Judul
Judul
I. KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Respirasi
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam
hari. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat
tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada
(2002: 48) menyatakan bahwa “Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen akan
menghasilkan energi karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan
1
2
B. Macam-macam Respirasi
mendapatkan energi. Persamaan reaksi pada proses respirasi aerob secara sederhana
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan
tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat
hidrogen dan membentuk asam laktat atau alkohol. Respirasi anaerobik terjadi pada
jaringan yang kekurangan oksigen contohnya, akan tumbuhan yang terendam air, biji-
biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel-sel ragi dan bakteri anaerobik.
Pada respirasi anaerobik energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan
bakteri anaerobik seperti Klostidriium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup
2
3
C. Alat Respirasi
Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 yang dapat berdifusi
masuk dan sebaliknya CO2 yang dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada tumbuhan
Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat
tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada
Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan
yang lain, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus
sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada
hewan bersel satu seperti porifera, dan coelenterata. Sedangkan alat respirasi pada
hewan bersel banyak atau organisme multiseluler ada yang berupa paru-paru, insang,
D. Proses Respirasi
Proses respirasi yang terjadi pada tumbuhan dan hewan tidaklah sama, hal ini
menjadi energi yang diperlukan untuk aktivitas hidup tumbuhan. Pada siang hari, laju
proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan sepuluh kali lebih besar dari laju
3
4
respirasi. Hal itu menyebabkan seluruh karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi
a. Respirasi Aerob
“Reaksi yang terjadi pada proses respirasi aerob yaitu, reaksi penguraian
glukosa sampai menjadi H2O, CO2 dan energi melalui tiga tahap, yaitu glikolisis,
(1) Glikolisis
atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP.
energi. Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul
oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks)
4
5
dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan
ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara glikolisis dengan siklus
Krebs.
Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol diubah
menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima
elektron) menjadi NADH + H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan
mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini
Asetil-KoA yang telah terbentuk akan menjadi bahan baku pada siklus
selanjutnya, yaitu siklus Krebs. Oleh karena itu, Asetil Ko-A disebut senyawa
intemediate atau senyawa antara. Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan
disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut
menghasilkan senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat dan
macam zat dan akhirnya membentuk asam oksaloasetat lagi. Hasil akhir pada tahapan
5
6
ini, elektron-elektron yang dibawa oleh produk glikolisis dan siklus Krebs (NADH
dan FADH2) dipindahkan melewati beberapa molekul yang sebagian besar berupa
protein. Transportasi elektron menghasilkan 90% ATP dari keseluruhan ATP hasil
respirasi aerobik sel. Pada sistem transportasi elektron, NADH dan FADH2 masing-
masing menghasilkan rata-rata 3 ATP dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis
ATP.
b. Respirasi Anaerob
Pada keadaan anaerob, piruvat diubah menjadi produk lain seperti etanol atau
asam laktat melalui fermentasi. Oleh karena itu, fermentasi dikatakan sebagai
kelanjutan dari glikolisis. Proses respirasi dan fermentasi tersebut dapat dilakukan
pada suatu sel, tergantung pada ada tidaknya oksigen. Fermentasi dibedakan
fermentasi asam laktat (produknya asam laktat). Penerima elektron pada proses
fermentasi dapat berupa asam piruvat, yaitu pada fermentasi asam laktat. Sementara
itu, penerima elektron pada fermentasi alkohol adalah asetaldehid. Energi yang
dihasilkan pada fermentasi lebih kecil dibandingkan energi hasil respirasi aerobik,
6
7
Contohnya pada serangga yang alat respirasinya berupa trakea maka proses
respirasinya tentu akan berbeda dengan ikan yang alat respirasinya berupa insang.
Adapun proses respirasi pada serangga yaitu, udara masuk dan ke luar melalui lubang
kecil yang disebut spirakel atau stigma yang terdapat di kanan kiri tubuhnya. Dari
spirakel, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang. Trakea memanjang ini
tubuh. Oksigen yang masuk melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam
jaringan. Dengan cara yang sama, CO2 dilepaskan oleh jaringan, dan masuk ke
pembuluh trakea, dan dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada sistem trakea ini
pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah, karena darah serangga tidak
mengandung hemoglobin.
E. Frekuensi Pernapasan
saraf pernapasan dirangsang oleh stimulus (rangsangan) dari karbon dioksida (CO2).
1. Umur
Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak dibanding orang
dewasa. Hal itu disebabkan volume paru-paru yang relatif kecil dan sel-sel tubuh
7
8
memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otot-otot dada dan diafragma
tidak sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih sedikit.
2. Jenis Kelamin
Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih kecil dari
3. Suhu Tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi pernapasannya. Hal ini
4. Posisi Tubuh
yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk
menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi
banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat. Pada
posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian
tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang
5. Kegiatan Tubuh
dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai atau tidur). Oleh
karena itu, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih
8
9
banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frukuensi pernapasan agar
9
10
1. Alat
c. Kapas
d. Suntikan kecil.
2. Bahan
a. Vaselin
b. KOH kristal.
c. Larutan Eosin.
3. Langkah Kerja
c. Membungkus dua butir atau lebih KOH kristal dengan kapas, kemudian
kaca berskala.
10
11
h. Menetesi larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai masuk ke dalam
j. Melakukan pengamatan sampai esosin tiba pada skala 10 atau eosin tidak
bergeser lagi.
11
12
1. Alat
2. Bahan
a. Air
3. Langkah Kerja
b. Merangkai alat dan bahan tersebut sesuai dengan gambar yang telah ada.
c. Memasukkan corong kaca dan tabung reaksi yang sudah berisi tanaman Hydrilla
d. Membuat tiga jenis rakitan. Meletakkan ketiga rakitan di tempat yang berbeda.
Tabung A di tempat yang teduh, tabung B di tempat yang terkena sinar matahari,
rakitan tersebut.
12
13
13
14
14
15
sederhana, stopwatch atau jam tangan, kapas, dan suntikan kecil. Bahan berupa
vaselin, KOH kristal, larutan eosin, kecoa kecil dan kecoa besar. Selanjutnya,
pengamat mengambil dua butir KOH kristal, membungkusnya dengan kapas, dan
telah diisi dengan KOH kristal. Pengamat selanjutnya menutup tabung respirometer
dengan penutup yang terhubung dengan pipa kaca skala. Pengamat kemudian
berskala untuk mencegah udara luar masuk ke dalam tabung. Selanjutnya, pengamat
kemudian menyuntikkan larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai masuk
eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian mencatat pergeserannya setiap
kecoa yang lebih kecil, dengan memasukkan larutan eosin yang baru ke dalam ujung
15
16
pengamatan.
Hasil yang diperoleh adalah pernapasan kecoa besar pada menit pertama 0,19
ml; menit kedua 0,28 ml; menit ketiga 0,36 ml; menit keempat 0,43 ml; menit kelima
0,48 ml, menit keenam 0,57 ml; menit ketujuh 0,63 ml; menit kedelapan 0,68 ml;
menit kesembilan 0,73 ml; menit ke-10 0,77 ml; menit ke-11 0,82 ml; menit ke-12
0,85 ml; menit ke-13 0,89 ml; dengan rata-rata kecepatan 0,59 ml/menit. Sedangkan
pernapasan kecoa kecil pada menit pertama 0,2 ml; menit kedua 0,34 ml; menit ketiga
0,4 ml; menit keempat 0,49 ml; menit kelima 0,55 ml, menit keenam 0,6 ml; menit
ketujuh 0,65 ml; menit kedelapan 0,68 ml; menit kesembilan 0,73 ml; menit ke-10
0,77 ml; menit ke-11 0,82 ml; menit ke-12 0,85 ml; menit ke-13 0,89 ml; dengan
dipengaruhi oleh berat badan, dan banyaknya aktivitas yang dilakukan, semakin
16
17
Pengamat pertama-tama menyiapkan alat berupa tiga buah gelas beker (1 liter),
tiga buah tabung reaksi, tiga buah corong kaca, dan 9 buah kawat kecil. Bahan berupa
air dan tanaman Hydrilla sp. Pengamat kemudian merangkai alat dan bahan sesuai
dengan gambar yang telah disediakan dengan catatan tabung reaksi harus dalam
keadaan penuh berisi air. Selanjutnya, pengamat memasukkan corong kaca dan
tabung reaksi yang sudah berisi tanaman Hydrilla sp ke dalam gelas beker. Pengamat
Rakitan pertama yang diberi nama tabung A diletakkan di tempat yang teduh, tabung
Hasil yang diperoleh adalah tabung A yang diletakkan di tempat yang redup
menghasilkan 920 gelembung, dan tabung C yang diletakkan di tempat yang gelap
berisi O2 merupakan hasil fotosintesis dari tanaman Hydrilla sp. dipengaruhi oleh
17
18
V. KESIMPULAN
Kecepatan bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, besar dan berat
melakukan fotosintesis.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ikhsan. 2013. Buku Ajar Biologi Kelas XI. Surakarta: Citra Pustaka.
Muslimin, dkk. 2016. Panduan Pratikum Konsep Dasar IPA 2. Makassar: FIP UNM.
Rohima, Iip dan Diana Puspita. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu Kelas 7. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sembiring, Langkah dan Sudjino. 2009. Biologi kelas XII untuk SMA dan MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Siti Nur Rochmah, dkk. 2009. Biologi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
19