Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

MODAL SAHAM

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Keuangan Menengah 2

Disusun Oleh :
Deby Agustin S 2201615102

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun tugas makalah ini.

Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2.

Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada makalah ini, agar
nantinya mahasiswa bisa mendapat penjabaran yang lebih optimal dalam
penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang dipersyaratkan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami sadari banyak kekurangan yang


membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan yang akan datang.

Akhir kata, penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah bekerja sama dan membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Surakarta, Juli 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Modal Saham.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Membantu mahasiswa dalam mempelajari materi tentang Modal Saham.
2. Menambah wawasan dan pemahaman mengenai Modal Saham.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Analisis Proyeksi?
2. Apa saja yang termasuk dalam Proses Proyeksi?
3. Apa yang dimaksud dengan Analisis Kredit?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modal Saham


Modal Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut.
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi
hukum dipisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari pemiliknya maka
kewajiban pemilik terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal
yang di setornya. Selain itu bentuk perseroan memungkinkan untuk
mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor menjadi
pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup
banyak, maka pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak – pihak
lain yang diangkat menjadi pimpinan PT tersebut. Dengan kata lain yang
menjalankan PT adalah orang – orang yang diangkat oleh pemilik.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai
bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang
di serahkan kepada pihak – pihak yang menyetor modal. Pemilik PT
merupakan kumpulan pihak – pihak yang mempunyai saham sehingga disebut
pemegang saham. Saham yang di keluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama
pemiliknya, disebut saham atas, dapat juga tidak dicantumkan nama
pemiliknya.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak
yaitu:
 Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan
yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.
 Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang
dibagi oleh perusahaan.
 Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar
proporsi pemilikan saham masing – masing pemegang saham dapat tidak
berubah.
 Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan
dilikuidasi.

Apabila perusahaan itu mengeluarkan satu saham maka seluruh


pemegang saham mempunyai hak yang sama, tetapi bila saham yang
dikeluarkan itu lebih dari satu jenis maka yang diberikan kepada masing –
masing jenis berbeda, tergantung pada kontrak pengeluaran saham yang
disetujui.

2.2 Jenis-Jenis Saham


Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham –
saham itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang
dikeluarkan itu 2 macam,yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah
saham prioritas (preferred stock). Berikut ini diuraikan mengenai masing –
masing jenis saham yaitu:
a. Saham biasa (Common Stock) : saham yang melunasinya dilakukan
dalam urutan yang paling akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi,
sehingga risikonya adalah yang paling besar. Karena risikonya besar,
biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik maka dividen
saham biasa akan lebih besar daripada saham prioritas.
b. Sertifikat Saham : dikeluarkan oleh PT Danareksa, yaitu suatu PT yang
didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membeli saham
perusahaan-perusahaan yang “go public” melalui pasar modal dan
menjualnya kembali kepada masyarakat umum dalam bentuk sertifikat
saham. Karena sahamnya dimiliki oleh PT Danareksa, maka hak suara
atas saham tersebut juga berada pada PT Danareksa. Pemilik sertifikat
saham tidak memiliki hak suara dalam PT.
c. Saham prioritas : Saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya
dihubungkan dengan pembagian deviden dan pembagian aktiva pada saat
perusahaan dilikuidasi. Dalam hal pembagian deviden adalah bahwa
deviden yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas,
kalau ada kelebihan baru dibagikan kepada pemegang saham biasa.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritasnya yaitu:
 Saham Prioritas Kumulatif dan tidak Kumulatif adalah saham
prioritas yang devidennya setiap tahun harus dibayarkan kepada
pemegang saham. Jika dalam suatu tahun deviden tidak dapat
dibayar, maka pada tahun-tahun berikutnya deviden yang belum
dibayar harus dilunasi lebih dulu, sehingga dapat mengadakan
pembagian deviden untuk saham biasa. Saham prioritas tidak
kumulatif adalah deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun-tahun berikutnya. Jika akan
membayar deviden untuk saham biasa, kewajibannya hanya
membayar deviden saham prioritas untuk tahun tersebut.
 Saham prioritas berpartisipasi dan tidak berpartisipasi adalah jika
saham prioritas berhak atas deviden dengan jumlah yang sama besar
dengan saham biasa sesudah saham biasa mendapat deviden sebesar
persentase deviden saham prioritas. Saham prioritas tidak
berpartisipasi adalah saham prioritas akan mendapat deviden sampai
jumlah tertentu (dinyatakan dalam %) yang ditetapkan sesudah
saham biasa mendapat deviden dengan tarif yang sama dengan
saham prioritas.
 Saham Prioritas atas aktiva dan dividen pada saat likuidasi. Saham
dengan preferensi seperti ini pada saat likuidas akan tetap menerima
dividen yang belum bayar, walaupun saldo laba tidak dibagi
mencukupi. Sesudah pelunasi dividennya, saham prioritas ini
dilunasi. Jika saldo laba tidak dibagi tidak mencukupi maka
pelunasan dividen dan nominal saham prioritas dilakukan dari modal
yang disetor dari saham yang biasa. Saham biasa yang pelunasannya
jatuh pada urutan terakhir akan menerima jumlah pengembalian
sebesar sisa modal disetor yang masih ada. Dapat terjadi sisanya nol
sehingga saham biasa tidak memperoleh pengembalian.
 Saham prioritas yang dapat ditukar dengan Saham Biasa. Kadang –
kadang saham prioritas mempunyai preferensi dapat ditukar dengan
saham biasa pemegang saham prioritas jenis ini akan menukarkan
sahamnya dengan saham biasa dalam keadaan dividen yang dibagi
untuk saham biasa tiap tahunnya lebih besar dari pada dividen untuk
saham prioritas. Apabila keaadaan seperti yang disebutkan diatas
diperkirakan akan berlangsung terus maka lebih menguntungkan
memiliki saham biasa dari pada saham prioritas karena saham biasa
mempunyai klaim yang tidak terbatas atas laba.

