menyukai