SENTRIFUGASI
Oleh:
Yanto Surdianto, Nana Sutrisna dan Adetiya Rachman
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
ABSTRAK
ABSTRACT
Coconut (Cocos nucifera) is one of the leading commodity crops and has the
largest area in West Java. Most of coconut plants are belonging to smallholders and
become as a major income of farmers, but the contribution from the plants to the
income of farmers are still low. This is partly due to: 1) low farm productivity, 2)
decrease in the exchange rate of coconut / copra to the commodity needs of farmers
and 3) lower prices at the farm level, and 4) diversification of products have not been
fully implemented. Until now, the large use of coconut is still on the primary level, which
is in the form of grain or it processed into copra. Downstream processing of the product
i.e. Virgin Coconut Oil (VCO) has not been much done. The process can adds value
and potentially increasing the income of farmers. VCO manufacturing technology has
been widely developed by the Agency for Agricultural Research. Assessment Institute
for Agricultural Technology (BPTP) West Java technology subsequently developed
small-scale manufacturing of a VCO using mechanical spin or centrifugation. The
selection of technology was tailored to the capital ability of farmers to adopt the
technology. Activities carried out in the village Langgensari, District Langgensari,
Banjar. The results of the study showed that VCO processing technology with
296
centrifugation technique was an appropriate technology, simple and can be applied at
the farm level with yield 20 -27% from coconut meat. VCO processing has B/C about 2,
92 and have been able to increase the price of coconut from Rp.300, -/pcs to Rp.800, -
/pcs.
PENDAHULUAN
297
Daya saing produk kelapa pada saat ini tidak lagi terletak pada produk
primernya yakni kopra seperti selama ini banyak diusahakan secara tradisional. Akhir-
akhir ini telah berkembang pula minyak kelapa virgin (Virgin coconut oil) yang
merupakan makanan suplemen dan juga obat. VCO diakui sebagai minyak paling
sehat yang berdasarkan pada beberapa penelitian memiliki khasiat antara lain: (1)
Senjata baru melawan penyakit jantung koroner; (2) Pelawan bakteri dan virus alami
yang sangat mengagumkan; (3) Menurunkan berat badan; (4) Menghaluskan kulit; (5)
Mencegah berbagai penyakit degeneratif, termasuk kanker dan (5) Meningkatkan
kualitas kesehatan. Minyak kelapa murni (VCO) juga diyakini memiliki sejumlah khasiat
untuk menjaga kesehatan manusia. Ini karena kandungan asam lemaknya cukup
tinggi. Disamping itu, sebagai Asam Lemak Rantai Sedang (MCFA) berfungsi
meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga dapat menambah energi dan dapat
mengontrol berat badan (http://toko.baliwae.com, 2006).
Pemilihan produk yang dihasilkan tergantung pada prospek produk kelapa
secara nasional, regional dan internasional, tersedianya teknologi pengolahan dalam
skala kecil dan menengah, serta kemampuan petani mengadopsi teknologi pengolahan
tersebut. Oleh karena itu diperlukan teknologi pengolahan kelapa tepat guna yang
dapat meningkatkan pendapatan petani dengan lembaga yang memfasilitasi terhadap
aspek produksi, modal, dan pasar. Menurut Saragih (2002) teknologi tepat guna
adalah inovasi teknologi yang memenuhi kriteria: (a) secara teknis teknologi dapat
diterapkan oleh pengguna, (b) secara ekonomi memberi nilai tambah dan insentif yang
memadai, (c) secara sosial budaya dapat diterima oleh pengguna, dan (d) teknologi
ramah lingkungan.
Salah satu teknologi unggulan yang sudah dihasilkan Badan Litbang Pertanian,
yaitu, teknologi pembuatan minyak kelapa virgin (Virgin Coconut Oil) dengan teknik
sentrifugasi. Prinsip teknologi ini adalah memisahkan air dengan minyak melalu
pembentukan emulsi. Emulsi minyak terjadi karena proses gravitasi dan putaran
santan. Proses pembuatan Virgin coconut oil (VCO) sama sekali tidak menggunakan
zat kimia organis dan pelarut minyak. Dari proses seperti ini, rasa minyak yang
dihasilkan lembut dengan bau khas kelapa yang unik. Jika membeku, warna minyak
kelapa ini putih murni, sedangkan jika cair, VCO tidak berwarna (bening).
Inovasi teknologi ini diharapkan dapat diterapkan di tingkat daerah/petani
pengolah kelapa, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
Selain itu, inovasi teknologi yang dirancang diarahkan untuk mendukung peningkatan
efisiensi usaha dan daya saing produk dalam pengembangan agribisnis di pedesaan.
298
Tujuan pengkajian ini adalah mengetahui keragaan teknis dan ekonomis
teknologi pengolahan VCO dengan menggunakan putaran mekanis atau sentrifugasi.