2.3 Pencatatan Modal Saham


Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu
diketahui istilah – istilah sebagai berikut:
1. Modal saham statuter atau modal saham yang diotorisasi yaitu jumlah
saham yang dapat dikeluarkan sesuai dengan akte pendirian perusahaan.
2. Modal saham yang beredar yaitu jumlah saham yang sudah dijual
(beredar).
3. Modal saham belum beredar yaitu jumlah saham yang sudah diotorisasi
tetapi belum dijual.
4. Treasury stock yaitu modal saham yang sudah dijual dan sekarang dibeli
kembali oleh perusahaan.
5. Modal saham dipesan yaitu jumlah saham yang disisihkan karena sudah
dipesan untuk dibeli.
PSAK No. 21 paragraf 15 menyatakan bahwa modal saham yang dijual
dicatat dalam rekening modal saham sebesar nilai nominalnya yaitu nilai
yang tercantum dalam lembaran saham. Jika harga jualnya tidak sama dengan
nilai nominal, selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau disagio
saham. Rekening agio saham menunjukkan selisih di atas nilai nominal dan
rekening disagio saham menunjukkan selisih di bawah nilai nominal.

2.4 Penjualan secara Tunai


Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun
(rekening) kas dan mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga
jual saham (perdana) dengan nilai nominalnya akan dicatat dengan
mengkredit rekening agio saham atau mendebit rekening disagio saham.
Jurnal untuk mencatat penjualan saham perdana adalah:
Kas Rp.xxx
Disagio Saham Rp.xxx
Modal Saham Rp.xxx

Atau,
Kas Rp.xxx
Modal Saham Rp.xxx
Agio Saham Rp.xxx

2.5 Penjualan Melalui Pesanan


Kadang – jadang penjualan saham dilakukan melalui pesanan, yaitu
dengan cara dibayar sebagian dan sisanya akan dilunasi kemudian. Jumlah
harga yang belum dilunasi dicatat sebagai piutang pesanan saham,dan jumlah
nominal saham yang dipesan dikreditkan kerekening modal saham di pesan.
Apabila harga jual saham tidak sama dengan nilai nominalnya, selisihnya
dicatat dalam rekening agio saham atau disagio saham pada waktu pesanan
itu diterima. Untuk pemesanan yang sudah melunasi harga saham maka
sahamnya dikeluarkan. Pengeluaran saham ini di catat dengan mendebit
rekening modal saham dipesan dan mengkredit modal saham. Rekening
piutang pesanan saham dapat dibuat sebagai rekening kontrol dan dibuatkan
buku pembantunya dalam hal pemesan saham ini jumlahnya banyak.
Biasanya piutang pesanan saham akan segera dilunasi oleh pemegang saham
sehingga dimasukkan dalam kelompok aktiva lancar.
Contoh membuat jurnal untuk mencatat penjualan saham.

Jurnal

Transaksi

Penjualan saham Kas Rp. 100.000,00


400 lembar, tunai Mesin 300.000,00
Rp. 100.000,00 dan
mesin seharga Rp. Modal saham Rp. 400.000,00
300.000,00
Piutang pesanan saham Rp. 550.000,00
Modal saham dipesan Rp. 500.000,00

Agio saham 50.000,00

Diterima pesanan
500 lembar saham Kas Rp. 385.000,00
dengan kurs 11,
dibayar tunai 70% Piutang pesanan saham Rp. 385.000,00
sisanya 30 hari

Kas Rp. 99.000,00


Piutang pesanan saham Rp. 99.000,00

Diterima pelunasan
sisa pesanan untuk Modal saham dipesan Rp. 300.000,00
300 lembar saham
saham 300 lembar Modal saham Rp. 300.000,00
diserahkan

2.6 Pembatalan Pesanan Saham


Saham yang sudah di pesan, jumlah lembarnya disisihkan tersendiri dan
akan di serahkan kepada pemesan bila harga jual saham sudah dilunasi.
Apabila terjadi pemesanan tidak dapat melunasi kekurangan pembayarannya
maka perusahaan dapat mengambil salah satu jalan sebagai berikut:
 Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan.
 Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan sesudah
dikurangi biaya atau kerugian penjualan kembali saham-saham
tersebut.
 Uang yang sudah diterima dianggap hilang (tidak dikembalikan).
 Mengeluarkan saham yang nilainya sama dengan jumlah uang
yang sudah diterima.

Contoh
Contoh pencatatan pembatalan pesanan saham diambilkan dari contoh dimuka
yaitu pesanan sebanyak 500 lembar dengan kurs 110 dan sudah dibayar sebanyak
70%. Dari pesanan tersebut seorang pemesan yang memesan saham sebanyak 100
lembar tidak dapat melunasi kekurangannya. Modal saham dipesan yang
dibatalkan oleh perusahaan dapat dijual kembali dengan kurs 105.

Jurnal yang dibuat oleh PT. Risa Fadila dalam masing-masing keadaan adalah
sebagai berikut :

Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan.


Modal saham dipesan Rp. 100.000,00
Agio saham 10.000,00
Piutang pesanan saham Rp. 33.000,00
Kas 77.000,00
Kas Rp. 105.000,00
Modal saham Rp. 100.000,00
Agio saham 5.000,00

Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan sesudah dikurangi


biaya atau kerugian penjualan kembali saham-saham tersebut :
Modal saham dipesan Rp. 100.000,00
Agio saham 10.000,00
Piutang pesanan saham Rp. 33.000,00
Utang pada pemesan 77.000,00
Kas Rp. 105.000,00
Utang pada pemesan 5.000,00
Modal saham Rp. 100.000,00
Agio saham 10.000,00
Utang pada pemesan Rp. 72.000,00
Kas Rp. 72.000,00

Uang yang sudah diterima dianggap hilang (tidak dikembalikan)


