Anda di halaman 1dari 19

Judul: Respirasi

I. KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Respirasi

Respirasi adalah proses reduksi, oksidasi, dan dekomposisi, baik


menggunakan oksigen maupun tidak dari senyawa organik
kompleks menjadi senyawa lebih sederhana dan dalam proses
tersebut dibebaskan sejumlah energi. Tenaga yang dibebaskan
dalam respirasi berasal dari tenaga potensial kimia yang berupa
ikatan kimia. (Sembiring, 2009: 24)

Jadi, respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan

energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan

maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam

hari. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat

tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada

respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Campbell

(2002: 48) menyatakan bahwa “Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen akan

menghasilkan energi karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan

jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel”.

1
2

B. Macam-macam Respirasi

Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu :

1. Respirasi Aerobik (Aerob)

Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen-oksigen bebas untuk

mendapatkan energi. Persamaan reaksi pada proses respirasi aerob secara sederhana

dapat dituliskan: C6H12O6 + 6H2O –>>6H2O + 6CO2 + 675 kal

Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan

yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi.

2. Respirasi Anaerobik (Anaerob)

Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan

energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa

tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat

hidrogen dan membentuk asam laktat atau alkohol. Respirasi anaerobik terjadi pada

jaringan yang kekurangan oksigen contohnya, akan tumbuhan yang terendam air, biji-

biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel-sel ragi dan bakteri anaerobik.

Pada respirasi anaerobik energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi

aerobik. Reaksinya: C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21 Kal

Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan

bakteri anaerobik seperti Klostidriium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup

jika berhubungan dengan udara bebas.

2
3

C. Alat Respirasi

Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 yang dapat berdifusi

masuk dan sebaliknya CO2 yang dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada tumbuhan

berbeda dengan alat respirasi pada tumbuhan.

1. Alat Respirasi pada Tumbuhan

Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat

tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada

respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis.

2. Alat Respirasi pada Hewan

Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan

yang lain, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus

sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada

hewan bersel satu seperti porifera, dan coelenterata. Sedangkan alat respirasi pada

hewan bersel banyak atau organisme multiseluler ada yang berupa paru-paru, insang,

kulit, trakea, dan paru paru buku.

D. Proses Respirasi

Proses respirasi yang terjadi pada tumbuhan dan hewan tidaklah sama, hal ini

karena keduanya memiliki alat pernapasan yang berbeda.

1. Proses Respirasi pada Tumbuhan

Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses pembebasan energi kimiawi

menjadi energi yang diperlukan untuk aktivitas hidup tumbuhan. Pada siang hari, laju

proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan sepuluh kali lebih besar dari laju

3
4

respirasi. Hal itu menyebabkan seluruh karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi

akan digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Respirasi yang dilakukan

tumbuhan menggunakan sebagian oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis,

sisanya akan berdifusi ke udara melalui daun.

a. Respirasi Aerob

“Reaksi yang terjadi pada proses respirasi aerob yaitu, reaksi penguraian

glukosa sampai menjadi H2O, CO2 dan energi melalui tiga tahap, yaitu glikolisis,

daur Krebs, dan transpor elektron respirasi”. (Rochmah, 2009: 47)

(1) Glikolisis

Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6

atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP.

NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim yang

mengikat elektron (H),

sehingga disebut sumber elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat)

merupakan senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan

energi. Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul

asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP.

(2) Dekarboksilasi Oksidatif dan Siklus Krebs

(a) Dekarboksilasi Oksidatif

Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi

oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks)

dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di

4
5

dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan

ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara glikolisis dengan siklus

Krebs.

Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol diubah

menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1, molekul

piruvat (3 atom C) melepaskan elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah

menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima

elektron) menjadi NADH + H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan

mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini

adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH.

