Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER

DENGAN PEMBERIAN KEMOTERAPI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Keperawatan Beresiko Tinggi
Dosen : Ns. Tri Wahyuningsih.,M.Kep

Disusun Oleh:

PURWANDI

EUIS TRESNAWATI

EDO PRASETYA

NIA KURNIASIH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (SI)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BUDI LUHUR-CIMAHI

2019
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pasien Kanker
Dengan Pemberian Kemoterapi” bisa selesai dengan tepat waktu. Adapun penulisan makalah ini
sebagai tugas diskusi kelompok. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Tanpa adanya bantuan dari semua pihak, makalah ini
tidak akan selesai pada tepat waktu.

Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna . Maka dari itu kami masih
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan semoga dengan adanya
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, Amin .

Bandung, September 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang paling menakutkan dan mencemaskan

bagi setiap orang. Pasien yang menderita kanker akan menjalani perawatan yang lama, prosedur

pemeriksaan yang berbagai macam dan efek pengobatan yang tidak menyenangkan. Belum lagi

dampak sosial ekonomi yang bukan hanya ditanggung pasien tapi juga keluarganya. Dari sisi

psikologis dan spiritual pasien juga tentunya terganggu, bahkan sebagian orang menganggap

diagnosa kanker seolah menjadi ‘vonis mati’ bagi dirinya.

Semakin lama penderita kanker semakin meningkat. Untuk prevalensi penyakit kanker di

Indonesia, secara keseluruhan memiliki persentase 1,4 per seribu penduduk atau sama dengan

330 ribu orang. Dengan perincian menurut provinsi, posisi paling tinggi terdapat di DI

Yogyakarta dengan 4,1‰, lalu di Jawa tengah dengan 2,1‰, diikuti oleh bali dengan 2‰, dan

DKI Jakarta serta Bengkulu masing-masing 1,9‰. (Riskesdas 2013). Namun karena registrasi

kanker di negara kita belum berjalan dengan baik, maka angka sesungguhnya kemungkinan lebih

tinggi.

Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, Jumlah pasien kanker payudara

merupakan yang paling tinggi yaitu 12.014 orang, disusul oleh pasien kanker serviks 5.349

orang, pasien kanker darah (Leukemia) 4.342 orang, pasien kanker lipoma 3.486 orang dan

pasien kanker paru-paru sebanyak 3.244 orang. Perempuan lebih banyak terkena kanker

dibanding pada laki-laki, pada perempuan persentasenya mencapai angka 2,2‰ sedangkan pada

laki-laki hanya berada pada angka 0,6‰


Berdasarkan paparan diatas maka dalam makalah ini akan membahas asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien kanker dengan pemberian kemoterapi

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
kanker dengan pemberian kemoterapi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami pengertian dari Definisi Kemoterapi
b. Mampu memahami Tujuan Kemoterapi
c. Mampu memahami Jenis Kemoterapi
d. Mampu memahami Cara Pemberian Kemoterapi
e. Mampu memahami Syarat Dilakukan Kemoterapi
f. Mampu memahami Kontra Indikasi Kemoterapi
g. Mampu memahami Persiapan Kemoterapi
h. Mampu memahami Pemberian Kemoterapi
i. Mampu memahami Efek Samping Kemoterapi
g. Mampu memahami Ekstravasasi
j. Mampu melakukan Pengkajian Pasien Kemoterapi
k. Mampu melakukan Diagnosa dan Intervensi keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Kemoterapi

Secara bahasa kemoterapi berasal dari kata ‘chemical’ (kimia) dan therapy (pengobatan)

artinya pengobatan dengan menggunakan zat-zat kimia. Namun secara istilah kemoterapi adalah

pengobatan pada penyakit kanker dengan menggunakan preparat anti neoplastik yang berkhasiat

membunuh dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker dengan mengganggu metabolisme dan

reproduksi seluler. Obat-obat kemoterapi umumnya disebut obat sitostatika.