Modal saham dipesan Rp. 100.000,00
Agio saham 10.000,00
Piutang pesanan saham Rp. 33.000,00
Modal dari pembatalan pesanan saham 77.000,00
Kas Rp. 105.000,00
Modal saham Rp. 105.000,00
Agio saham 5.000,00
1. Mengeluarkan saham yang nilainya sama dengan jumlah uang yang sudah
diterima.
Modal saham dipesan Rp. 100.000,00
Agio saham 3.000,00
Modal saham Rp. 70.000,00
Piutang pesanan saham 33.000,00
Kas Rp. 31.500.00
Modal saham Rp. 30.000,00
Agio saham 1.500,00
2.7 Penjualan Saham secara Lumpsum
Penjualan saham bisa dilakukan dengan cara penjualan per unit saham.
Unit saham ini terdiri dari beberapa jenis saham. Apabila penjualan dilakukan
dengan cara seperti ini maka penerimaan dari penjualan akan dibagikan untuk
setiap jenis saham. Perlakuan akuntansi dalam penjualan lumpsum adalah
mengalokasikan hasil di antara beberapa kelompok sekuritas.
Dalam penjualan cara ini dasar pembagiannya adalah harga pasar dari
saham tersebut. Metode yang dapat digunakan adalah
1. Metode Proporsional adalah jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya
yang baik untuk menentukan nilai relative setiap kelompok sekuritas
tersedia, maka nilai lump sum yang diterima dialokasikan antara
kelompok-kelompok sekuritas atas dasar proporsional.
2. Metode Inkremental adalah jika nilai pasar wajar semua kelompok
sekuritas tidak dapat ditentukan, maka metode incremental dapat
digunakam. Nilai pasar sekuritas itu digunakan sebagai dasar untuk
kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum
dialokasikan ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui.

Bila harga pasar kedua jenis saham diketahui maka perhitungannya


menggunakan metode Proporsional. Namun apabila hanya harga salah satu
jenis saham saja yang diketahui maka digunakan metode Inkremental.
Misalnya: 1 unit saham terdiri dari : 1 lembar saham prioritas nominal
Rp. 10.000,00
1 lembar saham biasa nominal
Rp. 1000,00
Harga jual per unit Rp. 10.500,00. Pada saat penjualan diketahui harga pasar
saham biasa = Rp.1.250,00. Karena hanya harga pasar saham biasa yang
diketahui, maka harga setiap saham dihitung dengan menggunakan metode
inkremental sebagai berikut :
Harga 1 unit saham Rp. 10.500,00
Harga pasar saham biasa 1.250,00
Nilai saham prioritas Rp. 9.250,00
Dari perbandingan nilai nominal dan harga pasar masing-masing jenis saham
dapat diketahui bahwa dari penjualan diatas, saham biasa mendapat agio sebesar
Rp. 250,00 dan saham prioritas mendapat disagio Rp. 750,00. Penjualan satu unit
saham dengan harga seperti diatas dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Kas Rp. 10.500,00
Disagio saham prioritas 750,00
Modal saham prioritas Rp. 10.000,00
Modal saham biasa 1.000,00
Agio saham biasa 250,00
Dari contoh diatas bila diketahui harga pasar saham prioritas sebesar Rp. 9500,00,
maka perhitungan harga pasar setiap saham dilakukan dengan menggunakan
metode proposional sebagai berikut :
Harga pasar saham biasa Rp. 1.250,00
Harga pasar saham prioritas 9.500,00
Harga pasar keseluruhan saham Rp. 10.750,00
Dengan demikian maka harga saham biasa adalah :
Rp. 1.250,00 x Rp. 10.500,00 = Rp. 1.220,00
Rp. 10.750,00
Harga saham prioritas adalah :
Rp. 9500,00 x Rp. 10.500,00 = Rp. 9.280,00
Rp. 10.750,00
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa disagio saham biasa sebesar Rp. 30,00
dan disagio saham prioritas sebesar Rp. 500,00. Jurnal untuk mencatat transaksi
penjualan satu unit saham sebagai berikut :
Kas Rp. 10.000,00
Disagio saham biasa 30,00
Disagio saham prioritas 720,00
Modal saham biasa Rp. 1.250,00
Modal saham prioritas 10.000,00
2.8 Pertukaran Saham dengan Aktiva selain Kas
Kadang – kadang modal saham dikeluarkan dengan menerima aktiva
(selain dari kas). Dalam keadaan seperti ini besarnya jumlah yang akan
dicatat dalam rekening modal dan rekening aktiva didasarkan pada yang lebih
mudah ditentukan dari harga pasar saham yang di keluarkan atau nilai wajar
aktiva yang diterima.
PSAK No.21 paragraf 13 (f) menyatakan bahwa saham dicatat
berdasarkan nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima (butir b). Apabila
kedua penilaian diatas tidak dapat ditentukan, biasanya dilakukan penilaian
terhadap aktiva yang diterima. Penilaian ini bisa juga dilakukan oleh
pimpinan perusahaan. Kecendrungan yang sering terjadi jika penilaian
dilakukan oleh pimpinan perusahaan adalah menghindari adanya disagio
saham, sehingga aktiva dan modal saham akan dicatat terlalu besar maka
modal saham itu disebut “watered”. Tetapi jika dicatat terlalu kecil maka
neraca yang disusun mengandung “cadangan rahasia”.
Contoh :
Risa Fadila menerbitkan 10.000 lembar saham nominal Rp. 1000,00 per
lembar dan ditukar dengan sebuah gedung.
1. Apabila harga pasar saham tidak diketahui, tetapi harga pasar gedung
diketahui sebesar Rp. 15.000.000,00, maka jurnal yang dibuat adalah :
Gedung Rp. 15.000.000,00
Modal saham Rp.10.000.000,00
Agio saham 5.000.000,00

2. Apabila harga pasar gedung, tidak diketahui tetapi harga pasar saham
diketahui sebesar rp. 14.000.000,00, maka jurnalnya adalah :
Gedung Rp. 14.000.000,00
Modal saham Rp. 10.000.000,00
Agio saham 4.000.000,00

3. Apabila harga pasar saham dan bangunan keduanya tidak diketahui dan
pimpinan perusahaan menetapkan harga perolehan bangunan sebesar Rp.
12.500.000,00, maka jurnal yang dibuat adalah :
Gedung Rp. 12.500.000,00
Modal saham Rp. 10.000.000,00
Agio saham 2.500,000,00