Bahan dan alat yang diperlukan pada pengkajian ini adalah: daging buah
kelapa tua, paket peralatan pengolah VCO (mesin pemarut, kain saring, wadah
stainless, pengepres santan manual, timbangan, kompor, corong plastik, mixer, kertas
saring dan pengemasan (botol plastik, mesin penutup botol dan penyegel botol).
299
d. Pencucian, daging buah kelapa tua yang telah dipisahkan dari kulitnya, dicuci
dengan air bersih yang telah dimasak/dididihkan.
e. Pemarutan, daging buah kelapa yang sudah dicuci kemudian diparut dengan
mesin parut dan ditampung dalam wadah stainless
f. Pembuatan Santan, dilakukan dengan mencampur ampas dengan air (air : ampas
= 2 : 1) untuk selanjutnya diperas dengan alat pengepres santan yang terbuat dari
stainless.
g. Pemisahan santan prima/kanil, dilakukan dengan mendiamkan santan selama 30-
40 menit. Setelah 40 menit santan prima/kanil akan membentuk lapisan di atas
air, kemudian dipisahkan dengan membuang air di bawahnya melalui wadah
berkeran. Pemisahan berguna untuk mempercepat proses pengadukan, dan
mengumpulkan protein dalam santan prima/kanil
h. Sentrifugasi/pengadukan
Santan prima disentrifugasi selama 30-40 menit dengan putaran min 500 rpm
sehingga terbentuk emulsi minyak dan diperoleh minyak mentah. Minyak mentah
tersebut kemudian diproses lebih lanjut untuk menghilangkan air di minyak melalui
penyaringan.
i. Pendiaman selama 12 jam, Pediaman bertujuan untuk memberi waktu bagi
gumpalan protein terpisah dari air dan minyak. Selama pendiaman, molekul
protein akan bergabung satu sama lain dan memisahkan diri dari minyak dan air.
Protein berperan sebagai zat pengikat minyak dengan air dalam santan
j. Pemisahan Minyak, minyak akan mengendap di atas lapisan protein/blando dan
air. Minyak berada pada lapisan atas karena berat jenisnya lebih kecil dari protein
dan air
k. Penyaringan, dilakukan dengan menggunakan kertas saring whatman kasar
dengan 5 kali penyaringan yang disusun bertingkat. Penyaringan berfungsi untuk
menyaring partikel-partikel protein terbawa pada saat pemisahan minyak. Kertas
saring juga menurunkan kadar air pada VCO yang dihasilkan.
l. Pengemasan, minyak virgin (VCO) ditampung dalam wadah stainless, kemudian
dikemas dalam botol dan disegel.
Proses pembuatan VCO dalam bentuk diagram alir dapat dilihat pada Gambar
300
Kelapa Tua
Pemarutan
Pengepresan
Santan
Pendiaman 40 menit
Pemisahan kanil
Pengadukan/Sentrifugasi
Pengadukan/Sentrifugasi
Pendiaman 12 jam
Pemisahan Minyak
Penyaringan
Penyaringan
Pengemasan
VCO
Keragaan Teknis
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa metode
sentrifugasi memiliki keunggulan yaitu waktu pemrosesan
cepat, relatif mudah dan sederhana serta menghasilkan
VCO yang bermutu tinggi. Duryanto (2005) menyatakan
bahwa dengan menggunakan mesin sentrifuse maka
emulsi dalam santan dapat terpecah. Kualitas VCO yang dihasilkan relatif baik
dibandingkan dengan syarat mutu APCC. Kualitas minyak akan berpengaruh
301
terhadap kemampuannya untuk disimpan dan penggunaannya sewaktu dipakai.
Adapun kualitas VCO tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada table 1 terlihat bahwa minyak VCO yang dihasilkan memiliki kandungan
asam laurat yang memenuhi standar mutu APCC yaitu sebesar 46.17 – 47.04%.
Kandungan asam laurat yang merupakan asam lemak yang dominan memiliki khasiat
yang sama dengan air susu ibu, jika dikonsumsi dapat berubah menjadi monolaurin
yang dapat berfungsi sebagai suplemen pencegah penyakit degeneratif dan penyakit
yang disebabkan karena virus dan bakteri.
Demikian pula, minyak VCO yang dihasilkan memiliki kandungan asam lemak
bebas (Free Fatty Acid = FFA) yang memenuhi standar mutu APCC yaitu sebesar
0.53%.
Asam lemak bebas (Free Fatty Acid = FFA) pada minyak merupakan indikator
terjadinya ketengikan dalam minyak. Semakin besar nilai FFA maka minyak tersebut
kurang baik untuk dimakan secara langsung karena berpotensi menjadi karsiogenik.
Asam lemak bebas dihasilkan dari perubahan senyawa peroksida yang berasal dari
proses oksidasi (akibat interaksi minyak tidak jenuh dengan oksigen) dan proses
hidrolisis (akibat keberadaan air dalam minyak). Pada VCO, mutunya juga tergantung
nilai kadar asam lemak.