Kemoterapi banyak dilakukan sebagai salah satu modalitas terapi kanker disamping

pembedahan (surgery) dan radioterapi. Namun tidak seperti pembedahan/ radioterapi yang

bersifat lokal, kemoterapi bersifat sistemik karena beredar ke seluruh sistem tubuh. Kerugian

pemberian kemoterapi adalah karena selain membunuh sel-sel kanker, juga akan merusak sel-sel

sehat yang berproliferasi secara cepat seperti folikel rambut, mukosa, produksi sel-sel darah di

sumsum tulang dan organ reproduksi. Inilah yang menimbulkan berbagai efek samping seperti

kerontokan rambut, sariawan, diare, pansitopenia dan infertilitas. Namun sebagian besar efek

samping tersebut bersifat sementara selama masa pengobatan.

Pada sejarah awalnya penggunaan kemoterapi hanya digunakan satu jenis sitostatika, namun

dalam perkembangannya kini digunakan kombinasi sitostatika atau disebut regimen kemoterapi,

dalam usaha meningkatkan efektifitas pengobatan. Penggunaan obat kombinasi ini apabila sudah

melalui riset mengenai khasiat dan efek sampingnya dan disahkan oleh kementerian kesehatan di

suatu negara maka akan menjadi regimen standar negara tersebut, sedangkan bila masih dalam

penelitian disebut regimen kemoterapi dalam uji klinik (clinical trial)


B. Tujuan Kemoterapi

1. Membasmi sel-sel kanker sampai ke akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau

bedah.

2. Mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan operasi pengangkatan.

3. Mencegah metastase (penyebaran) kanker ke organ lain.

4. Mencegah sel kanker tumbuh kembali (rekuren).

5. Meringankan gejala akibat tumor (nyeri, luka bau, basah dll).

6. Memperbaiki kualitas hidup pasien.

Dokter onkologi biasanya merekomendasikan untuk dilakukan kemoterapi sebagai :

1. Primary Treatment (Pengobatan Utama)

Kemoterapi sebagai terapi utama missal pada kasus kanker non solid (hematologi) seperti

leukimia

2. Adjuvant

Kemoterapi sebagai terapi tambahan dan diberikan setelah terapi utama misal pada kanker

payudara dilakukan setelah mastektomi.

3. Neo adjuvant

Kemoterapi sebagai terapi tambahan dan diberikan sebelum terapi utama biasanya bertujuan

untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan pengangkatan.

4. Radiosensitizer

Kemoterapi dilakukan sebelum radioterapi untuk meningkatkan efektifitasnya


C. Jenis Kemoterapi

1. Inhibitor Mitosis

Inhibitor mitosis berasal dari divat alkaloid tanaman dan produk alam lainnya. Kemoterapi jenis

ini bekerja dengan cara menghentikan proses mitosis dan menghambat reproduksi sel.

Kemoterapi jenis ini dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam kanker.

2. Antibiotik Antitumor

Antibiotik antitumor, seperti anthracyclines, adalah antibiotik yang ditujukan untuk menyerang

tumor. Kemoterapi jenis ini memiliki cara kerja dengan mempengaruhi enzim yang terlibat

dalam proses replikasi DNA. Namun menurut American Cancer Society dosis tinggi

anthracyclines dapat merusak jantung secara permanen.

3. Agen Alkylating

Cara kerja agen alkylating adalah dengan merusak DNA sel kanker secara langsung, sehingga

mencegah sel kanker berkembang biak dan efektif untuk semua fase siklus sel. Agen Alkylating

dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker, termasuk penyakit Hodgkin, multiple

myeloma, leukemia akut dan kronis, lymphoma, kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker

ovarium.

4. Antimetabolites

Antimetabolites digunakan untuk mengobati berbagai jenis leukemia, serta tumor yang

ditemukan di saluran payudara, ovarium, dan usus. Cara kerja antimetabolites adalah dengan

merusak sel-sel kanker selama fase S, sehingga tidak memungkinkan sel kanker untuk hidup atau

berkembang.
5. Kortikosteroid

Kortikosteroid sering digunakan untuk mencegah muntah atau reaksi alergi yang berhubungan

dengan kemoterapi. Namun, American Cancer Society juga menyebutkan bahwa kortikosteroid

juga terkadang dapat digunakan untuk langsung membunuh sel kanker atau memperlambat

pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi jenis ini terdiri dari hormon alami dan obat yang

menyerupai hormon.

D. Cara Pemberian Kemoterapi

Obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :

1. Oral

Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-

netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®. Tekankan pentingnya untuk mengikuti jadwal

yang telah ditentukan.

2. Subcutan dan Intramuskular

Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini

sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan,

biasanya pemberian Bleomycin.

3. Topikal

Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan setelah prosedur. Hati-hati agar pasien

tidak menyentuh area pemberian salep topikal. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian katun

dan longgar.

4. Intra arterial.

Memerlukan penempatan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena adanya tekanan

arteri, berikan obat dalam larutan yang dicampur heparin dengan mengunakan infus pump.
Selama infus pantau tanda-tanda vital, warna dan suhu ektremitas, dan kemungkinan perdarahan

pada tempat penusukan .

5. Intrakavitas

Masukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang dada ke dalam

rongga pleura. Ikuti dosis premedikasi yang telah ditentukan untuk meminimalkan kemungkinan

iritasi lokal yang disebabkan oleh obat-obat yang diberikan secara intrakavitas.

6. Intraperitoneal.

Berikan obat dalam rongga abdomen melalui port yang ditanam (implantable) dan atau kateter

suprapubik eksternal. Pantau pasien terhadap tekanan abdomen, nyeri, demam dan status

elektrolit. Ukur dan catat lingkar perut selama 48 jam. Hangatkan larutan infus (dengan

penghangat kering) pada suhu 38 o C sebelum pemberian.

7. Intratekal.

Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak

(liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C. Obat diberikan melalui prosedur pungsi lumbal.

Volume obat yang dimasukkan adalah 15 cc atau kurang. Encerkan obat dengan saline normal

yang bebas pengawet. Obat harus disuntikkan pelan-pelan pantau tanda vital dan keadaan umum

setelah tindakan. Hanya dokter yang boleh memberikan obat intratekal.

8. Intravena

Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2

menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam

dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.


E. Syarat Dilakukan Kemoterapi

o Kemoterapi diprogram hanya oleh dokter Onkologi

o KU cukup baik, ditunjukkan dengan karnofsky score diatas 30

o Tekanan Darah Sistolik antara 100-160 mmHg dan diastolik antara 75-95 mmhg

o Pasien telah mendapat penjelasan dari dokter onkologi dan telah mengerti tujuan & efek samping

kemoterapi yang mungkin terjadi

o Pasien telah menanda tangani informed consent

o Diagnosa kanker telah pasti ditegakkan yaitu dari hasil pemeriksaan patologi anatomi.

Kemoterapi tidak boleh dikerjakan pada pasien tumor jinak atau baru dicurigai keganasan

o Jenis kanker sensitif terhadap kemoterapi

o Faal ginjal dan hati baik

o Hasil laboratorium darah rutin Hb >10gr%, leukosit > 3000/mm trombosit > 150.000/mm,

neutrofil absolute >1,5

F. Kontra Indikasi Kemoterapi

o Penderita dalam keadaan terminal

o Depresi sumsum tulang berat dilihat dari hasil laboratorium darah rutin terakhir

(anemia/leukopenia/trombositopenia)

o Tidak sesuai jadwal

o Adanya infeksi akut

o Kehamilan

o Pasca operasi besar dalam waktu 10-20 hari

o Gangguan psikiatri
G. Persiapan Kemoterapi

1. Persiapan Pasien

o Memastikan identifikasi klien

o Edukasi tujuan dilakukan, jadwal, prosedur dan efek samping kemoterapi

o Edukasi cara mengatasi efek samping baik di rumah sakit maupun saat di rumah

o Support kepatuhan terhadap program pengobatan

o Cek riwayat alergi obat

o Kaji support system dari pasangan, keluarga, masyarakat dan fasilitas kesehatan

o Jaminan kesehatan yang digunakan oleh pasien juga perlu diketahui mengingat biaya pengobatan

kemoterapi yang mahal akan memberatkan pasien secara ekonomi bila tanpa jaminan kesehatan /

biaya sendiri

2. Persiapan Berkas

o Hasil patologi anatomi yang menyatakan adanya keganasan

o Hasil pemeriksaan laboratorium : darah rutin, faal ginjal (ureum/creatinin), faal hati