2.9 Bonus yang berupa Saham


Agar penjualan obligasi atau saham prioritas bisa menarik pembeli,
kadang – kadang diberikan saham biasa sebagai bonus. Misalnya dalam
penjualan 10 lembar saham prioritas nominal @ Rp. 1.000,00 diberi bonus 1
lembar saham biasa, nominal Rp. 1.000,00. Harga pasar saham prioritas tanpa
bonus = Rp. 950,00 per lembar. Jurnal untuk mencatat transaksi diatas
sebagai berikut :
Kas Rp. 10.000,00
Disagio saham prioritas 500,00
Disagio saham biasa 500,00
Modal saham prioritas Rp. 10.000,00
Modal saham biasa 1.000,00
Disagio saham prioritas dan saham biasa dihitung sebagai berikut :
Nilai nominal saham prioritas (10 lembar) Rp.10.000,00
Harga pasar saham prioritas (10 lembar) 9.500,00
Disagio saham prioritas Rp. 500,00
Harga jual saham prioritas plus bonus Rp. 10.000,00
Harga pasar saham prioritas tanpa bonus 9.500,00
Nilai saham biasa Rp. 500,00
Nilai nominal saham biasa 1.000,00
Disagio saham biasa Rp. 500,00

2.10 Perlakuan terhadap Agio atau Disagio Saham yang Dijual


Dalam hal penjualan saham dengan harga di atas atau di bawah nilai
nominal, maka selisih itu akan dicatat di dalam rekening giro atau disagio
saham. Rekening (akun) agio saham dipakai untuk mencatat kelebihan harga
di atas nilai nominalnya sedang rekening disagio saham dipakai untuk
mencatat kekurangan harga dari nilai nominal saham. Rekening – rekening
agio atau disagio saham adalah rekening yang menunjukan modal yang
disetor dari pemegang saham, oleh karena itu selama saham – saham tersebut
masih beredar maka rekening itu juga akan nampak dalam neraca. Di dalam
neraca rekening agio saham merupakan tambahan terhadap rekening modal
saham dan rekening disagio saham merupakan pengurangan terhadap
rekening modal saham. Apabila saham yang beredar ditarik,maka rekening
agio dan disagio saham yang berhubungan dengan saham tersebut dibatalkan.

2.11 Pungutan Tambahan atas Saham (Assessments)


Merupakan pungutan tambahan pada pemegang saham. Pungutan ini pada
umumnya dimaksudkan untuk menaikkan nilai ekuitas perusahaan tanpa
harus melakukan emisi saham baru ataupun rekapitalisasi modal saham.
Pencatatan assessment ini tergantung pada harga penjualan saham semula,
yaitu :
Bila saham semula dijual dengan harga dibawah nilai nominalnya, maka
assessment diperlakukan sebagai pengurangan dari diskon saham.
Berkurangnya diskon saham ini secara otomatis akan menaikkan nilai ekuitas
perusahaan dengan jurnal :
Kas Rp. XXX
Diskon saham Rp. XXX

Kredit pada perkiraan diskon saham ini maksimal sebesar nilai diskon
yang terbentuk pada saat penjualan saham. Apabila kas yang diperoleh dari
assessment melebihi dari nilai diskon saham maka sebesar kelebihannya
tersebut dikreditkan pada perkiraan “modal pungutan tambahan” sehingga
jurnal yang dibuat :
Kas Rp. XXX
Diskon saham Rp. XXX
Modal pungutan tambahan Rp. XXX

Bila saham semula dijual dengan harga tidak dibawah nilai


nominalnya, maka assessment langsung dikreditkan pada perkiraan
“modal pungutan tambahan” sehingga jurnal yang dibuat :
Kas Rp. XXX
Modal pungutan tambahan Rp. XXX

Dalam suatu keadaan tertentu perusahaan bisa mengadakan pungutan


tambahan kepada para pemegang saham. Pencatatn terhadap pungutan
tambahan ini tergantung pada harga jual saham – saham tersebut. Apabila
saham – saham itu dulu dujual dibawah nominal (dengan disagio) maka
pungutan tambahan yang dikenakan kepada para pemegang saham di catat
sebagai berikut:

Kas Rp.xxxx
Disagio saham Rp.xxxx

Rekening giro saham akan dikredit maksimum sebesar disagio yang


timbul dari penjualan saham. Jika pungutan lebih besar dari pada disagio maka
selisihnya akan dikreditkan ke rekening modal pungutan tambahan. Tetapi
apabila penjualan saham dulunya tidak di bawah nominal maka pungutan tadi
semuanya akan dikreditkan ke rekening modal pungutan tambahan.
2.12 Pengeluaran Saham untuk Membeli (Akuisisi) Perusahaan
Sebuah PT bisa membeli (akuisisi) perusahaan lain dan di gabungkan
(merger) menjadi satu. Pembelian ini dapat dibayar dengan saham dari PT
tersebut. Jumlah saham akan dipakai untuk pembayaran tergantung pada
harga pasar saham tersebut dan juga harga pasar dari aktiva perusahaan yang
dibeli.
Kadang – kadang perusahaan yang diakuisisi dinilai lebih tinggi dari
pada harga pasar aktivanya, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain kemampuan perusahaan itu dalam memperoleh laba. Selisih harga pasar
aktiva yang diakuisisi dengan jumlah harga pembelian yang disetujui dicatat
sebagai goodwill.
Kadang–kadang perusahaan – perusahaan perseorangan bergabung untuk
membentuk suatu PT. Masing – masing perusahaan akan menerima saham
dari PT tersebut sebagai ganti aktiva yang diserahkan kepada PT baru. Bisa
juga sebuah perusahaan perseorangan berganti bentuk menjadi PT. Apabila
perusahaan yang lama itu berbentuk firma maka para anggota firma tersebut
akan menerima saham dari PT yang baru sebanding dengan modal masing –
masing anggota. Dalam keadaan ini ada 2 cara pencatatan yang dapat
dilakukan:
1. Buku – buku perusahaan lama diperlanjutkan sebagai buku
perusahaan baru.
2. Buku – buku perusahaan lama ditutup dan dibuat buku baru untuk
perusahaan baru.