Kadar air mempengaruhi mutu minyak kelapa. Adanya sejumlah air dalam
minyak dapat menyebabkan terjadinya proses hidrolisis sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan minyak. Proses ekstraksi minyak ternyata
302
mempengaruhi nilai kadar air di minyak dan selama penyimpanan cenderung
meningkat yang disebabkan reaksi oksidasi yang terjadi pada asam lemak tidak jenuh
yang terdapat dalam minyak selama penyimpanan (Ketaren, 1986). Hasil analisis
menunjukkan bahwa VCO yang dihasilkan mengandung kadar air yang masih
diperbolehkan dalam standar APCC yaitu sebesar 0.21%.
Berdasarkan analisis mutu minyak pada Tabel 1 diperoleh kesimpulan bahwa
teknologi pengolahan minyak kelapa dengan menggunakan metode sentrifugasi dapat
menghasilkan minyak untuk dikonsumsi langsung (VCO).
Keragaan Ekonomi
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa, teknologi pembuatan VCO dengan
metode sentrifugasi merupakan teknologi tepat guna yang sederhana dan dapat
diadopsi oleh petani. Teknologi tersebut selain mudah dilakukan, alat-alat yang
digunakanpun harganya relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat khusunya petani
kelapa di pedesaan.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 liter VCO
dibutuhkan kelapa sekitar 12-16 butir (Tabel 2) atau dari 3,6 – 4,8 kg daging buah
kelapa sehingga rendemen yang dihasilkan sebesar 20 – 27% dari berat daging buah
kelapa. Sementara itu, hasil penelitian Cahyana (2005), untuk memperoleh 1 liter VCO
diperlukan bahan baku kelapa sebanyak 10 - 15 butir.
Tabel 2. Produksi VCO di kelompok tani Muji Lestari, Desa Langensari, Kecamatan
Langensari, Kota Banjar, Tahun 2011.
Jumlah kelapa VCO yang dihasilkan
No Asal kelapa*)
(butir) (liter) (botol)
1 30 Anggota kelompok 2 20 (100 cc)
2 100 Anggota kelompok 6 60 (100 cc)
3 100 Anggota kelompok 5 33 (150 cc)
4 100 Anggota kelompok 6,5 43 (150 cc)
5 80 Anggota kelompok 6,6 44 (150 cc)
Jml 410 26,1
Keteragan: *) kelapa dibeli kelompok dari anggota dengan harga Rp. 800,-/butir
*) penjualan masih terbatas pada konsumen sekitar pengkajian
Rendemen VCO sangat ditentukan oleh kualitas daging buah kelapa. Semakin
baik mutu kelapa yang digunakan, kualitas VCO yang dihasilkan juga akan semakin
baik, di samping juga rendemennya semakin tinggi, demikian sebaliknya.
303
Keragaan Ekonomi
Pembuatan VCO tersebut saat ini telah menjadi salah satu usaha bersama
kelompoktani “Muji Lestari” yang melibatkan/dikelola oleh 6 orang petani. Hal yang
cukup menggembirakan dari pengkajian ini adalah bahwa teknologi pembuatan VCO
dapat meningkatkan harga jual kelapa di tingkat petani dari yang semula sebesar Rp
300,-/butir menjadi Rp 800-850,-/butir. Bahan baku berupa kelapa butiran saat ini
masih diutamakan dari anggota kelompoktani Muji Lestari.
Sebagai contoh analisis finansial, dihitung dari data sebelumnya, yaitu untuk
menghasilkan 2 liter VCO dibutuhkan kelapa sebanyak 30 butir (Tabel 2). Keragaan
usaha pembuatan VCO secara rinci disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Biaya Produksi Pengolahan VCO di kelompok tani Muji Lestari, Desa
Langensari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar. 2010
Harga Satuan
No Uraian Volume Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
A. Biaya Produksi
1 Kelapa 30 butir 800,- 24.000,-
2 Botol 20 botol 500,- 10.000,-
3 Label 20 lembar/botol 100,- 2.000,-
4 Kertas saring 5 lembar 400,- 2.000,-
4 Tenaga kerja*) 1 orang 13.000,- 13.000,-
51.000,-
B. Hasil VCO 20 Botol (100 10.000,- 200.000,-
cc)
C. Pendapatan (B-A) 149.000,-
BC Ratio 2,92
Keterangan : *) Biaya tenaga kerja untuk setiap produksi masih sama
304
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. 2010. Jawa Barat Dalam Angka.
Bavappa, K.V.A, S.N Darwis, and D.D.Tarigans. 1995. Coconut Production and
Produc-tivity in Indonesia. Asian and Facific Co-conut Community 80 p.
Destika Cahyana, 2005. VCO Nutrisi Pelengkap Bukan Obat. Trubus. Volume 433.
Desember.
Duryanto. 2005. Pembuatan VCO dengan Metode Sentrifugasi. Kajian Ilmu Teknologi
Industri Pertanian. http://ariefebrianto.blogspot.com/2010/10/. Diakses 20
Februari 2011.
305
Ketaren S., 1986. Teknologi Minyak Lemak. Universitas Indonesia-Press (UI-Press),
Jakarta.
306