PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai macam tugas dan tanggung jawab yang akan diembannya, sehingga
setiap lembaga atau instansi dituntut untuk memiliki sumber daya manusia
yang mempunyai kinerja yang tinggi agar dapat membangun suatu lembaga
atau instansi kearah yang lebih baik. Menurut Tika kinerja sebagai hasil-hasil
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
1
Tika, Moh Pabundu. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. (Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2012), h. 23
memberikan rasa kepuasan. Namun sebaliknya jika kebutuhannya tidak
memberikan rasa kepuasaan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem ilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini
tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakannya dan
sebaliknya
suatu manajemen kinerja yang baik tanpa ada dukungan yang kuat dari seluruh
Karena dalam konteks manajemen modern suatu kinerja yang sinergi tidak akan
bisa berlangsung secara maksimal jika pihak pemegang saham atau para
perusahaan tersebut.2
suatu instansi atau lembaga, dan demi tercapainya suatu tujuan instansi atau
2
Irfan Fahmi, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 3
mengarah pada. pembinaan dan pemberian motivasi kepada pegawai, sehingga
pegawai dapat pula memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing serta
tersebut.
B. Identifikasi Masalah
lingkungan LPMP
C. Pembatasan Masalah
perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya
E. Tujuan Penelitian
Sulawesi Selatan.
Sulawesi Selatan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
meningkat.
ilmiah.
G. Hipotesa Penelitian
masalah yang diteliti, dimana jawaban itu masih bersifat lemah, dan perlu
Provinsi Banten.
H2: Kepuasan Kerja ada pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai di
Provinsi Banten.
H5: Kepuasan kerja pegawai yang dipengaruhi oleh Kegiatan Pelatihan Pegawai
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pelatihan
dapat ditujukan baik pada karyawan lama maupun pada karyawan baru.
mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang
karyawan lama juga perlu belajar dan dilatih dengan tujuan untuk
keterampilan tertentu3.
terbatas4.
pekerjaan karyawan5
3
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. (Bandung. PT. Refika Aditama, 2014), hlm 164.
4
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 44.
5
Hasibuan, S.P. Melayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006), hlm 69
2. Tujuan Pelatihan
keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih
manajemen (pimpinan).
a. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di
ukur
(profesional)
hendak di capai
6
Anwar Prabu Mangkunegara. Evaluasi Kinerja SDM. (Bandung : Refika Aditama, 2005), h.
23
pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan
tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan,
masalah yang kreatif, dan menjadi karyawan yang efektif dan efisien dalam
melakukan pekerjaan.
bidang pekerjaan yang dilakukan. Praktis dan segera berarti yang sudah dilatih
pelatihan. dapat juga diadakan suatu latihan sebagai akibat adanya tingkat
kecelakaan atau pemborosan yang cukup tinggi, semangat kerja dan motivasi
Pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang selanjutnya disebut diklat
7
Sadili Syamsudin. Manajemen Suber Daya Manusia (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.
110.
dalam suatu proses pendidikan.8
usaha yang direncanakan untuk mengubah pola perilaku baik jasmani maupun
8
Fuad. H. Ihsan. Dasar- Dasar Kependidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 1.
9
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm 2.
10
Suwatno. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm 105
11
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 44
bertujuan meningkatkan dalam satu atau beberapa jenis
keterampilan tertentu.12
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan
12
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), hlm 164.
13
Gomes, Cordose Fanstino. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: CV.Andi
Offset, 2003), hlm 197.
14
Hasibuan, S.P. Melayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006), hlm 69
Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa pendidikan dan
15
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 45
16
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi Dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. (Bandung. PT. Refika Aditama, 2014), hlm 170.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai
pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan
bangsa.Memantapkan sikap dan semangat pengabdian
yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan
pemberdayaan masyarakat.
a. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja karyawan yang tinggi dalam suatu
perusahaan dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas
produksi.
b. Moral Karyawan
Moral karyawan sangat penting bagi suatu lembaga, karena
dengan moral karyawan yang baik maka setiap hasil
pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan.
c. Karier
Persyaratan suatu jabatan menitikberatkan pada syarat-syarat
perseorangan yang diperlukan untuk mencapau hasil
pekerjaan yang lebih baik.