Misalnya : Firma A & Z yang beranggotakan A dan Z, membagi laba dengan


perbandingan 2 : 3. Pada tanggal 5 Oktober 2005, mereka berubah bentuk
perusahaannya menjadi PT. Neraca Firma A & dan Z pada tanggal 5 Oktober
2005 sebagai berikut :
Firma A & Z
Neraca
Per 5 Oktober 2005
Kas Rp. 95.000,00 Utang lancar Rp.150.000,00
Piutang Rp.180.000,00
CKP 15.000,00
165.000,00
persediaan barang 200.000,00 Modal A 310.000,00
aktiva tetap Rp 800.000,00 Modal Z 600.000,00
akum. Depresiasi 200.000,00
600.000,00
Rp.1.060.000,00 Rp. 1.060.000,00
PT yang baru diberi nama PT Risa Fadila dengan modal saham biasa sebanyak
3.000 lembar dengan nilai nominal @ Rp. 1000,00. Semua aktiva Firma A dan Z
(kecuali kas) diserahkan kepada PT Risa Fadila dan semua utang Firma A sampai
Z akan dilunasi oleh PT Risa Fadila. Firma A dan Z menerima 1500 lembar saham
dari PT Risa fadila untuk penukaran perusahaannya. Sisa saham yang ada dijual
dengan harga Rp.1000,00 per lembar.
Dalam perubahan bentuk perusahaan ini, oleh PT Risa Fadila diadakan beberapa
penyesuain terhadap catatan Firma A dan Z sebagai berikut:
1. Cadangan kerugian piutang dinaikkan menjadi Rp.20.000,00
2. Barang dagangan dinilai sebesar Rp.255.000,00(berdasarkan harga beli
pada tanggal 5 Oktober 2005)
3. Aktiva tetap dinilai kembali menjadi Rp.1.500.000,00 dan akumulasi
depresiasi sebesar Rp.400.000,00.
Saham yang diterima oleh Firma A dan Z dibagikan untuk A sebanyak 500 lembar
dan untuk Z 1.000 lembar. Sisa uang dari firma dibagi kepada A dan Z sesuai
dengan sisa modal masing-masing.
1. Jika buku perusahaan lama dilanjutkan sebagai buku perusahaan baru
Perubahan terhadap nilai aktiva dicatat langsung rekening modal anggota,
kemudian rekening modal anggota ditutup dan rekening modal saham
dikredit. Sesudah itu transaksi-transaksi yang berhubungan dengan Pt Risa
Fadila akan dicatat dalam buku-buku tersebut. Jurnal-jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut : Sesudah jurnal-jurnal diatas diposting, dapat
disusun neraca untuk PT Risa Fadila per 5 Oktober 2005 sebagai berikut:
PT Risa Fadila
Neraca
Per 5 Oktober 2005
Kas Rp.1.500.000,00 Utang Rp. 150.000,00
Piutang Rp.180.000,00
CKP 20.000,00
160.000,00
Persediaan barang 255.000,00 Modal saham 1.000.000,00
Aktiva tetap Rp.1.500.000,00
Akum.depresiasi 400.000,00
1.100.000,00
Goodwill 135.000,00
Rp.3.150.000,00 Rp.3.150.000,00
2. Jika buku-buku perusahaan lama dan dibuat buku baru untuk perusahaan
lama
Jika dibuat buku-buku baru untuk PT, maka semua rekening dalam buku
firma ditutup dan aktiva serta utang firma dicatat dalam buku PT. Pada
waktu mengadakan penutupan buku-buku firma dibuat jurnal untuk
mencatat perpindahan aktiva dan utang-utang firma ke PT, penerimaan
saham dan pembagian saham serta uang kepada anggota firma. Jurnal
untuk menutup buku-buku firma adalah sebagai berikut :

Transaksi Jurnal

Perpindahan aktiva ke PT
Selisih antara tagihan kepada
pembeli (1500 lembar
@Rp.1.000,00) dengan nilai buku
aktiva yang dipindahkan
(Rp.815.000,00), merupakan laba
penjualan perusahaan dan dibagi
untuk A dan Z berbanding 2 : 3
sebagai berikut : Piutang PT Risa Fadila Rp.1.500.000,00
Utang lancar 150.000,00
A 2 x Rp.685.000,0 CKP 15.000,00
5 Akum.deperesiasi 200.000,00
= Rp. 274.000,00 Piutang Rp.180.000,00
Z 3 x Rp.685.000,00 Pers.barang 200.000,00
5 Aktiva tetap 800.000,00
= Rp. 411.000,00 Modal A 274.000,00
Modal Z 411.000,00

Mencatat penerimaan saham dari Saham PT Risa Fadila Rp.1.500.000,00


PT Risa Fadila Piutang PT Risa Fadila Rp.1.500.000,00

Modal A Rp. 500.000,00


Mencatat pembagian saham untuk Modal Z 1.000.000,00
A dan Z Saham PT Risa Fadila Rp.1.500.000,00
Modal A Rp. 84.000,00
Mencatat pembagian kas untuk A Modal Z 11.000,00
dan Z Kas Rp. 95.000,00
Ada cara lain yang dapat digunakan dalam menutup buku-buku firma,
yaitu dengan menutup langsung semua rekening-rekening aktiva, utang
dan modal. Dalam cara ini laba penjualan perusahaan dan pembagian
saham serta kas, untuk anggota firma tidak dicatat dalam pembukuan.
Jurnal untuk menutup langsung rekening-rekening aktiva, utang dan modal
Firma A dan Z sebagai berikut :
Utang lancar Rp.150.000,00
CKP 15.000,00
Akumulasi depresiasi 200.000,00
Modal A 310.000,00
Modal Z 600.000,00
Kas Rp. 95.000,00
Piutang 180.000,00
Persediaan barang 200.000,00
Aktiva tetap 800.000,00
Sedangkan jurnal yang dibuat oleh PT Risa fadila sebagai berikut:

Transaksi Jurnal

Mencatat aktiva dan Piutang Rp. 180.000,00


utang yang diterima Persediaan barang 255.000,00

dari Firma A dan Z Aktiva tetap 1.500.000,00


Goodwill 135.000,00
CKP Rp. 20.000,00
Akum. Depresiasi 400.000,00
Utang lancar 150.000,00
Utang A dan Z 1.500.000,00

Mencatat
pengeluaran saham
1500 lembar untuk
firma A dan Z Utang A dan Z Rp.1.500.000,00
Mencatat penjualan Modal saham Rp.1.500.000,00
saham 1500 lembar Kas Rp.1.500.000,00
@ Rp.1000,00tunai Modal saham Rp.1.500.000,00
Dalam jurnal diatas aktiva yang di terima oleh PT Risa Fadila dicatat
dengan jumlah penilaian kembali dan cadangan kerugian piutang serta
akumulasi depresiasi di kredit.

