PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatu konsep bahwa organisasi khususnya perusahaan (namun bukan hanya
perusahaan), perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap
seluruh pemangku kepentingannya,yang di antaranya adalah konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu,
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi,
terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya
tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka yang lebih panjang.
Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya.Di wilayah Asia, konsep TJSLP berkembang sejak tahun
1998, tetapi pada waktu tersebut belum terdapat suatu pengertian maupun pemahaman
yang baik tentang konsep TJSLP.
Sementara itu, di Indonesia konsep TJSLP mulai menjadi isu yang hangat sejak
tahun 2001, dimana banyak perusahaan maupun instansi-instansi sudah mulai melirik
TJSLP sebagai suatu konsep pemberdayaan masyarakat.Pada saat sekarang ini, TJSLP
tidak hanya menjadi suatu tradisi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Konsep dan
eksistensi TJSLP telah mulai diangkat kedalam posisi yang lebih tinggi, tidak hanya di
ruang lingkup privat perusahaan tetapi juga telah menjadi perhatian oleh sektor publik
yakni pemerintah.Di lain pihak, pemahaman tentang TJSLP antara pemerintah,
masyarakat dan pelaku usaha belumlah seragam. Bagi pelaku usaha, TJSLP dianggap
membebani biaya atau cost perusahaan. Menurut mereka, kewajiban yang sudah
dilaksanakan adalah dengan membayar pajak dan menurutnya tugasnya dianggap
selesai.
Sementara dari sisi praktek empiris menunjukan bahwa Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan di Provinsi Jawa Tengah telah diselenggarakan oleh beberapa
perusahaan namun belum ada payung hukum yang mengatur TJSLP dan masih perlu
dikaji apakah telah sesuai dengan RPJMD Jawa Tengah yaitu tujuan, arah, strategi
pembangunan Jawa Tengah. Sebagai potensi, seharusnya TJSLP ini disandingkan dengan
program-program pemerintah daerah yang berkaitan dengan program penyelenggaraan
bidang sosial dan lingkungan.
Seperti diketahui bahwa Tahap II RPJPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014
adalah meningkatkan kualitas pelayanan dasar, daya saing ekonomi rakyat, tata kelola
pemerintahan yang lebih efektif serta kualitas dan pengelolaan sumber daya alam.
Sedangkan, Tahap III RPJPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019 adalah
pemantapan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang. Diharapkan dengan
jumlah perusahaan yang mencapai hampir 500 prusahaan besar yang ada di jawa tengah
bisa menyelesaikan beberapa isu strategis pembangunan Provinsi Jawa Tengah adalah
pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, pembangunan infrastruktur,
kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan tata kelola pemerintahan, demokrasi dan
kondusivitas daerah.
Bahan hukum sekunder mencakup semua publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,
kamus-kamus hukum, jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan
pengadilan.Mengingat bahwa isu yang akan dibahas dalam naskah akademis
menyangkut tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, maka bahan-
bahan non hukum juga diperlukan untuk melengkapi bahan-bahan hukum. Bahan-bahan
non hukum tersebut dapat berupa tulisan-tulisan yang berkaitan langsung dengan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).Untuk melengkapi bahan hukum tersebut
dilakukan pula studi banding (bench marking) tentang pengaturan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Provinsi lain seperti di Provinsi Jawa Timur dan
Provinsi Luar Jawa yang telah lebih dahulu memiliki perda mengenai tanggung jawab
sosial dan lingkungan perusahaan.
- Metode Empiris
Tahap kedua adalah penelitian empiris dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan Focus Group Discussion (FGD)
dengan SKPD terkait Provinsi Jawa tengah, para stakeholder, LSM yang peduli tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.