(SGOT/SGPT), gula darah, elektrolit (K, Na dan Cl)

o Hasil pemeriksaan penunjang lainnya (EKG, Echo, Rontgen, USG, dll)

o Resep obat sitostatika dari dokter onkologi

o Jadwal kemoterapi

o Protokol pencampuran obat

o Protokol pemberian obat

3. Persiapan Obat

Permintaan sitostatika ditelaah oleh apoteker berkaitan dengan :

o Penghitungan dosis berdasarkan luas tubuh (TB dan BB)


o Aspek farmasetik (kompatibilitas, konsentrasi, stabilitas)

o Pelarutan obat (menggunakan D5% atau Nacl 0,9%)

o Pencampuran dengan alat khusus di ruangan tertutup oleh tenaga farmasi terlatih

o Cek ketersediaan obat

o Cek apakah ada retriksi obat

H. Pemberian Kemoterapi

1. Terima pasien dari rawat inap atau rawat jalan (One Day Care)

2. Lakukan prosedur transfer pasien.

3. Lakukan asesmen keperawatan pada pasien untuk memastikan kondisi pasien.

4. Apabila kondisi pasien memenuhi syarat untuk dilakukan pemberian obat kemoterapi, cek form

pencampuran obat sitostatika yang telah dibuat oleh dokter, pastikan semuanya terisi lengkap

dan benar,

5. Serahkan Form pencampuran obat ke bagian handling obat sitostatika, dan lakukan dobel cek.

6. Pasang infus dan alat medis yang diperlukan sesuai SPO.

7. Berikan obat premedikasi sesuai protocol.

8. Pakai APD lengkap (Gaun, Sepatu bot, Masker, Tutup Kepala, Kacamata/ Google, sarung

tangan)

9. Terima obat sitostatika yang telah dilakukan pencampuran oleh petugas Farmasi. Lakukan dobel

cek.

10. Berikan obat kemoterapi sesuai protocol dan SPO.

11. Pastikan kepatenan aliran infus, dan ulang setiap 2 jam atau setiap pergantian obat.

12. Monitor keadaan umum pasien, reaksi alergi dan Ekstravasasi.

13. Buka proteksi lengkap, buang alat yang disposibel pada tempat sampah sitostatika.
14. Cuci tangan memakai sabun dan bilas dengan air bersih.

15. Catat semua prosedur sesuai SPO.

I. Efek Samping Kemoterapi

Efek samping kemoterapi dilihat dari onsetnya :

1. Immediate

Efek samping yang terjadi segera setelah kemoterapi, dari beberapa jam sampai beberapa hari

setelah kemoterapi.

Contoh : nausea/ vomiting, local tissue necrosis, phlebitis, hiperuricemia, skin rash, anaphylaxis,

demam menggigil (bleomycin), hipotensi (etoposide), hipertensi (procarbacine)

2. Early

Efek samping yang terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah kemoterapi.

Contoh : leucopenia, trombositopenia, alopecia, stomatitis, diarrhea, hipercalcemia (estrogen),

hipomagnesemia (cisplatin), DIC (asparaginase), hiperglicemia (kortikosteroid), ototoxicity

(cisplatin), conjungtivitis (MTX)

3. Delayed

Efek samping yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah kemoterapi.

Contoh : anemia, aspermia, hepatocelluler damage, hiperpigmentation, pulmonary fibrosis,

peripheral neuropati (vincristine), cardiac necrosis (cyclophosphamide), cholestatic jaundice (6-

MP)

4. Late

Efek samping yang terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah kemoterapi.

Contoh : sterility, premature menopause, acute leukemia, lymphoma, solid tumor, hepatic

necrosis (MTX), osteoporosis (kortikosteroid), cataracts (busulvan).


Obat kemoterapi bersifat toksik pada organ-organ tubuh antara lain :

o Toksis pada paru

Obat-obat yang bersifat toksik pada paru antara lain : bleomycin, busulfan, carmustine

o Toksis pada telinga

Obat-obat yang bersifat toksik pada telinga yaitu cisplatin

o Kardiotoksik

Obat-obat yang bersifat toksik pada jantung antara lain : cyclophosphamide, doxorubicin,

daunorubicin dan mitaoxantron.

o Neurotoksik

Obat-obat yang bersifat toksik pada persarafan antara lain : vincristine, vinblastine, dosis tinggi

cytarabin dan cisplatin.

o Hepatotoksik

Obat-obat yang bersifat toksik pada hepar antara lain : Adriamycin, asparaginase, methotrexate,

cytarabin, cyclophosphamide dan busulfan.