(b) Siklus Krebs

Asetil-KoA yang telah terbentuk akan menjadi bahan baku pada siklus

selanjutnya, yaitu siklus Krebs. Oleh karena itu, Asetil Ko-A disebut senyawa

intemediate atau senyawa antara. Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan

disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut

menghasilkan senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat dan

asam isositrat. Asetil koenzim A hasil dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks

mitokondria untuk bergabung dengan asam oksaloasetat dalam siklus Krebs,

membentuk asam sitrat. Demikian seterusnya, asam sitrat membentuk bermacam-

macam zat dan akhirnya membentuk asam oksaloasetat lagi. Hasil akhir pada tahapan

ini adalah 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP

5
6

(3) Sistem Transportasi Elektron

Sistem transportasi elektron terjadi di membran dalam mitokondria. Pada tahap

ini, elektron-elektron yang dibawa oleh produk glikolisis dan siklus Krebs (NADH

dan FADH2) dipindahkan melewati beberapa molekul yang sebagian besar berupa

protein. Transportasi elektron menghasilkan 90% ATP dari keseluruhan ATP hasil

respirasi aerobik sel. Pada sistem transportasi elektron, NADH dan FADH2 masing-

masing menghasilkan rata-rata 3 ATP dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis

dan 2 NADH hasil dekarboksilasi oksidatif masing-masing menghasilkan 6 ATP.

Sementara itu, 6 NADH dan 2 FADH2 hasil siklus Krebs masing-masing

menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP. Jadi, sistem transportasi elektron menghasilkan 34

ATP.

b. Respirasi Anaerob

Pada keadaan anaerob, piruvat diubah menjadi produk lain seperti etanol atau

asam laktat melalui fermentasi. Oleh karena itu, fermentasi dikatakan sebagai

kelanjutan dari glikolisis. Proses respirasi dan fermentasi tersebut dapat dilakukan

pada suatu sel, tergantung pada ada tidaknya oksigen. Fermentasi dibedakan

berdasarkan produknya, misalnya fermentasi alkohol (produknya alkohol) dan

fermentasi asam laktat (produknya asam laktat). Penerima elektron pada proses

fermentasi dapat berupa asam piruvat, yaitu pada fermentasi asam laktat. Sementara

itu, penerima elektron pada fermentasi alkohol adalah asetaldehid. Energi yang

dihasilkan pada fermentasi lebih kecil dibandingkan energi hasil respirasi aerobik,

yaitu 2 ATP, sedangkan energi hasil respirasi aerobik adalah 38 ATP.

6
7

2. Proses Respirasi pada Hewan

Proses respirasi pada hewan berbeda-beda tergantung pada alat respirasinya.

Contohnya pada serangga yang alat respirasinya berupa trakea maka proses

respirasinya tentu akan berbeda dengan ikan yang alat respirasinya berupa insang.

Adapun proses respirasi pada serangga yaitu, udara masuk dan ke luar melalui lubang

kecil yang disebut spirakel atau stigma yang terdapat di kanan kiri tubuhnya. Dari

spirakel, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang. Trakea memanjang ini

selanjutnya bercabang-cabang menjadi saluran halus yang masuk ke seluruh jaringan

tubuh. Oksigen yang masuk melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam

jaringan. Dengan cara yang sama, CO2 dilepaskan oleh jaringan, dan masuk ke

pembuluh trakea, dan dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada sistem trakea ini

pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah, karena darah serangga tidak

mengandung hemoglobin.

E. Frekuensi Pernapasan

Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak, sedangkan aktivitas

saraf pernapasan dirangsang oleh stimulus (rangsangan) dari karbon dioksida (CO2).

Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

1. Umur

Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak dibanding orang

dewasa. Hal itu disebabkan volume paru-paru yang relatif kecil dan sel-sel tubuh

sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga

7
8

memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otot-otot dada dan diafragma

tidak sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih sedikit.

2. Jenis Kelamin

Frekuensi pernapasan wanita pada umumnya lebih banyak daripada laki-laki.

Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih kecil dari

laki-laki sehingga frekuensi bernapasnya lebih banyak.

3. Suhu Tubuh

Semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi pernapasannya. Hal ini

berhubungan erat dengan peningkatan proses metabolisme tubuh.

4. Posisi Tubuh

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Pada tubuh

yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk

menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi

banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat. Pada

posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian

tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang

diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi

pernapasannya juga rendah.

5. Kegiatan Tubuh

Orang yang banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi

dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai atau tidur). Oleh

karena itu, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih

8
9

banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frukuensi pernapasan agar

dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.