2.13 Klasifikasi Modal PT


Perusahaan masih dapat mengubah jumlah modal sahamnya sesudah
perusahaan itu berjalan. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam
modal saham adalah:
 Pembelian kembali saham yang beredar, untuk sementara waktu
atau selamanya.
 Penukaran saham yang beredar dengan jenis saham yang lain,
atau mungkin juga dilakukan reorganisasi yang menyeluruh
terhadap struktur modal dan,
 Emisi saham baru.
Selain modal saham, di dalam PT terdapat juga elemen modal yang lain
yaitu laba tidak dibagi, modal penilaian kembali, dan modal sumbangan.

2.14 Treasury Stock


Merupakan saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk
sementara waktu. Pembelian kembali saham yang beredar sebagai treasury
stock bisa terjadi karena berbagai alasan yaitu untuk menaikkan harga pasar
saham; akan dijual kembali pada karyawan perusahaan; akan dibagikan
sebagai dividen; untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain, dan
sebagainya.
Pencatatan Transaksi Treasury Stock
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pencatatan transaksi
Treasury Stock. Pendekatan-pendekatan itu merupakan dasar dari metode
pencatatan treasury stock sebagai berikut:
 Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian
peredaran sebagian saham yang beredar dan metode
pencatatannya disebut metode nilai nominal.
 Pembeliaan treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap
elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya. Metode
pencatatannya disebut metode harga perolehan.

Pembatasan Laba Tidak Dibagi untuk Pemilikan Treasury Stock


Agar modal disetor itu tidak menjadi lebih kecil, maka pembelian treasury
stock harus mempertimbangkan saldo yang ada dalam rekening laba tidak
dibagi. Untuk menjaga supaya laba tidak dibagi tidak diminta oleh pemegang
saham (sebagai dividen), maka jika perusahaan membeli sahamnya sebagai
treasury stock, laba tidak dibagi akan dibatasi sebesar Treasury stock yang
dibeli. Pembatasan laba tidak dibagi ini adalah untuk menjaga agar modal
yang disetor tidak berkurang, karena modal yang disetor itu merupakan
jaminan bagi kreditur.
Prosedur-prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan
laba tidak dibagi dalam neraca sebagai berikut (digunakan metode harga
perolehan untuk mencatat treasury stock): (a) pembatasan laba tidak dibagi
ditunjukkan terpisah dari laba tidak dibagi yang masih bebas, (b) pembatasan
laba tidak dibagi dijelaskan dengan keterangan, (c) pembatasan laba tidak
dibagi dijelaskan dengan footnote (catatan kaki).

Treasury Stock Diterima Sebagai Sumbangan


Pemegang saham bisa menyumbangkan kembali saham kepada
perusahaan. Sumbangan ini bisa:
(a) untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan yaitu dengan cara
perusahaan menjual kembali saham yang disumbangkan tersebut,
(b) sebagai hadiah untuk perusahaan,
(c) menunjukkan pengembalian saham karena adanya penilaian yang
terlalu tinggi terhadap aktiva yang diserahkan untuk menukar
saham tersebut.
Saham yang diterima sebagai sumbangan ini dikelompokkan sebagai
treasury stock. Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk mencatat
penerimaan sumbangan saham ini, yaitu: (1) saham yang diterima dicatat
dengan catatan memo (jika tidak ada biaya yang terjadi ketika menerima
sumbangan ini), (2) treasury stock didebit dengan harga pasar saham kepada
pada saat penerimaan dan dikreditkan ke rekening modal sumbangan, (3)
rekening treasury stock didebit dengan jumlah nominal atau nilai yang
dinyatakan agio/disagionya (sejumlah lembar yang diterima) juga dibatalkan
dan kreditnya adalah rekening modal sumbangan.

Hak yang Diberikan pada Pembeli Surat Berharga Jenis Lain


Untuk mendorong penjualan suatu jenis surat berharga, perusahaan bisa
memberi kepada pembeli hak untuk membeli surat berharga lain.

Hak Beli Saham yang Diberikan pada Pegawai Perusahaan


Perusahaan bisa memberikan hak beli pada pegawai-pegawainya untuk
membeli saham di masa yang akan datang dengan harga yang sudah
ditentukan. Hak ini disebut stock option. Pemberian hak pada pegawai ini
dimaksudkan untuk memberikan kompensasi tambahan untuk jasa-jasa yang
sudah dan yang akan diberikan, juga agar pegawai dapat ikut memiliki
perusahaan tempatnya bekerja. Biasanya hak ini diberikan dengan
kelonggaran bahwa pembelian bisa dilakukan selama suatu periode tertentu.
Apabila ada kenaikan harga pasar saham selama periode pembelian itu maka
kenaikan di atas harga beli berdasar hak beli tadi merupakan tambahan
kompensasi bagi pegawai. Biasanya hak beli untuk pegawai ini dibatasi agar
tidak dapat dijual pada pihak lain. Pengeluaran hak beli saham dan
penggunaannya untuk membeli saham akan dicatat dalam buku. Hak beli
saham/jumlah kompensasi adalah selisih antara harga pasar saham “pada
tanggal pemberian hak itu kepada pegawai” dengan harga penjualan dengan
menggunakan hak beli saham.

2.15 Pertukaran Saham


Jika saham perusahaan itu adalah “convertible stock” maka pemegang
saham akan dapat menukarkan saham yang dimilikinya dengan saham jenis
lain. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran saham ini tergantung pada
nilai nominal saham yang akan dipakai sebagai penukar dan harga jual saham
yang akan ditukarkan.

2.16 Perubahan Nilai Nominal (Rekapitalisasi)


Apabila seluruh saham PT diubah nilai nominalnya, maka tindakan ini
disebut rekapitalisasi. Perubahan nilai nominal ini akan mengubah juga akta
pendirian perusahaan dan harus disetujui oleh para pemegang saham. Dalam
rekapitalisasi, rekening modal saham yang lama ditutup dan diganti dengan
rekening modal saham yang baru. Rekening agio saham yang timbul dari
saham lama juga ditutup dan diganti dengan agio saham modal yang baru.
Apabila modal saham baru nilainya lebih besar dari modal saham lama maka
selisihnya didebitkan ke rekening laba tidak dibagi, tetapi bila saham baru
nilainya lebih kecil dari saham lama maka selisihnya dikreditkan pada agio
saham baru.
Apabila rekapitalisasi merupakan usaha untuk menghilangkan defisit atau
untuk menurunkan nilai aktiva maka disebut kuasi-reorganisasi atau corporate
readjustment.

2.17 Pemecahan Saham (Stock Split-Ups)


Perusahaan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu bisa memecah
sahamnya menjadi saham yang nominalnya lebih kecil. Di sini saham yang
beredar ditarik kembali dan ditukar dengan saham yang nominalnya lebih
kecil. Misalnya nominal saham @Rp 1000,00, perusahaan memutuskan
untuk memecah tiap lembar menjadi 2 lembar saham baru dengan nilai
nominal @ Rp 500,00. Pemegang saham akan menerima saham baru, untuk
menukar saham lama dengan perbandingan 2:1. Prosedur ini dsebut split-ups.
Kadang-kadang saham lama diganti dengan saham baru yang nominalnya
lebih besar. Misalnya saham lama nominalnya Rp 1000,00, ditarik dan ditukar
dengan saham baru, nominal Rp 2000,00. Pemegang saham akan menerima
saham baru 1 lembar untuk menukar 2 lembar saham lama. Prosedur ini
disebut split-down atau reverse-split. Dengan adanya split-ups atau split-
down, saldo modal tidak berubah, yang berubah hanya jumlah lembar yang
beredar. Prosedur ini bisa dicatat dengan cara memo atau dibuat jurnal untuk
menutup rekening modal saham lama dan membuka rekening modal saham
baru.

2.18 Perlakuan Akuntansi Yang Ada Pada Modal Saham


Perlakuan Akuntansi yang ada pada modal saham terbagi dalam :
 Akuntansi untuk saham dengan nilai nominal (nilai pari) :
a. Saham Preferen, dan
b. Saham Biasa.
Kedua akun ini mencerminkan nilai pari saham perseroan yang
diterbitkan. Akun ini dikredit ketika saham pertama kali
diterbitkan. Tidak ada ayat jurnal tambahan pada akun ini kecuali
saham tambahan yangditerbitkan atau saham yang ditarikModal
Disetor yang Melebihi Nilai Pari atau Tambahan Modal
(Additional Paid-in Capital). Menunjukkan setiap nilai pari yang
disetor oleh pemegang saham sebagai pengganti saham yang
diterbitkan untuk mereka
 Akuntansi untuk saham tanpa nilai nominal (nilai pari)
Kelemahan utama dari saham tanpa nilai pari adalah bahwa beberapa
Negara bagian mengenakan pajak yang tinggi atas penerbitan ini, dan totalnya
akan dimasukkan sebagai modal dasar yang akan mengurangi fleksibilitas
dalam pembayaran dividen.

2.19 Perlakuan – Perlakuan Setelah Saham Beredar


Adakalanya perusahaan menetapkan suatu kebijakan terkait dengan
saham – saham perusahaan yang telah beredar, yaitu :
a. Rekapitalitas saham
Merupakan perubahan struktur modal saham dengan jalan merubah
niali tercatat saham yang telah beredar. Rekapitalitas dilakukan atas
persetujuan pemegang saham baru dengan nilai nominal yang baru.
Apabila dalam rekapitalitas saham tersebut nilai nominal saham yang
baru lebih besar daripada nilai wajar modal saham yang ditarik maka
sebesar selisihnya diperlakukan sebagai kerugian dan dicatat sebelah
debit pada perkiraan laba ditahan.
b. Pemecahan dan pengumpulan nominal saham (stock split down – up)
Stock split down merupakan nilai nominal saham beredar tanpa
merubah total nilai nominal saham beredar. Stock split down
dilakukan dengan cara menarik kembali saham beredar untuk ditukar
dengan beberapa saham baru yang mempunyai nilai nominal per
lembar saham lebih kecil daripada nilai nominal saham yang ditarik
tetapi mempunyai total nominal yang sama. Sedangakn stock up
merupakan pengumpulan nilai nominal saham beredar tanpa merubah
total nominal saham beredar. Stock up dilakukan dengan cara
menarik kembali beberapa saham beredar untuk ditukar dengan
saham baru yang mempunyai nilai nominal per lembar saham lebih
besar daripada nilai nominal per lembar saham yang ditarik tetapi
mempunyai total nominal yang sama.
c. Konversi saham ( stock convertion )
Yang dimaksud dengan stock convertion/pertukaran saham adalah
menkonversi/menukar surat – surat berharga yang dapat
dikonversikan dengan saham biasa. Surat – surat berharga yang dapat
dikonversikan dengan saham biasa adalah saham prioritas yang dapat
dikonversi dan obligasi yang dapat dikonversi.
d. Penarikan kembali saham beredar
Adakalanya perusahaan melakukan penarikan kembali sebagian dari
saham – sahamnya yang beredar dimasyarakat. Penarikan kembali
saham – saham ini mungkin dilakukan dengan maksud untuk
mengurangi ekuitas perusahaan atau hanya sekedar penarikan
sementara untuk mebentuk saham perbendaharaan yang nantinya
akan dijual kembali atau dihapuskan. Beberapa alasan perusahaan
untuk membeli kembali saham – sahamnya adalah :
 Untuk digunakan sebagai alat pembayaran kompensasi kepada
karyawan
 Untuk mengingatkan keuntungan per lembar saham
 Untuk megurangi jumlah pemegang saham
 Untuk menghalangi upaya pengambil alihan perusahaan oleh
pihak lain
 Untuk mengangkat harga pasar saham
 Untuk digunakan sebagai alat pembayaran deviden

2.20 Capital Stock Reacquition


Ini merupakan penarikan kembali saham – saham beredar secara
permanen. Perlakuan akuntansi terhadap penarikan kembali modal saham
secara permanen lebih sesuai dengan menggunakan metode nilai nominal.
Menurut metode ini sebesar nilai nominal saham – saham yang ditarik
kembali dikurangi pada perkiraan modal saham yang sejenis.

Saham perbedaharaan
Ini merupakan bagian dari saham beredar yang ditarik kembali untuk
sementara waktu. Saham – saham perbendaharaan ini nantinya dapat dijual
kembali bila dianggap perlu atau dihapuskan dari ekuitas perusahaan.
Terdapat 2 pendekatan pencatatan saham perbendaharaan, yaitu :
 Saham perbendaharaan dianggap sebagai penarikan saham
beredar, sehingga sebesar nilai nominal saham yang dibeli
kembali beserta dengan premium atau diskonnya dikeluarkan
dari ekuitas perusahaan
 Saham perbendaharaan tidak dianggap sebagai penarikan saham
beredar, sehingga baik nilai nominal atau premium atau
diskonnya tidak perlu dikeluarkan dari ekuitas perusahaan

Saham perbendaharaan dari donasi


Yang dimaksud dengan saham perbendaharaan dari donasi adalah saham
perbendaharaan yang diperoleh sebagai sumbangan dari para pemegang
saham kepada perusahaan. Terdapat 3 pendekatan perlakuan akuntansi
terhadap saham – saham ini, yaitu :
a. Pendekatan tanpa jurnal.
Menurut pendekatan ini terhadap penerimaan saham donasi tidak
perlu dibuat jurnal, cukup dalam bentuk memorial saja. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya saham donasi tidak mengakibatkan
perubahan pada posisi keuangan perusahaan, sehingga tidak
memerlukan jurnal, jurnal baru dibuat pada saat saham – saham
donasi tersebut dijual dengan jurnal :
Kas Rp. XXX
Modal donasi Rp. XXX

Atau pada saat dinyatakan untuk dikeluarkan dari struktur modal


perusahaan dengan jurnal :
Modal saham Rp. XXX
Modal donasi Rp. XXX

b. Pendekatan nilai nominal


Menurut pendekatan ini sebesar niali nominal saham donasi
didebitkan pada perkiraan saham perbendaharaan, premium ataupun
diskon yang melekat pada saham – saham tersebut harus dikeluarkan,
dan sebesar nilai wajar dari saham – saham tersebut dikreditkan pada
perkiraan modal donasi.

c. Pendekatan harha pasar


Menurut pendekatan ini sebesar harga pasar dari saham – saham
donasi didebitkan pada perkiraan saham perbendaharaan dan
dikreditkan pada perkiraan modal donasi.
2.21 Pemberian Hak Beli Saham Kepada Pembeli Surat Berharga Jenis Lain
Pemberian hak beli saham kepada pembeli surat berharga jenis lain
dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada pembeli surat berharga
tersebut untuk membeli saham perusahaan. Hak beli saham tidak mempunyai
nilai nominal tetapi pada hak beli saham tersebut tercantum nilai hak
pembelian saham.

Hak beli saham yang diberikan kepada karyawan


Sebagai bentuk apresiasi positif perusahaan kepada karyawan, perusahaan
adakalanya memberikan stock option, yaitu hak yang diberikan kepada
karyawan untuk membeli saham perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan hak khusus kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan
dengan harga khusus selama jangka waktu tertentu.
Nilai hak beli saham yang diberikan kepada karyawan adalah sebesar
selisih antara harga pasar saham – saham pada saat hak beli saham diberikan
dengan harga jual saham menggunakan hak beli saham. Sebesar nilai beli
saham tersebut dikapitalisasikan pada laba ditahan. Dengan begitu maka
jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pengeluaran hak beli saham yang
diberikan kepada karyawan adalah :
Laba ditahan Rp. XXX
Hak beli saham beredar Rp. XXX
BAB III
LATIHAN SOAL

1. Berikut ini adalah Struktur Permodalan PT AULIA pada akhir tahun buku

1999 :

12 % Saham Prioritas, 1000 lembar, nominal @ Rp 10.000,- ……………………… Rp

10.000.000,-

Saham Biasa, 3000 lembar, nominal @ Rp 5.000,-………………………………………….Rp

15.000.000,-

Laba Yang Ditahan …………………………………………………………………………………………………Rp

7.500.000,-

Pada tahun 1997 dan 1998 perusahaan tidak membagi deviden. Pada akhir

tahun buku 1999

Perusahaan mengumumkan pembagian deviden sebesar Rp 6.000.000,-

Hitunglah deviden yang diterima masing-masing jenis saham apabila :

a. Saham Prioritas Kumulatif dan Tidak Berpartisipasi.

b. Saham Prioritas Kumulatif dan Berpartisipasi Penuh.

c. Saham Prioritas Tidak Kumulatif dan Tidak Berpartisipasi.

d. Saham Prioritas Tidak Kumulatif dan Berpartisipasi sampai dengan 15 %.

e. Saham Prioritas Tidak Kumulatif dan Berpartisipasi sampai dengan 25 %

2. PT Nada bahagia mempunyai saham yg beredar sbb: saham prioritas, nominal


Rp 20.000.000, 10 % berpartiipasi penuh, saham biasa nominal Rp

30.000.000. pada akhir tahun 2008 dibagi deviden sebesar Rp 8.800.000.

carilah perhitungan deviden untuk saham prioritas dan saham biasa

3. PT Nada Irama mempunyai modal statuter sebanyak 5.000 lembar nominal @

Rp 100 dan akan dijual semuanya, dengan transaksi


a. Penjualan saham 1.000 lembar, tunai Rp 60.000 dan peralatan seharga Rp

40.000

b. Diterima pesanan 2.000 lembar saham dengan kurs 105 dibayar tunai 60%

c. Diterima pelunasan sisa pesanan untuk 500 lembar

4. Diterima pesanan 1000 lembar saham dengan kurs 115 dengan

pembayar 75%tunai dan sisanya 1 bulan kemudian. Buat jurn al dan

sertakan perhitungannya.

5. Unit saham terdiri dari 1 lembar saham prioritas nominal Rp

15.000,-- dan 1lembar saham biasa nominal Rp2.000,--. Harga jual

per unit Rp 16.000,-- pada saat penjualan diketahui harga pasar

saham biasa Rp 2.500,--.Hitung nilai saham p


DAFTAR PUSTAKA

Sumber:
Baridwan, Zaki. (2011). Intermediate Accounting. BPFE: Yogyakarta
https://akuntansikeuanganmenengah.wordpress.com/vi-modal-saham/
https://dararancon.wordpress.com/2013/01/18/modal-saham/
https://lumbungbaca.wordpress.com/2017/12/06/akuntansi-keuangan-lajutan-ii-
modal-saham/

Anda mungkin juga menyukai