J. Ekstravasasi

1. Definisi

Ekstravasasi adalah terjadinya infiltrasi obat kemoterapi yang vesikan atau iritan dari vena ke

jaringan sekitarnya.

Vesikan adalah obat kemoterapi yang mengakibatkan kerusakan jaringan. Misalnya obat

daunorubicin, doxorubicin, epirubicin, vincristin, vinblastin, dacarbazine, dactinomysin.

Iritan adalah obat kemoterapi yang menyebabkan rasa sakit pada lokasi penusukan sepanjang

vena dengan atau tanpa inflamasi. Misalnya obat etoposide, carmustine, plicamycin,
2. Faktor Resiko Ekstravasasi

o Kelemahan Vena

o Trauma penusukan canul

o Jenis kanul

o Oedema

o Bekas area radiasi

o Konsentrasi obat sitostatika

o Jumlah obat terinfiltrasi

o Lama jaringan terkena infiltrasi obat

o Ketidakmampuan pasien komunikasi

3. Pencegahan Ekstravasasi

o Pilih vena yang tepat

o Cek kepatenan vena sebelum pemberian obat

o Hindari penusukan kanul berulang di tempat yang sama

o Gunakan penutup area penusukan dengan yang transparan

o Observasi daerah yang di infus selama pemberian obat

o Lakukan pembilasan setiap selesai pemberian obat

o Sarankan pasien melaporkan rasa nyeri di tempat penusukan saat pemberian obat

4. Penanganan Ekstravasasi

o Stop infus kanul jangan dicabut

o Aspirasi darah dari kanul

o Masukkan dexamethason injeksi 1 ml

o Cabut canul secara perlahan


o Menggunakan spuit steril, aspirasi jaringan subcutan apabila memungkinkan

o Masukkan dexamethason injeksi 1 ml secara subcutan searah jarum jam apabila memungkinkan

o Hindari perabaan pada area ektravasasi

o Kompres dingin pada pemberian doxorubicin

o Kompres hangat pada pemberian vincristin

o Oleskan salep bethametason di sekitar tusukan infus

o Evaluasi

o Pindah lokasi infuse apabila kemoterapi bisa dilanjutkan

o Dokumentasikan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Pasien Kemoterapi

1. Pengkajian Pre Kemoterapi

o Identitas

o TB dan BB

o Riwayat penyakit dan pengobatan

o Riwayat alergi

o Pemeriksaan fisik per sistem

o Hasil pemeriksaan penunjang

o Karnofsky Score

o Psikososiospiritual

o Dukungan dari orang-orang terdekat

o Pengetahuan pasien kemoterapi

o Informed Consent

2. Intra Kemoterapi
o Evaluasi tetesan

o Observasi daerah tusukan infus, waspadai gejala ekstravasasi (bengkak/ merah/ nyeri)

o Adakah tanda alergi (sesak napas/dada berdebar/gatal/pusing)

o Monitor KU & TTV

o Mual / muntah

o Psikologis pasien (rasa takut, cemas)


3. Pengkajian Post Kemoterapi

o Keluhan pasien setelah menjalani kemo (kerontokan rambut/mual muntah/lemes)

o Penanganan efek samping

o Cek darah rutin (2 minggu post kemoterapi)

o Respon terhadap pengobatan

o Obat2 yg diminum : antiemetik, vitamin dll

Diagnosa dan Intervensi

1. Kurang pengetahuan

Tujuan : Pasien mengerti tentang kemoterapi dan efek sampingnya

o Kaji tingkat pengetahuan pasien

o Jelaskan program, prosedur, jenis obat dan tujuan kemoterapi

o Jelaskan efek samping kemoterapi dan cara mengatasinya

o Anjurkan pasien untuk melaporkan bila terjadi gejala alergi/ ekstravasasi selama pemberian

kemoterapi

o Jelaskan kapan saat kontrol dan kemoterapi berikutnya

2. Ansietas

Tujuan : Ansietas menurun

o Kaji tanda dan gejala adanya ansietas

o Lakukan pendekatan

o Berikan perhatian saat pasien mengungkapkan kecemasannya

o Beri penjelasan yang bisa menenangkan

o Beri aktifitas yang bisa mengalihkan perhatian mis : nonton tv


3. Anaphylactic shock

Tujuan : tidak terjadi anaphylactic shock

o Kaji riwayat alergi pasien

o Berikan obat premedikasi dan kemoterapi sesuai protokol pemberian dari dokter onkologi