d. Kepemimpinan
Suatu lembaga membutuhkan seorang pemimpin yang
cakap, dimana dia harus mampu mengelola segala kegiatan
dan aktivitas yang dimana dia harus mampu mengelola
segala kegiatan dan aktivitas yang ada dalam
lembaga/instansi.
e. Kompensasi
Dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuan yang
dimiliki oleh seorang pegawai, akan meningkatkan
efektivias dan efisiensi pekerjaan, sehingga tujuan dari
lembaga akan tercapai.17
ada, sehingga pegawai tidak menghiraukan tugas dan tanggung jawab yang
di berikan karena adanya pendidikan dan pelatihan yang sering di ikuti, dan
setiap tugas yang di berikan dapat di kerjakan dengan tepat waktu, rapi dan
baik.
masyarakat.
jabatan struktural.
pembina.
4. Metode Pendidikan dan Pelatihan
pelatihan.
kerja, antara lain metode on the job training dan off the job training.
pelatihan.
antara lain metode on the job training dan off the job training. Job training,
18
Wilson, Bangun. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Erlangga, 2012),
hlm. 210.
Secara umum metode Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pegawai
a. Metode Kuliah
b. Metode konferensi
e. Bimbingan berencana
a. Metode Kuliah
digunakan untuk kelompok besar hingga biaya peserta menjadi rendah dan
komunikasi hanya satu arah, sehingga tidak terjadi umpan balik dari
peserta.
b. Metode Konferensi
Studi kasus adalah adalah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang
ada atau keadaan selama waktu tertentu yang nyata maupun secara
masalah.
mainkan. Selama bermain peran, dua orang atau lebih peserta diberikan
keterlibatan tinggi.
e. Bimbingan Berencana
umum.16
4. Kepuasan Kerja
perasaan ini dengan dua unsur lainnya dari sikap pegawai. Kepuasan kerja
keseluruhan.
karyawan ditanya tentang respon dari pekerjaan yang telah mereka lakukan,
hasilnya bervariasi untuk berbagai elemen kerja, Dari hasil penelitian,
antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang ia terima,
aspek pekerjaan bagi individu. Misalnya, untuk seorang tenaga kerja, satu
19
Judge, Timothy dan Robbins, Stephen. Perilaku Organisasi: Organizational Behaviour.
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 60
untuk tenaga kerja tersebut kemajuan harus dibobot lebih tinggi daripada
penghargaan.
Menurut Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas
bekerja, tetapi tidak akan menunjang kepuasan kerja seorang tenaga kerja
tertentu dari pekerjaan mereka (misalnya dengan rekan kerja, atasan, gaji)
jika jumlah dari bidang mereka persepsikan harus mereka terima untuk
sepatutnta ia terima, ia akan merasa salah dan tidak adil. Sebaliknya jika ia
sistem pusat saraf yang membuat aktif emosi yang bertentagan atau
lebih lemah dari emosi yang asli, akan terus ada dalam jangka aktu yang
lebih lama.
pekerjaan mereka merasa senang, sekaligus ada rasa tidak senang (yang
lebih lemah). Setelah beberapa saat rasa senang menurun dan dapat
kembali ke normal. Ini demikian karena emosi tidak senang (emosi yang
yang sesuai.
tujuan, deviasi dari yang seharusnya diterima dengan yang didapatkan, dan
keadilan.
promosi, tanggung jawab, pengakuan, dan kerja itu sendiri. Sedangkan faktor
yang termasuk hygiene faktor adalah hubungan antar pribadi, keamanan kerja,
supervisi, dan kondisi kerja. Baik faktor motivator dan hygiene sangat penting
bagi pemeliharaan tingkat kepuasan pegawai. Kedua faktor ini selalu berjalan
7. Kinerja Pegawai
istilah performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja
Menurut Rivai & Sagala kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara
utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja guru merupakan hasil
atau keluaran dari proses atau kemampuan aplikasi kerja guru dalam wujud
nyata, yaitu pekerjaan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan guru dalam
standar20.
kepadanya”.
mengandung makna bahwa kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan
20
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 67
21
Wilson, Bangun. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Erlangga, 2012) hlm 231
22
Amins, Ahmad. Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah.Yogyakarta: Laksbag
PRESSindo, 2012), hlm 41
setiap pegawa/ pejabat harus memiliki 4 CT : Cepat tanggap, Cepat temu,
bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau tidak,
pegawai adala seseorang yang bekerja pada suatu kesatuan organisasi, baik
aktivitas yang dilakukan oleh para karyawan yang ada di dalam organisasi
tersebut.
tujuan organisasi”.22
23
Larius, Kosay. “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan TerhadapPeningkatan Kinerja
Pegawai di Kecamatan Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa
Barat”.Skirpsi.(online).(googleweblight.com/?lite_url=http://lariuskosay.blogspot.com/2013/0 5/pengaruh-
pendidikan pelatihan, 2013., hlm 6.
24
Rafika, Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. 2013, hlm 16.
Menurut Faustino pendidikan dan pelatihan adalah “solusi yang
bekerja”.24
yang disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang
B. Penilaian Kinerja
25
Irfan Fahmi, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi,…… h. 65
program dan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam
melaksanakan tugasnya.26
26
Wilson, Bangun. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Erlangga, 2012), hlm
231.
27
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 69.
keseluruhan.
prestasi kerja para pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinue
28
Irfan Fahmi, Manajemen Kinerja Teori Aplikasi, …… h. 66
29
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.
225.
kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
c. Pemeliharaan sistem
d. Dokumentasi30.
penilaian yakni membandingkan antara data realita dengan standar yang ada.
yaitu:
30
Wilson, Bangun. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Erlangga, 2012), hlm
233.
meliputi: prosedur kerja, sistem kerja, keahlian teknis, penggunaan
kepadanya.
b. Kemampuan Kerjasama
bantuan, dan dukungan kepada orang lain, serta mengakui kesalahan dan
c. Inisiatif
kemajuan instansinya.
f. Tanggung jawab
mungkin.31
dapat disajikan sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja, yaitu: “kualitas,
hasil pekerjaan, yaitu: kualitas hasil, kuantitas keluaran, dan dua hal
31
Umar, Husein. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan: Teknik Evaluasi Bisnis dan Kerja
Perusahaan Secara Komprehensif, Kuantitatif, dan Modern. (Jakarta: Pustaka Utama, 2005), hlm
102.
32
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi.(ke-1) Jakarta: Kencan, hlm 172.
disiplin) dan kerja sama. Dari empat dimensi kinerja tersebut cenderung
W. Griffin bahwa dua kategori dasar dari metode penilaian yang sering
pertimbangan.
33
Sudarmanto. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori Dimensi Pengukuran,
dan Implementasi dalam Organisasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm 11.
34
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 18.
bekerja dan menunjukkan bukti kemampuan ia bekerja sesuai
35
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, ……h. 68
selanjutnya Wirawan mengatakan, penilaian sumatif dilakukan pada
jika dahulu yang menilai hanya atasan saja, maka saat ini penilaian
36
Wiarawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Peneliti,
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 68.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. TEMPAT PENELITIAN
dilakukan penulis adalah dewan guru yang akan menjadi responden. Menurut
suharsimi arikunto apabila subyek penelitian kurang dari 100 maka lebih baik di
kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan
infromasi yang detail mengenai suatu masalah dari responden tanpa khawatir
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rinkea
Cipta, 2002),h. 112
apabila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan
skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden
a. Uji Validitas
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suliyanto. 41Suatu alat
ukur yang valid, mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah alat ukur
38
Riduwan, Skala pengukuran variabel-variabel penelitian (bandung: Alfabeta, 2008), h.25-
26
39
Moh. Kasiram, Metodlogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Malang: UIN Malang
Press, 2008), h. 233
40
Riduwan, Op.cit.,h.12
41
Suliyanto, Analisis Data Dalam Pemasaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 40
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.
b. Uji Realiblitas
𝑁 ∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)
rxy =
√[𝑁∑𝑋²− (∑𝑋)2 ][∑𝑌 2 − (∑𝑌 2 )]
Dimana :
n = Jumlah sampel
d. Uji Regresi
Dalam analisis regresi, akan dikembangkan sebuah estimiating
Dengan kata lain sebuah metode yang digunakan untuk menguji pengaruh
antar variabel satu sama lain dan bisa menjadi faktor pendukung atau
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi
f. Uji Normalitas
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual
42
Singgih Santoso, SPSS 22 From Essential To Expert Skills (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo), h.330-331
kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-
masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan
penelitian.
g. Uji Heteroskedastisitas
dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya).
Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti
kemudian menyempit.