9
10

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Praktikum I: Respirasi pada Hewan

1. Alat

a. 1 set respirometer sederhana.

b. Stopwatch/ jam tangan

c. Kapas

d. Suntikan kecil.

2. Bahan

a. Vaselin

b. KOH kristal.

c. Larutan Eosin.

d. Kecoa kecil dan kecoa besar.

3. Langkah Kerja

a. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan.

b. Mengambil kecoa yang besar.

c. Membungkus dua butir atau lebih KOH kristal dengan kapas, kemudian

memasukkannya ke dalam respirometer.

d. Memasukkan kecoa ke dalam tabung respirometer yang berisi KOH kristal.

e. Menutup tabung respirometer dengan penutup yang berhubungan dengan pipa

kaca berskala.

10
11

f. Mengolesi vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutup pipa

berskala untuk mencegah udara luar masuk ke dalam tabung.

g. Meletakkan kembali respirometer yang berisi kecoa pada sandarannya.

h. Menetesi larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai masuk ke dalam

saluran pipa respirometer.

i. Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian

mencatat pergeserannya setiap satu menit.

j. Melakukan pengamatan sampai esosin tiba pada skala 10 atau eosin tidak

bergeser lagi.

k. Melakukan pengamatan yang sama pada kecoa kecil.

l. Membuat tabel hasil pengamatan sesuai dengan kreatifitas.

11
12

B. Praktikum II: Proses Fotosintesis Melalui Uji Ingenhousz

1. Alat

a. 3 buah gelas beker (1 liter).

b. 3 buah tabung reaksi.

c. 3 buah corong kaca.

d. 9 buah kawat kecil.

2. Bahan

a. Air

b. Tanaman Hydrilla sp.

3. Langkah Kerja

a. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan.

b. Merangkai alat dan bahan tersebut sesuai dengan gambar yang telah ada.

c. Memasukkan corong kaca dan tabung reaksi yang sudah berisi tanaman Hydrilla

sp ke dalam gelas beker.

d. Membuat tiga jenis rakitan. Meletakkan ketiga rakitan di tempat yang berbeda.

Tabung A di tempat yang teduh, tabung B di tempat yang terkena sinar matahari,

dan tabung C di tempat yang gelap.

e. Membiarkan selama 20 menit. Kemudian mengamati ada tidaknya gelembung di

dalam tabung reaksi tersebut. Membandingkan jumlah gelembung pada ketiga

rakitan tersebut.

f. Membuat tabel hasil pengamatan.

12
13

III. HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM

A. Hasil Pengamatan Praktikum I: Respirasi pada Hewan

13
14

B. Hasil Pengamatan Praktikum II: Proses Fotosintesis Melalui Uji Ingenhousz

14
15

IV. ANALISIS HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM

A. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum I: Respirasi pada Hewan

Pengamat pertama-tama menyiapkan alat berupa satu set respirometer

sederhana, stopwatch atau jam tangan, kapas, dan suntikan kecil. Bahan berupa

vaselin, KOH kristal, larutan eosin, kecoa kecil dan kecoa besar. Selanjutnya,

pengamat mengambil dua butir KOH kristal, membungkusnya dengan kapas, dan

memasukkannya ke dalam tabung respirometer. Pengamat kemudian mengambil

kecoa besar dan memasukkannya ke dalam tabung respirometer yang sebelumnya

telah diisi dengan KOH kristal. Pengamat selanjutnya menutup tabung respirometer

dengan penutup yang terhubung dengan pipa kaca skala. Pengamat kemudian

mengoleskan vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutup pipa

berskala untuk mencegah udara luar masuk ke dalam tabung. Selanjutnya, pengamat

meletakkan kembali respirometer yang berisi kecoa pada sandarannya. Pengamat

kemudian menyuntikkan larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai masuk

ke dalam saluran pipa respirometer. Pengamat selanjutnya mengamati pergeseran

eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian mencatat pergeserannya setiap

satu menit. Pengamat kemudian melakukan pengamatan yang kedua menggunakan

kecoa yang lebih kecil, dengan memasukkan larutan eosin yang baru ke dalam ujung

pipa respirometer yang telah dibersihkan. Selanjutnya, pengamat mengamati

pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian mencatat

15
16

pergeserannya setiap satu menit. Pengamat kemudian membuat tabel hasil

pengamatan.

Hasil yang diperoleh adalah pernapasan kecoa besar pada menit pertama 0,19

ml; menit kedua 0,28 ml; menit ketiga 0,36 ml; menit keempat 0,43 ml; menit kelima

0,48 ml, menit keenam 0,57 ml; menit ketujuh 0,63 ml; menit kedelapan 0,68 ml;

menit kesembilan 0,73 ml; menit ke-10 0,77 ml; menit ke-11 0,82 ml; menit ke-12

0,85 ml; menit ke-13 0,89 ml; dengan rata-rata kecepatan 0,59 ml/menit. Sedangkan

pernapasan kecoa kecil pada menit pertama 0,2 ml; menit kedua 0,34 ml; menit ketiga

0,4 ml; menit keempat 0,49 ml; menit kelima 0,55 ml, menit keenam 0,6 ml; menit

ketujuh 0,65 ml; menit kedelapan 0,68 ml; menit kesembilan 0,73 ml; menit ke-10

0,77 ml; menit ke-11 0,82 ml; menit ke-12 0,85 ml; menit ke-13 0,89 ml; dengan

rata-rata kecepatan 0,54 ml/menit.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas diketahui bahwa pernapasan pada kecoa

dipengaruhi oleh berat badan, dan banyaknya aktivitas yang dilakukan, semakin

banyak gerakan maka semakin cepat pula pernapasan pada kecoa.

16
17

B. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum II: Proses Fotosintesis Melalui Uji


Ingenhousz

Pengamat pertama-tama menyiapkan alat berupa tiga buah gelas beker (1 liter),

tiga buah tabung reaksi, tiga buah corong kaca, dan 9 buah kawat kecil. Bahan berupa

air dan tanaman Hydrilla sp. Pengamat kemudian merangkai alat dan bahan sesuai

dengan gambar yang telah disediakan dengan catatan tabung reaksi harus dalam

keadaan penuh berisi air. Selanjutnya, pengamat memasukkan corong kaca dan

tabung reaksi yang sudah berisi tanaman Hydrilla sp ke dalam gelas beker. Pengamat

kemudian membuat tiga rakitan dan meletakkannya di tempat yang berbeda-beda.

Rakitan pertama yang diberi nama tabung A diletakkan di tempat yang teduh, tabung

B diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari, dan tabung C ditempatkan di

tempat yang gelap. Pengamat selanjutnya mengamati ada tidaknya gelembung di

dalam tabung reaksi selama 20 menit. Pengamat kemudian menghitung jumlah

gelembung yang terlihat dan membandingkan ketiganya. Pengamat selanjutnya

membuat tabel hasil pengamatan.

Hasil yang diperoleh adalah tabung A yang diletakkan di tempat yang redup

menghasilkan tujuh gelembung, tabung B yang diletakkan di tempat yang terang

menghasilkan 920 gelembung, dan tabung C yang diletakkan di tempat yang gelap

tidak menghasilkan gelembung.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas diketahui bahwa jumlah gelembung yang

berisi O2 merupakan hasil fotosintesis dari tanaman Hydrilla sp. dipengaruhi oleh

banyaknya cahaya yang dapat ditangkap oleh tanaman.

17
18

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan Praktikum I: Respirasi pada Hewan

Kecepatan bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, besar dan berat

badan, posisi tubuh dan kegiatan tubuh.

B. Kesimpulan Praktikum II: Proses Fotosintesis Melalui Uji Ingenhousz

Tumbuhan yang melakukan respirasi aerob membutuhkan cahaya untuk

melakukan fotosintesis.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 1999. Biologi, Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga

Hanafi, Ikhsan. 2013. Buku Ajar Biologi Kelas XI. Surakarta: Citra Pustaka.

Muslimin, dkk. 2016. Panduan Pratikum Konsep Dasar IPA 2. Makassar: FIP UNM.

Rohima, Iip dan Diana Puspita. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu Kelas 7. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sembiring, Langkah dan Sudjino. 2009. Biologi kelas XII untuk SMA dan MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Siti Nur Rochmah, dkk. 2009. Biologi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

19

Anda mungkin juga menyukai