o Observasi KU dan gejala alergi selama pemberian obat

o Anjurkan pasien untuk melaporan bila timbul gejala alergi (sesak napas, dada berdebar, gatal dll)

o Anaphylactic kit harus selalu tersedia di ruangan

4. Resti kurang volume cairan

Tujuan : tidak terjadi kekurangan cairan

o Kaji keluhan diare

o Pantau intake dan output cairan

o Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa dan capilary refill

o Perhatikan keluhan haus

o Anjurkan pasien banyak minum s/d 3000 ml/hr

5. Resti infeksi

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

o Cek jumlah lekosit

o Pantau TTV

o Ajarkan pasien dan keluarga cara menurunkan resiko infeksi

o Anjurkan ps untuk selalu menjaga higiene individu

o Anjurkan pasien istirahat yang cukup

6. Perubahan nutrisi

Tujuan : intake nutrisi adekuat


o Kaji adanya stomatitis,anoreksia, mual, muntah

o Pantau BB

o Berikan anti emetik sesuai program

o Kaji makanan kesukaan

o Anjurkan makan kecil tapi sering

o Berikan makanan TKTP

o Kolaborasi ahli gizi

7. Diare

Tujuan : Diare teratasi

o Kaji faktor penyebab diare

o Jelaskan tanda-tanda kekurangan cairan

o Perbanyak cairan tinggi kalium dan natrium

o Kolaborasi medis pemberian obat anti diare

o Anjurkan pasien menghindari makanan pedas / asam

8. Perubahan membran mukosa

Tujuan : Sariawan dapat teratasi

o Berikan penjelasan pentingnya oral hygiene

o Anjurkan pasien menghindari makanan terlalu panas/pedas

o Anjurkan pasien mengkonsumsi buah-buahan segar

o Kolaborasi medis pemberian obat sariawan

9. Resti ekstravasasi

Tujuan : tidak terjadi ekstravasasi

o Gunakan teknik yg benar dan tepat dalam pemasangan IV line


o Cek kepatenan IV line

o Bilas setiap akan dan setelah masuk obat

o Observasi daerah penusukan infus (rasa nyeri, bengkak, kemerahan, terbakar)

o Anjurkan pasien untuk meminimalkan aktfitas selama kemoterapi

10. Gangguan body image

Tujuan : pasien tetap percaya diri

o Beri penjelasan alopesia hanya sementara dan akan tumbuh kembali selesai program kemo

o Anjurkan pasien memakai wig/ kerudung

o Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan rambut/ kulit kepala

o Beri support psikologis

o Libatkan orang-orang terdekat

o Anjurkan pasien ikut dalam paguyuban pasien kemoterapi agar bisa sharing dengan sesama

penderita
BAB IV
KESIMPULAN

Kemoterapi bisa menjadi pengalaman traumatis bagi pasien kanker karena banyaknya efek

samping yang ditimbulkan. Karena itu tak jarang beberapa pasien drop out dari program

pengobatan. Perawat berperan meminimalkan melalui edukasi yang mencukupi di awal,

pengawasan saat kemoterapi dan evaluasi setelahnya.

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat komprehensif sehingga bukan hanya

memperhatikan aspek fisik pasien tetapi juga psikososiospiritual dan melibatkan orang-orang

sekitar pasien. Senyum, caring dan kesiapan perawat untuk selalu membantu dan mendengar

keluh kesah pasien akan meningkatkan kepuasan pasien akan pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Holmes, et al. 2011. Cancer Nursing : Principles and Practice 7th Ed. By Jones And
Bartlett Publishers, USA
Musrini, SST. Peran Perawat Dalam Pemberian Kemoterapi. RSUD Dr Soetomo Surabaya
Eli Subekti, S.Kep, Ns. Prosedur dan Cara Pemberian Kemoterapi RSUP Dr Kariadi Semarang
http://www.pasienkanker.my.id/2015/12/penyakit-kanker-di-indonesia.html
http://www.perawatkemo.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai