Anda di halaman 1dari 14

1.

Appendicitis

a. Definisi

Peradangan pada appendix vermiformis yang mengenai semua lapisan dinding


organ tsb.

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol 1.


Jakarta : EGC)

Adanya obstruksi atau pembuntuan pada apendiks yang disebab-

kan oleh tinja atau sebab-sebab lain akan mengarah pada ter-

jadinya peradangan pada apendiks. Itulah yang disebut dengan

Apendisitis.
b. Etiologi

 Infeksi virus (Yersinia enterocolitica) ulserasi mukosa

 Fekalit feses keras yang terutama disebabkan oleh serat

 Hyperplasia folikel limfoid

 Benda asing

 Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya

 Neoplasma

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol 1.


Jakarta : EGC)

 Obstruksi usus
Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat, distensi perut,
dan bising usus tinggi. Pada penderita demikian harus diperhatikan kemungkinan adanya
hernia strangulata. Muntah lebih menonjol pada obstruksi tinggi.

Volvulus usus halus agak jarang ditemukan; biasanya pada anamnesis didapatkan nyeri yang
bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai muntah hebat, dan pada palpasi teraba
massa yang nyeri dan bertambah besar. Biasanya penderita jatuh ke dalam syok. Invaginasi lazim
ditemukan pada bayi dengan serangan nyeri kolik dan defekasi berlendir-darah. Massa
yang mudah digerakkan mulanya ditemukan di kanan lalu berpindah ke kiri melalui
epigastrium (iihat Bab Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum, hlm. 616).
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang tidak terlalu hebat.
Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita tidak dapat defekasi atau
flatus, dan bila penyebabnya volvulus sigmoid, perut dapat besar sekali. Bila pada colok
dubur teraba massa di rektum atau terdapat darah danPerforasi

Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di epigastrium
dan meluas ke seluruh peritoneum akibat peritonitis generalisata. Perforasi ileum pada tifus biasanya
terjadi pada penderita yang demam selama kurang lebih dua minggu disertai nyeri kepala, batuk, dan
malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang
merosot.

 Perdarahan
Sebagai akibat trauma abdomen dapat terjadi kerusakan pada organ padat, seperti hati dan
limpa. Adanya darah dalam rongga perut menyebabkan rangsangan peritoneum dan nyeri,
yang dapat berlanjut menjadi anemia hemoragik dan syok hemoragik.

Perdarahan dalam rongga usus, seperti perdarahan pada varises esofagus, tukak lambung
atau duodenum, kolitis ulserativa, dan divertikulitis kolon, dapat menyebabkan keadaan
gawat yang memerlukan operasi segera (iiltat Bab 29, 31, dan 35).

 In flamasi
Kolitis amuba mungkin tampil sebagai kolitis hebat dengan pengeluaran lendir dan darah
melalui anus, atau mungkin disertai tanda perforasi. Pada kolitis nekrotikans keadaan umum
biasanya cepat merosot.

Abses amuba hati ditandai dengan nyeri setempat, pembesaran hati dengan nyeri tekan,
dan nyeri bahu.

 Trauma
Trauma dapat mengakibatkan pecahnya organ perut dengan perdarahan dan perforasi usus.
Oleh karena itu, pemeriksaan pada korban trauma perut harus dilakukan dengan cermat
disertai anamnesis tentang arah trauma.

Buku Ajar Ilmu Bedah. FKUI. 1994

c. Manifestasi klinis

 Apendiks akut klasik :


 Nyeri atau rasa tidak enak disekitar umbilicus 1-2 hari

 Nyeri geser ke kuadran kanan bawah 4-8 jam bertambah bila


berjalan, batuk

 Anoreksia

 Malaise

 Mual dan muntah

 Nyeri tekan di area Mc Burney

 Timbul spasme otot dan tekan nyeri lepas

 Demam ringan

 Leukositosis sedang

 Konstipasi kadang diare

 Bila rupture apendiks tampak tanda perforasi : nyeri, nyeri tekan


, spasme.

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol 1.


Jakarta : EGC)

(Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta kedokteran ed. 3 jil. 2. Jakarta : Media
Aesculapius)

 Nyeri umbilikus yang samar


 Nyeri bergeser ke Mc. Burney
 Anoreksi, mual, muntah
 Peningkatan tekanan intralumen
 Rovsing dan blumberg posotif
 Demam tinggi suhunya 39-40 C
 Penderita dewasa konstipasi
 Penderita anak-anak diare
 Merasa tambah nyeri saat batuk dan berjalan tegak
Sumber: Kedaruratan Medik (Edisi Revisi). Agus Purwanto Budi Sampurna. 2000

d. Patofisiologi dan Pathogenesis

Appendicitis akut fokal Benda sumbat


Ditandai nyeri epigastrium Obstruksi lumen

penyumbatan pengeluaran secret mucus

mukus bertambah, elastisitas dinding appendix terbatas

tekanan intralumen meningkat

menghambat aliran limfe

pembengkakan, infeksi(diapedesis bakteri) dan ulserasi mukosa

appendicitis supuratif akut terus menerus

obstruksi vena (oklusi), edema tambah, bakteri menembus dinding

peradangan meluas ke peritoneum setempat

nyeri inguinal dextra

appendicitis gangrenosa aliran arteri terganggu

infark dinding appendix gangrene

appendicitis perforasi appendix pecah perforasi

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol 1.


Jakarta : EGC)

(Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta kedokteran ed. 3 jil. 2. Jakarta : Media
Aesculapius)

e. Diagnosis

 Anamnesis

 PF

 Inspeksi : tanda Rovsing, psoas, dan obturator positif

 Auskultasi :

 Perkusi : nyeri lepas dan spasme

 Palpasi

 PP
 Darah rutin :

 Leukositosis ringan (10.000-20.000/ml)

 peningkatan neutrofil

 Pemeriksaan urin untuk membedakan dg penyakit ginjal dan


saluran kemih

 Barium enema pada kasus akut tidak boleh, hanya boleh pada
kasus kronis

 USG bila telah terjadi infiltrate apendikularis.

(Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta kedokteran ed. 3 jil. 2. Jakarta : Media
Aesculapius)

a. Riwayat sakit
 Sakit disekitar umbilikus dan efigastrium disertai anoreksia
 Nause dan sebagian dg muntah
 Sakit perut dikanan bawah dg disertai kenaikan suhu tubuh tinggi
 Pada bayi dan anak2berumur muda sering tidak dapat menunjukan letak sakit
dan dirasakan sakit perut yg menyeluruh.
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum penderita benar2 sakit
 Suhu tubuh naik ringan pd apenditis sederhana & Suhu tubuh meninggi dan
menetap sekitar 300C / lebih bila terjadi perforasi
 Dehidrasi ringan sampai berat tergantung pada derajat sekitarnya. Dehidrasi
berat pd pesakit appenditis perforasi dg peritonitis umum.
 Abdomen : tanda2 rangsangan peritoneal kuadran kanan bawah & Pada
appenditis perforasi lebih jelas seperti defens muskuler, nyeri ketok dan nyeri
tekan.
 Tidak jarang dijumpai tanda2 obstruksi usus paralitik akibat proses peritonitis
lokal / pun umum.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi :

 Foto polos abdomen dikerjakan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat sakit
dan pemeriksaan fisik meragukan
 Tanda2 peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselibungan mungkin
terlihat ”Ileal/ Caecal ileus” (gambar garis permukaan cairan udara di sekum dan
ileum)
 Patognomonik bila terlihat gambaran fekolit
 Foto polos pd appenditis perforis :
- Gambaran
perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas dikuadran kanan bawah
- Penebalan dinding usus
disekitar letak apendiks seperti sekum dan ileum
- Garis lemak pra
peritoneal menghilang
- Skoliosis kekanan
- Tanda2 obstruksi usus
seperti garis2 permukaan cairan2an akibat paralisis usus2 lokal didaerah proses
infeksi.
Pemeriksaan laboratorium :

 Pemeriksaan darah :
lekosit ringan umumnya pd appendicitis sederhana lebih dari 13000/mm 3
umumnya pada appendisitis perforasi
 Pemeriksaan urin :
sedimen dapat nomal / terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila
appendisitis yg meradang menempel pada ureter/ vesika.
Soelarto Reksopradjo dkk, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, 1997, FKUI Jakarta.

a. Anamnesis:
 Nyeri perut yang dimulai dari epigastrium dan sekitar umbillikus,
kemudian berpindah dan menetap di kuadran kanan bawah
 Anoreksia, nausea, vomitus
 Demam yang tidak begitu tinggi
b. Pemeriksaan fisik:
Sikap jalan agak terbongkok, fleksi tertinggal pada pernafasan
Nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri ketok dan defans muscular pada daerah
Mc. Burney, yang bertambah dengan peninggian tekanan intraabdomunal
(batuk, dsb)
Bising usus sedikit meninggi di daerah Mc. Burney
Tanda-tanda khusus:

 Tanda Rovsing: nyeri tekan kontralateral


 Tanda Blumberg : nyeri lepas kontralateral
 Tanda Psoas : dalam keadaan terlentang, kaki kanan diangkat. Akan
terasa nyeri karena regangan peritonium (terutama pada apendiks
retrosaekal)
 Tanda Pen Horn : bila dalam posisi terlentang testis kanan ditarik, terasa
nyeri di daerah Mc. Burney

Pada anak-anak:

 Pemeriksaan dimulai dari bagian yang tidak sakit


 Tes nyeri lepas tidak perlu dilakukan
 Cari fokus infeksi di tempat lain (tonsil, gigi, dll)

c. rectal toucher:
Nyeri tekan sekitar jam 11

Cari kemungkinan cairan di cavum Douglasi suhu rektal yang bedanya lebih 1 oC
dengan suhu aksila akan memperkut diagnosis

d. laboratorium:
 Darah : lekositosis dengan pergeseran ke kiri
 Urine : mungkin terdapat sedimen lekosit
e. radiologis: tidak khas, ada perkapuran atau udara bebas bila sudah terjadi
perforasi
Sumber: Kedaruratan Medik (Edisi Revisi). Agus Purwanto Budi Sampurna. 2000

1. Inspeksi

Sebelum melakukan tindakan palpasi mengamati dengan seksama perut akan diperoleh data
yang membantu dalam menegakkan diagnosis. Jaringan parut bekas operasi menunjukkan
kemungkinan adanya adhesi, perut buncit dengan gambaran usus atau gerakan usus dapat
disebabkan oleh guan pasase. Bagian yang tertinggal pada pernafasan merupakan
abdomen dengan proses inflamasi dibawahnya.

2. Palpasi

Selalu melakukan palpasi di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan adanya
nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tak nyeri dengan bagian
yang nyeri. Nyeri tekan dan defans muskuler (rigidity/ guarding) menunjukkan adanya
proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni
adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan eksprisasi berupa reaksi
kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan. Bila kekakuan otot berkurang pada pasien
yang relaks dengan bernafas dalam melaui mulut, bukan defans muskuler.

Hipertensi mungkin dijumpai pada peritonitis, harus dipikirkan kemung kinan Herpes
Zooster dan kelainan neuromuskuler lain. Inspirasi yang tertahan karena rasa nyeri akibat
palpasi di daerah subkostal, menunjukkan kemungkinan adanya peradangan pada
kandung empedu (tanda dari Murphy). Nyeri tekan interkostal bawah kanan pada pasien
dengan nyeri perut kanan atas lebih mungkin disebabkan oleh abses hati daripada
disebabkan oleh kolesistitis akut.

Adanya masa di abdomen tidak mudah diraba bila ada defans muskuler. Bila teraba
dapat memberikan informasi untuk kasus-kasus tertentu misalnya empyema kandung
empedu, invaginasi atau masa periapendikuler.

3. Perkusi

Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan
bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting
dullness.

4. Auskultasi

Pasien dengan peritonitis umum bising usus akan melemah atau menghilang sama
sekali, sedangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat terdengar normal.

Bising usus yang tinggi (metalic sound) khas untuk obstruksi usus, se dangkan
gangguan pasase yang disebabkan oleh paralisis bising usus tidak terdengar sama
sekali. Bising usus melemah atau menghilang masih mungkin pada sumbatan usus yang
sudah lama di mana terjadi kelelahan otot. Sebaliknya bising usus yang meninggi dapat pula
terjadi pada paralisis segmental dari usus.

Buku Ajar Ilmu Bedah. FKUI. 1994

Pemeriksaan Radiologi

 Foto polos abdomen dikerjakan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat


sakit dan pemeriksaan fisik meragukan.
 Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan
mungkin terlihat "ileal atau caecal ileus" (gambaran garis permukaan cair an-
udara di sekum atau ileum).
 Patognomonik bila terlihat gambaran fekolit.
 Foto polos pada apendisitis perforasi:
a. gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di kua.
dran kanan bawah;

b. penebalan dinding usus disekitar letak apendiks, seperti sekum dan


ileum.

c. garis lemak pra peritoneal menghilang;


d. skoliosis ke kanan;

e. tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan-cai.


ran akibat paralisis usus-usus lokal di daerah proses infeksi.

Gambaran tersebut di atas seperti gambaran peritonitis pada umumnya, artinya dapat
disebabkan oleh bermacam-macam kausa. Apabila pada foto terlihat gambaran fekolit maka
gambaran seperti tersebut di atas patognomonik akibat apendisitis.

Laboratorium

 Pemeriksaan darah: Lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana. Lebih


dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis
tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri.
 Pemeriksaan urin: Sedimen dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit
lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika.

f. DD

 Gastroenteritis akut sama

beda : muntah dan diare lebih sering, demam dan


leukosit tinggi, lokasi nyeri tidak jelas dan
berpindah-pindah, hiperperistaltik.

 Peradangan divertikulum Meckel (saluran persisten pd fetus yg


terbentang dr ileum ke umbilicus )

 Sama : gejala sama

 Beda : lokasi nyeri lebih medial


 Adenitis mesenterikum sama : nyeri perut kanan bawah, gejala
sama

beda : didahului infeksi saluran nafas, nyeri


tidak konstan dan menetap, jarang terjadi true
muscle guarding

 Limfadenitis mesenterikus pada anak

 Kehamilan ektopik terganggu

 Mittelschmerz (nyeri akibat rupture folikel ovarium sewaktu ovulasi)

 Penyakit radang panggul

 Enteritis regional

 Amubiasis

 Ileitis akut

 Perforasi ulkus duodeni

 Kolik ureter

 Kista ovarium terpuntir

(Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta kedokteran ed. 3 jil. 2. Jakarta : Media
Aesculapius)

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol 1.


Jakarta : EGC)

g. Penatalaksanaan

 Pembedahan appendectomy

 Laparoskopy

Suatu tindakan pembedahan dengan menggunakan alat khusus


untuk masuk ke dalam tubuh kita. Melalui lubang kecil (± 2 mm)
yang dibuat pada dinding perut, alat bantu seperti teropong video,
laser, dsb, ahli bedah dapat melakukan sesuai dengan rencana terapi
terhadap pasien. Tehnologi pembedahan ini termasuk dalam "Bedah
Minimal Invasif"

Dengan tindakan bedah ini, banyak penderita memilihnya


karena selain lebih unggul, juga :

• Rasa nyeri bedah yang dirasakan lebih ringan

• Perawatan di rumah sakit lebih singkat

• Dapat melakukan aktifitas kembali lebih cepat

• Hasil kosmetik lebih memuaskan

 Metode “Open”

Tindakan ini merupakan prosedur yang sudah lama dan standar

untuk operasi apendisitis. Pada metode ini, ahli bedah melaku-

kan tindakan operasi dengan melakukan insisi pada perut kanan

bawah, dengan panjang luka kurang lebih 5 cm.

 Metode “Laparoskopik”

Metode ini merupakan prosedur operasi canggih dan sudah men-

jadi standar pada beberapa jenis operasi. Prosedur ini juga dikenal

dengan “Minimal Invasive Surgery”. Pada metode “Laparoskopik”,

digunakan alat laparoscope untuk melihat di dalam rongga perut

sementara ahli bedah mengambil apendiks. Laparoscope adalah

alat yang berbentuk seperti tabung metal dengan sebuah lensa

kamera yang dihubungkan dengan monitor TV.


 Sebelum dioperasi, pasien biasanya akan ditanya sudah berapa

lama terakhir makan dan minum. Hal ini berkaitan dengan pem-

biusan yang akan dilakukan pada operasi apendisitis, dimana

pembiusan diperlukan lambung yang kosong.

 Farmakologi

 Pemberian antibiotik

 Nonfarmakologi

 Diet makanan

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol 1.


Jakarta : EGC)

h. Komplikasi

 Rupture appendix

 Peritonitis
 Obstruksi usus

 Ileus paralitik

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol 1.


Jakarta : EGC)

i. Prognosis

 Dubia ad bonam bila pembedahan dilakukan sebelum ruptur


dan perforasi terjadi.

 Dubia ad malam bila sudah terjadi rupture appendix dan


peritonitis

 Kematian bila sudah terjadi pada peritonitis generalisata.

(Glenda N. Lindseth. 2006. Patofisiologi (Gangguan Usus Halus) ed.6 vol


1. Jakarta : EGC)

Anda mungkin juga menyukai