Anda di halaman 1dari 8

BAB I

KONSEP DASAR EFUSI PLEURA

A. PENGERTIAN

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan
pleura parietalis, sedangkan Efusi adalah jumlah cairan neuron purulen yang
berlebihan dalam rongga pleura antara lapisan visealis dan parietalis (Tueler, 1998).
Selain cairan dapat terjadi penumpukkan pus atau darah. Efusi pleura yang
membentuk pus disebut empiema sedangkan cairan pleura mengandung darah
disebut Hemotorak (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu system


pernafasan. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis
yang jika ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (WHO).

B. ETIOLOGI

Penyebab efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung,


adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang
berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni,
syndrome nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya (Alsagaf H, Amin M. Saleh,
1998 : 68).

Penyebab lain dari efusi pleura antara lain: gagal jantung, kadar protein
darah yang rendah, sirosis, pneumonia, blastomikosis, koksidioidomikosis,
tuberculosis, histoplasmosis, kriptokokosis, abses dibawah diafragma, artritis
rematoid, pankreatitis, emboli paru, tumor, lupus eritematosus sistemik,
pembedahan jantung, cedera di dada, obat-obatan (hidralazin, prokainamid,
isoniazid, fenitoin, klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen,
prokarbazin), pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang
kurang baik (Arif Mansjoef, ed (1999).

C. TANDA DAN GEJALA EFUSI PLEURA

Pada efusi pleura lazim ditemukan adanya keluhan nyeri dada dan sesak.
Rasa nyeri membuat penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas
dangkal atau tidur miring ke sisi yang sakit. Sesak napas dapat ringan atau berat,
tergantung pada proses pembentukan efusi, jumlah cairan efusi pleura, dan kelainan
yang mendasari timbulnya efusi (Zen, 2006)

Menurut Sylvia A. Price tanda dan gejala dari efusi pleura Dispnea yang
bervariasi sesuai proses efusi pleura tersebut, nyeri pleuritik biasanya mendahului
efusi sekunder akibat penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang
mengalami efusi, pada efusi yang berat ruang interkostal menonjol, pergerakan
dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, perkusi meredup di atas
efusi pleura, suara napas berkurang di atas efusi pleura, vokal premitus meredup.

D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara


cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagi filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Normalnya
hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura (Lab UPF Ilmu Penyakit
Paru FK Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994 : 3).
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid
menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya
permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya
tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung) dan tekanan negatif intrapleura
apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf, 1995).

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan dirongga pleura terjadi akibat
beberapa prosesyang meliputi (Guyton dan Hall, 1997):

1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.


2. Gagal jantung yang menyebabkan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat
tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga
pleura.
3. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya
transudasi cairan yang berlebihan.
4. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apa pun pada permukaan
pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan kedalam rongga secara cepat.

Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosis paru melalui


focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga
diakibatkan dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju
rongga pleura, iga, atau vertebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolosis paru adalah eksudat yang
berisi protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah
bening. Cairan ini biasanya serosa, namun bisa juga hemarogi.
E. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan efusi pleura ditunjukkan untuk pengobatan penyakit dasar dan


pengosongan cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk melakukan thorakosentesis
adalah:

1. menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga
pleura.
2. bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
3. bila terjadi reakumulasi cairan.

Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000cc, karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak
dapat menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab yang mendasari


untuk mencegah menumpuknya kembali cairan dan untuk menghilangkan rasa
tidak nyaman serta dispneu.

Kerugian thorakosentesis adalah:

a. Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura.


b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru akibat adanya


akumulasi cairan dalam rongga pleura
2. Intolerassi aktivitas b.d penurunan suplai oksigen ke seluruh tubuh,
kelemahan.

11. INTERVENSI

No Diagnosa
NOC INTERVENSI
keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC manajemen Jalan Nafas
pola nafas b.d. perawatan selama 3 x 1. posisikan pasien untuk
penurunan 24 jam diharapkan memaksimalkan ventilasi
ekspansi paru - frekuensi nafas dalam 2. lakukan fisioterapi dada
akibat adanya batas normal sebagaimana mestinya
akumulasi - suara auskultasi nafas 3. auskultasi suara nafas.
cairan dalam tidak ada bunyi 4. monitor status pernafasan dan
rongga pleura tambahan oksigenasi sebagaimana mestinya.
- saturasi oksigen dalam 5. kolaborasi dengan dokter untuk
batas normal dilakukan tindakakn CTT dalam
upaya membuang cairan dan
melembarkan ronga paru.
6. intruksikan bagaimana agar bisa
melakukan batuk efektif.
NIC Monitor Pernafasan.
1. monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan bernafas.
2. monitor saturawsi oksigen yang
terdeteksi.
3. monitor pola nafas.
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
4. perkusi thorak anterior dan
posterior
5. monitor sekresi pasien
6. monitor keluhan sesak nafas
pasien.
2 Intolerassi Setelah dilakukan NIC Manajemen Energi
aktivitas b.d perawatan selama 3 x 1. monitor fisiologis pasien yang
penurunan 24 jam diharapkan menyebabkan kelelahan sesuai
suplai oksigen - oksigen ketika dengan konteks usia dan
ke seluruh beraktivitas tidak perkembangan.
tubuh, tergangu 2. susun kegiatan fisik untuk
kelemahan - irama pernafasan mengurangi penggunaan
dalam batas normal. caddangan oksigen untuk fungsi
- saturasi oksigen dalam organ vital.
batas normal. 3. anjurkan pasien mengungkapkan
Frekuensi pernafasan secara verbal mengenai
dalam nbatas normal keterbatasan yang dialami
4. monitor respon oksigen pasien.
5. Monitor TTV pasien.
NIC Terapi Oksigen
1. bersihkan mulut hidung dan
sekresi trakea dengan tepat
2. berikn oksigen tambahan sesuai
dengankebutuhan.
3. monitor aliran oksigen.
4. monitor efektifitas terapi
oksigen.
5. monitor kerusakan kulit akibat
adanya gesekan perangkat oksigen
DAFTAR PUSTAKA

- Muttaqin, Arief, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernafasaan . Jakarta : Salemba Medika.

- W. Sudoyo, Aru, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta :


Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai